Anda di halaman 1dari 18

SIROSIS HEPATIS

Disusun oleh:

Feni Wulandari 21117053


Helison 21117059
Icha 21117066
Larisa 21117073
Mareta Sari 21117079
Monica Ayu Stevani 21117085
Nurul Hidayah 21117091
Ramadhoni 21117097

Dosen pengajar:

SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018-2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas
limpahan rahmat dan berkahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “SIROSIS HEPATIS”.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan
makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi, untuk itu
besar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk
perbaikan kedepannya.

Palembang, 22 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

1. Konsep Dasar Medis ..................................................................... 3


A. Definisi ...................................................................................... 3
B. Etiologi ...................................................................................... 3
C. Tanda dan Gejala....................................................................... 4
D. Patologi dan patogenesis ........................................................... 5
E. Manifestasi Klinis ..................................................................... 6
F. Test Diagnostik ......................................................................... 7
G. Terapi ........................................................................................ 8
H. Komplikasi ................................................................................ 8
I. Prognosis ................................................................................... 9
2. Konsep Asuhan Keperawatan...................................................... 9
A. Pengkajian ................................................................................. 9
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 11
C. Intervensi Keperawatan ............................................................. 11
D. Implementasi Keperawatan ....................................................... 12
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................... 14
B. Saran .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati
terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan
energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang
masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan
timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan
ikat dan usaha regenerasi nodul dan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur. (Smeltzer, Bare, 2001)
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar
ketika pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke
tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum
laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur
rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya
sekitar 40 – 449 tahun.(Mariyani, 2003)
Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah akibat
alkoholisme. Namun tidak menutup kemungkinan penyebab lainnya seperti
kekurangan gizi, protein deficiency, hepatitis dan jenis lain dari proses
infeksi, penyakit saluran empedu, dan racun kimia. Gejala yang ditimbulkan
sirosis hepatis akibat perubahan morfologi dapat menggambarkan kerusakan
yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti hematemesis
melena, koma hepatikum.

1
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat diangkat antara lain:
1. Apa itu sirosis hati ?
2. Bagaimana konsep penyakit Sirosis Hati ?
3. Apa yang menjadi penyebab dari sirosis hati ?
4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada sirosis hati ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien
Sirosis Hati ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Menjelaskan tentang konsep penyakit Sirosis Hati mulai dari
pengertian, tanda gejala, etiologi, patofisiologinya, dll.
2. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada
klien dengan Sirosis Hati , mulai dari pengkajian hingga evaluasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Medis


A. Definisi
a. Sirosis Hati hati adalah proses akhir dari perjalanan penyakit
hepatitis kronis. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai penyakit
dan gangguan metabolis, seperti ikterus, edema, koagulopati,
hipertensi portal, spleno- megali, varises gastroesofagus,
ensefalopati hepatis, dan asites. (Udaya Gendo, 2006)
b. Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi
dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan
hilangnya sebagian besar fungsi hepar. (Baradero, 2008)
c. Sirosis hepatis adalah degenerasi difus dan progresif dengan
kerusakan jaringan hati hepatosit dan dengan regenerasi dan
pembentukan jaringan fibrosa parut yang luas padat. (Marjorie
Beyers, 2014)
d. Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul (dr.
Pengarapen Tarigan, 2016).
e. Sirosis hati adalah sekelompok penyakit hati kronik yang
mengakibatkan kerusakan sel hati dan sel tersebut digantikan oleh
jaringan parut sehingga terjadi penurunan jumlah jaringan hati
normal. (Soemoharjo, 2008)

B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum
jelas. Adapun faktor predisposisinya:
a. Alkohol
Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan
mengonsumsi alkohol. Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat
yang tinggi dan kronis dapat melukai sel-sel hati. Alkohol

3
merupakan zat hepatotoksis yang merupakan penyebab utama pada
perlemakan hati sehingga menyebabkan infiltrasi lemak sehingga
menghalangi pembentukan lipoprotein.
b. Faktor keturunan dan malnutrisi
WATERLOO (1997) berpendapat bahwa factor kekurangan
nutrisi terutama kekurangan protein hewani menjadi penyebab
timbulnya Sirosis Hepatis.
c. Hepatitis virus
Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak
mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala
sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan
dengan hepatitis virus A. penderita dengan hepatitis aktif kronik
banyak yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan hati
yang kronis. Terbentuknya jaringan parut dan nodul yang semakin
meluas.Sebagaimana kita ketahui bahwa sekitar 10 % penderita
hepatitis virus B akut akan menjadi kronis.
d. Obat-obatan hepatotoksik
Beberapa obat-obatan (pain killer) dan zat kimia dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel hati secara akut dan
kronik. Pemberian bermacam obat-obatan hepatotoksik secara
berulang kali dan terus menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan
setempat, kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, dan
akhirnya dapat terjadi Sirosis Hepatis (Hadi,2005).
e. Kolestasis, Atresia bilier
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke
usus, dimana empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi
penyebab sirosis terbanyak adalah akibat tersumbatnya saluran
empedu yang disebut Biliary atresia.

C. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis.

4
Timbulnya ikterus (penguningan) pada seseorang merupakan
tanda bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada
kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap
bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel
hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama
perjalanan penyakit.
b. Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein
albumin, air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites).
Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada
kapiler usus. Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites
sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air
c. Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah.
Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan
menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
d. Hipertensi portal.
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal
yang menetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

D. Patologi dan patogenesis


Sirosis alkholik atau secara historis disebut sirosis Laennec di tandai
oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati
yang uniform, dan sedikit nodul reginatif. Sehingga kadang-kadang
disebut sirosis makronodular dapat pula di akibatkan oleh cidera hati
lainya. Tiga lesi hati terutama akibat induksi alkohol adalah:

1. perlemakan hatoi alkholik


Steatosis atau perlemakan hati, hepatosit teregang oleh vakula
lunak dalam sitoplasma berbentuk makrovesikel yang mendorong
inti hepatosit ke membran sel.

5
2. hepatitis alkholik
Fibrosis perivenlar berlanjut menjadi sirosis panlobular akibat
masukan alkohol dan destruksi hepatosit yang berkepanjangan. Di
daerah periportal dan perisentral timbul septa jaringan ikat seperti
jaring yang akhirnya menghubungkan triad portal dengan vena
sentrialis. Namun demikian kerusakan sel yang terjadi melebihi
perbaikanya menimbulkan kolagen terus berlanjut ukuran hati
mengecil, benjol-benjol menjadi keras, terbbentuk sirosis alkholik.
3. Sirosis Hati Pasca Nekrosis
Gambaran patologi hati biasanya mengkerut, terbentuk tidak
teratur, dan terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita
fibrosis yang padat dan lebar. Gambaran mikroskopik konsisten
dengan gambaran makroskopik. Ukuran nodulus sangat berfariasi,
dengan sejumlah besar jaringan ikat yang memisahkan pulau
parenkim regenerasi yang susunannya tidak teratur.
Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir,
memperlihatkan adanya peranan sel stelata. Dalam keadaan normal
sel stelata mempunyai peran dalam keseimbangan pembentukan
matriks ekstrasesular dan proses degradasi. Pembentukan fibrosis
menunjukkan perubahan proses keseimbangan. Jika terpapar faktor
tertentu yang berlangsung secara terus menerus (misal: hepatitis
virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi
sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus maka
fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati
yang normal akan diganti oleh jaringan ikat.
E. Manifestasi Klinis
a. Pembesaran Hati ( hepatomegali ).
Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung membesar dan sel-
selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan
memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri
abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang
cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati

6
(kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran
hati akan berkurang setelah jaringan parut sehingga menyebabkan
pengerutan jaringan hati.
b. Obstruksi Portal dan Asites.
c. Varises Gastroinstestinal.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrotik yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral
dalam sistem gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari
pembuluh portal ke dalam pembuluh darah dengan tekanan yang
lebih rendah.
d. Edema.
e. Defisiensi Vitamin dan Anemia.
Kerena pembentukan, penggunaan, dan penyimpanan vitamin
tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka
tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai khususnya
sebagai fenomena hemoragi yang berkaitan dengan defisiensi
vitamin K.

F. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom
nomosister, hipokrom mikrosister/hipokrom makrosister.
2) Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan
merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati,
kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari
sel yang rusak, pemeriksaan billirubin, transaminase dan
gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
3) Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang
berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan
daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.

7
4) Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar
CHE turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE
normal/tambah turun akan menunjukkan prognosis jelek.

b. Pemeriksaan penunjang lainnya:


1) Radiologi, dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises
esophagus untuk konfirmasi hipertensi portal.
2) Esofagoskopi, dapat dilihat varises esophagus sebagai
komplikasi sirosis hati/hipertensi portal.
3) Ultrasonografi, pada saat pemeriksaan USG sudah mulai
dilakukan sebagai alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati.

G. Terapi
Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur
pada fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam
jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi.
a. Diet rendah protein
b. Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah
protein dalam makanan dihentikan (diet hati I ) untuk kemudian
diberikan sedikit demi sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh.
Pemberian protein yang melebihi kemampuan klien atau
meningginya hasil metabolisme protein dalam darah viseral dapat
mengakibatkan timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik dengan
protein yang cukup perlu diperhatikan.
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik, dengan pengunaan obat-
obatan yang jelas tidak hepatotoksik.
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan memberikan asam
aminoesensial berantai cabang dan glukosa.
e. Pemberian robboransia Vitamin B kompleks. (Setya, 2011)

8
H. Komplikasi
a. Komplikasi menurut Smeltzer (2002) ada dua yaitu:
1) Perdarahan dan hemorargia
2) Ensefalopati hepatic
b. Komplikasi menurut Mansjoer (2009) ada dua yaitu:
1) Hematemisis melena
2) Koma hepatikum

c. Komplikasi menurut Engram (2009) ada empat yaitu:


1) Encefalo hepatik yang disebabkan oleh peningkatan kadar
amonia darah.
2) Asites ruang disebabkan oleh ekstravasase cairan serosa ke
dalam rongga peritoneal yang disebabkan oleh peningkatan
hipertensi portal, peningkatan reabsorpsi ginjal terhadap natrium
dan penurunan albumin serum.
3) Sindrom hepatorenal yang disebabkan oleh dehidrasi atau
infeksi.
4) Gangguan endokrin yang disebabkan oleh depresi sekresi
gonadotropi.

I. Prognosis
Penderita sirosis hepatis kompensata akan menjadi dekompensata
dengan angka sebesr 10 % per tahun. Penderita sirosis hepatis
dekompensata mempunyai angka ketahanan hidup 5 tahun, hanya
sekitar 20 %, ascites adalah tanda awal adanya dekompensata. Penderita
sirosis hepatis dengan peritonitis bakterial spontan mempunyai angka
ketahanan hidup 1 tahun sekitar 30-45 %, dan yang mengalami
ensefalopati hepatik angka ketahanan hidup 1 tahun sekitar 40 %.

9
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama:
Penyakit ini dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat juga dengan
atau tanpa gejala klinik yang jelas. Mula-mula timbul kelemahan
badan, rasa cepat payah yang makin menghebat, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, badan menguning (ikterus),
demam ringan, sembab tungkai dan pembesaran perut (asites).
c. Riwayat Penyakit Masa lalu
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau
penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga
menyebabkan penyakit Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai
pengguna alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan
makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani pasien.
d. Pemerikasaan fisik
1) B1 (Breathing)
Dispnea, Wheezing, Penggunaan otot bantu pernafasan,
Ekspansi paru terbatas disebabkan karena asites atau efusi
pleura, Hipoksia, Napas berbau aseton.
2) B2 (Blood)
Distensi vena abdomen, anemia, nadi tidak teraba akibat
hipovolemia intra vaskuler.
3) B3 (Brain)
Perubahan kepribadian, penurunan mental, bingung, koma.
(penurunan kesadaran) salah satunya dengan adanya anemia
menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada
otak. Flapping tremor,
4) B4 (Bladder)
Urine gelap, pekat.
5) B5 (Bowel)

10
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), nyeri
tekan abdomen kuadran kanan atas. Penurunan atau tidak adanya
bising usus. Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan atau
tidak dapat mencerna. Mual atau muntah, penurunan berat badan
atau peningkatan karena cairan.
6) B6 (Bone)
Letargi, penurunan massa otot/tonus (atropi otot). Kulit kering,
turgor buruk, ikterik, pruritus, edema umum pada jaringan.
Perhatikan adanya spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu,
leher, dada, pinggang, caput medussae dan tubuh bagian bawah,
perlunya diperhatikan adanya eritema Palmaris.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah
b. Gangguan kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d gangguan
mekanisme regulasi, retensi natrium, hematemesis, melena
c. Resiko tinggi pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan
pengumpulan cairan intra abdomen (asites)
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan:
gangguan sirkulasi/status metabolic, adanya edema, asites.

C. Intervensi Keperawatan
Dx: Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan:
gangguan sirkulasi/status metabolic. adanya edema, asites.

Kriteria Hasil: mempertahankan integritas kulit. Pasien akan


mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan
perilaku/tehnik untuk mencegah kerusakan kulit.

11
Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Lihat permukaan kulit/titik tekan
1. Asites dapat meregangkan kulit
secara rutin. Pijat penonjolan tulang sampai pada titik robekan pada
atau area yang tertekan terus menerus. sirosis berat menurunkan tekanan
Gunakan losion minyak. pada jaringan edema untuk
2. memperbaiki sirkulasi.
3.
4. Ubah posisi pada jadwal teratur, saat
2. Meningkatkan aliran balik vena dan
di kursi/tempat tidur, bantu dengan menurunkan edema pada
latihan rentang gerak aktif/pasif. ekstrimitas.
3.
Pertahankan sprei kering dan bebas
4. Kelembaban meningkatkan pruritus
lipatan. dan meningkatkan resiko kerusakan
kulit.
5.
5. Gunting kuku jari hingga pendek;
6. Mencegah pasien dari cedera
berikan sarung tangan bila tambahan pada kulit khususnya bila
diindikasikan. tidur.
6. 7.
7. Berikan perawatan perineal setelah
8. Mencegah ekskoriasi kulit dari
berkemih dan defekasi. garam empedu.
8. 9.
9. Gunakan kasur bertekanan tertentu,
10. Menurunkan tekanan kulit,
kasur karton telur, kasur air, kulit meningkatkan sirkulasi dan
domba, sesuai indikasi. menurunkan resiko
iskemia/kerusakan jaringan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

12
keperawatan. Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau
mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Dengan kata lain
implementasi adalah melakukan rencana tindakan yang telah ditentukan
untuk mengatasi masalah klien. (Haryanto, 2007 ; 81).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga
yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru. Melalui
Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai pencapaian tujuan yang
diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai
sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan
pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana atau mengganti dengan
rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang
dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh
perawat dengan menggunakan pengamatan yang objektif setelah
implementasi keperawatan. A merupakan analisa perawat setelah
mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan
dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan
pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya
setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh
perawat yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil
implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan,
sesuai dengan kontrak pelaksaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan
apakah rencana diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan
intervensi, atau dihentikan. (Sudiharto, 2007 ; 49).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sirosis hati merupakan penyebab kematian (setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker). Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada
kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan
umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun dengan
puncaknya sekitar 40-49 tahun.
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan
difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi, dan regenerasi sel–sel hati sehingga susunan parenkim hati
terganggu (rusak). Etiologi penyakit Sirosis hepatis belum diketahui secara
jelas, namun terdapat factor predisposisi yakni diantaranya pasien dengan
riwayat penyakit hepatitis, alkoholik, malnutrisi, dll.
Untuk menegakkan diagnosa sirosis hepatis dapat diperoleh dari gejala
klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan darah
maupun pemeriksaan radiologis, pemeriksaan USG, dan pemeriksaan CT
scan. Pnatalaksanaan Sirosis hepatis tergantung kondisi, komplikasi, dan
prognosisnya.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai ilmu
pada proses pembelajaran, dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan sirosis hepatis dan komplikasinya. Serta mampu memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan sirosis hepatis
dan komplikasinya

14
DAFTAR PUSTAKA

Aru Sudoyo.2016.“Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV.Pustaka.” Jakarta :


Penerbitan IPD FKUI.

Baradero, 2008. Klien Gangguan Hati Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Barbara Engram. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


.Jakarta:EGC

Doenges, Marilynn E, Mary. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
(EGC).

Gendo, Udayana. (2006). Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Cina.


Yogyakarta : Kanisius.

Kuncara, H.Y, dkk, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta

Mansjoer,Arif,dkk.2009. “KapitaSelektaKedokteran.jilid1 edisi III.” Jakarta :


FKUI

Mariyani, Sri (2005). Jurnal Sirosis Hepatis, FK UNSUMSEL

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (2005). Patofisiologi, Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Setiya, Yulis. (2010). Handout Materi Sirosis Hepatis.

15

Anda mungkin juga menyukai