Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN PLASMA NUTFAH TANAMAN MENYERBUK SILANG

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemuliaan Tanaman

Disusun oleh:

Agie Astriani 150510160182

Johanna Meidia A 150510160010

Zikri Fadillah R 150510160008

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2018
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menempuh pendidikan dengan sebaik-baiknya. Kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pemuliaan Tanaman
atas segala bimbingan dan arahannya, serta kepada seluruh rekan yang turut berkontribusi
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang berjudul “Manajemen Plasma Nutfah Menyerbuk Silang“ ini berisi
tentang informasi mengenai manajemen plasma nutfah tanaman terkhusus tanaman
menyerbuk silang. kami berharap seluruh pembaca dapat memahami bagaimana untuk meg-
identifikasi suatu permasalahan dalam mekanisme yang terjadi dalam memberikan solusi.
Makalah ini tentu masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan baik
dari segi pengetahuan maupun penyusunan kata. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya kami
dapat menjadi lebih baik lagi.

Penyusun

Jatinangor, 2018
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ..................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
ISI............................................................................................................................................................. 6
2.1 Plasma Nutfah ............................................................................................................................... 6
2.2 Koleksi dan eksplorasi plasma nutfah ........................................................................................... 7
2.3 Teknik konservasi .......................................................................................................................... 9
2.3.1 Teknik konservasi secara ex-situ ............................................................................................ 9
2.3.2 Teknik Konservasi secara In situ........................................................................................... 11
2.4 Teknik Rejuvenasi-Regenerasi Benih Plasma Nutfah .................................................................. 11
2.5 Dokumentasi database dan penelitian plasma nutfah jagung ................................................... 14
2.6 Konstitusi Menyerbuk Silang....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dengan budaya yang beranekaragam. Hal ini erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber
daya genetik yang sangat beragam antara satu suku dengan suku lainnya.
Keanekaragaman budaya disertai dengan keanekaragaman sumber daya genetik
menghasilkan pula keanekaragaman pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan
sumber daya genetik untuk keperluan pangan, papan, sandang, dan obat-obatan.

Keragaman genetik plasma nutfah diperlukan sebagai bahan dasar dalam program
pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul. Vavilov, ahli genetika dan pemulia
tanaman dari Rusia, dianggap sebagai peneliti pertama yang menyadari pentingnya
keragaman genetik untuk perbaikan tanaman (Hawkes 1981).
Plasma nutfah atau sumber daya genetik merupakan suatu tumbuhan, hewan
ataupun mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam mewariskan sifat. Setiap
organisme yang masih liar di alam maupun yang sudah dibudidayakan manusia
mengandung plasma nutfah. Plasma nutfah banyak digunakan untuk menciptakan
varietas unggul pada suatu spesies, misalnnya memiliki produktivitas yang tinggi, unik
dan berpotensi untuk dikembangkan dalam pembentukan galur unggul dan perbaikan
mutu genetik, sehingga kemurnian genetik dapat terjaga kelestarianya.
Plasma nutfah memiliki berbagai tujuan, antara lain untuk (1) penelusuran
keaslian varietas yang diragukan, (2) studi asal usul spesies tanaman, dan (3) pelepasan
plasma nutfah secara resmi sebagai sumber gen yang memiliki nilai ekonomis.

Konservasi atau pelestarian plasma nutfah jagung secara praktis dapat dilakukan
secara ex situ, yaitu dalam ruang penyimpanan benih dalam bentuk biji. Pengelolaan
plasma nutfah meliputi kegiatan koleksi, eksplorasi, pelestarian, karakterisasi, hingga
pemanfaatannya. Konservasi plasma nutfah tanaman berbiji umumnya dilakukan dengan
cara menyimpan benih dalam ruang dingin. Viabilitas dan vigor benih plasma nutfah
perlu dipertahankan, karena semakin lama disimpan semakin menurun daya tumbuhnya.
Penurunan daya tumbuh benih dipengaruhi oleh proses produksi, pemanenan dan
penanganan pascapanen, dan kondisi ruang penyimpanan (cold storage). Untuk menjaga
kelestarian plasma nutfah yang disimpan maka perlu dilakukan monitoring viabilitas
benih secara periodik. Informasi karakteristik aksesi jagung yang dikoleksi harus dapat
diakses oleh para pemulia secara cepat dan mudah, melalui sistem database. Makalah ini
menyajikan teknik pengelolaan plasma nutfah meliputi eksplorasi, koleksi, konservasi,
dokumentasi, dan pemanfaatannya.

1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai manajemen plasma nutfah
tanaman terkhusus tanaman menyerbuk silang.
BAB II

ISI

2.1 Plasma Nutfah


Plasma nutfah merupakan bagian intergral dari pengelolaan plasma nutfah yang
memiliki tujuan untuk menggali informasi kekayaan sifat genetik dari materi koleksi
suatu plasma nutfah. baik untuk tujuan penyediaan tetua persilangan maupun bahan
publikasi ilmiah. Plasma nutfah dapat berupa biji/benih yang berasal dari tanaman yang
baru atau lama (landrace) yang merupakan bentuk-bentuk hasil seleksi tanaman yang
sudah dibudidayakan.
Program pemuliaan yang tidak didukung oleh ketersediaan plasma nutfah sebagai
sumber gen akan berakibat terjadinya penyempitan kandungan genetik varietas yang
dihasilkan, yang berarti menuju kondisi penyeragaman latar belakang plasma nutfah
varietas yang ditanam. Plasma nutfah harus dikonservasi karena plasma nutfah sering
mengalami erosi genetik yang mengakibatkan jumlah plasma nutfah semakin menurun.
Ketentuan dan persyaratan untuk pelepasan materi plasma nutfah:
a.) Gen pada aksesi plasma nutfah yang ditemukan bersifat baru, belum pernah
digunakan dalam pemuliaan dan berfungsi sebagai gen donor yang diperlukan oleh
program pemuliaan.
b.) Aksesi plasma nutfah pembawa gen donor dapat disilangkan dengan
genotipe/varietas yang akan diperbaiki sifatnya [germplasm with transferable
gene(s)].
c.) Plasma nutfah pembawa gen baru dapat dan telah dibuktikan keberadaan gen-nya
mengikuti prosedur penelitian yang sesuai dengan kaidah ilmiah, termasuk usulan
pemberian kode gennya.
d.) Gen baru yang ditemukan telah diteliti karakter gen aksinya (mode of gene action)
dan cara pewarisannya (gene enheritance), menggunakan teknik segresasi Mendel
atau teknik genetika molekuler.
e.) Aksesi plasma nutfah pembawa gen yang bersangkutan belum pernah dilepas secara
resmi, belum pernah dipublikasikan oleh instansi di dalam negeri, negara lain atau
oleh Lembaga Penelitian Internasional.
f.) Plasma nutfah yang mengandung gen yang dimaksudkan, apabila diambil dari
“kepemilikan” masyarakat, harus ada persetujuan masyarakat sesuai dengan prinsip
Prior Informed Consent dari ketentuan CBD (1992).
g.) Hak kepemilikan plasma nutfah oleh seseorang atau lembaga harus dapat
dimanfaatkan bagi kemaslahatan masyarakat luas, melalui pemanfaatan gen dalam
program pemuliaan tanaman.

Untuk mengatasi mengurangnya atau kerusakan plasma nutfah, pemerintah


membentuk badan penelitian dan pengembangan (litbang) yang bertanggung jawab
terhadap pelestarian plasma nutfah. Cara meningkatkan keragaman genetik plasma
nutfah salah satunya yaitu melakukan introduksi dari luar negeri untuk menemukan gen-
gen yang diinginkan, diperlukan dengan alasan; sifat ketahanan terhadap organisme
pengganggu tanaman (hama dan penyakit) tertentu tidak ditemukan pada plasma nutfah
lokal, bahan pemuliaan yang maju dan berkembang di lembaga-lembaga internasional.

Salah satu upaya untuk memperluas keanekaragaman genetik ialah melalui


persilangan buatan antara tetua yang terpilih untuk menghasilkan suatu individu baru
yang memiliki karakter hasil rekombinasi bahan genetik kedua tetuanya. Tujuan dari
persilangan buatan yaitu memindahkan atau menggabungkan gen-gen dari tetua yang
terpilih sehingga dapat terbentuk konstitusi genetik baru hasil rekombinasi kedua tetua
yang terekpresi pada fenotipe.

2.2 Koleksi dan eksplorasi plasma nutfah


Koleksi plasma nutfah jagung yang ada dalam bank gen terdiri atas koleksi dasar
(base collection) dan koleksi kerja/aktif (working/active collection). Koleksi dasar merupakan
kumpulan dari semua aksesi plasma nutfah yang berbeda, atau satu aksesi dengan aksesi
lainnya harus dapat dibedakan dalam kaitannya dengan komposisi genetik. Koleksi contoh
aksesi harus sedekat mungkin atau sama dengan varietas atau populasi aslinya dan
keberadaanya dapat dipertahankan sebagai sumber daya genetik. Biji plasma nutfah dari
koleksi dasar ini umumnya tidak didistribusikan secara langsung kepada pengguna, tetapi
disimpan di ruangan dingin yang dapat menjamin viabilitas biji untuk dapat bertahan dalam
jangka panjang.
Koleksi kerja/aktif merupakan himpunan aksesi plasma nutfah yang merupakan
sumber gen yang diperlukan saat ini dan dapat segera didistribusikan kepada pemulia yang
memerlukan dalam rangka pemanfaatan plasma nutfah. Dengan demikian, koleksi kerja
meliputi aksesi yang telah dikarakterisasi sifat genetiknya, dan tersedia segera untuk
penggunaan multiplikasi dan distribusi. Aksesi plasma nutfah koleksi kerja umumnya
disimpan dalam kondisi ruang bersuhu 4oC, yang berfungsi sebagai penyimpanan jangka
menengah.
Koleksi plasma nutfah memerlukan cara pengelolaan yang efisien. Untuk keperluan
evaluasi, dibentuk core collection yang merupakan contoh plasma nutfah dalam kisaran yang
ada dalam keseluruhan koleksi plasma nutfah yang dimiliki. Cara pemilihan core collection
dapat dilakukan dengan penarikan contoh acak sederhana (simple random sampling) bila
tidak ada pengelompokan plasma nutfah sebelumnya. Apabila plasma nutfah telah
dikelompokkan maka pemilihan contoh dapat dilakukan dengan cara stratifikasi, berdasarkan
karakteristik plasma nutfah. Prosedur pemilihan core collection dikelompokkan ke dalam
beberapa tahapan, yaitu seluruh koleksi dibagi menjadi kelompok berdasarkan ras, geografi
asal plasma nutfah. Pengelompokan berikutnya berdasarkan hasil pemotongan dendrogram
dari analisis kluster bagi data morfologi dan agronomi. Titik pemotongan menghasilkan 2-5
aksesi yang relatif homogen. Dari setiap kelompok/strata diambil 1-2 aksesi secara acak.
Eksplorasi/pengumpulan plasma nutfah dilakukan di seluruh pelosok tanah air
Indonesia dan dari negara lain. Pengambilan contoh plasma nutfah dalam eksplorasi dapat
dilakukan dengan mengambil contoh biji jagung secara acak sebanyak 50-100 contoh
individu setiap populasi dan 50 butir setiap contoh (Hawkes 1981). Tanaman jagung
memiliki keragaman genetic yang cukup besar. Pengambilan contoh plasma nutfah dari
tanaman perbanyakan dengan biji yang memiliki variasi yang besar disarankan mengoleksi
2.500-5.000 biji (Rugayah 2005). Pengambilan contoh biji dapat dilakukan di banyak tempat,
dengan pemilihan lokasi yang merupakan kisaran lingkungan yang berbeda, dan diupayakan
agar contoh plasma nutfah memperlihatkan variasi morfologi.
Data yang diperlukan dalam koleksi-eksplorasi di antaranya adalah tanggal koleksi,
lokasi, (desa, kecamatan, propinsi), letak lintang dan bujur, ketinggian tempat, sumber
koleksi (lahan petani, rumah tangga petani, pasar tradisional, dan lain-lain), dan deskripsi
lingkungan di mana koleksi plasma nutfah dilakukan (topografi, kesuburan tanah,
kemasaman dan tekstur). Data koleksi perlu disertai dengan catatan tentang kegunaan,
kelebihan, dan kekurangan. Data dasar dari proses koleksi ini disebut data paspor plasma
nutfah.
2.3 Teknik konservasi

2.3.1 Teknik konservasi secara ex-situ


Hasil koleksi-eksplorasi dan introduksi plasma nutfah jagung dikonservasi dalam bank gen.
Konservasi ex situ plasma nutfah dalam bentuk biji dilakukan di ruang dingin (cold storage).
Untuk mendukung konservasi plasma nutfah jagung secara ex situ perlu infrastruktur yang
memadai dan lahan dengan agroekologi yang sesuai, termasuk bank gen dan kebun
percobaan untuk rejuvenasi. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah
(Saxena 1993):
( 1 ) Biji harus sudah matang (properly matured), bebas dari hama dan penyakit, dipilih yang
utuh dan tua. Biji yang off type disisihkan.
( 2 ) Sedapat mungkin hindari panen pada saat hujan karena biji akan mengabsorbsi
kelembaban selama di gudang prosesing. Biji yang lembab akan mudah terjangkit penyakit.
( 3 ) Biji segera dikeringkan setelah panen, sebaiknya tidak langsung di bawah sinar matahari.
Pengeringan sebaiknya dilakukan pada ruang dehumidified, suhu rendah dengan kelengasan
rendah.
( 4 ) Jumlah contoh biji harus cukup, sehingga dapat mewakili keragaman tanaman dan
menyediakan cukup benih untuk monitoring selama penyimpanan.
( 5 ) Biji dikemas dalam wadah yang baik dan kedap air. Setelah dikemas, biji perlu diberi
label dengan menuliskan nomor aksesi pada bagian luar kemasan, tanggal penyimpanan, dan
hasil uji daya tumbuh. Benih yang disimpan harus memiliki daya tumbuh lebih dari 85%.
( 6 ) Benih tidak diberi perlakuan untuk disimpan dalam bank gen.

Ruang Penyimpanan Benih


Faktor yang mempengaruhi daya hidup benih plasma nutfah selama dalam penyimpanan
adalah kelembaban dan temperatur. Kelembaban mengendalikan kadar air biji, sedangkan
temperatur mempengaruhi proses biokimia biji. Terdapat dua aspek penting yang terkait
dengan daya tumbuh,
kelembaban, dan temperatur benih. Pertama, daya hidup benih menjadi separuhnya bila
temperatur naik 5oC. Kedua, hal serupa juga terjadi bila kadar air biji naik 1%. Aspek yang
pertama tidak berlaku bila temperature kurang dari 0oC atau di atas 50oC. Aspek kedua dapat
diterapkan bila kadar air biji 5-14%, di bawah 5% daya hidup benih menurun karena
autooksidasi biji. Jika kadar air biji di atas 14%, jamur dapat berkembang dan menurunkan
daya tumbuh benih (Saxena 1993). Konservasi benih plasma nutfah dalam bank gen terdiri
atas koleksi dasar (base collection) dan koleksi aktif (active collection). Ruang untuk koleksi
dasar memiliki temperatur -18oC atau lebih dingin dengan kelembaban rendah dan kadar air
biji 3-7%. Ruang untuk koleksi aktif harus dapat
menjamin viabilitas benih lebih dari 65% (FAO/IPGRI 1994). Dalam konservasi plasma
nutfah perlu diperhatikan duplikat contoh, untuk mengantisipasi hilangnya aksesi karena
bencana alam atau faktor lain yang menyebabkan penurunan viabilitas aksesi.

Monitoring Daya Kecambah Benih


Untuk mengetahui keadaan benih yang disimpan dalam bank gen perlu dilakukan monitoring
daya tumbuh benih. Proses monitoring benih dalam bank gen perlu memperhatikan kondisi
ruang penyimpanan dan keadaan awal benih yang disimpan, (jumlah benih, daya tumbuh,
kadar air awal biji). Pengujian daya tumbuh benih dilakukan dengan mengambil contoh benih
yang disimpan, yang hanya dapat dilakukan apabila jumlah benih cukup untuk uji daya
tumbuh. Bila tidak cukup untuk uji daya tumbuh, benih direjuvenasi saja.

Gambar 1. Uji daya tumbuh sekuensial bagi 85% tumbuh dengan 40 kumpulan biji

Sutoro dan Zuraida: Pengelolaan Plasma Nutfah Jagung

Kondisi tempat penyimpanan


gen plasma nutfah pada umumnya mengharuskan regenerasi secara periodik, dan sekaligus
memperbanyak stok benih di dalam gudang. Aksesi plasma nutfah jagung memiliki sistem
penyerbukan bunga bersilang, sehingga pada setiap regenerasi, terjadi perubahan struktur
genetic yang disebabkan oleh genetic drift, seleksi, persilangan (outcrossing) atau tercampur
karena kesalahan. Genetic drift dapat terjadi pada setiap regenerasi akibat sampling error dari
tetua. Drift terjadi karena turunnya viabilitas benih dan merusak integritas asesi genetik
plasma nutfah yang disimpan dalam bank gen. Semua faktor yang dapat mengubah komposisi
genetik plasma nutfah perlu diminimalisasi, agar populasi aksesi plasma nutfah jagung tetap
sama dengan populasi aslinya.

2.3.2 Teknik Konservasi secara In situ


Konservasi in situ dapat dilakukan di alam atau lahan petani bergantung kepada materi yang
dipertahankan. Konservasi in situ bersifat dinamis, dibanding dengan semi statis dari
konservasi ex situ, karena populasi dibiarkan berkembang dan berevolusi secara alami.
Alasan utamakonservasi in situ adalah adanya keperluan untuk mempertahankan proses
evolusi dari populasi, tidak hanya dilihat dari perspektif pemulia tanaman, tetapi juga dari
aspek biologis yang ingin mempertahankan variabilitas populasi di alam (Rao and Riley
1994). Selanjutnya Rao dan Riley (1994) mengemukakan, untuk keberhasilan konservasi in
situ perlu informasi tentang tingkat erosi genetik yang disebabkan oleh introduksi varietas
baru, identifikasi keragaman genetik tanaman jagung di suatu daerah, perubahan temporal
(jangka waktu), dan spasial (luas tanaman) yang akan berpengaruh terhadap struktur genetik.
Dalam kaitan agrobiodiversitas, pengaruh budaya petani, budi daya preferensi, dan faktor
lingkungan merupakan hal yang penting dalam menentukan arah evolusi komposisi genetik
plasma nutfah jagung yang dikonservasi secara in situ.

2.4 Teknik Rejuvenasi-Regenerasi Benih Plasma Nutfah


Dalam melakukan regenerasi/rejuvenasi benih plasma nutfah jagung, hal yang paling
penting adalah mempertahankan komposisi dan integritas genetik dari aksesi dan
mempertimbangkan biaya yang diperlukan (Hamilton et al. 2002). Kegiatan yang paling
penting dari konservasi adalah mempertahankan viabilitas benih dari setiap aksesi plasma
nutfah dalambank gen. Regenerasi diperlukan bila daya tumbuh benih kurang dari 85% dan
bila jumlah benih sudah mencapai batas minimum. Regenerasi memerlukan waktu, tenaga,
ketelitian, dan biaya yang besar serta berpotensi negatif terhadap adanya perubahan aksesi,
karena perubahan komposisi genetik atau aksesi akibat serangan hama dan penyakit.
Oleh karena itu, regenerasi dilaksanakan dalam frekuensi agak jarang. Untuk
tanaman yang menyerbuk silang seperti jagung, aksesi diperbaharui dengan mencegah
terjadinya penyerbukan silang antarvarietas. Diperlukan isolasi jarak 3 km antara tanaman
rejuvenasi dengan tanaman jagung lainnya, untuk mencegah polinasi dari serangga. Jarak
antaraksesi sebaiknya 300-500 m untuk menghindari polinasi angin, bila persilangan tidak
dilakukan sendiri. Cara tanpa sibbing memerlukan lahan yang sangat luas, sehingga tidak
praktis. Rejuvenasi jagung biasanya dilakukan dengan cara sibbing (persilangan sendiri
antartanaman), untuk perbanyakan benih dapat dilakukan terhadap minimal 50 tanaman per
aksesi. Beberapa peneliti menganjurkan untuk menanam 200 tanaman dengan
menggabungkan (bulk) polen dari malai. Pada saat panen, dipilih 100 tongkol terbaik hasil
sibbing. Cara lain dengan menanam 20-100 tanaman lalu dilakukan penyerbukan secara bulk
polen secara manual (tangan), kemudian pada saat panen diambil sejumlah biji yang sama
dari setiap tongkol sebanyak 100 butir (Bhat 1993). Teknik tersebut bertujuan agar benih baru
dari hasil rejuvenasi memiliki komposisi genetic yang sama dengan aksesi awalnya.

Isolasi Tanaman Menyerbuk Silang


Isolasi merupakan suatu tindakan perlindungan tanaman dari penyerbukan silang oleh
varietas lain. Baik dari dalam maupun dari luar lahan produksi sehingga kemurnian benih
dapat dijaga. Perlunya melakukan suatu isolasi adalah untuk mencegah terjadinya
penyerbukan silang dan untuk melindungi varietas dari spesies yang di isolasi. Isolasi yang
dimaksud adalah isolasi dengan pengaturan jarak tanam dan jarak waktu untuk meminimalisir
terjadinya penyerbukan silang. Pentingnya mengatur jarak tanam adalah pada saat terjadinya
fase generatif maka dengan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa, terjadinya penyerbukan
silang adalah sangat kecil sekali karena jarak antara putik dan benang sari dalam tempatnya
terlalu jauh, sehingga memungkinkan tanaman tersebut melaku kan penyerbukan sendiri.
Tujuan dari isolasi yang dilakukan pada tanaman adalah untuk melindungi tanaman
jagung dari terjadinya penyerbukan silang dengan varietas lain dan melindungi tanaman
jagung dari kontaminasi baik dari hama dan penyakit, dari varietas lain maupun dari sumber
konaminasi lainnya sehingga kemurnian varietas dapat terjaga.
Agar diperoleh jenis atau varietas yang murni melalui seleksi, penanaman varietas
tersebut perlu diadakan seleksi dari varietas yang lain. Cara untuk isolasi pada tanaman ada
dua macam, yaitu:
1. Isolasi tempat, yakni dengan cara mengatur jarak antar lahan varietas satu dengan yang
laina yang bersamaan minimal 300m. Bila sampai kurang dari 300m, dimungkinkan masih
bisa terjadi penyerbukan antar varietas yang tidak dikehendaki jika hal ini terjadi akan
mengakibatkan kemurnian tidak dapat diperoleh.
2. Isolasi waktu, yakni mengusahakan agar pertanaman varietas unggul tidak berbunga
diwaktu yang bersamaan. Dengan demikian kemurnian varietas unggul dapat dipertahankan.
Untuk mendapatkan benih varietas unggul dan murni maka ada beberapa langkah yang
harus dilakukan antara lain adalah pertama dengan melakukan isolasi pada pertanaman ,
isolasi yang dilakukan meliputi isoasi tempat dan isolasi waktu. Selanjutnya hasil dari
pertanaman itu diambil data statistiknya, kemudian dihitung nilai rata-ratanya pada sifat yang
diinginkan.
Selain isolasi, untuk mendapatkan produksi benih yang memiliki kemurnian galur
maka juga harus memperhatikan teknik budidaya dan produksi benih. Teknik produksi benih
berbeda dengan produksi non benih yang terletak pada prinsip genetiknya, dimana aspek
kemurnian genetiknyasangat penting sebagai plasma nutfah karena akan menjadi dasar
pemuliaan selanjutnya. Teknik budidaya secara internal dilakkukan oleh penangkar benih
dalam bentuk roguing dan secara eksternal dilaksanakan oleh balai pengawas dan sertifikasi
benih (BPSB) dalam bentuk pengawasan di lapang. Pada tanaman yang merupakan tanaman
menyerbuk silang, oleh karena itu isolasi jarak atau pun waktu merupakan hal yang sangat
penting dalam memproduksi benih jagung bersertifikat. Isolasi jarak seluas 200meter
sedangkan isolasi waktu minimal 3 minggu.
Sebelum dilakukan penanaman dilaku-kan uji daya tumbuh dan hasilnya sebesar 96%.
Sebelum penanaman, tanah diolah terlegerek. Untuk mengantisipasi terjadinya pe-nyerbukan
dengan varietas lain yang ada disekitar lokasi maka dilakukan pemilihan lokasi yang jauh
dari varietas lain dengan isolasi tempat yaitu sekitar 200 m.
Prinsip-prinsip

Penanaman di
Kontaminasi
Sejarah lapang wilayah
mekanis
adaptasi

Sumber benih Isolasi fisik

Isolasi jarak isolasi waktu

Sejarah lapang terkait dengan sejarah penanaman sebelumnya, terbebas dari tanaman voluntir
sehingga untuk menghindari hal tersebut perlu adanya jarak waktu penanaman.
Sebagai contoh persyaratan sertifikasi pada tanaman padi :
-Lahan harus bekas tanaman lain atau pernah diberakan
-Lahan bekas tanaman varietas sama atau spesies lain yang mudah dibedakan
2.Sumbar benih
Benih sumber yang digunakan harus jelas

3.Isolasi
Tujuan isolasi adalah untuk menghindari kemungkinan penyebaran oleh serbuk sari lain dari
tanaman lain atau tanaman voluntir ataupun tanaman liar dari species yang sama.
Isolasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
-Isolasi jarak
-Isolasi waktu
-Isolasi fisik

Isolasi Jarak
Dua varietas yang berbeda ditanam terpisah dengan jarak tertentu dengan teknik :
-Mengosongkan lahan diantara dua areal
-Menanami dengan tanaman lain
-Tanpa isolasi atau kurang dari persyaratan tetapi tanaman pinggir tidak digunakan untuk calon
benih dengan persyaratan tertentu

Isolasi fisik
Memisahkan pertanaman dengan menggunakan atribut fisik seperti bangunan-bangunan,
sangkar atupun rumah kassa

4.Kontaminasi mekanis
Untuk menghindari kontaminasi mekanis hal-hal yang perlu diperhatikan alat-alat dan wadah
yang digunakan harus bersih, misalkan alat pengolahan tanah, mesin pemotong, mesin
perontok, lori, karung dan lain-lain.

5.Penanaman diwilayah adaptasi tanaman


Tujuan penanaman diwilayah adaptasi adalah untuk menjaga kesetabilan genetik dari benih
sehingga tidak terjadi perubahan dan variasi dari identitas semula selain itu juga hasil dan mutu
benih lebih terjamin.

2.5 Dokumentasi database dan penelitian plasma nutfah jagung


Informasi karakteristik aksesi-aksesi yang disimpan dalam bank gen harus dapat
diakses dengan cepat dan mudah, terutama oleh pemulia tanaman. Oleh karena itu perlu
dikembangkan database plasma nutfah. Data hasil koleksi-eksplorasi, karakterisasi sifat
morfologi, agronomi, mutu gizi,dan hasil evaluasi plasma nutfah terhadap cekaman biotik
dan abiotik perlu disimpan dalam database untuk mempermudah pengelolaan plasma nutfah.
Sistem database plasma nutfah minimal memiliki data passpor aksesi, di antaranya meliputi:
nomor aksesi,nama institusi/individu, nomor aksesidari donor, nomor lain yang berkaitan
dengan aksesi, nama varietas.
Penelitian plasma nutfah merupakan bagian integral dari pengelolaan plasma nutfah
jagung, yang ditujukan untuk menggali informasi dasar dari plasma nutfah tersebut.
Pemanfaatan plasma nutfah dalam program pemuliaan sebenarnya merupakan penelitian
plasma nutfah. Penelitian plasma nutfah dilakukan oleh peneliti dan pengelola plasma nutfah
dan pada umumnya belum mencapai tahapan pembentukan varietas unggul. Tujuan penelitian
plasma nutfah antara lain adalah: (1) mengidentifikasi kandungan gen-gen penting yang
dimiliki oleh plasma nutfah, (2) mengetahui cara pewarisan dan cara aksi gen dalam
mengatur sifat-sifat yang diinginkan, (3) mengetahui hubungan kekerabatan dan asalusul
aksesi plasma nutfah, (4) mengetahui pola heterosis dari berbagai pool genotipe aksesi
plasma nutfah, (5) mengidentifikasi sifat-sifat gen spesifik, seperti tahan terhadap cekaman
abiotik, mutu protein, kandungan vitamin dan lain-lain dari plasma nutfah yang ada, (6)
mengetahui hubungan kausatif dan korelatif antara sifat morfologis dengan produktivitas
dalam rangka pembentukan ideo-plant type (tipe tanaman ideal), (7) mengetahui besaran
paramater genetik populasi guna mendukung efisiensi program pemuliaan, dan (8)
mengelompokkan koleksi plasma nutfah jagung berdasarkan berbagai marka molekuler.
Adanya kegiatan penelitian plasma nutfah tidak boleh mengurangi fungsi utama
pengelolaan plasma nutfah, yaitu menyediakan tetua sumber gen sebagai bahan pemuliaan.
Dalam hal plasma nutfah jagung, keterkaitan dan integrasi antara pengelolaan plasma nutfah
dengan program pemuliaan sangat diperlukan dan merupakan keharusan, karena sifat
komposisi genetik jagung sangat dinamis, mudah diintegrasikan, dan mudah pula terjadi
kehilangan gen. Pada sebagian program pemuliaan, pengelola plasma nutfah jagung dapat
dilibatkan dalam pembentukan populasi dasar atau gen pool dan peningkatan populasi
(population improvement).

2.6 Konstitusi Menyerbuk Silang


Konstitusi genetik tanaman menyerbuk silang berada dalam keadaan heterosigot dan
heterogenus, sebab terjadi persilangan antara anggota populasi, sehingga populasi merupakan
pool hibrida. Pada populasi terjadi kumpulan gen, yang merupakan total informasi genetik
yang dimiliki oleh anggota populasi dari suatu organisme yang berproduksi secara seksual.
Kumpulan gen ini akan terjadi rekombinasi antar gamet, masing-masing gamet mempunyai
peluang yang sama untuk bersatu dengan gamet yang lainnya. Persilangan demikian disebut
kawin acak (random mating).
Dalam Individu tanaman populasi menyerbuk silang ini terdapat kemungkinan adanya
suatu lokus yang homosigot tetapi pada lokus lainnya heterosigot. Hal ini terjadi karena
jumlah rekombinasi gen hampir tidak terbatas sehingga tiap-tiap individu tanaman dalam
suatu populasi memiliki genotipe yang berbeda.
Pembentukan rekombinasi gen ini akan sama dari suatu generasi ke generasi
berikutnya sebagaimana kaidah Hardy – Weinberg yang dikenal dengan prinsip
”Keseimbangan Hardy – Weinberg” sebagai berikut: ”Frekuensi gen-gen dalam suatu
populasi kawin acak yang jumlah anggotanya tidak terhingga akan tetap konstan dari generasi
ke generasi”. Keseimbangan ini dapat berubah apabila terdapat seleksi, tidak terjadi kawin
acak, migrasi, ada mutasi dan jumlah tanaman sedikit.
Penyerbukan sendiri atau silang dalam pada tanaman menyerbuk silang akan
mengakibatkan terjadinya segregasi pada lokus yang heterosigot, frekuensi genotipe yang
homosigot bertambah dan genotipe heterosigot berkurang, hal ini akan menyebabkan
penurunan vigor dan produktivitas tanaman, atau disebut juga depresi silang dalam.
Homosigositas paling cepat didapat dengan melalui silang diri (selfing).
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara
penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe
yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil
dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi
justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.
DAFTAR PUSTAKA

Gotoh, K. and T.T. Chang. 1979. Crop adaptation, pp 234-261. In: J. Sneep and A.J.T.
Hendriksen (Eds.): Plant Breeding Perspectives. Centr.for Agr.Pub. & Doc.
Wageningen, 435
Hamilton N.R.S., J.M.M. Engels, T.J.L van Hintum, B. Koo and M. Smale. 2002. Accession
management. IPGRI Technical Bulletin No.5. 65 p.
Hawkes, J.G. 1981. Germplasm collection, preservation and use, p.57-83. In:
K. J. Frey (Ed): Plant Breeding II. Iowa State Univ.Press. Ames, 497 p.
Rao V.R. and K.W. Riley. 1994. REVIEW The use of biotechnology for conservation and
utilization of plant genetic resources. Plan gen. Res. Newsletter 97:3-19.
Rugayah. 2005. Eksplorasi. Dalam. Luntungan et al. (Eds). Buku Pedoman Pengelolaan
Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan
Litbang Pertanian. p. 1-26.
Saxena, R.K. 1993. Guideline for sending seeds to genebank for storage. In: Rana et. al.
(Eds). Conservation and Management of Plant Genetic Resources. National Bureau of
Plant Genetic Resources. New Delhi. P. 220-224.
Subandi. 1980. Mass selsction in two varietas of corn. Contribution 56:1-12.
Subandi. 1984. Performance of corn gene pools and selected half sib families. Contribution
72:1-11.
Subandi. 1987. Reserach and development of hybrid variety for maize and rice in Indonesia.
Indonesian Agric. Res. & Dev. J. 9:13-18.

Anda mungkin juga menyukai