Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin


penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil,
diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang


sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan
dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-
apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar
dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit
penyakit di kemudian hari.

Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan
baik, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan
bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang
bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari
masyarakat untuk mengelolanya.

Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan oleh sampah,


tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran
itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu
sendiri.

Kelurahan Liliba merupakan salah satu daerah yang terletak di Kota


Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kelurahan Liliba merupakan salah satu
daerah dari sekian banyak daerah di Kota Kupang yang terkena pencemaran

1
lingkungan. Banyaknya masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan
yang membuat daerah Kelurahan Liliba menjadi tercemar.

Dari latar belakang diatas di lokasi Kelurahan Liliba, penulis mempunyai


gagasan untuk membuat makalah dengan judul “ Pencemaran Lingkungan Sekitar
Area Jalan Di Kelurahan Liliba Kecamatan Oebobo Kota Kupang Provinsi Nusa
Tenggara Timur “. Untuk menanggulangi masalah pencemaran lingkungan yang
sering terjadi di Kelurahan Liliba.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup di Kelurahan


Liliba ?
2. Bagaimana upaya-upaya pengelolaan sampah yang terjadi di Kelurahan
Liliba ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup.

2. Dapat mengetahui upaya-upaya pengelolaan sampah yang terjadi di


Kelurahan Liliba.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pencemaran

Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen


lain ke dalam air atau udara, baik yang disengaja maupun yang tida disengaja.
Pencemaran juga dapat dikatakan berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara
oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran
terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang sangat cepat, dan
beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dari berbagai bahan
kimia termasuk logam berat.

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan,


yang salah satu contohnya adalah sampah. Sampah merupakan material sisa yang
tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh
manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya
tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi
menurut jenis-jenisnya.

Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun


disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan
biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang
dapat dicegah dan dikendalikan.

Karena kegiatan manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi.


Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, namun yang dapat kita
lakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar
tidak mencemari lingkungan.

3
2.2. Pengertian Sampah

Sampah adalah material sisa yang dibuang sebagai hasil dari proses
produksi, baik itu industri maupun rumah tangga. Definisi lain dari sampah adalah
sesuatu yang tidak diinginkan oleh manusia setelah proses/ penggunaannya
berakhir. Adapun material sisa yang dimaksud adalah sesuatu yang berasal dari
manusia, hewan, ataupun dari tumbuhan yang sudah tidak terpakai. Wujud dari
sampah tersebut bisa dalam bentuk padat, cair, ataupun gas.

Untuk lebih memahami apa arti sampah, maka kita bisa merujuk kepada
pendapat beberapa ahli tentang definisi sampah. Di bawah ini adalah pengertian
sampah menurut para ahli:

1. Juli Soemirat
Menurut Juli Soemirat pengertian sampah adalah barang padat yang
dihasilkan dari kegiatan manusia yang tidak lagi dikehendaki.
2. Azwar
Menurut Azwar pengertian sampah adalah sebagian dari sesuatu yang
tidak digunakan, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi
bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk
kedalamnya.
3. Bahar
Menurut Bahar definisi sampah adalah suatu barang yang harus bersifat
padat yang tidak lagi dipergunakan dan dibuang, sehingga barang tersebut tidak
bisa diuraikan dengan sempurna oleh alam yang akhirnya mengakibatkan
kerusakan.
4. Basriyanta
Menurut Basriyanta sampah adalah suatu material yang tidak lagi dipakai
sehingga dibuang oleh pemiliknya, akan tetapi sampah masih dapat digunakan
jika didaur ulang menjadi sesuatu yang baru.
5. Tanjung

4
Menurut Tanjung, definisi sampah adalah barang yang tidak berguna lagi
sehingga dibuang oleh pemiliknya.
6. Wijaya Jati
Menurut Wijaya Jati, pengertian sampah secara sederhana adalah
konsekuensi sisa dari selurih kegiatan (aktivitas) manusia.
7. World Health Organization (WHO)
Menurut WHO pengertian sampah adalah barang yang berasal dari
kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak
disenangi, ataupun yang dibuang.
8. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut KBBI arti sampah adalah barang yang dibuang oleh pemiliknya
karena tidak terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi, misalnya kotoran, kaleng
minuman, daun-daunan, kertas, dan lain-lain.

2.3. Jenis-jenis sampah

2.3.1. Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Sampah organik – dapat diurai (degradable)

Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa


makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini
dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

Gambar : 2.1. Sampah Organik


Sumber : http://www.pakmono.com/2015/05/pengertian-sampah-
organik-dan-contohnya.html

5
2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)

Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti


plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan
gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.

Gambar : 2.1. Sampah Organik


Sumber : http://www.pakmono.com/2015/05/pengertian-sampah-
organik-dan-contohnya.html

2.3.2. Berdasarkan Sumbernya

Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Sampah alam
2. Sampah manusia
3. Sampah konsumsi
4. Sampah nuklir
5. Sampah industri
6. Sampah pertambangan.

2.3.3. Berdasarkan Bentuknya

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi
dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :

6
A. Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine
dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik
Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka sampah dapat dibagi lagi menjadi:

1. Biodegradable yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh


proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:

a. Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali


karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas,
pakaian dan lain-lain.
b. Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan
tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon
paper, thermo coal dan lain-lain.
B. Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

1. Sampah hitamyaitu sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri.
Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
2. Sampah rumah tangga sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

7
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari
aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah
pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah
konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang
limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.

C. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses


daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi
tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah,
misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

D. Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa


digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada
pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase
yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.
Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

2.4. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan Hidup

Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar


terhadap lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan
menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana seperti :

2.4.1. Dampak Sampah bagi Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan


sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa

8
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit.

Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut :

a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat
bercampur dengan air m inum. Penyakit demam berdarah dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
b) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000


orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa
(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.

2.4.2. Dampak Sampah terhadap Lingkungan

a. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan


sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah
sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan
lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan
lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses
pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui.
Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi
lingkungan sekitarnya.

9
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat
berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui,
terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses
dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan
dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4,
H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi
gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global,
disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
sekitarnya.

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi


pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu
juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah
dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti
halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul
akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap
juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah
baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup
besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan
sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah
sekitarnya.

b. Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial


menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke
saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya
pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah
dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang
dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan
pencemaran air dan tanah di sekitarnya.

Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan


sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air

10
tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan
aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi
cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang
lebih rendah.

c. Pencemaran Tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya


di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat
tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan
Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan
waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari
lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi
menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan
sekitarnya.

2.4.3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang


kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan
yang buruk Karena sampah bertebaran dimana-mana.
2. Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas)
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan
akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,
jembatan, drainase, dan lain-lain.

11
5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan
air. Jika sarana penampungan sampah kurang atu tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki (Gilbert dkk; 1996)

Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi keseimbangan


lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran, apabila sampah tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan-gangguan
antara lain sebagai berikut:

a) Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-


gas yang terjadi dan rombakan sampah bau yang tidak sedap, daerah becek
dan kadang-kadang berlumpur terutama apabila musimpenghujan datang.
b) Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi
fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat
mengganggu kehidupan dilingkungan sekitarnya.
c) Disekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen.
Keadaan ini disebabkan karena selama proses peromabakan sampah
menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan oksigen yang diambil
dari udara disekitarnya. Karena kekurangan oksigen dapat menyebankan
kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak.
d) Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah dapat
membahayakan kesehatan karena kadang-kadang proses pembusukan ada
mengeluarkan gas beracun.
e) Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan
oleh lalat atau seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan
anjing.
f) Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan
yang nyaman untuk dinikmati.

12
2.5. Undang-Undang Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup memiliki beberapa point aturan yang berkaitan
erat dengan implementasi Keuangan Berkelanjutan di Indonesia. beberapa point
aturan tersebut terdiri atas pasal-pasal berikut ini:

1. Paragraf 3; Pasal 20 ayat 1 s/d 5 Tentang Baku Mutu Lingkungan


Hidup.
2. Paragraf 4; Pasal 21ayat 1 s/d 5 Tentang Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan Hidup.
3. Paragraf 5; Pasal 22 ayat 1 menyatakan "Setiap usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
AMDAL".
4. Paragraf 6; Pasal 34 ayat 1 menyatakan "Setiap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki UKL-UP".
5. Pasal 35 ayat 1 menyebutkan bahwa "Usaha dan/atau kegiatan yang
tidak wajib dilengkapi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
34 ayat (2) wajib membuat surat penyertaan kesanggupan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup". Pasal 35 Ayat 2 menyebutkan
bahwa "Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria: a. tidak termasuk dalam
kategori berdampak penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(1); dan b. kegiatan usaha mikro dan kecil". Pasal 35 Ayat
3 menyebutkan bahwa "Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan
surat penyertaan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup diatur dengan peraturan Menteri"
6. Pasal 43 Ayat 1 huruf d menyebutkan bahwa "Instrumen perencanaan
pembangunan dan kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi internalisasi biaya lingkungan hidup".

13
7. Pasal 43 Ayat 3 menyebutkan bahwa "Insentif dan/atau disinsentif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf c antara lain
diterapkan dalam bentuk: a. pengadaan barang dan jasa yang ramah
lingkungan hidup; b. penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkungan
hidup; c. pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal
yang ramah lingkungan hidup; d. pengembangan sistem perdagangan
izin pembuangan limbah dan/atau emisi; e. pengembangan sistem
pembayaran jasa lingkungan hidup; f. pengembangan asuransi
lingkungan hidup; g. pengembangan sistem label ramah lingkungan
hidup; dan h. sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
8. Paragraf 12 Audit Lingkungan Hidup Pasal 48 menyebutkan bahwa
"Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
untuk melakukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan
kinerja lingkungan hidup".
9. Pasal 80 Ayat 1. menyebutkan bahwa "Paksaan pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf b berupa : a.
penghentian sementara kegiatan produksi; b. pemindahan saran
produksi; c. penutupan saluran pembuangan pembuangan air limbah
atau emisi; d. pembongkaran; e. penyitaan terhadap barang atau alat
yang berpotensi menimbulkan pelanggaran; f. penghentian sementara
seluruh kegiatan; atau g. tindakan lain yang bertujuan untuk
menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan
hidup". Pasal 80 Ayat 2 menyebutkan bahwa "Pengenaan paksaaan
pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila
pelanggaran yang dilakukan menimbulkan: a. ancaman yang sangat
serius bagi manusia dan lingkungan hidup; b. dampak yang lebih besar
dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
perusakannya; dan/atau c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan
hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya".

14
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Identifikasi Masalah

Gambar : 3.1. Sampah pada ruas jalan di Kelurahan Liliba


Sumber : Dokumentasi penulis di lapangan

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada ruas jalan di Kelurahan Liliba
terdapat banyak sekali sampah yang menumpuk. Di sekitar area yang dipenuhi
sampah tersebut juga terdapat perumahan penduduk. Hal ini menyebabkan
dampak lingkungan yang buruk bagi masyarakat di sekitar area sampah tersebut,
maupun orang-orang yang melewati area jalan tersebut.
Maka dari itu perlu adanya solusi untuk menangani masalah sampah yang
terjadi di Kelurahan Liliba.

3.2. Penanggulangan Masalah

Dari masalah yang telah dibahas diatas, penanggulangan masalah sampah


yang terjadi di Kelurahan Liliba dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pisahkan Sampah Sesuai Dengan Jenisnya

Langkah pertama sistem pengelolaan sampah di rumah adalah


memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Secara garis besar kamu dapat

15
memisahkan sampah menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan anorganik.
Siapkanlah dua tempat sampah yang berbeda di rumah yang dikhususkan untuk
setiap jenis-jenis sampah. Kalian pasti sudah tahu, sampah organik adalah sampah
yang berasal dari alam. Seperti sisa makanan atau daun. Dengan kata lain semua
sampah yang dapat terurai dengan mudah adalah sampah organik. Sementara
sampah plastik, karet, kaca dan kaleng masuk ke dalam kategori sampah
anorganik.

Dengan memisahkan sampah organik dan anorganik, akan memudahkan


kamu untuk memudahkan kamu dalam pengelolaan sampah di rumah kamu pada
langkah berikutnya.

2. Pengelolaan Sampah Organik

Sebagian sampah anorganik dapat didaur ulang, seperti kertas, kardus,


botol kaca, botol plastik, kaleng dan lainnya. Jika kamu tidak yakin apakah sebuah
kemasan makanan dapat didaur ulang atau tidak, kamu dapat memeriksa logo daur
ulang pada kemasan makanan tersebut. Jika terdapat logo daur ulang, maka
kemasan makanan tersebut dapat didaur ulang. Bawa sampah-sampah anorganik
tersebut ke pusat daur ulang sampah terdekat atau kamu juga bisa memberikannya
kepada pemulung.

3. Pengelolaan Sampah Anorganik


Sebagian sampah anorganik dapat didaur ulang, seperti kertas, kardus,
botol kaca, botol plastik, kaleng dan lainnya. Jika kamu tidak yakin apakah sebuah
kemasan makanan dapat didaur ulang atau tidak, kamu dapat memeriksa logo daur
ulang pada kemasan makanan tersebut. Jika terdapat logo daur ulang, maka
kemasan makanan tersebut dapat didaur ulang. Bawa sampah-sampah anorganik
tersebut ke pusat daur ulang sampah terdekat atau kamu juga bisa memberikannya
kepada pemulung.

16
4. Pengelolaan Sampah Berbahaya

Pisahkan sampah-sampah berbahaya untuk dibawa ke pusat daur ulang.


Petugas pusat daur ulang pasti tau cara untuk mendaur ulang sampah berbahaya
agar tidak merusak lingkungan.

Untuk barang-barang elektronik yang sudah rusak alias menjadi sampah,


kamu dapat mengembalikannya ke perusahaan yang memproduksinya. Beberapa
perusahaan elektronik menerima barang elektronik bekas untuk mereka daur ulang
kembali menjadi produk elektronik baru.

5. Reduce, Reuse, and Recycle

a. Reduce (Mengurangi)

Agar mengurangi produksi sampah yang kita hasilkan, kita bisa


meminimalkan atau mengurangi benda-benda yang sekali pakai saja. Misalnya
saat berbelanja kita membawa tas sendiri dari rumah (tidak perlu menggunaakan
kantong plastik), membawa air minum dengan botol sehingga mengurangi sampah
botol plastik, jika kita beli koran atau majalah jangan langsung dibuang tetapi bisa
di daur ulang terlebih dahulu atau di jual ke tukang loak, dan masih banyak lagi
hal-hal yang bisa kita minimalisir untuk mengurangi produksi sampah.

b. Reuse (Menggunakan Kembali)

Sampah dianggap sesuatu yang tidak bernilai serta tidak bermanfaat lagi,
tetapi bagi sebagian orang yang kreatif dan inovatif sampah dapat diubah menjadi
barang yang bernilai guna atau bernilai jual. Kita dapat memanfaatkan barang-
barang yang tidak terpakai lagi menjadi sesuatu yang dapat kita gunakan yaitu
dengan cara mengubah funggsinya. Misalnya menggunakan memodifikasi kaleng
bekas sebagai pot tanaman, tempat pensil, celengan dan lain sebagainya; baju
bekas dapat digunakan sebagai lap, membuat kerajinan tangan (handycraft) dari
barang bekas sehingga akan tercipta kreatifitas dan melath ketrampilan.

17
c. Recycle

Sampah-sampah dapat dia daur ulang menjadi sesuatu atau barang yang
bernilai setelah melalui tahapan atau proses. Kita dapat memilah-milah sampah
organik dan nnon organik atau pada saat pembuangan disediakan tempat sampah
yang berbeda sehingga kita tidak perlu memilah-milah lagi. Misalnya sampah
organik dapat daur ulang menjadi pupuk kompos yang dapat menyuburkan
tanaman dan tanah. Sedangkan sampah anorganik dapat kita salurkan ke petugas
daur ulang atau bank sampah di daerah anda.

d. Replace (Mengganti)

Kita dapat mengganti barang-barang yang kita gunakan dengan bahan


yang ramah lingkungan. Sebagai contoh kita dapat mengganti kantong plastic
biasa dengan kantong plastik yang biodegradable sehingga lebih ramah
lingkungan karena plastic tersebut lebih cepat terurai, mengganti kantong plastik
dengan tas kain perca dan sebagainya.

18
BAB 1V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut:

1. Sampah memiliki dampak lingkungan yang buruk bagi masyarakat di


sekitar area sampah tersebut, maupun orang-orang yang melewati area
jalan tersebut.
2. Upaya-upaya pengelolaan sampah di Kelurahan Liliba dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Pisahkan Sampah Sesuai Dengan Jenisnya

b. Pengelolaan Sampah Organik

c. Pengelolaan Sampah Anorganik


d. Pengelolaan Sampah Berbahaya

e. Reduce, Reuse, and Recycle

4.2. Saran

Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan


menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan
sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu.
Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak
maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

Keberadaan Undang-Undang persampahan dirasa sangat perlukan.


Undang-Undang ini akan mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan sanksi
masing-masing pihak. UU juga akan mengatur soal kelembagaan yang terlibat
dalam penanganan sampah. Menurut dia, tidak mungkin konsep pengelolaan

19
sampah berjalan baik di lapangan jika secara infrastruktur tidak didukung oleh
departemen-departemen yang ada dalam pemerintahan.

20

Anda mungkin juga menyukai