Sesuai standarisasi WHO, partograf di tujukan bagi Negara berkembang, supaya
mudah digunakan oleh pelayanan kesehatan disarana terbatas. Jika ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih baik. Dengan partograf WHO dapat menilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan proses persalinan dengan : 1. Perlu tidaknya dirujuk 2. Perlu tidaknya dinfus induksi oksitosin 3. Perlu tidaknya tindakan section caesaria. Partograf yang paling sederhana mencakup dilatasi serviks dalam cm dengan waktu per jam. Konsep ini diperkenalkan oleh Friedman di New York pada tahun 1954. "Grafik analisis persalinan†• adalah yang pertama dari serangkaian klasik kontribusi dimana ilmu partography didirikan, untuk menjadi landasan klinis evaluasi kemajuan dalam persalinan. Partogram dirancang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk digunakan di negara berkembang (Dujardin dan rekan kerja, 1992). Menurut Orji (2008), partograf ini sama untuk nulliparas maupun multipara. Persalinan dibagi menjadi fase laten, yang seharusnya berlangsung tidak lebih dari 8 jam, dan fase aktif. Fase aktif dimulai pada pembukaan 3 cm, dan kemajuan persalina tidak boleh lebih lambat dari 1 cm / jam. Menunggu 4 jam dianjurkan sebelum intervensi saat fase aktif masih berjalan lambat. Grafik persalinan, dan analisis mencakup penggunaan garis waspada dan tindakan. Lavender dan rekan (2006) membandingkan secara acak 3000 wanita nulipara mengintervensi persalinan di 2 jam dibandingkan 4 jam seperti yang dianjurkan oleh WHO. Angka kelahiran sesar mereka tidak terpengaruh, dan mereka menyimpulkan bahwa intervensi seperti amniotomi dan oksitosin yang sia-sia meningkat dengan menggunakan interval waktu 2 jam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan partograf untuk pertolongan persalinan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi kematian dan angka kesakitan ibu dan janin. Partograf terdiri dari representasi grafis tenaga kerja dan sumber daya visual yang sangat baik untuk menganalisis servik, kontraksi uterus dan presentasi janin dalam kaitannya dengan waktu persalinan. Meskipun demikian, kurangnya pemanfaatan partograf dapat ditemukan di lembaga kesehatan masyarakat yang mencerminkan kurangnya pemantauan ibu dalam persalinan dan / atau hasil kehamilan yang buruk. Alasan pemakaian partograf oleh WHO : · Merupakan suatau alat bantu yang mudah digunakan · Banyak penelitian yang mengindikasikan pemakaian partograf dengan keuntungannya yaitu : menurunnya angka partus lama, persalinan yang membutuhkan oxytosin sebagai augmentation, dan persalinan SC · Menurunnya angka kesakitan dan kematian ibu dalam persalianan dengan penyulit. Penilaian grafis pertama kemajuan persalinan dirancang oleh Friedman dan lebih ditingkatkan oleh Philpott dan Kastil. Banyak pekerjaan telah dilakukan untuk meningkatkan partograf sebagai alat yang secara grafis merupakan alat yang penting dalam persalinan dan memanfaatkannya untuk digunakan secara global. Dalam menanggapi rekomendasi dari Konferensi Safe Motherhood yang diselenggarakan di Nairobi pada tahun 1987, WHO membuat partograf, dan menguji nilai praktis untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Penggunaan partograf dianjurkan untuk pemantauan rutin tenaga kerja, dan membantu penyedia layanan kesehatan dalam mengidentifikasi lambatnya kemajuan persalinan, dan dapat membantu memulai intervensi yang tepat untuk mencegah persalinan lama dan terhambat. Partograf adalah alat yang murah dirancang untuk memberikan gambaran †“ gambaran rutin dari persalinan, dan telah terbukti meningkatkan hasil bila digunakan untuk memonitor dan mengelola persalinan. Ini adalah selembar kertas yang berisi informasi tentang denyut jantung janin, kontraksi uterus, obat-obatan yang digunakan dan faktor penting lainnya yang dapat membantu menghindari catatan deskriptif yang luas. Ini adalah perangkat praktis jika digunakan dalam ruang bersalin yang sibuk dengan banyak kasus, dan tenaga kerja yang terbatas untuk skrining persalinan abnormal. Dengan penggunaannya, tidak perlu untuk merekam kejadian persalinan berulang kali. Ini membantu memprediksi penyimpangan dari kemajuan persalinan normal, dan mendukung intervensi tepat waktu. Hal ini juga membantu untuk memfasilitasi tanggung jawab kepada tenaga kerja yang membantu persalinan. Partograf WHO yang pertama atau 'Komposit partograf', mencakup fase laten persalinan hingga 8 jam dan fase awal aktif saat dilatasi serviks mencapai 3 cm. Fase aktif digambarkan dengan garis waspada dan garis tindakan, ditarik 4 jam terpisah pada partograf tersebut. Partograf ini didasarkan pada prinsip bahwa selama persalinan aktif, laju dilatasi serviks tidak boleh lebih lambat dari 1 cm / jam. Jika fase laten memanjang relatif jarang terjadi dan biasanya tidak terkait dengan hasil perinatal yang buruk, kegunaan merekam fase laten tenaga kerja di partograf telah dipertanyakan. Selain itu, membedakan fase laten dari persalinan palsu sering sulit. Untuk mengatasi kelemahan ini, yang WHO telah memodifikasi partograf dengan memperkenalkan dan memasukan penghapusan fase laten dan didefinisikan awal fase aktif pada 4 cm dilatasi serviks bukan 3 cm. UNMODIFIED PARTOGRAF MODIFIED PARTOGRAFT PENELITIAN PATOGRAF Penelitian dilakukan di Addis Ababa, Ethiopia untuk pengenalan, pengetahuan dan pemanfaatan partograf pada pemberi pelayanan kebidanan di lembaga kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa lebih dari setengah (57,3%) dari pemberi perawatan kebidanan melaporkan penggunaan modifikasi patograf WHO, untuk memantau persalinan. Penelitian ini, yang dimaksudkan untuk menjawab apakah iya atau tidak, partograf dapat digunakan untuk memantau ibu melahirkan dan mencatat melalui review dokumen standar retrospektif, hal ini bertujuan untuk menilai kegunaan partograf untuk ibu melahirkan di lembaga kesehatan masyarakat dari Addis Ababa , Ethiopia. Pemahaman ini yang lebih lengkap dari proses ini akan menjadi penting untuk menginformasikan kebijakan dan strategi dalam penyediaan layanan perawatan bersalin. Sebuah tinjauan dokumen retrospektif dilakukan untuk menilai penyelesaian modifikasi partograf WHO selama persalinan di lembaga kesehatan masyarakat dari Addis Ababa, Ethiopia. Sebanyak 420 dari modifikasi partograf WHO digunakan untuk memantau ibu melahirkan dari lima lembaga kesehatan masyarakat yang memberikan perawatan bersalin. Sebuah daftar terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Distribusi frekuensi, tabulasi silang dan grafik digunakan untuk menggambarkan hasil penelitian. Semua fasilitas yang menggunakan modifikasi partograft WHO, pembuatan standar partograf adalah sangat rendah. Dari 420 laporan partograf di semua lima fasilitas kesehatan, denyut jantung janin tercatat menjadi standar yang disarankan di 129 (30,7%) dari partograf, sementara 138 (32,9%) dari dilatasi serviks dan 87 (20,70%) kontraksi uterus dicatat dengan standar yang dianjurkan. Studi ini tidak mendokumentasikan turunnya bagian presentasi di 353 (84%). Moulding di 364 (86,7%) dari laporan partograf tidak tercatat. Dokumentasi negara minuman keras adalah 113 (26,9%), sementara tekanan darah ibu tercatat standar hanya 78 (18,6%) dari laporan partograf. Penelitian ini menunjukkan penyelesaian yang buruk dari modifikasi partograf WHO selama persalinan di lembaga kesehatan masyarakat dari Addis Ababa, Ethiopia. Temuan ini mungkin mencerminkan manajemen yang buruk, penyelesaian persalinan atau kelengkapan instrument yang tidak memadai, dan menunjukkan perlunya pelatihan ynag berkala bagi tenaga kesehatan untuk pembuatan partograf yang tepat. Pengawasan suportif rutin, pemberian pedoman dan kebijakan fasilitas kesehatan wajib juga mendukung upaya kolaboratif untuk mengurangi kematian ibu dan perinatal. Sebuah penelitian deskriptif berdasarkan penelaahan dokumen retrospektif digunakan untuk menguji pemakaian modifikasi partograf WHO selama persalinan di lembaga kesehatan masyarakat dari Addis Ababa. Penelitian ini termasuk semua modifikasi partograf WHO dimana memiliki informasi yang lengkap atau sebagian lengkap dan tidak termasuk modifikasi partograf WHO yang tidak memiliki informasi yang dicatat pada mereka (seperti partograf lembar yang hanya ringkasan pengiriman dicatat tetapi tidak ada bukti tertulis dari dilatasi serviks dan / atau catatan dari ibu yang dirawat di tahap kedua persalinan). Selain itu, file ibu memiliki informasi yang menunjukkan persalinan lama, oligohydraminous, kematian janin intrauterin (IUFD), operasi caesar sebelumnya ditambah malpresentasi, Human Immunodeficiency Virus (HIV) ditambah sungsang, preeklamsia ditambah fase laten persalinan dan ceasar elektif dimana tidak termasuk karena penulisan partograf tidak dianjurkan untuk ibu dengan karakteristik tersebut. Empat ratus dua puluh modifikasi partograf WHO, yang di pakai untuk menejemen persalinan di lima fasilitas kesehatan dalam periode penelitian ini dibuat. Angka kelahiran dari desember 2011 sampai februari 2012 (dokumen laporan perbulan) antara 87 (di pusat kesehatan Lideta) sampai 1660 (di rumah sakit Gandhi memorial). Tidak terdapat panduan tertulis untuk melengkapi partograf dalam merekam menejemen persalinan pada persalinan yang terjadi. Proportions of partographs on which parameters were recorded to standard, public health institutions of Addis Ababa, December 2011†” February 2012. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN Persalinan adalah proses dimulai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi progesif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan pelepasan dan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Patograft adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan, memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Tujuan utama pengunaan patograf adalah untuk : 1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan 2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. 3. Deteksi secara dini, kemungkinan adanya partus lama. 4. Membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran. 5. Menggunakan informasi tercatat sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya penyulit persalinan. 6. Membantu penolong dalam mengambil keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. 7. Penggunaan patograf rutin dapat memastikan ibu dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan yang aman dan tepat waktu. 8. Mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu : · Kala I : dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus serta pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap · Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir · Kala III : dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput bayi dari tubuh ibu · Kala IV : dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah itu. Persalinan tidak selalu berjalan normal. Oleh karena itu saat memberikan asuhan pada ibu yang sedang bersalin, penolong harus waspada terhadap masalah yang mungkin terjadi selain itu, deteksi dini penyulit persalinan juga tidak kalah pentingnya dengan cara : · Pemantauan partograf pada setiap persalinan kala I fase aktif · Pencatatan partograf. PENGGUNAAN PATOGRAF World Health Organization (WHO, 2000) telah memodifikasi partograf agar lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Fase laten telah dihilangkan, dan pencatatan partograf telah dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4 cm. partograf harus digunakan untuk : 1. Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sampai dengan kelahiran bayi. 2. Semua tempat pelayanan persalinan 3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalina dan kelahiran Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. HALAMAN DEPAN PARTOGRAF Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada faase aktif persalinan , dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk : · Informasi tentang ibu : · Nama, umur · Gravid, para, abortus (keguguran) · Nomor catatan medik/nomor puskesmas · Tanggal dan waktu mulai dirawat Lengkapi bagian awal partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan dan (tertulis sebagai jam pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban. · Waktu pecahnya selaput ketuban · Kondisi janin · DJJ (denyut jantung janin) : dengan menggunkan metode seperti yang diuraikan pada bagina pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis yang tidak terputus. Kisaran normal DJJ antar 180 dan 100 akan tetapi, penolong harus waspada bila djj dibawah 120 atau diatas 160. · Warna dan adanya air ketuban : nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temaun dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambing-lamabang berikut. U : ketuban utuh )belum pecah) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih M: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium. D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan darah K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering) Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu nmenandakan gawat janin, jika terdapat mekonium pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin. · Molase (penyusupan tulang kepala janin : penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban. Gunakan lambing-lambang berikut : 0 : tulang- tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi 1 : tulang- tulang kepala janin hanya salinag bersentuhan. 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. · Kemajuan persalinan : kolom dan lajur kedua parograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0 †“ 10 yang tertera ditepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Tiap angka mempunyai lajur dan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukan penambahan dilatasi sebesar 1 cm skala angka 1 †“ 5 juga menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Tiap kotak dibagian ini menyatakan waktu 30 menit. · Pembukaan serviks : Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). · Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin : Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Penurunan kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori dengan symbol 5/5 sampai 0/5 · Garis waspada dan garis bertindak : Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. pencatatan selama fase aktif persalinan harus di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan misalnya : amniotomi, infuse oksitosin atau persiapan-persiapan rujukan (ke rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit kegawat daruratan obstetrik. Garis bertindak sejajar ndengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. · jam dan waktu · waktu mulainya fase aktif persalinan dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak diberi angka 1 †“ 16. Setipa kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. · Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan : Dibawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu actual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk fase aktif persalinan catatan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatan waktu actual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tulislah tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri). · Kontraksi uterus : Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan †œkontraksi per 10 menit†• disebelah luar jolom paling kiri. Setiap kotak menunjukan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam satu kali 10 menit, isi 3 kotak. · Obat †“ obatan yang diberikan Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat- obatan lainnya, dan cairna I.V. · Oksitosin jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan I.V dan dalam satuan tetesan permenit. · Obat †“ obatan lain dan cairan I.V Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. · Kesehatan dan kenyamanan ibu Bagian terakhir dari pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu. · Nadi, tekanan darah dan temperature tubuh. · Nilai dan catat nadi tiap 30 menit · Nilai tekanan darah tiap 4 jam · Nilai dan catat temperature tubuh ibu tiap 2 jam. · Volume urin, protein atau aseton Ukur dan catat setiap hasil produksi urin ibu sedikitnya setiap dua jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin · Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. · Jumlah cairan peroral yang diberikan · Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur · Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya · Persiapan sebelum melakukan rujukan · Upaya rujukan LEMBAR BELAKANG PARTOGRAF Halaman belakang partograf, merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termaksud bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah jadinya penyulit dan membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan persalinan yang bersih dan aman. Catatan persalinan adalah terdiri atas unsur †“ unsur berikut : · Data dasar Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalianan, catatan, alas an merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada tiap tempat yang telah disediakan tatu dengan cara memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan no. 8 jawaban bias lebih dari satu. · Kala I Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan no.9 lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan. · Kala II Kala II terdiri atas episiotomy persalinan, gawat janin, distosisa bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda check list pada kotka samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no.13 jika jawaban ya tulis indikasinya. Untuk pertanyaan no.14, jawaban bias lebih dari satu, sedangkan untuk masalah lain hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada kala II. · Kala III Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosisn, penegangan tali pusat terkendali, peminjatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan diberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk no. 25, 26, dan 28 lingkari jawaban yang benar. · Bayi baru lahir Informasi bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, tatalaksana terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak yang disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no. 36 dan 37 lingkari jawaban yang sesuai sedangkan no. 38 jawaban bias lebih dari satu. · Kala IV Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan pada kal IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan pasca persalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap[ 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi. BAB III KESIMPULAN Menurut WHO partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan waktu ke waktu. Partograf standar WHO dapat membedakan dengan jelas perlu atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Juga dapat dengan jelas dapat membedakan persalinan normal dan abnormal dan mengidentifikasi wanita yang membutuhkan intervensi. Partograf digunakan antara lain untuk : 1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam; 2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, sehingga dapat melakukan deteksi secara dini terhadap setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Dengan metode yang baik dapat diketahui lebih awal adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah persalinan lama, sehingga dapat menurunkan resiko perdarahan pospartum dan sepsis, mencegah persalinan macet, pecah rahim, dan infeksi bayi baru lahir. Partograf digunakan untuk memonitor kemajuan atau penyimpangan yang mungkin timbul selama proses persalinan, setiap memimpin persalinan bidan diwajibkan menggunakan partograf. Jika digunakan dengan tepat partograf dapat membantu penolong persalinan untuk: a) mencatat kemajuan persalinan; b) mencatat kondisi ibu dan janin Penurunan bagian terendah; c) mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran; d) menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit; e) menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA · Levin K, Kabagema Jd A: Use of the partograph:
effectiveness, training, modifications, and barriers†” a literature review. New York: Engender Health/Fistula Care; 2011. · WHO: World health organization maternal health and safe motherhood programme. Lancet 1994, 343:1399-1404. PubMed Abstract · World Health Organization: Pregnancy, childbirth, postpartum and newborn care: a guide for essential practice. Geneva: World Health Organization; 2006. · World Health Organization: Managing complications in pregnancy and childbirth. Geneva: World Health Organization; 2000. · Nolte, Anna. The partograph and how to Assess Labour. Juta & Co Ltd, 2008 · Prawirohardjo, sarwono. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta; 2009. · Saifudin. A bari, Wiknjosastro. H Gulardi, Affandi. Biran, Waspodo. Djoko. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta; 2010. · Yisma E, Dessalegn B, Astatkie A, Fesseha N: Knowledge and utilization of partograph among obstetric care givers in public health institutions of Addis Ababa, Ethiopia. BMC Pregnancy Childbirth 2013, 13:17. PubMed Abstract | BioMed Central Full Text | PubMed Central Full Text · Cunningham, Gary F., et all. Williams Obstetrics 23rd edition. Normal Labour and Delivery. Mc Graw Hill, 2010 · Edmond. D, Keith. Dewhurst†™s Textbook of Obstetrics and Gynaecology. Normal Labour. 7th edition. Blackwell Publishing, London;2007. KEPANITRAAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI Page 18 RECOMMENDED