Anda di halaman 1dari 9

Tugas Agama

Penerapan Prinsip Ekonomi Islam Di Indonesia

SYIRKAH
Di

Oleh

Kelompok 5 :

-Hamzah.H
-Putri Ariandini
-Awajri

SMAN 1 MAMUJU

Tahun Ajaran 2018/2019

Kab. Mamuju

A. Pengertian Syirkah (Kerjasama)


Kerjasama sering disebut al musyarakah. Istilah lain dari al musyarakah adalah
syirkah atau syarikah. Musyarakah adalah kerjasama antara kedua belah pihak
untuk memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Kata Syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika (fiil madhi),
yasyraku (fiil mudhari’), syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/ kata dasar),
artinya menjadi sekutu atau serikat.

Secara etimologi, al-syirkah berarti ikhtilath (percampuran), yaitu


percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.
Sedangkah menurut istilah, syirkah adalah keikutsertaan dua orang atau lebih
dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah modal yang ditetapkan berdasarkan
perjanjian untuk bersama-sama menjalankan suatu usaha dan pembagian
keuntungan atau kerugian dalam bagian yang ditentukan, atau akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu, di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Syirkah menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 20 (3)


adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan,
keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang
berserikat. Secara singkat, syirkah dapat didefinisikan sebagai akad antara
orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan.

Mu'amalah dengan cara syirkah boleh dilakukan antara sesama muslim


ataupun antara orang Islam dengan orang non- muslim. Dengan kata lain, seorang
muslim boleh melakukan syirkah dengan orang Nashrani, Yahudi atau orang non-
muslim lainnya. Imam Muslim pernah meriwayatkan hadis dari 'Abdullah bin
'Umar sebagai berikut:
Dari ‘Abdillah bin ‘Umar, dari Rasulullah saw bahwa Rasulullah saw telah
menyerahkan kebun kurma kepada orang- orang Yahudi Khaibar untuk digarap
dengan modal harta mereka. Dan beliau mendapat setengah bagian dari hasil
panennya.” (HR. Muslim).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukum melakukan syirkah dengan


orang Yahudi, Nashrani atau orang non- muslim yang lain adalah mubah. Hanya
saja, orang muslim tidak boleh melakukan syirkah dengan orang non- muslim
untuk menjual menjual barang- barang yang haram, seperti minuman keras, babi,
dan benda haram lainnya. Karena bagaimanapun juga, Islam tidak membenarkan
jual beli barang- barang yang haram, baik secara individu maupun secara syirkah.

B. Dasar Hukum

Akad syirkah dibolehkan, menurut Ulama Fiqih, berdasarkan Al-Qur’an dan


Hadits.

1. Al-Qur’an

Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. Seorang Muslim,
apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan
sebagainya, harus berpegang pada tuntunan Allah SWT dalam Al Qur’an:

QS. An Nisaa’ (4): 29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan
jalan batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan secara suka sama suka di
antara kalian…”

QS. Shaad (38); 24

Daud berkata: “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim padamu dengan minta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnnya. Dan sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim
kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mereka yang
mengerjakan amal yang shaleh dan amat sedikitlah mereka ini. Dan Daud
mengetahui,bahwa kami mengujinya, maka ia meminta ampun pada Tuhannya lalu
menyungkur sujud dan berdo’a.

QS. An Nisaa’ (4): 12

Merupakan ayat hukum kewarisan yang menunjukkan adana persekutuan milik


antara para ahli waris terhadap harta warisan sebelum dibagi.
2. Hadits Rasul

Kemitraan usaha dan pembagian hasil telah dipraktikan selama zaman Rasulullah.
Para sahabat terlatih dan mematuhinya dalam menjalankan metode ini. Rasulullah
tidak melarang bahkan menyatakan persetujuannya dan ikut menjalankan metode
ini. Syirkah hukumnya ja’iz atau mubah, berdasarkan dalil Hadis Nabi SAW.
Berupa taqrir / pengakuan beliau terhadap syirkah:

a) Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW


yang bersabda: Allah SWT berfirman: “Aku adalah pihak ketiga ( Yang Maha
Melindungi ) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang di
antara mereka tidak berkhianat kepada perseronya. Apabila di antara mereka
ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi).”

b) HR. Abu Daud: “Umat Islam bersekutu dalam tiga hal: air, padang rumput,
dan api...”

c) HR. Nasa’i: Dari Abdullah: “..... Aku, Ammar dan Sa’ad bersyirkah dalam
perolehan perang Badar. Lalu Sa’ad mendapat dua ekor kuda sedangkan Aku dan
Ammar tidak mendapatkan apapun.

C. Rukun dan Syarat

1. Ijab (pernyataan pihak pertama) dan Kabul (persetujuan pihak kedua)

2. Pihak yang berkontrak

3. Objek kesepakatan berupa modal dan kerja

Syirkah juga harus memenuhi syarat-syarat berikut. Subjek hukum adalah orang
yang berakal sehat, dewasa dan cakap bertindak hukum atau diwakilkan;

- Objek akad adalah hal-hal yang dapat diwakilkan agar memungkinkan setiap
anggota syirkah betindak hukum atas nama seluruh anggota;

- Para pihak melakukan perjanjian suka rela;

- Bagian keuntungan untuk masing-masing anggota adalah bagian dari keseluruhan


keuntungan yang ditentukan secara persentase;

- Barang modal atau uang umumnya dapat dihargai dan diserahkam oleh masing-
masing sekutu untuk disatukan.
D. Bentuk-Bentuk Syirkah

1. Syirkah Al – Amwal

Syirkah amwal, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih dalam modal
(harta). Syirkah al-amwal yang diatur dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
adalah dalam kerja sama modal, setiap anggota syirkah harus menyertakan modal
berupa uang tunai atau barang berharga (Pasal 146 KHES) dan apabila kekayaan
anggota yang akan dijadikan modal syirkah bukan berbentuk uamg tunai, maka
kekayaan tersebut harus dijual dan atau dinilai terlebih dahulu sebelum
melakukan akad kerja sama (Pasal 147 KHES).

2. Syirkah Abdan (Amal)

Syirkah abdan (persekutuan kerja/fisik), yaitu perjanjian persekutuan antara


dua orang atau lebih untuk menerima pekerjaan dari pihak ketiga yang akan
dikerjakan bersama dengan ketentuan upah dibagi di antara para anggotanya
sesuai dengan kesepakatan mereka. Syirkah abdan diatur dalam KHES sebagai
berikut;

- Suatu pekerjaan mempunyai nilai apabila dapat dihitung dan diukur.


Begitu juga suatu pekerjaan dapat dihargai dan atau dinilai berdasarkan jasa dan
atau hasil (Pasal 148 (1 dan 2) KHES).

- Jaminan boleh dilakukan terhadap akad kerja sama pekerjaan, dan


penjamin kada kerja sama pekerjaan berhak mendapatkan imbalan sesuai
kesepakatn (Pasal 148 (1 dan 2) KHES).

- Para pihak yang melakukan akad kerja sama, pekerjaan dapat


menyertakan akad ijarah tempat dan atau upah karyawan berdasarkan
kesepakatan (Pasal 152(1) KHES).

- kerja sama pekerjaan dapat berlaku ketentuan yang mengikat para pihak
dan modal yang disertakan (Pasal 152 KHES).

Contohnya:

A dan B sama-sama nelayan dan bersepakat melaut bersama untuk mencari ikan.
Mereka juga sepakat apabila memperoleh ikan akan dijual dan hasilnya akan
dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%.
Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh
berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah abdan terdiri dari beberapa tukang
kayu dan tukang batu. Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan
merupakan pekerjaan halal dan tidak boleh berupa pekerjaan haram, misalnya
berburu anjing. Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan,
porsinya boleh sama atau tidak sama di antara syarik (mitra usaha).

3. Syirkah Mufawadhah

Syirkah al-mufawadhah adalah persekutuan antara dua orang atau lebih


dalam modal dan keuntungannya dengan syarat besar modal masing-maisng yang
disertakan harus sama, hak melakukan tindakan hukum terhadap harta syirkah
harus sama dan tiap anggota adalah penanggung dan wakil dari anggota lainnya.
Ketentuan mengenai syirkah mufawadhah diatur dalam KHES adalah sebagai
berikut:

- Kerja sama untuk melakukan usaha boleh dilakukan dengan jumlah modal
yang sama dan keuntungan dan atau kerugian dibagi sama (Pasal 165 KHES).
Benda yang rusak yang telah dijual oleh salah satu pihak anggota akad kerja sama
mufawadhah kepada pihak lain, dapat dikembalikan oleh pihak pembeli kepada
salah satu pihak anggota syirkah (Pasal 168 KHES).

- Kerja sama mufawadhah disyaratkan bahwa bagian dari tiap anggota


syirkah harus sama, baik dalam modal maupun kentungan (Pasal 171 KHES).

Syirkah mufawadah dalam pengertian ini, menurut An Nabhani adalah boleh.


Sebab, setiap jenis syirkah yang sah ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika
digabungkan dengan jenis syirkah lainnya.[7]

Contohnya:

A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C. Kemudian B dan C


juga sepakat untuk berkonstribusi modal untuk membeli barang secara kredit
atas dasar kepercayaan pedagang kepada B dan C. Dalam hal ini, pada awalnya
yang terjadi adalah syirkah 'abdan, yaitu ketika B dan C sepakat masing- masing
bersyirkah dengan memberikan konstribusi kerja saja. Namun ketika A
memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga terwujud
mudharabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai pengelola.
Ketika B dan C sepakat bahwa masing- masing memberikan konstribusi modal, di
samping konstribusi kerja, berarti terwujud syirkah inan di antara B dan C.
Ketika B dan C membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang
kepada keduanya, berarti terwujud syirkah wujuh antara B dan C. Dengan
demikian, bentuk syirkah seperti ini telah menggabungkan semua jenis syirkah
yang ada dan disebut syirkah mufawadhah.
4. Syirkah ‘Inan

Syirkah al-‘inan, yaitu persetujuan antara dua orang atau lebih untuk
memasukkan bagian tertentu dari modal yang akan diperdagangkan dengan
ketentuan kenutngan dibagi di antara para anggota sesuai dengan kesepakatan
bersama, sedangkan modal masing-masing tidak harus sama. Ketentuan mengenai
syirkah ‘inan diatur dalam KHES sebagai berikut:

- Dalam syirkah ‘inan berlaku ketentuan yang mengikat para pihak dan
modal yang disertakannya (Pasal 171 KHES).

- Para pihak dalam syirkah al-‘inan tidak wajib untuk menyerahkan semua
uangnya sebagai sumber dana modal (Pasal 175 (1) KHES)

- Para pihak dibolehkan mempunyai harta yang terpisah dari modal syirkah
al-‘inan (Pasal 175 (1) KHES).

5. Syirkah Musytarakah

Ketentuan mengenai syirkah musytarakah yang diatur dalam KHES adalah


sebagai berikut:

- Perubahan bentuk kerja sama dapat dilakukan dengan syarat disetujui


oleh para pihak yang bekerja sama.

- Dalam kerja sama modal yang disertai dengan kerja sama pekerjaan, maka
pekerjaan dinilai berdasarkan porsi tanggung jawab dan prestasi.

- Tidak satu pihak pun yang boleh meminjamkan harta syirkah kepada pihak
ketiga tanpa izin dari anggota syirkah lainnya.

- Biaya perjalanan yang dilakukan oleh salah satu pihak yang bekerja sama
untuk kepentingan usaha bersama, dibebankan pada biaya syirkah.

- Setiap pihak anggota syirkah boleh menggadaikan harta syirkah atau


menerima harta gadai, mengembangkan usaha dengan barang syirkahnya ke luar
negeri, dn membuat kerja sama dengan pihak ketigas, dengan izin semua pihak
yang bekerja sama.

6. Syirkah Milk

Syirkah milk adalah persekutuan antara dua orang atau lebih untuk memiliki
suatu benda, syirkah ini terbagi atas berikut ini.

a. Syirkah milk jabiyah yang terjadi tanpa keingina para pihak bersangkutan,
seperti persekutuan ahli waris.

b. Syirkah milk ikhtiyariyah yang terjadi atas keinginan para pihak yang
bersangkutan.
Syirkah milk dijelaskan lebih lanjut dalam KHES, sebagi berikut.

- Syirkah milk / hak milik bersama atas harta dengan kepemilikikan penuh
terjadi apabila ada dua pihak atau lebih bergabung dalam suatu kepemilikan atas
harta tertentu.

- Hak milik bersama melahirkan adanya tanggung jawab bersama dari para
pihak.

- Hak milik bersama atas harta dengan kepemilikan sempurna terdiri atas
hak milik bersama atas harta dan hak milik bersama atas piutang.

E. Proses Pengakhiran Syirkah

Ada beberapa hal yang menyebabkan berakhirrnya akad syirkah secara umum
dan khusus

1. Salah satu pihak membatalkan dengan atau tanpa persetujuan karena


berdasarkan sukarela.

2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan bertindak

3. Salah satu pihak meninggalkan bila anggota syirkah hanya dua orang

4. Salah satu pihak di bawah pengampuan, seperti boros.

5. Modal para anggota syirkah lenyap.

6. Salah satu pihak dinyatakan pailit.

7. Jangka waktu berkahir.

F. Hikmah Syirkah

Hikmah yang diperoleh dari praktik syirkah adalah

1. menggalang kerja sama untuk saling menguntungkan antara pihak-pihak yang


ber-syirkah;

2. membantu meluaskan ruang rezeki karena tidak merugikan secara ekonomi.

3. Semakin terjalinnya rasa persaudaraan dan rasa soldaritas untuk kemajuan


bersama.

4. Jika usaha berkembang dengan baik, jangkauan operasi rasionalnya semakin


meluas, maka dengan sendirinya membutuhkan tenaga kerja yang banyak, ini
berarti syirkah akan menampung banyak tenaga kerja sehingga dapat
mensejahterakan sebagian masyarakat.
Simpulan

1. Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha,
yang keuntungan dan kerugikannya ditanggung bersama.

2. Rukun syirkah yaitu harta, akad, dan dua orang yang berserikat. Syarat-
syarat yang pertalian dengan orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh,
dan pintar (rusyd).

3. Macam-macam syirkah yaitu syirkah milk dan syirkah uqud (syirkah ‘inan,
syirkah wujuh, syirkah mufawadlah, syirkah abdan).

4. Salah satu pihak membatalkan dengan atau tanpa persetujuan karena


berdasarkan sukarela,Salah satu pihak kehilangan kecakapan bertindak, Salah
satu pihak meninggalkan bila anggota syirkah hanya dua orang, Salah satu pihak
di bawah pengampuan, seperti boros, Modal para anggota syirkah lenyap,Salah
satu pihak dinyatakan pailit,Jangka waktu berkahir.

5. Syirkah ini memiliki manfaat kegunaannya dan keuntungan baik didunia dan
akhirat.

Saran

Sebaiknya dalam melakukan kerja sama (syirkah) kita harus memperhatikan


komponen-komponen syirkah agar tidak terjadi hal yang dapat meugikan semua
pihak.

Anda mungkin juga menyukai