TINJAUAN PUSTAKA
Sumber Daya Manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini, Sumber Daya Manusia (SDM)
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk
menghasilkan barang atau jasa (Sumarsono, 2003:4). Karyawan sebagai sumber daya manusia
merupakan kunci keberhasilan organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan
mendorong organisasi ke arah pencapaian tujuan. Tetapi, dalam pengelolaan sumber daya
4. Diskriminasi karyawan
kerja
sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan
Karena itu, memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek penting dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan, dan produktivitas kerja. Untuk itu, adalah kewajiban dari
perusahaan untuk meningkatkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kewajiban
3. Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan Keselamatan Kerja
(Hariandja, 2002:121).
Menurut Daryanto (2002:21), Keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha manusia
untuk melindungi hidupnya dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap
terjadinya kecelakaan kerja ketika sedang bekerja. Sedangkan menurut Leon C. Megginson
dalam Yuli (2005:211), Keselamatan kerja diartikan sebagai kondisi aman atau selamat dari
Tujuan dan pentingnya keselamatan Kerja adalah jika perusahaan dapat menurunkan
tingkat dan beratnya kecelakan-kecelakaan kerja, dan hal-hal yang berkaitan dengan stres
serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan akan
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
2005:214).
1. Faktor manusia
Manusia memiliki keterbatasan, dalam arti bisa lelah, lalai, atau melakukan
kesalahan yang di sebabkan persoalan pribadi atau keterampilan yang kurang dalam
melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan melakukan pelatihan, membuat
oleh atasan langsung, dan memberikan reward bagi yang mengikuti prosedur dengan benar.
Peralatan kerja atau pelindung bisa rusak atau tidak memadai. Untuk itu perusahaan
senantiasa memperhatikan kelayakan setiap peralatan yang dipakai dan melatih para pegawai
untuk memahami karakteristik setiap peralatan dan mekanisme kerja peralatan tersebut.
Lingkungan kerja bisa menjadi tempat yang tidak aman, penerangan dan ventilasinya
tidak memadai, iklim psikologis diantara pekerja kurang baik. Jadi, perusahaan harus
dilaksanakan
10. Pendokumentasian yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja secara kontinue.
1. Menurut jenis kecelakaan yaitu jatuh, tertimpa benda jatuh, tertumbuk, terjepit, gerakan
berlebihan, pengaruh suhu tinggi, terkena aliran listrik, kontak dengan bahan
berbahaya/radiasi.
2. Menurut penyebab yaitu mesin, alat angkut dan alat angkat, peralatan lain, bahan-bahan,
3. Menurut sifat luka yaitu patah tulang, keseleo, memar, amputasi, luka bakar, dan mati
lemas.
4. Menurut letak di tubuh tubuh seperti kepala dan leher (Anizar, 2009:4).
Menurut Daryanto (2004:21), akibat dari kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:
Kerugian yang fatal adalah jika kecelakaan mengakibatkan cacat atau meninggal dunia, ini
Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi yang
Penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada bidang konstruksi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu manajer puncak, pengawas dan manajer
proyek, mandor dan pekerja dalam menciptakan kondisi kerja yang aman.
2. Pendekatan fisik dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dilakukan
dengan cara pendidikan dan latihan mengenai metode dan prosedur yang benar, perhatian
Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
2. Sepatu kerja yaitu perlindungan terhadap kaki agar tidak terkena benda-benda tajam,
3. Kacamata kerja yaitu pengaman yang digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu,
4. Penutup telinga digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup besar dan bising.
5. Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
6. Helm digunakan sebagai pelindung kepala dari bahaya peralatan yang jatuh, debu dan
panas matahari.
8. Jas hujan yaitu perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat
bekerja.
Menurut Yuli (2005:211), kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Menurut
cidera serta masalah mental dan emosi yang bisa menggangu aktivitas manusia normal.
4) Perhatian yang sistematik dan preventif yang dicurahkan pada tekanan dan
ketegangan industri
tepat.
Tujuan program Keselamatan dan Kesehatan kerja akan tercapai , jika ada unsur-unsur
8. Melaksanakan peraturan.
Produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 dalam suatu masalah yang disusun
oleh Sarjana Ekonomi Perancis yang bernama “Quesnay”, tetapi menurut Walter Aigner
dalam karyanya “Motivation and Awareness”, filosofi dan spirit tentang produktivitas, sudah
ada sejak mulai peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will)
serta upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan di segala bidang
(Sumarsono, 2003:40).
Menurut Ervianto (2005: 215), produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output
dengan input, atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan.
Dalam proyek konstruksi, rasio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses
konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang, metoda dan alat.
Sumber daya yang digunakan selama proses konstruksi adalah material, machines, men,
menyangkut masalah akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh di dalam proses
produksi. Produktivitas tidak terlepas dari efisiensi dan efektivitas dimana efisiensi diukur
dengan rasio output dan input. Dengan kata lain, pengukuran efisiensi memerlukan
pekerja untuk bekerja di lapangan terbuka dalam cuaca dan kondisi apa pun. Untuk
mendapatkan tingkat produktivitas dan meminimalkan segala risiko yang terjadi serta
Program produktivitas dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mencakup empat
Pengukuran
produktivitas
Perbaikan Evaluasi
produktivitas produktivitas
Perencanaan
produktivitas
proyek. Dari pengukuran, dilakukan evaluasi dengan cara membandingkan apa yang terjadi
dengan apa yang seharusnya terjadi. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk merencanakan
tingkat produktivitas yang akan dicapai, tentunya mengarah pada perbaikan atas apa yang
telah terjadi.
1. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor disain rekayasa, metoda konstruksi, urutan kerja,
2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan,
kerja.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor keselamatan kerja, lingkungan fisik, kwalitas
1. Work study yaitu teknik manajemen yang bertujuan meningkatkan produktivitas dengan
2. Method study yaitu memberikan informasi yang cukup sebagai dasar pengambilan
3. Work measurement yaitu metode kerja yang untuk dipilih digunakan dalam melaksanan
proyek konstruksi harus diyakinkan mengenai manfaat dan efisiensinya. Evaluasi manfaat
ditinjau dari aspek waktu yaitu kendala proyek konstruksi selain kendala mutu dan biaya.
Ketepatan dan kecepatan dalam melaksanakan pekerjaan harus selalu dievaluasi. Metode
yang digunakan mendapatkan waktu kerja adalah menggunakan time study (Ervianto,
2005:221).
Rijuna Dewi (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Keselamatan dan
Medan Plant”. Peneliti menyimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
berpengaruh positif dan signifikan serta dapat memprediksi variabel dependen secara parsial
melalui Uji t dengan tingkat signifikansi < 0,005 dan nilai t hitung >t tabel pada taraf
signifikansi 5%.
Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus: Bagian
Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa hasil uji korelasi Rank Spearman antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja
hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan dapat dilihat
dari nilai korelasi yang positif yaitu rs = 0,743 dengan tingkat kepercayaan 99%, db = 73, r
tabel = 0,425. Dapat dilihat bahwa rs > r tabel, maka berdasarkan hipotesis H0 ditolak dan H1
diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3 dengan produktivitas Kerja karyawan.
Keja (K3) diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 yang disebut sebagai Undang-
Undang Keselamatan Kerja. Dengan demikian, setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu usaha untuk melindungi karyawan di tempat
karyawan.
sebagai kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Menurut Schuler & Jackson dalam Yuli( 2005:218) bahwa suatu lingkungan kerja yang aman
akan membuat para pekerja menjadi sehat dan produktif yang akan meningkatkan kualitas
Menurut Yuli (2005:211), kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Menurut
Darmawang dalam Yuli (2005:218), Kesehatan kerja karyawan harus diperhatikan agar
mereka dapat bekerja secara sehat sehingga produktivitas kerja yang optimal dapat dicapai
Keselamatan Kerja
(X1)
Produktivitas kerja
(Y)
Kesehatan Kerja
(X2)
Gambar 2.2 : kerangka Konseptual
Sumber : Yuli (2005:211), diolah oleh penulis
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang telah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produktivitas Karyawan pada PT.Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant