Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

Pengalaman Kegagalan Pada Laki-Laki dan Perempuan


Muhammad Nur Syamsu, Mirra Noor Milla
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
email: m.nur_syamsu@yahoo.com

Abstrak

Situasi sukses dan kegagalan merupakan reperesentasi dari keinginan dan tujuan
hidup yang ingin dicapai, perbedaan harapan antara laki-laki dan perempuan akan
membuat perbedaan kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pen-
galaman kegagalan pada remaja. Penelitian ini mensurvei 605 (laki-laki : 217, per-
empuan : 388) orang remaja di tiga perguruan tinggi berbeda di Pekanbaru, dengan
menggunakan questioner (pertanyaan) terbuka. Subjek diminta untuk menjawab per-
tanyaan “pengalaman kegagalan apa yang paling menyakitkan dalam hidup?”, dikem-
bangkan oleh Kim dan Park (2006). Analisis data menggunakan pendekatan Indig-
enous psychology, dengan kategorisasi, frekuensi, dan cross tabulasi. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ada lima pengalaman kegagalan pada remaja, yaitu: akademik
(48,1%), harapan (17%), hubungan personal (15,9), kompetisi (10,4%), manajemen
diri (3,1%). Penelitian ini juga menunjukkan ada perbedaan pengalaman kegagalan
antara laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih merasa gagal dalam harapan (9,3%)
dan kompetisi (6,6%), sedangkan perempuan lebih merasa gagal dalam akademik
(36,4%) dan hubungan personal (10,6%). Penelitian ini memberikan pemahaman
bahwa perbedaan pengalaman kegagalan antara laki-laki dan perempuan disebabkan
oleh adanya perbedaan peran sosial antara laki-laki dan perempuan.

Kata Kunci: pengalaman kegagalan, akademik, harapan, laki-laki, perempuan.

Abstract

Success and failure are representation of wish and life goal. Difference hope between
man and women will make difference failure. The aim of this research was to ex-
plore what are failure experiences toward adolescents. The study was a survey on 605
(men: 217, women: 388) university students in Pekanbaru. An open ended question-
nare was used with question “what are the most painful failure for you?”, developed
by Kim and Park (2006). Data analyzed used indigenous psychological approach,
with categorization, frequency, and cross-tabulation. Research found that there were
five failure experiences was most painful, those are: academic (48,1%), expectation
(17%), personal relationship (15,9%), competition (10,4%), self management (3,1%).
The research showed that there was difference failure experience between boys and
girls, boys more consider failure experiences in expectation (9,3%) and competition
(6,6%), and girls more consider failure experiences in academic (36,4%) and personal
relationship (10,6%). The study gave the insight that difference failure between boys
and girls are caused by difference of social role between man and women.

Keywords: failure experience, academic, expectation, boys, girls.

Pendahuluan tidak percaya, tidak simpatik, takut dan peno-


lakan, serta adanya pertentangan antar prib-
Kegagalan merupakan kondisi antara adi (personality clashes) (Dalimunthe, 2003).
yang diharapkan tidak sesuai dengan apa Berkaitan dengan situasi kegagalan be-
yang didapatkan, hal ini membuat individu khu- berapa penelitian telah dilakukan. Diener,
susnya remaja akan mengalami situasi konflik Dweck, Bempechat (dalam Hwang, 2012)
emosi. Kesenjangan yang terlalu besar anta- menemukan bahwa ada perbedaan individu
ra diri aktual dan diri ideal “seseorang men- pada pelajar dalam merespon situasi frustasi
jadi apa” dapat mengakibatkan penghayatan yang disebabkan oleh proses belajar. Be-
bahwa dirinya gagal dan kritik diri serta dapat berapa pelajar menunjukkan pola perilaku
memicu munculnya depresi (Santrock, 2007). learned helplessness. Mereka terlalu kha-
Situasi konflik emosi tersebut dapat berupa watir dengan hasil kegagalan dan kemudian
kemarahan dan kesedihan, hal itu merupakan merasa frustasi, ragu-ragu, dan enggan un-
emosi yang paling kuat di dalam diri kehidu- tuk mencoba menantang tugas-tugas, se-
pan remaja (Putri, Prawitasari, Hakim, Yuni- baliknya beberapa pelajar mengadopsi pola
arti, dan Kim Uichol, 2012). Konflik emosional perilaku mastery oriented. Mereka tidak
yaitu terjadi akibat adanya perasaan marah, merasa kalah oleh kegagalan tetapi akan

95
Pengalaman Kegagalan Pada Laki-Laki dan Perempuan....Muhammad Nur Syamsu

menerima tantangan dan mampu untuk me- orang tua, masyarakat, dan kelompok sosial.
melihara motivasi yang kuat untuk belajar. Streotipe mengenai tuntutan peran
Menurut Dweck dan Elliot (dalam sosial yang diberikan serta tuntutan budaya
Hwang, 2012) biasanya pelajar dengan pola yang ada dilingkungan menyebabkan per-
perilaku learned helplessness cenderung bedaan harapan serta tujuan antara laki-laki
mengatribusi kegagalan mereka sebagai dan perempuan. Putri dkk (2012) mengata-
sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan kan bahwa laki-laki lebih dituntut lebih opti-
tidak dapat diubah. Beberapa isu kegagalan mis dalam mengharapkan sesuatu, memiliki
pada remaja beberapa diantaranya adalah status pekerjaan yang baik dan status sosial
berkaitan dengan hal-hal akademik dan hara- yang tinggi, hal ini sekali lagi didasarkan pada
pan sosial, sebagaimana yang dikatakan oleh pengaruh budaya yang sangat kuat dalam
Hwang (2012) bahwa beberapa tujuan hidup mempromosikan keterbukaan sosial dan op-
seorang pelajar diantaranya adalah berkaitan timisme. Pengaruh streotipe mengenai peran
dengan prestasi akademik dan harapan dari sosial antara laki-laki dan perempuan terse-
orang tua. Selanjutnya Pohan (dalam Afia- but menjadi faktor yang menyebabkan adan-
tin, 1996) melaporkan bahwa hampir semua ya perbedaan sikap, harapan, dan tujuan
responden yang terdiri dari remaja memiliki yang berbeda. Berdasarkan fenomena men-
masalah yang berkaitan dengan prestasi, genai kegagalan dan isu kegagalan tersebut
khususnya prestasi akademik. Bahkan secara maka penelitian ini bertujuan untuk melihat
statistik dilaporkan bahwa pada tahun 2013 ini apa saja pengalaman kegagalan yang paling
ada 308.000 peserta Seleksi Nasional Masuk menyakitkan bagi seseorang dan perbedaan
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang ga- pengalaman kegagalan antara laki-laki dan
gal lolos untuk masuk perguruan tinggi negeri perempuan.
dari jumlah peserta yang mendaftar menca-
pai 618.804 orang. (http://nasional.kompas. Gender
com/read/308.000.SNMPTN). Berdasarkan
data tersebut diketahui bahwa isu kegagalan Gender merupakan dimensi sosiobu-
merupakan isu yang sering berkaitan dengan daya dan psikologis dari keberadaan sebagai
remaja. laki-laki dan perempuan (Santrock, 2007).
Beberapa hal yang berkaitan dengan Peran gender (gender role) merupakan
kegagalan pada remaja merupakan suatu seperangkat ekspektasi yang menentukan
reperesentasi dari keinginan dan tujuan bagaimana perempuan dan laki-laki sebai-
hidup yang ingin dicapai oleh remaja terse- knya berpikir, bertindak, dan merasa (2007).
but. Hwang (2012) mengindikasikan bahwa Stereotip gender (gender stereotype) adalah
situasi sukses atau kegagalan merupakan kategori luas yang mencerminkan berbagai
representasi dari tujuan hidup yang ingin di- kesan dan keyakinan kita mengenai perem-
capai oleh pelajar di tingkat universitas pada puan dan laki-laki. Semua stereotip, baik
budaya individualisme barat maupun budaya yang didasarkan pada gender, etnis, atau
kekeluargaan di Asia timur. kelompok-kelompok lain, mengandung gam-
Hal yang perlu diketahui juga berkaitan baran mengenai anggota tipikal dari suatu
dengan isu kegagalan pada remaja tersebut kategori sosial tertentu. (Santrock, 2007).
adalah bahwa persepsi mengenai kegagalan William dan Best (dalam Santrock, 2007)
pada remaja memiliki isu yang berbeda anta- mengatakan bahwa stereotip terhadap per-
ra laki-laki dan perempuan, Putri dkk (2012) empuan dan laki-laki sudah cukup menyebar,
mengatakan bahwa di Indonesia, streotipe di berbagai budaya, laki-laki secara luas di-
mengenai gender berbasis ekspresi serta anggap sebagai sosok yang dominan, man-
peran sosial masih sangat tinggi, streotipe diri, agresif, berorientasi pada prestasi, dan
mengenai ekspresi dan peran sosial ini me- gigih, sementara perempuan pada umumnya
nyebabkan adanya perbedaan sikap, hara- dianggap sebagai sosok yang mengasuh, ge-
pan dan tujuan antara laki-laki dan perem- mar berkumpul, kurang percaya diri, dan lebih
puan. Berbagai macam hal seperti jenis-jenis banyak menolong orang lain yang sedang be-
pekerjaan dan harapan mengenai sesuatu rada mengalami kesulitan.
seringkali didasarkan pada tuntutan dan stre- Alice Eagly (dalam Santrock, 2007)
otipe antara laki-laki dan perempuan. Seba- mengajukan teori peran sosial (social role
gaimana yang dikatakan oleh Garaigordobil, theory) yang menyatakan bahwa perbedaan
Maganto, Perez, dan Sansinenea (dalam Putri yang ekstrem antara perempuan dan laki-
dkk, 2012) jenis pekerjaan seringkali didasar- laki. Wood (dalam Santrock, 2007) menga-
kan pada streotip tentang bagaimana laki-laki takan bahwa di sebagaian besar budaya di
diharapkan lebih kuat dibandingkan perem- dunia, perempuan dianggap memiliki kekua-
puan, laki-laki cenderung untuk lebih agresif, saan dan status yang lebih rendah diband-
antisosial, perilaku yang eksternal, sedangkan ingkan laki-laki, dan perempuan juga memi-
anak perempuan lebih cemas, depresif, dan liki kontrol yang lebih kecil terhadap sumber
internalisasi masalah. Hal ini dipengaruhi oleh daya. Dibandingkan laki-laki, perempuan

96
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

lebih banyak melakukan tugas-tugas rumah rasal dari tiga perguruan tinggi yang berbeda,
tangga, kurang banyak menggunakan waktu- yaitu Universitas Abdurrab, Universitas Riau,
nya untuk melakukan pekerjaan yang digaji, dan UIN Suska Riau, usia 17-24 tahun, terdiri
memperoleh penghasilan yang lebih rendah, dari subjek laki-laki yang berjumlah 217 orang
dan kurang banyak terpilih menjadi wakil dan subjek perempuan berjumlah 388 orang.
dalam jajaran tertinggi dari suatu organisasi. Teknik pengambilan sampling yang diguna-
Berbagai macam hal seperti jenis- kan adalah teknik non random sampling.
jenis pekerjaan dan harapan mengenai Penelitian ini menggunakan instru-
sesuatu seringkali didasarkan pada tuntutan men berupa kuesioner dengan pertanyaan
dan streotipe antara laki-laki dan perempuan. terbuka yang dikembangkan oleh Kim dan
Sebagaimana yang dikatakan oleh Garaigor- Park (2006), dan dikembangkan oleh Center
dobil, Maganto, Perez, & Sansinenea (dalam for Indigenous & Cultural Psychology (CICP)
Putri dkk, 2012) jenis pekerjaan seringkali di- Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
dasarkan pada stereotip tentang bagaimana Setiap subjek diminta untuk menjawab “Dalam
laki-laki diharapkan lebih kuat dibandingkan hidup anda, pengalaman kegagalan apa bagi
perempuan, laki-laki cenderung untuk lebih anda yang paling menyakitkan?
agresif, antisosial, perilaku yang eksternal, Analisis data menggunakan pendeka-
sedangkan anak perempuan lebih cemas, tan Indigenous Psychology, dengan koding,
depresif, dan internalisasi masalah. kategorisasi, frekuensi, dan tabulasi silang.
Pembentukan peran sosial dapat Dimulai dengan mengkoding seluruh respon
dipengaruhi salah satunya oleh orang tua, jawaban subjek, selanjutnya dikategorisasi
orang tua melalui tindakannya dapat mem- pada kategori-kategori jawaban yang sama,
pengaruhi perkembangan gender anak-anak setelah didapatkan kategori-kategori jawaban
dan remaja (Maccoby, McHale, Crouter, dan selanjutnya dicari frekuensi dari jawaban-
Whiteman, 2003). Selama masa transisi dari jawaban subjek tersebut dan mengcross-tab
masa kanak-kanak hingga masa remaja, dengan bantuan program SPSS for windows
orang tua membiarkan laki-laki untuk bersi- version 18.0.
kap lebih mandiri dibandingkan perempuan.
Hasil
Metode
Peneliti mengkategori seluruh respon
Subjek dalam penelitian ini berjumlah jawaban responden, berikut persentase kat-
605 mahasiswa Universitas di Pekanbaru, be- egori jawaban responden:
Tabel. 1. Persentase Kategori Kecil Jawaban Pengalaman Kegagalan
Kategori Jumlah(N) Persen(%)
1. Akademik 291 (48,1%)
Prestasi Akademik 161 (26,6%)
Masuk Perguruan Tinggi 90 (14,9%)
Menyelesaikan
Pendidikan 21 (3,5%)
Masuk Sekolah
yang diinginkan 19 (3,1%)
2. Harapan 103 (17,0%)
Memenuhi Harapan 31 (5,1%)
Karir 48 (7,9%)
Meraih Cita-Cita 15 (2,5%)
Pembuktian Diri 9 (1,5%)
3.Hubungan Personal 96 (15,9%)
Cinta 31 (5,1%)
Keharmonisan Keluarga 13 (2,1%)
Membahagiakan
Orang tua 32 (5,3%)
Mendapatkan
Kepercayaan 6 (1,0%)
Menyesuaikan Diri
dengan Lingkungan 14 (2,3%)
4. Kompetisi 63 (10,4%)
5. Manajemen Diri 19 (3,1%)
Manajemen Diri 10 (1,7%)
Mengambil Keputusan 6 (1,0%)
Menjalankan Agama 3 (0,5%)
6. Lain-Lain 33 (5,5%)
Tidak ada 13 (2,1%)
Blank 20 (3,3%)
Total 605 (100%)

97
Pengalaman Kegagalan Pada Laki-Laki dan Perempuan....Muhammad Nur Syamsu

Pada tabel 1 menunjukkan persen- menuhi harapan, karir, meraih cita-cita, dan
tasi kategori jawaban responden mengenai pembuktian diri, kategori jawaban pengala-
pengalaman kegagalan dalam hidup, dimana man kegagalan ketiga adalah gagal dalam
kategori jawaban pengalaman kegagalan hubungan personal, berasal dari kategori
dalam hidup bagi remaja adalah gagal dalam cinta, keharmonisan keluarga, membahagia-
akademik yang berasal dari kategori prestasi kan orang tua, mendapatkan kepercayaan,
akademik, masuk perguruan tinggi, menyele- menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan
saikan pendidikan, dan masuk sekolah yang menjalankan agama, selanjutnya kategori
diinginkan, kategori jawaban pengalaman ke empat adalah kompetisi, dan terakhir
kegagalan yang selanjutnya adalah gagal adalah manajemen diri, yang terdiri dari
dalam harapan, berasal dari kategori me- manajemen diri dan mengambil keputusan.

Tabel. 2. Persentase Kategori Besar Jawaban


Pengalaman Kegagalan

Kategori Frekuensi Persen


N (%)

Akademik 291 48,1


Harapan 103 17,0
Personal 96 15,9
Kompetisi 63 10,4
Manajemen
diri 19 3,1
Lain-Lain 33 5,5

Total 605 100.0%

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa ber- si untuk menggunakan berbagai strategi, dan
dasarkan seluruh kategori respon jawaban mengembangkan strategi yang spesifik untuk
dari 605 subjek (laki-laki: 217, perempuan: mencapai tujuan tersebut (Snyder, 1994).
388) hasil dalam penelitian ini menemukan Berbagai macam harapan bagi remaja
bahwa ada lima pengalaman kegagalan yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu,
bagi remaja, yaitu: (1) Akademik (48,1%), (2) seperti memenuhi harapan, karir, dan cita-cita
Harapan (17,0%), (3) Hubungan Personal berkaitan dengan masa remaja dimana masa
(15,9%), (4) Kompetisi (10,4%), (5) Manaje- remaja penuh dengan harapan-harapan yang
men diri (3,1%) dan Lain-Lain (5,5%). semakin realistis.
Pengalaman kegagalan dalam hidup Pengalaman kegagalan bagi remaja
bagi remaja pertama adalah kegagalan aka- yang ketiga adalah kegagalan dalam hubun-
demik, kegagalan dalam akademik berasal gan personal, kegagalan dalam hubungan
dari kategori-kategori, seperti prestasi akade- personal terdiri dari kategori-kategori kecil,
mik, masuk perguruan tinggi, menyelesaikan seperti cinta, keharmonisan keluarga, men-
pendidikan, masuk sekolah yang diinginkan. dapatkan kepercayaan, menyesuaikan diri
Akademik dalam kamus ilmiah popular berarti dengan lingkungan, menjalankan agama, dan
keilmuan, tentang pengajaran di perguruan membahagiakan orang tua. Hubungan per-
tinggi, bersifat ilmu pengetahuan, berteori, sonal dalam kategori ini merupakan hubun-
tidak praktis (Partanto dan Barry, 1994). Kon- gan antara diri individu dengan dirinya sendiri
sep mengenai kegagalan dalam akademik di- dan orang lain dalam kaitan bagaimana ia ber-
dasarkan pada usia remaja yang sedang men- interaksi dengan dirinya sendiri dan dengan
empuh jenjang pendidikan sehingga harapan orang lain. Hubungan personal yang dijalani
dan segala aktivitas banyak berkaitan dengan oleh remaja dalam penelitian ini berkaitan
masalah akademik. dengan hubungan dengan lawan jenis yaitu
Pengalaman kegagalan bagi remaja cinta yang memang merupakan hal yang
yang kedua adalah kegagalan dalam hara- biasa dalam masa remaja, dan hubungan
pan, kegagalan dalam harapan terdiri dari dengan orang tua, masa remaja merupakan
kategori-kategori kecil, seperti memenuhi masa dimana remaja masih bergantung pada
harapan, karir, mengambil keputusan, meraih orang tua.
cita-cita, pembuktian diri. Harapan mereflek- Pengalaman kegagalan bagi remaja
sikan persepsi individu terhadap kemampuan yang keempat adalah kegagalan dalam kom-
mereka untuk mendefenisikan tujuan yang je- petisi, yang hanya terdiri dari satu kategori.
las, berinisiatif, dan mempertahankan motiva- Kompetisi dalam kategori ini merupakan sua-

98
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

tu bentuk persaingan ataupun pertandingan Penelitian ini selanjutnya menemukan


yang bertujuan untuk memperebutkan keme- bahwa ada perbedaan pengalaman kegaga-
nangan. lan dalam hidup ditinjau dari jenis kelamin
Pengalaman kegagalan bagi remaja antara laki-laki dan perempuan, laki-laki mer-
yang kelima adalah kategori manajemen diri, asa gagal dalam hal harapan (25,8%) dan
yang terdiri dari manajemen diri dan mengam- kompetisi (18,4%), sedangkan wanita lebih
bil keputusan, manajemen diri dalam kategori merasa gagal dalam hal akademik (56,7%)
ini merupakan pengendalian terhadap diri dari dan hubungan personal (16,5%).
perbuatan yang tidak baik.
Tabel. 3. Persentase Kategori Jawaban Pengalaman
Kegagalan Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Kategori Jenis Kelamin


Laki-laki Perempuan

Akademik 71 (32,7%) 220 (56,7%)


Harapan 56 (25,8%) 47 (12,1%)
Hubungan
Personal 32 (16,1%) 64 (16,5%)
Kompetisi 40 (18,4%) 23 (5,4%)
Manajemen diri 6 (1,3%) 13 (3,4%)
Lain-Lain 12 (5,5%) 21 (5,4%)

Total 217 (100%) 388 (100%)


Pada tabel 3 menunjukkan persentase mengakibatkan penghayatan bahwa dirinya


jawaban pengalaman kegagalan dalam hidup gagal dan kritik diri serta dapat memicu tim-
pada laki-laki dan perempuan, dimana laki-la- bulnya depresi (Santrock, 2007).
ki lebih menganggap kegagalan dalam hara- Penelitian ini menjelaskan bahwa
pan dan kompetisi sedangkan wanita lebih kegagalan bagi remaja berkaitan dengan
menganggap kegagalan dalam akademik dan harapan remaja untuk berhasil dalam bidang
hubungan personal. akademik, mencapai harapan, berhasil dalam
menjalin hubungan personal, berhasil dalam
Pembahasan kompetisi, dan berhasil alam manajemen diri.
Berkaitan dengan hasil ini dapat dilihat bahwa
Hasil temuan dalam penelitian ini remaja telah memiliki harapan-harapan dan
menemukan pengalaman kegagalan dalam tujuan hidup yang lebih jelas dan beragam,
hidup bagi remaja serta perbedaan kegaga- sebagaimana yang dikatakan oleh Santrock
lan pada laki-laki dan perempuan. Hasil pe- (2007) bahwa masa remaja merupakan suatu
nelitian ini menunjukkan bahwa remaja mera- masa perkembangan di mana individu mu-
sa kegagalan dalam hidup adalah kegagalan lai memfokuskan perhatiannya pada pilihan
dalam akademik, kegagalan dalam harapan, pekerjaan dan gaya hidup.
kegagalan dalam hubungan personal, kega- Berdasarkan hasil dimana kegagalan
galan dalam kompetisi, dan kegagalan mana- dalam akademik adalah berkaitan dengan
jenem diri. Remaja laki-laki lebih merasa ga- masa remaja yang sedang berada pada ta-
gal dalam harapan, dan kompetisi sedangkan hap menempuh pendidikan, sehingga hara-
perempuan lebih merasa gagal dalam hal pan dan segala aktivitas banyak berkaitan
akademik dan hubungan personal. dengan masalah akademik. Selanjutnya keg-
Beberapa hal yang berkaitan dengan agalan dalam mencapai harapan berkaitan
kegagalan pada remaja merupakan suatu dengan masa remaja yang sedang memper-
representasi dari keinginan dan harapan yang siapkan diri menuju pencapain identitas diri.
ingin dicapai, sebagaimana yang dikatakan Mencari identitas diri mencakup hal memu-
oleh Hwang (2012) bahwa situasi sukses tuskan apa yang penting dan patut dikerja-
dan kegagalan merupakan representasi dari kan serta memformulasikan standar tindakan
tujuan hidup yang ingin dicapai. Selanjutnya dalam mengevaluasi perilaku dirinya dan juga
ketika harapan tersebut tidak tercapai maka perilaku orang lain. Hal ini mencakup juga
akan menjadi sesuatu yang menimbulkan perasaan harga diri dan kompetensi diri (At-
gejolak emosi didalam diri remaja dan men- kinson, 1983).
jadi suatu hal yang menyakitkan, dimana Kategori selanjutnya adalah kegaga-
ketika self ideal “seseorang menjadi apa” lan dalam menjalin hubungan personal mer-
tidak sesuai dengan self actual, maka dapat upakan kegagalan yang berkaitan dengan

99
Pengalaman Kegagalan Pada Laki-Laki dan Perempuan....Muhammad Nur Syamsu

bagaimana individu berhubungan dengan kurang banyak yang terpilih menjadi wakil
orang lain. Kemampuan membina hubungan dalam jajaran tertinggi dari suatu organisasi.
ditandai dengan kemampuan mengenda- Selanjutnya DeZolt dan Hull (dalam Sant-
likan dan menangani emosi dengan baik ke- rock, 2007) mengemukakan salah satu fakta
tika berhubungan dengan orang lain, cermat mengenai perbedaan antara laki-laki dan
membaca situasi dan jaringan sosial, berinter- perempuan dalam sekolah yaitu ketika siswa
aksi dengan lancar, memahami dan bertindak sekolah dasar diminta untuk membuat daftar
bijaksana dalam hubungan antar manusia mengenai apa yang diinginkan setelah besar
(Goleman, 2004). Kategori berikutnya kega- nanti, murid laki-laki cenderung lebih banyak
galan dalam kompetisi merupakan kegagalan menyebutkan pilihan karier dibandingkan mu-
yang berkaitan dengan bagaimana individu rid perempuan.
ingin mencapai suatu kemenangan dalam Berry (1999) juga mengatakan bahwa
suatu persaingan dan pertandingan. Kate- perbedaan kategori biologis antara pria dan
gori yang terakhir adalah kategori kegagalan wanita juga menghasilkan praktik kultural
dalam manajemen diri, dimana manajemen yang berupa pola pengasuhan anak, peran,
diri merupakan pengendelaian diri terhadap stereotip gender, dan ideologi peran seks
perilaku yang tidak baik. yang mengarah pada tindakan pemisahan
Penelitian ini juga selanjutnya men- antara pria dan wanita. Peran yang dikena-
emukan bahwa adanya perbedaan pengala- kan pada pria dan wanita pada akhirnya
man kegagalan pada laki-laki dan perem- bisa menjadi sebuah stereotip gender, yaitu
puan. Laki-laki lebih merasa pengalaman keyakinan mengenai sekumpulan arti yang di-
kegagalan dalam mencapai harapan dan hubungkan dengan laki-laki dan perempuan
kompetisi, sedangkan perempuan lebih mer- (Hurlock 1997). Stereotip gender (gender ste-
asa pengalaman kegagalan dalam akademik reotip) juga dapat diartikan sebagai suatu kat-
dan hubungan personal. Hal ini menjelas- egori luas yang mencerminkan berbagai ke-
kan bahwa laki-laki lebih mempunyai tujuan san dan keyakinan kita mengenai perempuan
hidup pada harapan mengenai karir, meraih dan laki-laki (Santrock, 2007)
cita-cita, dan kompetisi, sedangkan perem- Stereotip gender bagi pria dan wanita
puan lebih mempunyai harapan pada hal-hal yang telah terbentuk dan berkembang dalam
yang berkaitan dengan akademik dan hubun- masyarakat menjadi acuan bagi individu un-
gan personal seperti keharmonisan keluarga, tuk berperilaku, seperti yang dinyatakan Hur-
membahagiakan orang tua, cinta dan me- lock (1997) bahwa stereotip gender meng-
nyesuaikan diri dengan lingkungan. harapkan setiap individu mampu menerima
Perbedaan harapan antara laki-laki kenyataan bahwa mereka harus menyesuai-
dan perempuan ini dapat didasari oleh adan- kan diri dengan stereotip peran gender yang
ya strereotip gender mengenai peran sosial telah disetujui bila ingin mendapatkan peneri-
yang ada di lingkungan masyarakat, per- maan sosial yang baik.
bedaan peran sosial ini menyebabkan adan- Di Indonesia, streotipe mengenai
ya perbedaan sikap, harapan, dan tujuan laki- gender berbasis ekspresi serta peran so-
laki dan perempuan (Putri dkk, 2012). Peran sial masih sangat tinggi (Putri dkk: 2012),
pria dan wanita yang dibedakan satu sama streotipe mengenai ekspresi dan peran so-
lain didasari pada pendapat Brannon (1996), sial ini menyebabkan adanya perbedaan si-
bahwa pria diharapkan menunjukkan peran kap, harapan dan tujuan antara laki-laki dan
sebagai sosok tangguh, percaya diri, berori- perempuan. Berbagai macam hal seperti
entasi pada kesuksesan dan mengejar sta- jenis-jenis pekerjaan dan harapan mengenai
tus, sedangkan wanita diharapkan menunjuk- sesuatu seringkali didasarkan pada tuntutan
kan peran lemah lembut, sopan, patuh, dan dan streotipe antara laki-laki dan perempuan.
pandai mengurus rumah tangga. Parsons dan Sebagaimana yang dikatakan oleh Garaig-
Bales (dalam Brannon, 1996) menyebut per- ordobil, Maganto, Perez, dan Sansinenea
an pria tersebut sebagai peran instrumental (dalam Putri dkk, 2012) jenis pekerjaan ser-
dan peran bagi wanita disebut sebagai peran ingkali didasarkan pada stereotip tentang
ekspresif. bagaimana laki-laki diharapkan lebih kuat
Alice Eagly (dalam Santrock, 2007) dibandingkan perempuan, laki-laki cenderung
mengajukan teori peran sosial (social role untuk lebih agresif, antisosial, perilaku yang
theory), yang mengatakan bahwa perbedaan eksternal, sedangkan anak perempuan lebih
gender terutama diakibatkan oleh perbedaan cemas, depresif, dan internalisasi masalah.
yang ekstrem antara perempuan dan laki-la- Williams dan Best (dalam Santrock,
ki. Eagly (dalam Santrock, 2007) juga men- 2007) juga mengatakan bahwa di berbagai
gatakan dibandingkan laki-laki, perempuan budaya, laki-laki secara luas dianggap seba-
lebih banyak melakukan tugas rumah tangga, gai sosok yang dominan, mandiri, agresif, ber-
kurang banyak menggunakan waktunya un- orientasi pada prestasi, dan gigih, sementara
tuk melakukan pekerjaan yang digaji, mem- perempuan pada umumnya dianggap seba-
peroleh penghasilan yang lebih rendah, dan gai sosok yang mengasuh, gemar berkumpul,

100
Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 2, Desember 2014

kurang percaya diri, dan lebih banyak me- cita-cita, dan kompetisi sedangkan perem-
nolong orang lain yang sedang mengalami puan dalam hal akademik seperti gagal dalam
kesulitan. Hal ini dipengaruhi oleh orang tua, prestasi akademik dan hubungan personal,
masyarakat, dan kelompok sosial. Beberapa seperti masuk perguruan tinggi, menyele-
konsep tersebut menunjukkan tingkat hara- saikan pendidikan, keharmonisan keluarga,
pan yang tinggi pada laki-laki dibandingkan membahagiakan orang tua, dan menyesuai-
wanita, sehingga menyebabkan laki-laki lebih kan diri dengan lingkungan. Hal ini merupakan
mempunyai banyak harapan dan wanita leb- representasi dari harapan dan tujuan hidup
ih hanya fokus pada hal yang dihadapi nya remaja pada penelitian ini, dimana harapan
saat ini, dimana subjek wanita pada penelitian dan tujuan hidup pada laki-laki yaitu pada
ini yang merupakan mahasiswa lebih hanya harapan seperti karir, cita-cita, dan komeptisi,
mempunyai tujuan dan harapan pada issu sedangkan wanita lebih pada akademik dan
akademik yang dihadapi saat ini. hubungan personal seperti keharmonisan ke-
Sue dan Sue (2003) juga selanjutnya luarga, membahagiakan orang tua, dan me-
mencatat bahwa kemampuan individu untuk nyesuaikan diri dengan lingkungan.
beradaptasi sangat dipengaruhi oleh latar be-
lakang budaya dan pandangan dunia. Menurut Kesimpulan
Sue dan Sue (2003), pandangan dunia yang
terdiri dari sikap kita, nilai-nilai, dan pendapat Berdasarkan hasil penelitian, dapat
mempengaruhi bagaimana kita berpikir, men- disimpulkan, pertama, beberapa pengalaman
definisikan peristiwa, membuat keputusan, kegagalan dalam hidup bagi remaja adalah
dan berperilaku. Hal ini mendukung gagasan gagal dalam akademik, harapan, hubungan
bahwa harapan seseorang sering berada dan personal, kompetisi, dan manajemen diri,
didasarkan pada konteks budaya tertentu. dengan pengalaman kegagalan yang paling
Sebagaimana yang dikatakan oleh Calhoun banyak adalah kegagalan pada akademik.
dan Acocella (dalam Rinaldi, 2010) keadaan Kedua, ada perbedaan pengalaman
sosial masyarakat mempengaruhi penyesua- kegagalan antara laki-laki dan perempuan, di-
ian antara laki-laki dan perempuan. Setiap mana laki-laki lebih merasa pengalaman keg-
kelompok masyarakat mempunyai pandan- agalan adalah kegagalan dalam mencapai
gan dan konsep perilaku sendiri-sendiri ten- harapan dan kompetisi, seperti gagal dalam
tang perilaku laki-laki dan perempuan dan karir, cita-cita, dan gagal dalam kompetisi, se-
menanamkan patokan tersebut. dangkan perempuan lebih merasa pengala-
Berdasarkan beberapa konsep men- man kegagalan adalah kegagalan dalam aka-
genai perbedaan harapan yang disebabkan demik dan hubungan personal, seperti gagal
oleh perbedaan peran pria dan wanita yang dalam prestasi akademik, masuk perguruan
dibedakan satu sama lain didasari pada pen- tinggi menyelesaikan pendidikan.
dapat Brannon (1996), dan menurut Berry dkk
(1999) bahwa perbedaan kategori biologis Daftar Pustaka
menghasilkan peran, stereotip gender, dan
ideologi peran seks yang mengarah pada tin- Berry, J.W. Poortinga, Y.H., Segall, M.H.,
dakan pemisahan antara pria dan wanita, ser- Dasen, P.R. (1999). Psikologi Lintas
ta peran yang dikenakan pada pria dan wanita Budaya: Riset dan Aplikasi. Alih
pada akhirnya bisa menjadi sebuah stereotip Bahasa: Edi Suhardono. Jakarta:
gender, yaitu keyakinan mengenai sekumpu- PT.Gramedia Pustaka Utama.
lan arti yang dihubungkan dengan laki-laki Brannon, L. (1996). Gender: Psychological
dan perempuan (Hurlock, 1997), dan stereo- Perspectives. Massacussett: Allyn &
tip gender bagi pria dan wanita yang telah ter- Bacon.
bentuk dan berkembang dalam masyarakat Harmaini, & Hidayat (2012). Mengapa Ke-
menjadi acuan bagi individu untuk berper- gagalan Menyakitkan. Laporan Pene-
ilaku, seperti yang dinyatakan Hurlock (1997) litian Fakultas Psikologi UIN Suska
bahwa stereotip gender mengharapkan setiap Riau.
individu mampu menerima kenyataan bahwa Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkem-
mereka harus menyesuaikan diri dengan ste- bangan: Suatu Pendekatan Sepan-
reotip peran gender yang telah disetujui bila jang Rentang Kehidupan. Alih
ingin mendapatkan penerimaan sosial yang Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo.
baik. Jakarta: Erlangga.
Sehingga berdasarkan konsep-kon- Husni, D, Milla N.M, Fitriyani E. (2012) Sense
sep tersebut dapat mendukung hasil pe- of Pride Different Between Boys and
nelitian ini yang menemukan bahwa adanya Girls. Laporan Penelitian Fakultas
perbedaan pengalaman kegagalan antara Psikologi UIN Suska Riau.
laki-laki dan perempuan, dimana pengala- Hwang, K.K . (2012). Foundation of Chinese
man kegagalan pada laki-laki adalah gagal Psychology. Taiwan : Springer
mencapai harapan, seperti gagal dalam karir, Karnani, H., & Pomm, H., (2006). Screening

101
Pengalaman Kegagalan Pada Laki-Laki dan Perempuan....Muhammad Nur Syamsu

for adolescent depression and konflik pada Boundary Role Person,


anxiety in the primary care environ- Arkhe, Jurnal Ilmiah Psikologi. 4, No
ment: Calming the storm within. 7: Jakarta Fakultas Psikologi
Northeast Florida Medicine, 41-46. Universitas Tarumanegara.
Oetami, P., Yuniarti, K.W. (2011). Orientasi Santrock, J.W (2003). Adolescence
Kebahagiaan SMA, Tinjauan Psikologi (Perkembangan Remaja). Jakarta :
Indigenous pada Siswa Laki-Laki dan Erlangga
Perempuan. Humanitas, Vol. VIII No Santrock, John W. (2007) Remaja, edisi
2. Yogyakarta: Universitas Gadjah kesebelas. Erlangga.
Mada. Sari, R.P, Rejeki T.A & Achmad M.M (2006).
Papalia, Old, &Feldman. (2008). Human Pengungkapan Diri Mahasiswa Tahun
development. Jakarta : Kencana. Pertama Universitas Dipenogoro
Putri, A.K, Prawitasari, J.E, Hakim, M.A, Ditinjau Dari Jenis Kelamin dan Harga
Yuniarti, K.W, Kim Uichol (2012). Diri. Jurnal Psikologi Universitas
Sadness as perceived by Indonesian Diponegoro, Vol 3,No 2.
man and female adolescent. Sarwono, S. W. (2001). Psikologi remaja.
International Journal of Research Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Studies in Psychology, Vol 1, No 127- Sue, D. W., & Sue, D. (2003). Counseling the
136. culturally diverse: Theory and Practice
Rinaldi (2010). Reseliensi pada Masyarakat (4th ed). NY: Wiley & Son.
Kota Padang ditinjau dari Jenis http://nasional.kompas.com/read/308.000.
Kelamin. Jurnal Psikologi Vol. 3,No 2. SNMPTN
Rostiana (1999). Deskripsi dan dinamika

102

Anda mungkin juga menyukai