BAB 3 MKLB
BAB 3 MKLB
Secara administratif wilayah Sulawesi Tengah terbagi atas 10 Kabupaten dan 1 kota.
Wilayah tersebut meliputi 155 kecamatan, 1630 desa dan 173 kelurahan. Kota Palu sebagai
ibukota Propinsi Sulawesi Tengah yang terletak pada kawasan dataran lembah Palu dan teluk
Palu. Kota Paulu memiliki jumlah penduduk Kota Palu berjumlah 360.171 jiwa. Luas wilayah
kota Palu mencapai 395,06 km2 yang secara administratif memiliki 8 kecamatan dengan jumlah
46 kelurahan dengan batas batas wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Parigi Kabupaten Parigi Moutung dan Kecamatan Tanantovea kabupaten Donggala, sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola dan Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi
serta sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Pinembani, kecamatan Kinovaro dan
kecamatan Marawola Barat Kabupaten Sigi dan kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.
Secara astronomis Kota Palu terletak antara 0o,36” sampai 0o,56” lintang selatan dan 119o,45”
sampai 121o,1” Bujur Timur, tepat berada dibawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-700
meter dari permukaan laut. Keadaan geologi Kota Palu secara umum sama untuk semua
kecamatan yakni memiliki jenis tanah alluvial yang terdapat di Lembah Palu yang memilki
formasi batuan gunung berapi dan batuan terobosan yang tidak membeku, batuan metamorphosis
dan sedimen. Kota palu memiliki dua musim yang terdiri dari musim panas dan musim
penghujan. Musim panas terjadi antara bulan April sampai September dan musim hujan terjadi
bulan Oktober sampai Maret. Berdasarkan BMKG kota Palu suhu udara rata rata pada tahun
2016 berkisar antara 28,31oc sedangkan pada bulan lainnya berkisar antara 27,74 sampai 29,21oc.
Daerah Palu merupakan salah satu kawasan sesimik aktif dikarenakan dilalui oleh sehmentasi
sesar yang berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat, yakni sesar Palu-Koro yang memanjang
dari palu ke arah selatan dan tenggara. Ditinjau dari kedalaman gempa buminya, aktivitas gempa
bumi di zona ini tampak didominasi oleh gempa bumi kedalaman dangka antara 0-60 kilometer.
Sehingga hal ini memiliki resiko menimbulkan tsunami. (Profil kesehatan Kota Palu, 2006)
Gambar Zona Bahaya Tsunami Kota Palu
Kabupaten Donggala memiliki wilayah seluas 527.569 Ha atau 5.275,69 km2 dengan
penduduk sebesar 293.742 jiwa yang terbagi menjadi 16 kecamatan, 158 Desa dan 9 Kelurahan.
Kecamatan Rio Pakava merupakan kecamatan terluas (872,16 Km2) sedangkan kecamatan
dengan luas wilayah terkecil yakni kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64
Km2 Secara Astronomi, Kabupaten Donggala terletak diantara 0o sampai 30 lintang utara dan 2o
sampai 20o lintang selatan, serta 119o,45’ dan 121o,45’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi
geografisnya, Kabupaten Donggala memiliki batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Tolitoli, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sigi, Kota Palu dan wilayah
Provinsi Sulawesi Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi
Moutong dan sebelah Barat berbatasan dengan selat makassar dan wilayah provinsi sulawesi
barat. Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Donggala cukup beragam, mulai dari dataran
yang rendah, dataran berbukit hingga pegunungan. Dataran rendah tersebar di sepanjang pesisir
Kabupaten Donggala yang berhadapan langsung dengan selat makasar. Wilayah perbukitan dan
pegunungan sebagian besar berada pada wilayah perbatasan dengan kabupaten Parigi Moutung
dengan kegiatan yang bervariasi mulai dari ketinggian 1.00 meter diatas permukaan laut hingga
mencapai ketinggian diatas 2.500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Donggala memiliki 2
musim yakni musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan april sampai
september sedangkan musim hujan terjadi pada bulan oktober sampai maret. Kepadatan
peenduduk kabupaten Donggala tahun 2016 memiliki jumlah penduduk sebesar 293.742 jiwa.
Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Banawa adalah kecamatan terpada dengan jumlah
337,8 jiwa per km2 disusul dengan kecamatan Banawa Tengah 143 jiwa per km2 . Hal ini
dikarenakan Kecamatan Banawa dan Banwa Tengah merupakan wilayah ibukota Kabupaten
Donggaka dengan jumlah penduduk terbesar 44.129 jiwa. (Profil Kesehatan Kabupaten
Donggala,2015)
Sumber :
Bencana gempa bumi berkekuatan 7,4 skala ritcher dengan berintensitas kuat selama 2-10
detik melanda Kabupaten Donggala dan kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, pada 28 September
2018 diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi. Pusat gempa berada 26
km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km. Pusat gempa bumi
(episentrum) berada di darat terletak sekitar Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala. Adanya
gempa memicu tsunami hingga ketinggian 0.5 sampai 3 meter di kota Palu. Tsunami melanda
sekitar 15 menit setelah gempa dengan kecepatan 200-400 km/jam yang menerjang dari laut selat
makassar pada waktu sore menjelang malam WITA. Sekitar 660.000 orang terkena gempa kuat
serta berpotensi terkena dampak langsung tsunami. Terdapat lumpur hitam dengan ketinggian 5
meter yang dapat mengubur hampir 100 orang hidup. Akses ke palu mengalami kesulitan
diarenakan akses jalan ke daerah yang terkena dari sisi utara (manado dan provinsi gorontalo)
tidak dapat diakses dikarenakan mengalami kerusakan. Guncangan gempa bumi dirasakan di
Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kanupaten Poso,
Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan dapat dirasakan pada kota Samarinda, kota
Balikpapan dan Kota Makassar. Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman
hiposentrum gempa bumi, tampak bahwa gempa bumi dangkal terjadi dikarenakan adanya
aktivitas di zona sesar Palu Koro dimana sesar tersebut merupakan sesar teraktif yang berada di
pulau sulawesi dan dapat pula disebut sebagai sesar paling aktif di Indonesia dengan pergerakan
7 cm pertahun. LIPI mengatakan bahwa sesar yang diteliti merupakan sesar darat, sedangkan
sesar di laut belum dilakukan penelitian. Terdapat dua tempat yang mengalami guncangan
gempa bumi lalu muncul gejala likuefaksi (pencairan tanah) yakni kelurahan Petobo dan
Perumnas Balaroa di Kota Palu. Saat terjadi likufaksi (pencairan tanah) hal ini terjadi kenaikan
dan penurunan muka tanah sehingga beberapa bagaian tanah menjadi menurun sebesar 5 meter
dan naik sebesar 2 meter. Pada daerah Petobo ratusan rumah tertimbun lumpur hitam dengan
tinggi sebesar 3-5 meter. Peneliti LIPI menyebutkan bahwa dibagian tengah zona sesar Palu-
Koro tersusun endapan sedimen yang memiki umur muda dan belum terkonsolidasi atau
mengalami pemadatan sehingga hal ini rentan mengalami likuefaksi jika ada gempa besar.
Lumpur muncul dari permukaan tanah dan dapat menggeserkan tanah hingga berpuluh puluh
meter yang berakibatkan menenggelamkan bangunan dan korban secara hidup hidup.
Sumber : Tribunnews.com
a. Korban Jiwa
No Tanggal Jumlah Korban
Perkembangan Meninggal Hilang Luka Luka Pengungsi
/ Pukul Berat/Rawat Ringan/Rawat
Inap Jalan
1. 28-09- 1 5 2 9 0
2018/21:00
2. 29-09- 384 29 540 0 0
2018/16:00
3. 01-01- 707 46 632 0 47525
2018/08:10
4. 02-10- 844 90 632 0 48025
2018/08:23
5. 02-10- 1234 99 799 0 681867
2018/16:00
6. 03-10- 1407 311 2549 0 70821
2018/16:14
Prepaearness yang terjadi pada gempa gempa bumi dan tsunami Kota Palu dan Donggala
yakni Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa bumi
memiliki potensi terjadi tsunami sehingga dikeluarkan Peringatan Dini Tsunami (PDT) untuk
wilayah pesisir pantai Kabupaten Donggala, Kota Palu dan sebagian pesisir utara Kabupaten
Mamuju tercatat adanya perubhan kenaikan muka air laut setinngi 6 cm. berdasarkan hasil
update mekanisme sumber gempa yang bertipe mendatar (strike slip) serta hasil obserbasi
menunjukan ketinggian gelombang tsunami, dan terlewatinya perkiraan waktu kedatanga
tsunami maka Peringatan Dini Tsunami (PTD) ini diakhiri pada pukul 17.36 WIB. Dari hasil
monitoring BMKG hingga pukul 18.21 WIB telah terjadi gempa bumi susulan yang tercatat
sebanyak 7 kali dengan magnitude masing masing M 6,3 ; M 6,2 ; M 6,2 ; M 4,7 ; M 5,6 ; M 5,0
dan M 6,1. BMKG terus melakukan monitoring perkembangan gempa bumi susulan dan hasilnya
akan diinformasikan kepada masyarakat melalui media.
3.2.2 Respons (upaya penyelamatan) ; aktivitas yang terjadi saat bencana misal : pencarian
korban, peringatan bencana, pemberian bantuan
Respons yang terjadi pada bencana gempa bumi dan tsunami Kota Palu dan Donggala
yakni adanya TIM SAR Basarnas yang melakukan pencarian korban dan penyelamatan jiwa
manusia.Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) melakukan koordinasi
dengan kementrian atau lembaga terkait, LSM dan stakeholder melakukan penilaian dampak
yang cepat dan melakukan tanggap darurat yang cepat. Provinsi dan dinas kesehatan kabupaten
serta petugas sedang melakukan Rapid Health Assesment. Selain itu, pihak dari Pemerintah
Indonesia yang didukung oleh IOM, UNFPA selaku pemangku melaksanakan penilaian
kebutuhan untuk daerah yang terkena bencana. Departemen kesehatan mengirimkan 5,50 ton
obat obatan serta 2,81 ton makanan pendamping untuk wanita hamil, 3 ton makanan pendamping
untuk anak anak, 6725 masker bedah, 583 polybag, 1500 kantong mayat, 10 penyemprt, 150 kg
disinfektam cair, 500 disinfektam, 23 insektisida, 50 jerigen, 216 sarung tangan, 18 tenda, 1
ortopedi set, 4 peralatan Doppler, 50 sepatu bot, 50 wanita hamil kit, 240 kit pengiriman set, 27
bidan kit, 5 minor operasi kit. Adanya kegiatan surveilan untuk deteksi cepat dari kasus penyakit
epidemicprone merupakan hal yang penting untuk memastikana kontrol yang cepat. EWARS
melakukan upaya untuk memperbiki dan meingkatkan kemungkinan penyakit yang rawan
epidemi. Pemerintah juga menyambut baik tawaran bantuan internasional.
3.2.3 Recovery (memperbaiki) kegiatan setelah terjadi bencana misal ada yang trauma,
muncul konflik lain maka harus ada recovery dg membangun tenda rumah sementara ada
konseling pengobatan
Recovey yang terjadi pada gempa gempa bumi dan tsunami Kota Palu dan Donggala
yakni Kementrian komunikasi dan informatika memberikan update perbaikan infrastruktur
telekomunikasi dengan melakukan percepatan pemulihan infrastruktur dan layanan sektor
kominfo pasca bencana gempa bumi dan tsunami di wilayah Sulawesi Tengah dan wilayah
sekitar yang terdampak melalui surat keputusan menteri no 733 tahun 2018. Mendistribusikan
telepon satelit ke posko posko pengungsian sejumlah 64 unit terbagi atas 31 unit di termin
pertama dan 33 unit di termin kedua. Selain itu, jumlah perangkat internet satelit yang dapat
difungsikan sehingga warga dapat mengakses internet menggunakan wifi secara gratis pada
lokasi bencana mencapai 10 unit yang dipasang di 10 tempat seperti posko utama korem, rumah
dinas gubernus, kantor walikota, RS Bhayangkara, RS Wirabuana.Selain itu, Gabungan PLN
sulawesi membantu upaya percepatan recovery pasokan listrik pasca gempa bumi dan tsunami.
PLN telah memperbaiki 1.192 gardu distribusi dari total 2.253 gardu distribusi yang rusak. Pada
saat ini sekitar 12 genset dapat dimanfaatkan untuk penerangan bangunan rumah sakit dan posko
yang tersebar memanfaatkan mobile genset.
3.2.4 Mitigasi (upaya pengurangan resiko) aktivitas untuk mengurangi dampak umum
misal : daerah rawan kebakaran, membuat zona anti api, titik kumpul, memberikan
pendidikan kepada masyarakat
Mitigasi yang terjadi pada gempa gempa bumi dan tsunami Kota Palu dan Donggala
yakni memiliki Fokus merancang berbagai strategi untuk mengurangi dampak bencana jika
bencana serupa kembali. Hal yang dilakukan dalam tahap mitigasi bersifat strategis seperti
membuat zonasi bahaya. Melakukan adanya himbauan untuk masyarakat agar tetap tenang dan
mengikuti arahan BPBD setempat, serta informasi dari BMKG dan melakukan kewaspadaan
dengan kejadian gempa susulan
Sumber :
http://donggala.go.id/wp-content/uploads/2015/09/profil-dinas-kesehatan.pdf
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/Gempa%20Tsunami%20Sulteng/Update%20Data%20Bencana%20Sulawesi%20Tengah-
31%20okt%202018.pdf
http://dinkes.ilmujaringan.com/download/profil-dinas-kesehatan-2016/