BAB 1
PENDAHULUAN
pada enam bulan pertama kehidupan tanpa tambahan cairan atau makanan
apapun. ASI dapat mencegah malnutrisi karena mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi. Selain itu,
banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI
terhindar dari obesitas. Berdasarkan penelitian, ASI yang diberikan pada bayi
yang berusia dibawah 2 tahun memiliki dampak positif yang sangat besar,
dimana ASI berpotensial untuk mencegah lebih dari 800.000 kematian (13%
berkembang. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif empat belas kali lebih
kematian akibat diare dan infeksi saluran pernafasan, yang merupakan dua
bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. ASI
2
eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak
terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada umur
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam
dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan
persentase pemberian ASI eksklusif untuk bayi dengan usia <6 bulan di
Indonesia dibedakan menurut umur. Hasilnya pada anak usia 0-1 bulan
presentasinya sebesar 45,4%, 2-3 bulan sebesar 38,3%, 4-5 bulan sebesar
31,0% dan secara keseluruhan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
bulan sebesar 54,3% dimana Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu
yaitu sebesar 74,4%(6). Tapi pada 2014, pola menyusui pada bayi umur 0 bulan
umur bayi dimana pada bayi yang berumur 5 bulan presentasi menyusui
eksklusif hanya 15,3%(4). Pada 2015, berdasarkan data yang diperoleh dari
untuk bayi usia 0-6 bulan mengalami peningkatan menjadi 55,7% dan NTT
3
untuk bayi sampai usia 6 bulan di NTT sebesar 38,3% dan untuk bayi 0-5
bulan sebesar 79,9%. Di Kota Kupang, pada 2016 jumlah bayi yang diberi
ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan sebesar 67,13%, yang menunjukkan bahwa
sebesar 12,43%(8).
Faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah
risiko penyakit, terutama ketika penyakit menular tinggi dengan akses air
bersih dan sanitasi yang buruk. Pemberian susu formula sebaiknya tidak
diberikan karena susu formula sulit diterima oleh usus bayi, bahkan pemberian
susu formula atau makanan lain dapat menyebabkan luka pada usus, dan butuh
dan pelatihan yang tepat dalam mendukung praktik menyusui. Selain itu,
dan persepsi ibu yang benar tentang kepuasan bayi saat menyusu, dan
eksklusif. Usia tua, ibu yang bekerja, pemberian susu formula di instansi
pekerjaan ibu dan kurangnya dukungan dari suami(10). Selain itu, faktor yang
ASI eksklusif juga berasal dari ibu sendiri sebagai sumber utama pemberian
jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah
5
Puskesmas Oesapa”.
rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Oesapa
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Oesapa
6
Oesapa
c. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
Oesapa
d. Menganalisis hubungan usia ibu dengan kejadian rendahnya
Oesapa
f. Menganalisis hubungan penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya
Oesapa
h. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan kejadian rendahnya
Oesapa
j. Menganalisis hubungan ketertarikan terhadap susu formula dengan
Puskesmas Oesapa
k. Menganalisis hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kejadian
Oesapa
BAB 2
LANDASAN TEORI
duktus yang semakin kecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di
lobulus. Setiap lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar mirip kantong yang
dilapisi oleh sel epitel dan menghasilkan susu yang dinamai alveolus. Susu
dibentuk oleh sel epitel dan kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu
dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting
payudara(12).
ASI mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat
cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat
1. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa dan berfungsi sebagai
salah satu sumber energi untuk otak. Di dalam usus halus laktosa akan
laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi
oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili. Bakteri ini akan
yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang
ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun angka kejadian diare
pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan
laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu
formula(13).
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein
30% dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari ke-4
sampai 10 setelah melahirkan, 60:40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai
240) dan 50:50 setelah hari ke-240. Pada susu sapi perbandingan whey :
kasein adalah 18:82. Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih
itu protein whey mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin dan
taurin lebih tinggi. Komponen utama protein whey ASI adalah alfa-
omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak
ditemukan dalam ASI. Selain itu, ASI juga mengandung banyak asam
c) Vitamin E
Fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding
pertumbuhan.
e) Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin
Air, g 88 88
Laktosa, g 6,8 5,0
Protein,
- Total 1% 4% (terlalu banyak)
- Kasein 0,5% 3% (terlalu banyak)
- Laktalbumin 0,5% 0,5%
Rasio kasein : 1:2 3:1
laktalbumin
Lemak, g 3,8 3,7
Natrium, mg 15 58
Kalium, mg 55 138
Klorida, mg 43 103
Magnesium, mg 4 12
13
Fosfor, mg 15 100
Vit. A, µg 53 34
Vit. D,
0,01 0,03
- Larut dalam
lemak, µg 0,80 0,15
- Larut dalam
air, µg
Vit. C, mg 3,8 1,5
Tiamin, µg 16 42
Riboflavin, µg 43 157
Asam nikotinat, µg 172 85
Pencemaran bakteri Tidak ada antibodi Mungkin ada
Zat anti infeksi leukosit Tidak aktif
laktoferin
faktor bifidus
Asam amino sistin Cukup untuk pertumbuhan otak Tidak cukup
Lipase untuk Ada Tidak ada
mencerna
Laktosa (gula) 7% (cukup) 3-4% (tidak cukup)
Sumber : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong ed. XXII
menuju ke arah puting payudara oleh kontraksi sel mioepitel (sel epitel
susu tersebut tidak dapat dikeluarkan tanpa oksitosin. Namun, refleks ini
menghambat ejeksi susu. Karena itu, sikap positif terhadap menyusui dan
menyusui(12).
2. Pelepasan prolaktin dan sekresi susu
Pengisapan puting payudara ibu juga merangsang produksi
anterior, meskipun belum jelas apakah ini disebabkan oleh inhibisi sekresi
PIH atau stimulasi PRH, atau keduanya. Prolaktin kemudian bekerja pada
yang keluar(12).
Stimulasi secara bersamaan ejeksi dan produksi susu oleh isapan
bayi terhadap susu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak susu
15
yang keluar melalui ejeksi dan semakin banyak susu yang diproduksi
menyusui yang benar. Ada beberapa tanda yang dapat dilihat bahwa
mencegah malnutrisi pada bayi, terutama pada bulan pertama. Tanda bahwa
payudara dan mengisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap
payudara.
17
3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat
tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok
bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang
BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal.
6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu
ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu
menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5-7 hari, lebih-
lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi
lahir.
33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
18
atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan
1. Untuk bayi
yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi saluran
kanker). Zat kekebalan yang berasal dari ibu dan terdapat dalam ASI akan
infeksi(14).
b) Kesehatan saluran cerna
Keuntungan lain menyusui adalah ASI lebih mudah dicerna
tidak ditemukan pada susu sapi atau sangat sedikit sekali. Oligosakarida
(bakteri baik) di dalam saluran cerna. Saluran cerna bayi yang medapat
(kekebalan) tubuh(12).
19
sinyal bagi pembentukan SIgA dan mucus pada permukaan saluran cerna.
imun bayi yang belum sepenuhnya matang. Selain itu, ASI keluar
penyakit(16).
c) Intelegensi bayi
Menyusu dapat berpengaruh pada perkembangan intelektual anak,
bayi yang mendapat ASI mempunyai nilai IQ 3-5 kali lebih tinggi
dan kenyamanan.
2. Untuk Ibu(17)
a) Ibu tidak perlu membeli susu formula, tidak perlu mensterilkan botol,
oksitosin.
d) Menyusui eksklusif selama 6 bulan juga akan meningkatkan kadar
pasca menopause
f) Sebagai satu cara kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan
rawat inap
21
semakin tinggi akses ibu pada media semakin tinggi peluang untuk tidak
ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam
aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun (22).
secara psikologis. Pada umumnya, remaja secara fisik dan psikis mampu
untuk menyusui. Tantangan yang sering dihadapi adalah gizi kurang atau
23
perawatan pranatal yang tidak adekuat, mudah dipengaruhi ibu lain yang
kadang membenci bayi yang lahir akibat dari pengaruh gaya hidupnya. Ibu
sebagai salah satu faktor karena sebagian besar wilayah kerja Puskesmas
usia responden dengan kategori <20 dan >35 tahun dengan proporsi
(59,4%) dan kategori usia 20-35 tahun proporsi yang tertinggi yaitu 59
0,175(23).
4. Pekerjaan ibu(17,25,26)
Ibu yang tidak memiliki pekerjaan atau ibu rumah tangga memiliki
waktu dan energy untuk merawat bayinya tidak maksimal. Salah satu
yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja dengan
dijumpai pada ibu dengan penghasilan rendah dan sedang dan tidak
hidup yang dimiliki seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Purbadi dan
dan bijaksana(28). Hal yang sama mungkin juga terjadi terkait dengan peran
para individu terhadap peran keluarga mereka dan semakin besar prioritas
yang para individu berikan kepada peran keluarga mereka ketika mereka
memiliki kesulitan yang lebih besar, khususnya pada ibu yang masih
muda(17,31).
eksklusif akibat kurangnya perhatian dan waktu yang diberikan oleh ibu
pada beberapa instansi kesehatan, petugas kesehatan dan juga para ibu
sudah harus diberikan sejak masa antenatal, yang dilakukan oleh semua
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak, sesuai
ruang perawatan ibu dan bayi sangat besar, agar setiap bayi yang
kembar dua secara konsisten akan memproduksi jumlah ASI dua kali
27
lebih banyak dari jumlah ASI yang diproduksi ibu dengan bayi
tunggal.
b. Bayi prematur
ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan ASI
dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan karena
nutrisi bayi baru lahir. Selain itu ASI bayi prematur mengandung lebih
ASI bayi prematur berubah menjadi serupa ASI bayi matur dalam
laktosa(14).
b. Maple syrup urine disease. Penyakit ini menyebabkan tubuh tidak
dan safe).
- Bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obatan Anti Retroviral
yang menderita.
2.4. Kebijakan Pemerintah untuk Mendukung Keberhasilan Menyusui
Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, baik pemerintah
Menyusui, yaitu(24) :
1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang
tersebut
3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui
medis
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
Kesehatan
Puskesmas Oesapa
H1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian
Oesapa
2. H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir ibu dengan
Puskesmas Oesapa
H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir ibu dengan
Puskesmas Oesapa
3. H0 : Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian rendahnya
Oesapa
H1 : Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian rendahnya
Oesapa
H1 : Ada hubungan antara penghasilan ibu dengan kejadian rendahnya
Oesapa
H1 : Ada hubungan antara status pernikahan ibu dengan kejadian
Oesapa
7. H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian
Oesapa
H1 : Ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian rendahnya
Oesapa
H1 : Ada hubungan antara urutan kelahiran anak dengan kejadian
Oesapa
9. H0 : Tidak ada hubungan antara ketertarikan terhadap susu formula
Puskesmas Oesapa
BAB 3
METODE PENELITIAN
Variabel perancu
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
mengenai ASI Eksklusif, tingkat pendidikan terakhir ibu, usia ibu, pekerjaan ibu,
penghasilan ibu, status pernikahan ibu, dukungan suami, urutan kelahiran anak,
persalinan, faktor psikologi, kelainan bawaan pada bayi yang berhubungan dengan
2. 20 - 35 tahun
37
tertentu (kasus) dan kelompok pasien tanpa kasus (kontrol) kemudian ditelusuri
Nusa Tenggara Timur pada bulan Agustus sampai Oktober tahun 2018.
3.6.2. Sampel
3.6.2.1. Sampel Kasus
Sampel kasus adalah ibu yang memiliki bayi berusia 7-12 bulan yang tidak
Sampel kontrol adalah ibu yang memiliki bayi berusia 7-12 bulan yang
sampling, yaitu purposive sampling. Besar sampel dalam penelitian, baik kasus
maupun kontrol, dihitung menggunakan rumus sampel minimal pada desain studi
¿ P1
P1 = (¿+1) P2 =
¿ ( 1−P1 ) + P 1
Keterangan :
Z1 – β = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
Besar OR (Odds Ratio) yang dipilih adalah 0,189 untuk faktor risiko
0,189 0,15
P1 = = 0,15 P2 = = 0,48
(0,189+1) 0,189 ( 1−0,15 ) +0,15
1,96 √ 2 x 0,48 ( 1−0,48 ) +1,28 √ 0,15 (1−0,15 ) +0,48 ( 1−0,48 ) }2
¿
2
n= 0,48−0,15 ¿
¿
{¿
¿
1,96 √ 0,96 x 0,52+1,28 √ 0,15 x 0,85+0,48 x 0,52 }2
¿
n= 0,48−0,15¿ 2
¿
{¿
¿
2
1,96 √ 0,4992+1,28 √ 0,3771 }
¿
n= 0,33¿ 2
¿
{¿
¿
1,96 x 0,706+1,28 x 0,614 ¿2
n= ¿
¿
¿
(1,38+0,78)2
n=
0,108
42
4,6656
n= = 43,44= 43
0,108
Untuk mengantisipasi sampel yang drop out maka dilakukan perkiraan jumlah
n
n’ =
(1−f )
43
n’ =
(1−0,1)
96 sampel.
puskesmas Oesapa.
43
persetujuan penelitian.
a. Ibu dengan kontra indikasi pemberian ASI eksklusif pada bayi yang telah
b. Ibu yang dirawat pisah dengan bayi setelah persalinan atas indikasi medis.
c. Ibu yang memiliki bayi yang lahir dengan cacat bawaan yang berhubungan
dalam penelitian.
Persiapan penelitian
3.8.1 Alur Penelitian
Informed consent
Melakukan
Tidak memenuhi Memenuhi kriteria Analisis data
pengambilan
kriteria data
44
A. Instrumen Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari kuesioner dan
berupa nama ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia ibu,
pekerjaan ibu, penghasilan ibu, pendidikan terakhir ibu, status pernikahan ibu,
ketertarikan terhadap susu formula, dukungan suami dan urutan kelahiran anak.
B. Prosedur kerja
pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini (nama ibu, tingkat
setempat sebagai data sekunder dan data primer diperoleh dari lokasi penelitian
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia ibu, status pernikahan ibu,
pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, dukungan suami dan ketertarikan ibu
hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan. Dalam analisis
uji statistic yang digunakan adalah uji Chy square (X2) dengan alternatifnya yaitu
uji Fisher.
46
Kedua uji ini menggunakan batas kemaknaan alpha = 0,05 dan 95%
variabel bebas dengan satu variabel terikat. Pemilihan analisis multivariat pada
penelitian ini yaitu analisis Regresi Logistik, karena skala pengukuran variabel
peneliti yang serupa yang telah dimodifikasi namun tetap memuat inti dari
pertanyaan atau pernyataan yang ingin peneliti ketahui serta telah diuji validitas
dan relibialitasnya.
1. Uji Validitas
Untuk mengetahui tentang tingkat validitas instrumen telah dilakukan
kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar
dari r tabel atau probabilitas < 0,01, maka dapat dikatakan valid.
47
2. Uji Relibialitas
Untuk mengetahui tentang relibialitas instrumen telah dilakukan uji
dan dihitung dengan rumus Cronbach’s Alpha. Jika r hitung > r tabel
maka instrument dikatakan reliabel dan jika r hitung < r tabel maka
BAB 4
terletak di Jalan Adi Sucipto, Oesapa, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa
km2 atau 8,49% dari luas Wilayah Kota Kupang (180,27 km2 ) yang terdiri
Agustus tahun 2018 sebanyak 3279 bayi, dengan 1721 balita laki-laki dan
Puskesmas Oesapa
berikut:
tabel berikut:
< 0,05.
dan OR= 2,143 dengan CI 95% = 0,947-4,848. Karena p > 0,05 artinya
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa
hubungan yang signifikan dari faktor tingkat pengetahuan ibu tetapi dilihat
bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan cenderung
53
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
beranggapan bahwa ASI ibu tidak cukup/ tidak keluar sehingga ibu
baik terhadap ASI bisa menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI
kepada bayinya. Hal ini terjadi pada kedua kelompok penelitian, baik
sering ibu menyusui maka hal tersebut membuat produksi ASI semakin
banyak, sehingga tidak ada alasan ibu untuk tidak memberikan ASI (38).
Adanya alasan dari ibu bahwa anaknya terus menangis adalah pertanda
bahwa anak belum cukup kenyang hanya dengan diberikan ASI juga
54
Faktanya, kondisi bayi menangis bukan hanya karena lapar, namun ada hal
dan OR= 1,187 dengan CI 95% = 0,527-2,675. Karena p > 0,05 artinya
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa
orang lain(39). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Soraya, dkk bahwa tingkat pendidikan ibu tidak berhubungan dengan
yang benar terkait manfaat ASI dan tata cara menyusui yang benar dapat
sebelumnya yang dilakukan oleh Jannah yaitu bahwa ibu yang memiliki
eksklusif pada bayi. Namun, ibu dengan pendidikan yang tinggi sebagian
eksklusif
Tabel 4.13. Hubungan usia ibu dengan kejadian rendahnya pemberian ASI
eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Usia <20 tahun 11 (29,9) 7 (14,6)
Ibu atau >35
tahun 1,741 0,611- 0,433
0,666
20-35 37 (77,1) 41 (85,4)
tahun
Sumber: Data Primer
ada hubungan antara usia ibu dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif.
ditolak.
berumur <20 atau >35 tahun saja yang tidak memberikan ASI eksklusif,
akan tetapi ibu yang berusia 20-35 tahun juga berpeluang tidak
penelitian yang dilakukan oleh Arifiati Nurce (p = 0,487) (36). Hasil ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah pada 2015 yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dan
pada 2015 justru menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dengan
57
hasil bahwa ibu yang berada pada usia produktif (20-35 tahun) lebih
cenderung tidak memberikan ASI eksklusif, dan ibu dengan risiko tinggi
berusia lebih dari 35 tahun lebih unggul dalam pengalaman pemberian ASI
eksklusif(45).
aman untuk bereproduksi dan pada umumnya ibu pada usia tersebut
berumur lebih dari 35 tahun(46). Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun
masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam
dilahirkan. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat
reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, dan bisa
eksklusif
Tabel 4.14. Hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian rendahnya pemberian ASI
eksklusif
Kasus Kontrol
N (%) N (%) OR CI 95% p
Pekerjaa Bekerja 7 (14,6) 7 (14,6)
n ibu 1,000 0,322-3,107 1,000
Tidak 41 (85,4) 41 (85,4)
bekerja
Hasil uji Chi-Square tidak memenuhi syarat karena ada sel dengan
Sumber: Data Primer
frekuensi harapan < 5 dan > 20% keseluruhan sel, maka dilanjutkan dengan
uji Fisher’s exast test diperoleh nilai p-value sebesar 1,000 karena nilai p-
value (1,000) > Alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan
H1 ditolak.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil dari penelitian yang telah
tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan rendahnya pemberian ASI
kurangnya masa cuti, dibatasi jam kerja, dan kelelahan fisik. Sebenarnya
apabila ibu bekerja masih bisa memberikan ASI eksklusif dengan cara
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa ibu yang tidak
tidak memberikan ASI secara eksklusif. Ibu yang tidak bekerja sering
tenaga menyebabkan ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Hal ini
eksklusif
dan OR= 1,533 dengan CI 95% = 0,245-9,614. Karena p > 0,05 artinya
ASI eksklusif, berkaitan dengan faktor pekerjaan ibu dimana ibu dengan
tetapi dalam penelitian ini masih banyak ibu dengan penghasilan yang
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kyi
ada hubungan antara usia ibu dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif.
ditolak.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pailos,
ASI eksklusif (p = 0,915)(48). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang
eksklusif (p = 0,001)(47).
bahwa baik ibu yang belum ataupun sudah menikah tidak berpengaruh
sedikit).
menikah tidak menjamin apakah ibu akan memberikan ASI eksklusif atau
ASI eksklusif
dan OR= 4,959 dengan CI 95% = 1,856-13,235. Karena p < 0,05 artinya
Rumiati pada 2017 bahwa dukungan suami berpengaruh pada sikap ibu
berdampak pada produksi ASI. Menurut Roesli, suami dapat berperan aktif
praktis lainnya. Keberhasilan ibu tidak lepas dari peran serta keluarga.
bayinya secara eksklusif maka semakin besar pula kemampuan ibu untuk
emosi ibu yang tenang, tenteram dan nyaman akibat dukungan dari orang
terdekat(50).
diberikan tidak hanya diberikan sewaktu bayi tersebut telah lahir, tetapi
dukungan pasangan atau suami bisa dilihat sejak bayi masih dalam
dukungan setelah lahir kepada istri, dan memastikan bahwa istri mendapat
yang paling penting adalah dukungan dari suami mampu membantu secara
Hal ini bisa terjadi karena faktor lainnya, misalnya ibu yang beranggapan
bahwa bayi yang rewel dan menangis diakibatkan bayi tersebut masih
lapar sehingga pemberian MP-ASI sejak bayi kurang dari 6 bulan dapat
karena sang ayah merasa kasihan melihat bayinya terus menangis dan
dan OR= 0,833 dengan CI 95% = 0,361-1,926. Karena p > 0,05 artinya
tidak ada hubungan antara faktor urutan kelahiran anak dengan rendahnya
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitan ini dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang dlakukan oleh Lestari Andhi yang menunjukkan tidak ada
kali menyusui biasanya selalu berfikir akan risiko dan masalah menyusui
Ibu yang memiliki anak lebih dari satu sudah memiliki pengalaman
dalam menyusui bayinya dan ibu yang memiliki pengalaman yang baik
dalam menyusui pada anak pertama maka akan menyusui secara benar
pada anak selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak
memberikan ASI ekslusif dan ternyata anaknya tetap sehat, maka untuk
66
anak selanjutnya ibu merasa bahwa anak tidak harus diberi ASI ekslusif.
pertama dan bukan anak pertama dalam pemberian ASI eksklusif maka
disimpulkan bahwa urutan lahir serta pengalaman seorang ibu bukan satu-
dan OR= 5,314 dengan CI 95% = 2,114-12,471. Karena p < 0,05 artinya
sangat gencar dilakukan, sehinggga menjadi stimulus bagi ibu untuk lebih
tahun 2013 pasal 6 sudah tertera bahwa pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan hanya diberikan apabila ada indikasi medis, ibu tidak ada
atau ibu yang terpisah dari bayinya. Promosi susu formula juga tidak boleh
promosi dan iklan susu formula diatur dalam Permenkes No. 39 tahun
1. Susu formula bayi hanya dapat diiklankan oleh produsen dan/ atau
melampirkan:
melakukan promosi susu formula bayi dan produk bayi lainnya, baik
dengan cara apapun(54). Semua hal tersebut sudah diatur dengan jelas pada
tertarik pada susu formula melalui iklan di televisi walaupun iklan yang
atas. Hal ini bisa saja terjadi diakibatkan ibu yang kurang pengetahuan dan
69
kurang kritis dalam menanggapi iklan di televisi, ibu yang sibuk bekerja
lebih praktis, dan ibu yang memang menghindari pemberian ASI eksklusif
dengan alasan kosmetik(54). Menurut pengakuan para ibu, bayi yang pernah
dan OR= 1,000 dengan CI 95% = 0,359-2,787. Karena p > 0,05 artinya
hal pemberian ASI eksklusif yang sama. Hasil penelitian ini sejalan
diberikan tetapi dalam diri ibu sendiri tidak ada motivasi yang turut
mendukung, maka hal ini bisa saja menjadi penyebab gagalnya pemberian
ASI eksklusif.
penjelasan mengenai pemberian MP-ASI kepada para ibu. Ibu yang sudah
memberikan MP-ASI pada usia dua atau tiga bulan menyebabkan banyak
bayi yang mengalami diare akibat kemampuan pencernaan bayi belum siap
biasanya dilakukan oleh petugas gizi setiap bulan Agustus tiap tahunnya,
71
tidak memberikan hasil yang signifikan antara ibu yang memberikan ASI
4.4.Analisis Multivariat
Variabel yang dijadikan kandidat dalam uji regresi logistik adalah variabel
yang dalam analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Pada hasil analisis bivariat
hanya didapatkan 2 faktor yang nilai p < 0,25 yaitu ketertarikan terhadap susu
formula dan dukungan suami sehingga tidak dilanjutkan lagi ke uji regresi
logistik.
72
Penelitian ini tidak dapat mengendalikan salah satu faktor perancu yaitu
faktor psikologi ibu sewaktu melahirkan, dimana hal ini juga berperan dalam
pemberian ASI eksklusif segera setelah bayi lahir. Keadaan psikologi ibu yang
harus diteliti secara retrospektif menyebabkan peneliti khawatir akan terjadi bias
BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
Oesapa.
3. Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian rendahnya
Oesapa.
10. Tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kejadian
5.2. Saran
1. Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
langsung ke posyandu-posyandu.
2. Perlu adanya evaluasi dan monitoring terkait kegiatan pemberian susu
formula oleh para ibu agar pemberiannya dibatasi dan tepat sasaran dalam
ASI eksklusif.
2. Perlu adanya dukungan dari keluarga terutama dukungan dari suami
dibuat mengenai promosi susu formula dan tindak tegas apabila pemberian
indikasi medis.
2. Adanya upaya dari pemerintah, khususnya dari Dinas Kesehatan Provinsi
wawasan bagi para ibu dengan salah satu upaya yaitu mendatangkan para
DAFTAR PUSTAKA
0115/en/
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) Tahun 2010. 2010;
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta; 2016.
8. Priyono R, Kes M. EDITORIAL PROFIL KESEHATAN Penanggung
Jawab : | Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2016. 2016;
9. Kurniawan B. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Lamongan: Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan; 2013;27(4):236–40.
10. Nasution SI, Liputo NI. Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus
Tahun 2014. 2016;5(3):635–9.
11. Sriningsih I. Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu Dan
Pemberian Asi Eksklusif. Semarang: Keperawatan Semarang Poltekkes
Kemenkes; 2011;6(2):100–6.
12. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. Ed. VIII. Canada: Nelson
Education, Ltd; 2016. 789 p.
13. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Nutrisi dan Penyakit Metabolik.
Ed. I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.
14. Suradi, Raulina dkk. Indonesia Menyusui. Ed. I. Jakarta: IDAI; 2010.
15. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. XXII. Jakarta; 2008.
16. Dradjat Boediman dr. SA (K). Sehat Bersama Gizi. Ed. I. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2009. 2-7 p.
17. Zulaikhah S. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kecamatan Suwono Kabupaten Semarang. Semarang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNS; 2010;
18. Astuti I. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui.Jakarta:
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta; 2013;4:1–76.
19. Nur Afifah D. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian
Asi Eksklusif. Semarang; 2007;
20. Rachmawati IN. Kehamilan dan melahirkan pada remaja. 2008;1–10.
21. Amtaran N. Analisis Faktor Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir di RSUD Prof.
Dr. W.Z. Johannes Kupang. Kupang: Fakultas Kedokteran Universitas Nusa
Cendana; 2017;
78