Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang terus bergerak, dari gerakan ringan seperti bernafas hingga
gerakan berat seperti melakukan aktivitas atau pekerjaan. Setiap hari manusia melakukan aktivitas di
lingkungan kerja yang berbeda-beda dan dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai
hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas lingkungan yang baik
akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung kinerja dan produktivitas manusia yang
dilakukan akan didukung dengan adanya pencahayaan.
Pencahayaan yang baik sangat diperlukan untuk menunjang segala aktivitas manusia.
Pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan
alami dapat berupa cahaya matahari (Ginanjar, 2012). Sedangkan pencahayaan buatan merupakan
segala bentuk cahaya yang bersumber dari suatu alat buatan manusia (Juningtyastuti, dkk., 2012).
Penerangan yang baik yaitu penerangan yang memungkinkan kita dapat melihat obyek yang
dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Di beberapa tempat kerja
telah membuktikan bahwa penerangan memberikan dampak positif seperti peningkatan produksi
yang maksimal, tersedianya barang dan jasa, serta perluasan lingkungan kerja.

Pengukuran intensitas cahaya penerangan ini dilakukan dengan menggunakan


alat Luxmeter yang dinyatakan dalam satuan LUX, Lux adalah satuan intensitas penerangan per meter
persegi yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala.
Pada luxmeter digital, energi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor
Dalam proses pengukuran intensitas cahaya, antara tempat satu dengan tempat lainya pasti
berbeda. Sehingga, standart aman atau tidaknya suatu tempat juga menyesuaikan. Standar
pengukuran intensitas cahaya ini meliputi prosedur, penentuan titik dan peralatan pengukuran
intensitas cahaya penerangan yang digunakan. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai standar yang
telah ditentukan perlu diperhatikan beberapa kriteria yaitu sebagai berikut: kuat pencahayaan dan
hubungan antara kuat pencahayaan dengan reflektansi yaitu koefisien depresi, koefisien penggunaan
dan reflektansi (SNI 03-6575-2001).
Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut
dapat terlihat dampaknya dalam jangka waktu tertentu. Evaluasi lingkungan dilakukan dengan cara
pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.
Dan lebih lanjut diberikan rekomendasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan lingkungan kerja,
dalam hal ini penerangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membuat analisa survey awal pengukuran dan pemetaan ruangan (mapping)?
2. Bagaimana cara melakukan pengukuran penerangan dengan lux meter ?
3. Bagaimana cara melakukan analisa hasil pengukuran dengan membandingkan dengan
standar, serta menentukan kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat analisa survey awal pengukuran dan pemetaan ruangan
(mapping}.
2. Mahasiswa melakukan pengukuran penerangan dengan lux meter.
3. Mahasiswa mampu melakukan analisa hasil pengukuran dengan membandingkan dengan
standar, serta menentukan kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Penerangan


Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman
dan nyaman dan berkaitan erat denganproduktivitas manusia. Menurut Suma’mur (2014), penerangan
yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yangdikerjakannya secara jelas, cepat dan
tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan adalah jumlah penyinaran
pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu
salah satu masalah lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai
Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal
100 lux.
Penerangan umum adalah penerangan diseluruh area tempat keja dan penerangan setempat
adalah penerangan di tempat obyek kerja, baik berupa meja kerja maupun perlatan (SNI 16-7062-
2004). Intensitas penerangan adalah suatu cahaya yang mengenaisuatu permukaan benda atau obyek
yang menyebabkan terang permukaan tersebut dan obyek benda-benda yang berada disekitarnya dan
berpengaruh terhadap kesehatan (Gempur, 2004).

2.2 Jenis Penerangan


Secara umum jenis penerangan dibedakan menjadi dua, yaitu:
2.2.1 Penerangan alamiah
Sumber penerangan alamiah hanya berasal dari sinar matahari (Tarwaka, 2014). Penerangan
dengan cahaya yang kuat tetap bervariasi menurut jam, musim dan tempat. Sinar alami
mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat listrik juga dapat membunuh kuman.
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang
besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas ruangan.
2.2.2 Penerangan buatan
Penerangan buatan adalah semua penerangan selain penerangan alami ( matahari) dan
dihasilkan oleh elemen-elemen buatan, dimana kualitas dan kuantitas cahaya yang dihasilkan
berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi
ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
Penerangan buatan umumnya digunakan pada waktu malam hari, tetapi terkadang juga
digunakan pada siang hari sebagai penerangan tambahan bila sinar matahari tidak mencukupi.

2.3 Kriteria Teknik Penerangan


Menurut Isnu Fajar Romadhon (2009) dalam instalasi penerangan untuk menentukan jumlah lampu
yang dibutuhkan pada suatu ruangan tergantung pada:
a. Macam penggunaan suatu ruangan, setiap macam pengguaan ruang mempunyai kebutuhan kuat
penerangan (lumen per meter persegi atau Lux).
b. Ukuran ruang tersebut, makin luas suatu ruangan yang akan diterangi makin banyak penggunaan
lampunya.
c. Keadaan dinding dan lingkungannya dari ruang tersebut.
d. Macam dan jenis lampu yang akan dipakai dan sistem penerangan yang di gunakan.
Menurut Harten (1981), jumlah lampu atau armatur yang diperlukan dalam suatu instalasi penerangan
dapat ditentukan dengan rumus:

keterangan:
N : jumlah lampu atau armatur (buah)
E : kuat penerangan (Lux)
A : luas ruangan (m2)
ϕlampu : fluks cahaya (lumen)
η : efisiensi penerangan
d : faktor depresi

2.4 Teknik Pengukuran


Menurut Sni-1670622004 Tentang Pengukuran Intensitas Penerangan ditempat Kerja
1. Penentuan Titik Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
 Penerangan setempat : Obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan.
Bila objek yang diukur merupakan meja kerja, maka pengukuran dapat dilakukan di atas meja
yang ada.
 Penerangan umum : Titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak
tertentu setinggi 1 satu meter dari lantai.
2. Menentukan titik pengukuran
 Melakukan pengukuran lokal, yaitu diatas meja yang ada.
 Melakukan pengukuran umum, yaitu dengan memotong garis horisontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Membedakan jarak tersebut
berdasarkan luas ruangan, antara lain:
Jarak tersebut dibedakan lagi berdasarkan luas ruangan sebagai berikut :

 Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong garis horisontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
 Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horisontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3(tiga) meter.
 Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi : titik potong garis horisontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 6(enam) meter.
BAB III

Anda mungkin juga menyukai