Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIOLOGIS BENIH

REKALSITRAN DAN UJI DAYA HANTAR LISTRIK


Muhammad Bahrul Ulum (1)Anna Nur lailatul R(2)
201610200311066 (1) 201610200311056(2)
Ulum6100@gmail.com1,2
Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Benih adalah salah satu input utama dalam bidang pertanian .Kemampuan benih untuk tumbuh dan berkecambah
di pengaruhi oleh keadaan lingkungan, cadangan makan dan kadar air. Kadar air benih merupakan salah satu
komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun untuk tujuan penyimpanan benih.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik benih rekalsitran,dan upaya upaya untuk mempertahankan
kualitasnya,dan juga untuk melakukan uji vigor benih dengan perlakuan daya hantar listrik dan membandingkan
hasil pengujian dengan hasil uji vigor menggunakan metode lainnya. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Agronomi Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 26 Maret 2019

PENDAHULUAN
Menurut Kuswanto (2003), bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak atau
mengembangbiakkan suatu tanaman disebut benih, benih sangat dibutuhkan oleh manusia
untuk memperbanyak tanaman dengan melakukan teknik bercocok tanam. Benih merupakan
benda hidup yang dapat melakukan aktivitas fisiologis baik sebelum ditanam, maupun saat
sudah ditanam. Menurut Kartahadimaja (2013), kualitas benih ditentukan oleh berbagai macam
faktor salah satunya yaitu kemurnian benih dari kontaminasi dan perkecambahan, selain itu
yang perlu diperhatikan merupakan ada tidaknya penyakit yang ditularkan, mutu vigor benih,
ukuran benih dan perlakuan atau penanganan terhadap benih tersebut. Penyimpanan benih
merupakan salah satu penanganan yang penting untuk dilakukan, karena penyimpanan benih
harus disesuaikan dengan kondisi benih tersebut. Penyimpanan benih dilakukan agar benih
dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang dengan mutu genetik, mutu fisik, dan mutu
fisiologis yang tetap terjaga dengan baik
Benih yang mengalami kemunduran mutu secara berangsur-angur tidak dapat kembali
pada kualitasnya yang semula atau irreversible akibat adanya perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh faktor internal. Proses penurunan vigor secara fisiologis ditandai dengan
adanya penurunan daya kecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan
kecambah di lapangan terhadap daya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta
meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang dapat menyebabkan
menurunnya produksi tanaman (Jyoti, 2013).
Menurut Dewi (2015), benih yang masak secara fisiologis maka akan memiliki sifat
ketahanan atau resistensi yang tinggi terhadap kerusakan benih, selain itu kemampuan benih
untuk tumbuh dan berkecambah di pengaruhi oleh keadaan lingkungan, cadangan makan dan
kadar air. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang penting dan harus diketahui
baik untuk tujuan pengolahan benih maupun untuk tujuan penyimpanan benih. Kadar air
memiliki dampak besar terhadap viabilitas benih selama penyimpanan. Kadar air biji atau benih
berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih yang
benar.Benih yang mengalami masa simpan dalam kondisi benih atau lingkungan simpan yang
tidak optimum viabilitasnya akan turun yang ditunjukkan oleh turunnya daya berkecambah
benih.
Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan pada benih yang
berakibat habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu kadar air yang tingi dapat
mendukung perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan yang dapat
merusak kemurnian benih, tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah juga dapat
menyebabkan kerusakan pada embrio. Berdasarkan tingkat kadar air di dalam benih terdapat
dua tipe benih yakni benih ortodoks dan benih rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih yang
dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama dengan kadar air dapat diturunkan sampai di
bawah 10%, dan dapat disimpan pada suhu dan kelembapan yang rendah (Shaban, 2013).
Menurut Walters et al (2013), benih rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan
dalam waktu lama, tidak tahan atau mati jika disimpan pada suhu dingin, tidak tahan disimpan
bila kadar airnya diturunkan sampai di bawah kadar air kritis, mudah berkecambah di
penyimpanan, dan peka terhadap penurunan kadar air pada saat proses pembentukan benih dan
juga saat terlepas dari tanaman induk. Menurut Murrinie (2013), benih ortodoks meskipun
berukuran kecil tetapi lebih toleran terhadap suhu yang tinggi dan toleran terhadap
mikroorganisme lain. Secara umum benih ortodoks memiliki ciri seperti kulit biji yang keras,
ukuran biji ortodoks biasanya kecil hingga sedang, benih mengering ketika masak, benih dapat
dikeringkan hingga kurang dari 5% tanpa adanya kerusakan serta benih memiliki masa simpan
yang lama. Benih ortodoks biasanya memiliki sifat dormansi, yakni keadaan dimana benih
tidak dapat berkecambah walau sudah berada dalam kondisi lingkungan (kelembaban, suhu
dan cahaya) yang optimal.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Pelaksanaan praktikum Teknologi benih ini dilaksanakan pada tanggal 26 maret 2019
Lokasi pelaksanaan praktikum ini adalah di Laboratorium Agronomi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain pasir,serbuk
gergaji,aquades,fungisida,sabut kelapa,benih kakao,jeruk,karet ,benih kedelai,Aquabides,
Kertas stensil,plastik,alumunium foil dan kertas label.Sedangkan alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah Bak berkecambah, Polybag, Almari es, inkubator, Ruang
BerAc,Oven,Kotak Karton, Moisture seedtester, Termohigrometer, timbangan,Gelas
Ukur,Gelas jar, Cawan petri, Conductivity meter.
Prosedur Praktikum

Daftar Pustaka
Dewi, T. K. 2015. Pengaruh Kombinasi Kadar air Benih dan Lama Penyimpanan Terhadap Viabilitas
Dan Sifat Fisik Benih Padi Sawah Kultivar Ciherang. Agrorektan, 2(1): 53-61.

Jyoti, and C. P. Malik. 2013. Seed Deterioration : A Review. Life Sciences Biotechnology and Pharma,
2(3)- 375-385.
Kartahadimaja, J., E. E. Syuriani dan N. A. Hakim. 2013. Pengaruh Penyimpanan Jangka Panjang
(Long Term) terhadap Viabilitas dan Vigor Empat Galur Benih Inbred Jangung. Pertanian
Terapan, 13(3): 168-173.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta :


Andy.

Murrinie, E. D., P. Yudono., A. Purwantoro., dan E. Sulistyaningsih. 2017. Identifikasi Sifat Benih
Kawista (Feronia limonia (L.) Swingle) Untuk Tujuan Penyimpanan. Snatif, 4(1)- 509-516.

Shaban, M. 2013. Aging in Orthodox Seeds is a Problem. Adv Biol Biom Res, 1(11): 1296-1301.

Walters, C., P. Berjak., N. Pammenter., K. Kennedy dan P. Raven. 2013. Preservation of Recalcitrant
Seeds. Science, 339(612): 915-916.

Anda mungkin juga menyukai