Disusun Oleh :
PROGRAM STUDIPROFESIAPOTEKER
FAKULTAS MATEMATIKADANILMUPENGETAHUANALAM
INSTITUT SAINSDAN TEKNOLOGI NASIONAL
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada Program
Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Omni
Pulo Mas yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 Januari _ 28 Februari 2019.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi sekaligus untuk
mengembangkan wawasan sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteer.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
1. Ibu Okpri Meila, M.Farm, Apt selaku ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi ISTN
2. Ibu Julia Totong, S.Si, M.Farm, Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi dan Sekaligus
sebagai pembimbing di RS Omni Pulo Mas yang telah memberikan kesempatan,
pengarahan, memberikan ilmu, dan pengalaman selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
3. Ibu Rahayu Wijayanti, M. Farm, Apt selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu
dan pikirannya untuk membimbing penulis
4. Seluruh staf dan karyawan Instalasi Farmasi RS Omni Pulo Mas
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat penting harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.4 Profil Pengobatan Pasien ............................................................................................ 16
3.5 Pemantauan Terapi Obat Pasien ................................................................................. 17
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................................... 18
4.1 Pembahasan Kasus .................................................................................................... 18
4.2 Asuhan Kefarmasian ................................................................................................. 19
BAB V PENUTUP....................................................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 20
5.2 Saran ........................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
koroner merupakan penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Negara Eropa, Jepang dan
Singapura.
Menurut Hasil survei dari Riset Kesehatan Dasar, menunjukkan prevalensi penyakit jantung
koroner di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah sebesar 1,5% atau
diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Angka penyakit jantung koroner di wilayah Sumatera Barat
mendekati prevalensi Nasional, yaitu mencapai 1,2%.
1.2 Tujuan
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengkaji profil pengobatan pasien rawat inap di RS Omni
Pulo Mas untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan mengevaluasi adanya Drug Related Problem
(DRP) serta menilai pengobatan rasional yang ditinjau dari Drug Related Problem (DRP).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pemantauan Terapi Obat (PTO)
2.1.1. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 72 Tahun 2016,
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencangkup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman efektif dan rasional bagi pasien.
2.1.2. Kegiatan dalam PTO meliputi :
a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki.
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
c. pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
2.1.3. Tahapan PTO :
a. Pengumpulan data pasien
b. Identifikasi masalah terkait obat
c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
d. Pemantauan
e. Tindak lanjut
2.1.4. Faktor yang harus diperhatikan :
a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti terkini dan
terpercaya (Evidence Best Medicine)
b. Kerahasiaan informasi
c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).
3
Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerima
polifarmasi.
Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
Pasien geriatri dan pediatri.
Pasien hamil dan menyusui.
Pasien dengan perawatan intensif.
2.2.2. Obat
a. Jenis Obat
Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti :
obat dengan indeks terapi sempit (contoh: digoksin,fenitoin)
obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik (contoh: OAT)
sitostatika (contoh: metotreksat)
antikoagulan (contoh: warfarin, heparin)
obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklopramid, AINS)
obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin)
b. Kompleksitas regimen
Polifarmasi
Variasi rute pemberian
Variasi aturan pakai
Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi)
2.2.3.Pengumpulan Data Pasien
Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data tersebut
dapat diperoleh dari:
a. rekam medik.
b. profil pengobatan pasien/pencatatan penggunaan obat.
c. wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
Rekam medik merupakan kumpulan data medik seorang pasien mengenai
pemeriksaan, pengobatan dan perawatannya di rumah sakit. Data yang dapat diperoleh
dari rekam medik, antara lain: data demografi pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penggunaan obat, riwayat keluarga, riwayat
sosial, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnostik, diagnosis dan terapi.
4
Data tersebut di pelayanan komunitas dapat diperoleh melalui wawancara dengan
pasien, meskipun data yang diperoleh terbatas. Pofil pengobatan pasien dirumah sakit
dapat diperoleh dari catatan pemberian obat oleh perawat dan kartu formulir penggunaan
obat oleh tenaga farmasi.
Profil tersebut mencakup data penggunaan obat rutin, obat p.r..n (obat jika perlu),
obat dengan instrsi khusus (contih: insulin). Seringkali data yang diperoleh dari rekam
medis dan profil pengobatan pasien belum cukup melakukan PTO, oleh karena itu perlu
dilengkapi dengan data yang diperoleh dari wawancara pasien, anggota keluarga , dan
tenaga kesehatan lainnya.
2.2.4.Masalah Terkait Obat (Depkes, 2009)
a. Ada indikasi tetapi tidak di terapi. Pasien yang diagnosisnya telah ditegakkan dan
membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan. Perlu diperhatikan bahwa tidak
semua keluhan/ gejala klini harus diterapi dengan obat.
b. Pemberian obat tanpa indikasi
c. Pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan
d. Pemilihan obat yang tidak tepat. Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik
untuk kondisi khususnya (bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost
effective), kontraindikasi.
e. Dosis terlalu tinggi
f. Dosis terlalu rendah
g. Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
h. Interaksi obat
2.2.5.Rekomendasi Terapi
Tujuan utama pemberian terapi obat adalah peningkatan kualitas hidup pasien,
yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyembuhkan penyakit (contoh: infeksi).
b. Menghilangkan atau mengurangi gejala klinis pasien (contoh: nyeri).
c. Menghambat progresivitas penyakit (contoh: gangguan fungsi ginjal).
d. Mencegah kondisi yang tidak diinginkan (contih: stroke).
2.2.6. Rencana Pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu dilakukan pemantauan,
dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang
dikehendaki. Apoteker dalam membuat rencana pemantauan perlu menetapkann langkah-
langkah:
5
a. Menetapkan parameter farmakoterapi
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih parameter pemantauan,
antara lain:
1. Karakteristik obat (contoh: sifat nefrotoksik dan aminoglikosida).
2. Obat dengan indeks terapi sempit yang harus diukur kadarnya dalam darah
(contoh: digoksin).
3. Efikasi terapi dan efek merugikan dari regimen.
4. Perubahan fisiologi kpasien (contoh: penurunan fungsi ginjal pada pasien geriatric
mencapai 40%).
5. Efisiensi pemeriksaan laboratorium :
Kepraktisan pemantauan (contoh: pemeriksaan kadar kalium dalam darah
untuk penggunaan furosemid dandigoksin secara bersamaan)
Ketersediaan (pilih parameter pemeriksaan yang tersedia)
Biaya pemantauan.
b. Menetapkan sasaran terapi (end point)
Penetapan sasaran akhir didasarkan pada nilai/gambaran normal atau yang
disesuaikan dengan pedoman terpi. Apabila menetukan sasaran terapi yang
diinginkan, apoteker harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Faktor khusus pasien seperti umur dan penyakit yang bersamaan diderita pasien
(Contoh: perbedaan kadar teofilin pada pasien penyakit paru obstruksi kronis/
PPOK dan asma).
2. Karakteristik obat
Bentuk sediaan, rute pemberian, dan cara pemberian akan mempengaruhi
sasaran terapi yang diinginkan( contoh/; perbdaan penurunan kadar gula darah
pada pemberian insulin dan anti diabetes oral).
c. Frekuensi pemantauan tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan risiko yang
berkaitan dengan terapi obat pasien dengan kondisi relatives tabilti dak memerlukan
pemantauan yang sering. Berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi pemantauan
antara lain:
1. Kebutuhan khusus dari pasien
Contoh: penggunaan obat nefrotoksik pada pasien gangguan fungsi ginjal.
2. Karakteristik obat pasien
Contoh: pasien yang menerima warfarin.
3. Biaya dan kepraktisan pemantauan.
6
4. Permintaan tenaga kesehatan lain.
Proses selanjutnya adalah menilai keberhasilan atau kegagalan mencapai sasaran
terapi. Keberhasilan dicapai ketika hasil pengukuran parameter klinis sesuai dengan
sasaran terapi yang telah ditetapkan. Salah satu metode sistematis yang dapat
digunakan dalam PTO adalah Subjective, Objective,Assesment, Planning (SOAP).
a. S: Subjective
Data subjektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien.Contoh: pusing, mual,
nyeri, sesaknafas.
b. O: Objective
Data objektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan, tanda-tanda
mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafaasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostic.
c. A: Assesment
Berdasarkan data subjektif dan objektif dilakukan analisis untuk menilai
keberhasilan terapi, meminimalkan efek yang tidak dikehendaki dan kemungkinan
adanya masalah baru terkait obat
d. P: Plan
Setelah dilakukan SOAP maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Rekomendasi yang dapat
diberikan:
1. Memberikan alternative terapi, menghentikan pemberian obat, memodifikasi
dosis atau interval pemberian, merubah rute pemberian.
2. Mengeduka sipasien
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Perubahan pola makanan atau penggunan nutrisi
5. Perubahan pola makanan atau penggunan nutrisi parenteral/erenteral
6. Pemeriksaan parameter klinis lebih sering
2.2.7. Tindak Lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait. Kegagalan terapi obat
disebabkan karena ketidakpatuhan pasien dan kurangnya informasi obat. Sebagai tindak
lanjut pasin harus mendapatkan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) secara tepat
sebaiknya:
a. Tidakbertentangan/berbedadenganinformasidari tenagakesehatan lain.
7
b. Tidak menimbulkan keraguan pasien dalam menggunkan obat.
c. Dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat.
2.3.Definisi Penyakit
2.3.1. Hipertensi
a. Definisi
atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau
kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada.Tekanan
Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri.(Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinyatekanan/tegangan; jadi, hipertensi
adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkankenaikan tekanan
darah diatas nilai normal.Patofisiologi
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
b. Etiologi
Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
1. Keturunan
8
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau
tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar
tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang
2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda
3. Garam
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit
hitam.
4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan
9
5. Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
7. Rokok
serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus
8. Kafein
Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun
9. Alkohol
10
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
d. Kelelahan.
e. Mual.
f. Sesak napas.
g. Gelisah.
h. Muntah.
i. Mudah tersinggung.
j. Sukar tidur.
k. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung,
dan ginjal
hipertensi. Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah
11
angka tekanan darah yang normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui ada
12
Nyeri angina yang khas adalah nyeri retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar ke
arah lengan kiri dan leher kiri hingga ke rahang dan telinga kiri. Secara klinis, iskemik miokard
dapat manifes dalam bentuk :
1. Asimtomatik
2. Angina pektoris, yang dapat berbentuk: a) Angina stabil; b) Angina tak stabil; c) Angina
varian (Prinzmetal); d) Iskemia Miokard Tenang.
3. Gagal jantung, yang bisa gagal jantung sistolik maupun diastolik, terutama timbul pada
pendertita yang telah mengalami infark miokard.
4. Aritmia, yang dapat berbentuk bermacam-macam termasuk kematian mendadak.
5. Infark miokard akut.
c. Klasifikasi
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner yaitu :
Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia)
Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina)
baik saat istirahat maupun beraktivitas. Ketika menjalani EKG akan menunjukan depresi
segmen ST,pemeriksaan fisik dan vital sign dalam batas normal.
Angina Pektoris Stabil (STEMI).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Angina Pektoris Stabil Terdapat nyeri dada saat
melakukan aktivitas berlangsung selama 1 – 5 menit dan hilang saat istirahat. Nyeri dada
bersifat kronik (>2 bulan). Nyeri terutama di daerah retrosternal, terasa seperti tertekan
benda berat atau terasa panas dan menjalar ke lengan kiri, leher, maksila, dagu, punggung,
dan jarang menjalar pada lengan kanan. Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi
segmen ST.
Angina Pektoris tidak Stabil (NSTEMI).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Angina Pektoris tidak Stabil Secara
keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi nyeri lebih bersifat progresif dengan
frekuensi yang meningkat dan sering terjadi saat istirahat. Pada pemeriksaan EKG biasanya
didapatkan deviasi segmen ST .
Infark Miokard Akut (IMA).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Infark Miokard Akut Sering didahului dada
terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada seperti tertekan, teremas, tercekik, berat,
13
tajam dan terasa panas, berlangsung >30 menit bahkan sampai berjam – jam. Pemeriksaan
fisik didapatkan pasien tampak ketakutan, gelisah, tegang, nadi sering menurun dan
elektrokardiografi menunjukan elevasi segmen ST.
d. Gejala dan Tanda
Gejala penyakit jantung koroner adalah :
Sakit dibagian dada, sakit dibagian lengan, pundak, leher, rahang dan juga bagian punggung
Mengalami sesak nafas
Keluhan pada sakit dada biasanya bervariasi terjadi.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
Perkembangan Keluhan
Keluhan Pasien Pasien
24/2/19 26/2/19
Lemas √ √
Nyeri dada √
Sesak Nafas √
15
3.3 Data Pemeriksaan Pasien
Hasil Pemeriksaan
Parameter Nilai Normal
24/02/19
Suhu 36 – 37.5˚C 36,9 ˚C
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/80
Nadi 60-100x/menit 73
Pernapasan (x/min) 20
Hasil
Parameter Nilai Normal Pemeriksaan
20/2/19
Hematologi
Hemoglobin 12-14 13,1
Hemotokrit 37-43 41
Leukosit 5,0-10,0 11,1
Trombosit 150-400 282
16
jantung
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada saat masuk Tn. Z dilakukan pemeriksaan umum dan pemeriksaan laboratorium
dengan hasil yaitu suhu (36,9 ˚C), Tekanan Darah (130/70 mmHg), Nadi (73 x/min), Pernafasan
(20 x/min), Hemoglobin (Normal : 12-14 Hasil : 13,1), Hematokrit (Normal : 37-43 Hasil : 41),
Leukosit (Normal : 5,0-10,0 Hasil : 11,1), Trombosit (Normal : 150-400 Hasil : 282) dan pasien
mengeluh sesak nafas dan lemas, nyeri akut dengan skala nyeri 2-3.
Selama perawatan di rumah sakit, pasien diberikan terapi ISDN (3x 5mg), Simvastatin
(1x 20 mg), Ramipril (1x5 mg), Amlodipine (1x 5mg), Miniaspi (3x 80mg), Nitrokaf Retard (2x
2,5mg), Furosemid (1x 20mg) Berdasarkan data pengobatan, pasien mendapatkan Ramipril 5
mg sebagai obat hipertensi dan jantungnya dimana bisoprolol merupakan golongan Ace Inhibitor
yang akan membuat pembuluh darah melebar sehingga darah dapat mengalir lebih lancar dan
tekanan darah turun. Untuk obat miniaspi dan simvastatin terkait terapi dokter bertujuan untuk
mencegah komplikasi penyakitnya. Dan yang perlu di monitoring penggunaan obat nya yaitu
pemberian golongan diuretic yang menyebabkan hipotensi pada pasien yaitu 130/80 pada tangga
25/02/19. Dan untuk pemberian ISDN 5 mg bertujuan untuk menghilangkan keluhan pasien
karena nyeri dada.
18
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dengan adanya pemantauan terapi obat (PTO), diharapkan dapat menjadi acuan Apoteker
dalam melakukan praktik profesi terutama dalam pelayanan farmasi klinik di rumah sakit dalam upaya
memperoleh terapi yang maksimal dan efek samping obat yang minimal. Berdasarkan hasil pengkajian
dan analisa PTO dapat ditarik kesimpulan bahwa Tn. SM didiagnosa Diabetes Melitus tipe II,
Coronary Artery Disease dan karena menggunakan banyak obat yang harus terus dipantau agar tidak
terjadi reaksi yang tidak diinginkan.
5.2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2015.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2009.
Pedoman Pemantauan Terapi Obat.
Nugraheni, A.Y., Sari, I.P. dan Andayani, T.M. 2015, “Pengaruh Konseling Apoteker Dengan Alat Bantu
Pada Pasien Diabetes Mellitus. Fakultas Farmsi Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta”. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Volume 5 (4), Halaman 225-
232.
Anonim. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Anonim. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2012 tentang Jaminan Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
20