ABSTARCT
I. PENDAHULUAN
sosial budaya yang serba kompleks,
Telaah tentang pola-pola dan sistem
suku minangkabau sudah dikenal
kepemimpinan adalah suatu hal yang
mempunyai struktur masyarakat yang
menarik, karena konsep mengenai
teratur pada masa lalu. Dalam
kepemimpinan seringkali sangat erat
berbagai sumber yang terdapat, baik
hubungannya dengan kondisi-kondisi
tertulis maupun tidak, masyarakat
politik, perubahan-perubahan sosial,
minangkabau telah diperkenalkan
pergeseran dinamika-dinamika lain-
dengan sistem pola kemasyarakatan/
nya yang berlaku di tengah-tengah
pemerintahan yang secara umum
suatu masyarakat. Di sisi lain pola-
dikenal yaitu; Bodhi Caniago dan
pola kepemimpinan yang berlangsung
Koto Piliang. Di Minangkabau sering
di tengah-tengah suatu masyarakat
dikenal ”orang yang dituakan”,
tertentu tidak pula terlepas dari
kalaulah istilah orang yang dituakan
berbagai faktor yang mendukung
ini tidak identik, tetapi konsep ini
masyarakat itu sendiri, umpamanya
biasa diberikan terhadap seseorang
kondisi sosial budaya, sistem nilai
yang dianggap sebagai pemimpin,
yang dimiliki, agama dan kepercayaan
apakah itu dalam kelompok
yang dianut, peranan dan status yang
(communal) terkecil maupun kelom-
diembannya.
pok yang lebih luas.
Minangkabau sebagai salah satu
Dalam perkembangan sejarah
kelompok etnis tertentu, tidak terlepas
Minangkabau, pola-pola kepemim-
dari persoalan di atas. Dengan kondisi
pinan tradisional terlihat berjalan
76
TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011
berdasarkan bentuk-bentuk aksi sosial Pada masyarakat Minangkabau
dan dengan hubungan-hubungan bentuk kepemimpinan tradisional dapat
sosial yang menjadi ciri khas berbagai dilihat dalam institusi-institusi adat
masyarakat tertentu. yang ada. Berbeda dengan di Jawa, di
Kepemimpinan tradisional me- Minangkabau pemimpin tertinggi tidak
nurut Weber adalah orde sosial yang terletak di tangan raja melainkan di
bersandar kepada kebiasaan- tangan penghulu, sekalipun di daerah
kebiasaan kuno dengan mana status Minangkabau pernah terdapat suatu
dan hak-hak pemimpin juga sangat kerajaan di masa lalu. Kepemimpinan
4
ditentukan oleh adat kebiasaan . tradisional ini adalah berdasarkan
Kepemimpinan tradisional juga stelsel martilinial menurut tingkatannya
memerlukan unsur-unsur kesetiaan masing-masing. Pada umumnya
pribadi yang menghubungkan hamba pemimpin rumah tangga disebut
dengan Tuhannya. Berbeda dengan tungganai, pemimpin kaum disebut
tipe rasional-legal dimana semua mamak kaum, pemimpin suku adalah
peraturan tertulis dengan jelas dan penghulu.7
diundangkan dengan tegas, maka Di sisi lain, dalam konsepsi
batas wewenang para pejabat kepemimpinan Minangkabau dikenal
ditentukan oleh aturan main; apa yang disebut dengan Tungku Tigo
kepatuhan dan kesetiaan tidak Sajarangan, yang erat kaitannya
ditujukan kepada pribadi para pejabat dengan pengelompokan sistem
melainkan kepada lembaga yang kepemimpinan masyarakat Minang-
bersifat impersonal.. Sedangkan kabau, yaitu kepemimpinan ninik
analisis Weber tentang kepemimpinan mamak, kepemimpinan alim ulama,
’karismatik” adalah seorang pemim- dan kepemimpinan cerdik pandai.8
pin atau raja yang mempunyai sifat
keramat.5 III.STRUKTUR KEPEMIMPINAN
Adakalanya sulit memberikan TRADISIONAL MASYARAKAT
batasan yang tegas antara tipe MINANGKABAU
tradisional dengan karismatik, karena Struktur sosial Minangkabau tradi-
dalam realitasnya tidak jarang seorang
sional dapat dibagi dalam dua sistem
pemimpin yang memiliki tipologi
tradisional, sekaligus mengemban tipe
karismatik. Untuk ini dapat ditemu- Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin” dalam
kan dalam beberapa kasus di Jawa A.A. Navis (Ed). 1983. Dialektika
dan Minangkabau. 6 Minangkabau dalam Kemelut Sosial.
Padang:Genta Singgalang Press.
7
Di Jawa umpamanya kepemimpinan sunan-
Henderson and Talcott Parsons). New sunan, di mana mereka bertipe tradisional
York: Oxford University Press. sekaligus juga bertipe kharismatik, di
4
April Carter. 1985. Otoritas dan Demokrasi. Minangkabau bisa terdapat pada
Jakarta: Rajawali. kepemimpinan Penghulu dan kepemim-
5
Koentjaraningrat. 1986. ”Kepemimpinan pinan para ulama seperti sech-sech di
dan Kekuasaan Tradisional, Masa Kini, Sumatera Barat. Untuk lebih jelasnya, baca
resmi dan Tak Resmi” dalam Miriam Sartono Kartodirdjo. 1984. Ratu Adil
Budiarjo. Aneka Penulisan tentang Kuasa Jakarta: Sinar Harapan.
8
dan Wibawa. Jakarta: Sinar Harapan. A.A Navis. 1984. Alam Takambang Jadi
6
Herman Sihombing. 1983. ”Hukum Adat Guru:Adat dan Kebudayaan Minangkabau.
Minangkabau mengenai Tungku Tigo Jakarta: Grafiti Press.
78
TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011
Suku atau matriclan adalah unit olahraga dan tempat hiburan17.
utama dari struktur sosial masyarakat Bahkan nagari seharusnya juga
Minangkabau, dan seseorang tidak memiliki sawah, perkebunan dengan
dapat dipandang sebagai orang berbagai jenis tumbuhan yang ada di
Minangkabau kalau tidak mempunyai dalamnya.18
suku. Tiap suku biasanya terdiri dari Pada masa pemeintahan Belanda
beberapa parui’. Parui’ dapat dibagi terdapat istilah laras. Laras dibentuk
ke dalam Jurai, dan jurai terbagi bila nagari mempunyai adat yang
kedalam Samande15. Cara pembagian sama dalam bentuk federasi
suku seperti demikian adalah ke (gabungan) yang sering diistilahkan
dalam berbagai tingkat jenis dengan koto, seperti sebutan IV koto,
keturunan (lineage), namun dapat VI koto, XIII koto dan seterusnya.
berbeda antara satu daerah dengan Pada masa kedatangan Belanda tahun
daerah lainnya. Sebagai mana yang 1937 di Tanah Datar terdapat empat
dikatakan de Jong, Jurai adalah istilah belas kelarasan dan di Agam dua
yang kabur yang mungkin menun- belas kelarasan. 19 di dalam sukunya
jukkan persamaan consangulinealitas penghulu paling berkuasa. Ada-
saja atau pertalian kelompok di bawah kalanya penghulu bersama penghulu
atau di atas tingkatan parui’. lainnya mengadakan rapat di balai
Sebaliknya samande sukar dipandang adat nagari bila ada masalah-masalah
sebagai unit yang berdiri sendiri oleh dalam penduduk nagari. Sedangkan
karena dua atau tiga samande bisa penghulu pada dasarnya tidak bekerja
sama mendiami rumah yang satu. sendiri: dia dibantuk oleh penghulu
Sebuah nagari biasanya dapat kecil.20 di daerah lain adakalanya
berisikan empat sampai sepuluh suku. terdapat istilah atau sebutan yang
Bahkan lebih, di padang tahun 1933 berbeda untuk tujuan dan maksud
terdapat delapan sampai seppuluh yang sama.
suku di Koto Tangah16. Jadi suku Kadang-kadang terdapat perbe-
bukanlah merupakan unit teritorial,. daan penamaan yang menolak untuk
Oleh karena itu kesatuan teritorial maksud yang sama di beberapa
yang merupakan daerah otonom daerah. Di Bukittinggi masing-masing
adalah nagari. Terdapat beberapa keluarga atau parui’ dikepalai oleh
tingkat bentuk Unit teritorial, dari penghulu Andiko. Di Payakumbuh
rumah adat, berikut taratak, dusun, kepala purui’ juga disebut penghulu
koto, sampai pada nagari sebagai Andiko. Di Suliki disebut penghulu
puncaknya. Setiap nagari memiliki nan VI suku, tapi penghulu Andiko
sebuah balai adat, masjid, jalan-jalan tetap kepala parui’. Sedangkan
raya atau setapak, pandan pakuburan, menurut informasi Ronket dan
medan laga, tepian mandi, lapangan
17
Bahasan tentang Nagari pada awal abad ke
-20, lihat L.C. Westenenk. 1918. De
Minangkabau Sche Nagari Edisi ke-3.
Welstervreder.
15 18
Mochtar Naim. 1984. Opcit.; Lilat juga S. Raffles (ed). “Memoir of the Live and
Josselin de Jong. 1980. Op cit. Public Service of Sir Thomas Stamford”
16
Chistine Dobbin. 1975. The Exercice of dalam, Cibidristine Dobbin. 1975. Op cit.
19
Authority in Minangkabau in Late Century. Ibid
20
Kuala Lumpur. Ibid.
80
TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011
berbeda-beda, demikian pula pene- Sumatera. Di Sumatera Barat pendaf-
trasi kekuasaan dan kebudayaan taran tahap pertama dimulai pada
Jepang tidak merata. Daerah yang bulan November 1943, kemudian
masuk front pertempuran lebih diikuti oleh Aceh, lalu Sumatera
menderita dibanding dengan daerah Timur dan seterusnya baru keresi-
yang tidak masuk. Sementara itu denan atau Shu lainnya. Akan tetapi
pemerintahan penduduk (Jepang) sebelum Giyugun dibentuk di
lebih banyak mendapat kesempatan Sumatera Barat, sudah dibentuk
untuk melaksanakan policy (kebijak- ”Membangun Gerakan Rakyat” Juli
sanaan) penduduk sesuai dengan 1943 dipimpin oleh Muhammad
rencananya. Syafe’i dan Chatib Sulaiman.26
Wilayah yang diduduki Jepang Gerakan ini cukup berpengaruh,
dibagi dalam dua bagian besar. Pulau karena rakyat telah memberikan
Sumatera dan jawa berada di bawah tanggapan yang positif tentang
kekuasaan militer Angkatan Darat Giyugun Sumatera sebelum Sumatera
(Rikugun), dan Kalimantan serta Gunseikanbu mengumumkan secara
wilayah yang dahulu dikenal sebagai resmi.27
daerah Timur Besar dikuasai oleh Antara pejabat militer Jepang
pemerintahan militer Angkatan Laut yang berkedudukan di Jawa dengan
(Kaigun). Dalam pelaksanaan kebi- mereka yang berkedudukan di
jaksanaan pemerintah, penguasa Sumatera hanya ada kontak yang
militer berperang kepada tiga prinsip terbatas. Masing-masing pusat
utama, yaitu 1) Mengusahakan agar pemerintahan lebih banyak menja-
dapat dukungan rakyat untuk meme- lankan tugas sendiri-sendiri.
nangkan perang; 2) Memanfaatkan Namun demikian, tetap ada
sebanyak mungkin struktur peme- kemiripan pengaturan seperti cara-
rintahan yang telah ada; 3) mele- cara mobilisasi calon-calon pemuda
takkan dasar agar wilayah yang untuk menjadi militer. Jika di Jawa
bersangkutan dapat memenuhi kebu- Jepang mengadakan pendekatan
tuhannya sendiri. melalui kantor Shumubu (Kantor
Laskar rakyat Sumatera atau Urusan Agama), maka di Sumatera
Giyugun Sumatera adalah semacam juga berlaku cara seperti ini. Bahkan
tentara yang direkrut Jepang dari di Sumatera barat jauh sebelum
kalangan Pemuda Indonesia pada pengumuman resmi Giyugun dike-
tahun kedua setelah pendudukan luarkan, para pejabat militer Jepang
Jepang. Di Jawa mereka lebih dikenal
dengan PETA (Pembela Tanah Air). 26
Nugroho Notosusanto. 1979. Tentara Peta
Keduanya dibentuk atas kebijak- pada Zaman Pendudukan Jepang di
sanaan pemerintah yang berkedu- Indonesia. Jakarta: Gramedia. Pola
dukan di Dallat (Vietnam). Setelah Kebijaksanaan Jepang antara lain adalah
PETA di Jawa diresmikan, Gunseibu menuju sasaran sumber strategis di
Indonesia yaitu penguasaan sumber-sumber
Sumatera yang berkedudukan di minyak dan karet.
Bukittinggi baru mengeluarkan 27
Aiko Korushawa. 1988. “Mobilization and
pengumuman tentang Giyugun. Training of Youth in Sumatera, during the
Pelaksanaan pembentukan pun sama Japanese Occupation 1943-1945”. (paper
sekali tidak serentak untuk seluruh yang di tulis untuk sebuah tugas di Cornell
University), dalam arsip nasional RI, 1988.
82
TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011
yang sebelumnya telah duduk juga sebanyak-banyaknya bagi wilayah
dalam administrasi pemerintahan tersebut. Anggotanya kadang-kadang
Hindia Belanda, dengan syarat tidak terdiri dai 10 sampai 20 orang, yang
melanggar otoritas Jepang. Jadi, diwakili dari setiap distrik, subdistrik,
terpaksa struktur pemerintahan Jepang kepala nagari, kepala adat, para
mengiktui struktur pemerintahan ulama, pemuda dan kaum terpelajar33.
Hindia Belanda. Hanya saja semua
nama-nama diganti dengan bahasa V.ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Jepang, dan seluruh posisi penting DAN DAMPAK KEDATANGAN
dalam pemerintahan dipegang oleh JEPANG DI MINANGKABAU
orang-orang Jepang31. Pendudukan Jepang (1942-1945)
Sebagai pemimpin di Sumatera sering disebut sebagai garis pemisah
Barat, Kenzo Kano sampai di Padang dalam sejarah Indonesia modern.
tanggal 9 Agustus 1942 bersama Politik pemerintahan Jepang pada
dengan 68 orang pegawai sipil tahun-tahun ini dianggap penting
lainnya. Sumatera Barat yang ber- dalam memecahkan hubungan sosial
nama Sumatera West Kust diganti tradisional pada tingkat lokal, serta
dengan nama Sumatera Neishi Kaigun menyiapkan tradisi bagi terciptanya
Shu. Afdeeling yang dikepalai oleh latar belakang revolusi nasional dan
Asisten Residen diganti dengan nama sosial tahun 1945-1949. Di masa
Bun, yang dikepalai oleh Bun Shu pendudukan Jepang organisasi-
Cho. Onder Afdeeling yang dikepalai organisasi pedesaan secara langsung
oleh kontroler dirubah menjadi Baku dihubungkan dengan dunia luar dalam
Bun Cho. Distrik yang dikepalai oleh pengertian politik, ekonomi, dan
demang dirubah menjadi Gun dan spiritual. Dalam hal ini diperkenal-
dikepalai oleh Gun Cho. Onder kannya lembaga-lembaga sosial yang
District yang dikepalai oleh Asisten baru kepada masyarakat desa atau
Demang diganti dengan nama Fuko setidak-tidaknya bagaimana Jepang
Gun (Kecamatan) yang dikepalai oleh dapat memanfaatkan lembaga-
Fuko Gun Cho unit pemerintahan lembaga sosial politik yang telah ada
yang terkecil yaitu Negara tetap
bagi kepentingan politik Asia Timur
dikepalai oleh seorang kepala nagari32. Rayanya.
Disamping lembaga Admi- Sebagaimana halnya pemerin-
nistrasi pemerintahan terdapat lagi tahan Hindia Belanda, orang-orang
beberapa lembaga administrasi yang juga menyandarkan terhadap orang-
bergerak dibidang lainnya. Diantara orang setempat yang berpengaruh
koperasi bentuk baru Kumiai dan dalam kelembagaan tradisional lokal,
Rukun tetangga Tonariguni. Pada seperti: Raja di Sumatera Timur,
tanggal 1 Oktober 1942 Yano penghulu atau ninik mamak di
mendirikan majelis Kerukunan Minangkabau. Uleebelang di Aceh
Minangkabau yang bertujuan bagi dan kelompok-kelompok serupa
Jepang untuk memperoleh informasi
31
Mardjani Martamin. 1978. Sejarah
33
Kebangkitan Nasional di Sumatera Barat. Kita Sumatera Simbun, 23 September, 18
Jakarta: Depdikbud.1977/1978. dan 11 November 1943, dalam Akira Oki.
32
Ibid 1977. Op cit.
84
TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011
sama35. Dorongan yang besar bagi dalam kenyataannya semua praktek-
perkembangan Giyugun diberikan praktek yang dilakukan Jepang tidak
oleh Yano dalam suatu rapat besar kurang pahitnya dari apa yang pernah
pada tanggal 20 November 1943 di dilaksankan oleh pemerintahan
Bukittinggi. Terakhir ia mampu kolonial Belanda. Ternyata lembaga-
mempengaruhi para penghulu, yang lembaga tradisional yang ada telah
setidak-tidaknya telah dapat merekrut merupakan saluran-saluran yang
20.000 prajurit dari setiap anggota digunakan dan dimanfaatkan Jepang
keturunannya. Seruan penghulu ini untuk kepentingannya. Dari beberapa
mendapat sambutan yang baik dari hasil informasi, baik lewat wawancara
kelompok kaumnya. Propaganda maupun studi arsip, dapat
Jepang semakin intensif dalam tahun disimpulkan bahwa penderitaan
1944. Berbagai macam kelompok rakyat sungguh sangat luar biasa
yang ada disatukan dalam Hokokai, selama masa pendudukan Jepang.
yang dipimpin oleh Muhammad Ada beberapa hal yang dapat
Syafe’i dan Khatib Sulaiman dari dikemukakan pada bagian ini yang
golongan gerakan Nasionalis atau sehubungan dengan keganasan-
terpelajar. Datuk parpatih Baringek keganasan Jepang terhadap wilayak
dan Datu Majo Uang dari kelompok taklukannya, khususnya di Sumatera
adat dan Sech Djamil Djambek dan Barat. Lewat saluran-saluran tradi-
Sutan Mansur dari kelompook agama. sional, seperti para penghulu, kepala-
Sedangkan Muhammad Syafe’i kepala kampung/desa, Jepang
merupakan figur sentral dari berusaha merekrut para tenaga-tenaga
keseluruhan kelompok gabungan ini. kerja paksa untuk pembuatan-
Disamping itu para kepala kampung pembuatan jalan raya, jalan kereta api,
diberikan latihan militer yang intensif dan jembatan-jembatan. Praktek-
dengan menanamkan semangat Asia praktek demikian yang dikenal
Timur Raya. dengan Romusha. Kemudian ada satu
Bila dihubungkan dengan pola hal yang sangat erat kaitannya dengan
kepemimpinan tradisional yang politik ekonomi Jepang, yaitu
dikemukakan pada bagian terdahulu, penyerahan padi dan hasil-hasil panen
jelaslah bahwa pemerintahan Jepang lainnya secara paksa, sehingga
berusaha untuk memanfaatkan ketiga kehidupan di pedesaan sangat
saluran tersebut, seperti halnya dipengaruhi oleh politik beras selama
pemerintahan Hindia Belanda dalam pendudukan Jepang.
kepentingan politik daerah jajahan Penumpukan-penumpukan hasil
mereka. panen melalui pimpinan tradisional,
Sekalipun Jepang, secara ideal sementara rakyat diracuni dengan
telah berusaha membentuk berbagai kemiskinan dan kelaparan akibat hasil
organisasi kemasyarakatan dan panen yang tidak dapat mereka
melatih para pemuda dalam nikmati. Di antara dokumen-dokumen
pendidikan militer dengan dalih demi yang ditemukan di dalam arsip,
kepentingan Asia bersama, namun terdapat laporan yang berisikan
masalah-masalah yang diakibatkan
35
oleh pungutan padi dan situasi umum
Kita Sumatera Simbun, 28 Oktober 1945, yang sehubungan dengan kesejah-
dalam Akira Oki. 1977. Op cit.
VI. PENUTUP
Sesuai dengan pokok persoalan yang
dibicarakan oleh tulisan ini dapat
diambil suatu konklusi sebagai
berikut.
Pertama: Pada masa sebelum masuk-
nya pengaruh Islam, kepemimpinan
tradisional dapat dikatakan identik
dengan kepemimpinan penghulu yang
berakar dari datuak Parpatiah Nan
Sabatang dan Datuak Katumang-
gungan. Namun, setelah masuknya
36
Tempo No. 21 Tahun XXIII. 1992. “Yang
jatuh di kaki Tentara Jepang” edisi 25 Juli
1992.
.
86
TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011
DAFTAR KEPUSTAKAAN
88
TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011