NIM : 16360028
Tafsir Surat Al-Imran Ayat 118
ِ عنِت ُّ ْم قَ ْد َب َد
ت ا ْل َب ْغضَا ُء ِم ْن َ اَل َودُّوا َما ً َيا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل تَت َّ ِخذُوا ِب َطانَةً ِم ْن دُو ِن ُك ْم ََل َيأْلُونَ ُك ْم َخ َب
َت ۖ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع ِقلُونِ ُور ُه ْم أ َ ْكبَ ُر ۚ قَ ْد بَيَّنَّا لَ ُك ُم ْاْليَا
ُ صدُ أ َ ْف َوا ِه ِه ْم َو َما ت ُ ْخ ِفي
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-
orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih
besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya.
B. Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu orang-orang
muslim menjalin hubungan baik dengan orang-orang Yahudi karena ketika masa jahiliah
mereka membuat janji setia untuk saling membela. Allah menurunkan firman-Nya kepada
mereka, yang melarang mereka enjadikan orang-orang Yahudi itu sebagai teman kepercayaan
demi menghindari keburukan”.
Latar belakang dari larangan diatas adalah terbentuknya hubungan kedekatan antara
kaum mukmin dengan selain mereka, sehingga terbukalah rahasia kaum mukminin dimata
mereka (kafir). Hubungan ini berupa sepersusuan, keturunan, perkawinan, serta perjanjian.
Mengingat watak kaum mukminin yang jujur serta setia, hal ini tentu membahayakan.
Sememntara itu dipihak lain, kaum kafir yang membenci Islam tengah mempersiapkan strategi
guna memadamkan dakwah Nabi SAW.
1
Menurut Tafsir Al-Qurthubi, ayat tersebut bermakna mutlak, yaitu bahwa seorang mukmin
dilarang mengangkat teman baik dari kalangan orang-orang kafir. Dalam suatu riwayat, ketika
Abu Musa Al Asy’ari datang kepada khalifah Umar bin Khatab RA untuk melaporkan tugasnya
sebagai gubernur, Umar sedikit kagum akan laporan tersebut, lalu umar bertanya pada Abu
Musa “Dimanakah Penulismu? Bawalah kesini agar dia bisa membacakan laporan ini di
hadapan semua orang.” Abu musa menjawab, “Ia tak bisa masuk kedalam Masjid.” Lalu umar
bertanya kembali, “Mengapa? Apakah dia junub?.”Abu Musa menjawab “Tidak, dia seorang
Nasrani.” Umar tersentak kaget atas jawaban itu dan berkata “ Janganlah kamu mendekati
mereka, karena Allah telah menjauhakn mereka. Janganlah engkau menghormati mereka,
karena karena Allah telah menghinakan mereka. Janganlah engkau menaruh kepercayaan
kepada mereka, karena Allah telah meragukan kejujuran mereka.”
Berbeda dari tafsir diatas, menurut Tafsir Al-Maraghi (tafsir kontemporer), kita dilarang
memilihi pemimpin (pengurus) dari kalanga Yahudi dan orang-orang munafik dengan catatan
kriteria berikut :
1. Mereka tidak segan-segan merusakkan dan mencelakakan urusan kalian dengan segala
kemampuan yang mereka miliki.
2. Manakala ternyata mereka mengharapkan urusan dunia dan agama kalian berada dalam
kesuliatan.
3. Manakala mereka menampakkan kebenciannya pada kalian lewat mulut mereka secara
terang-terangan, membohongkan para Nabi kalian, bahkan mencap kalian sebagai
orang-orang pander bodoh. Barang siapa mencap orang lain pandir dan bodoh maka
berarti dia tidak menyukai orang tersebut.
Sifat-sifat tersebut adalah persyaratan yang menyebabkan dilarangnya mengambil teman-
teman khusus yang bukan dari kaum muslimin. Bila ternyata sifat mereka berubah, tidak seperti
kaum Yahudi pada masa permulaan Islam, maka diperbolehkan sebagaimana Kahlifah Umar
yang membentuk orang-orang yang mengurusi dewannya dari orang-orang Romawi. Para
Khalifah sesudahnya melakukan hal yang sama, sampai tatkala Marwan ibnu Hakim
memegang tampuk khalifah, ia memindahkan kepengurusan dari tangan orang-orang Romawi
kwpada tangan orang-orang Arab. Ketentuan ini dijalankan oleh pemerintahan Abbasiah dan
lain-lainnya dari kalangan raja-raja Islam. Mereka pekerjaan kenegaraan kepada kaum Yahudi
dan Nasrani . Allah tak pernah mengajarkan kita untuk memusuhi kaum Yahudi. Sebagaimana
Allah telah berfirman dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 :
طوا إِلَي ِْه ْم ۚ إِنه ِ ِين َولَ ْم يُ ْخ ِر ُجو ُك ْم ِم ْن ِديَ ِار ُك ْم أ َ ْن تَبَ ُّرو ُه ْم َوت ُ ْق
ُ س ِ َّللاُ ع َِن اله ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد
ََل يَ ْن َها ُك ُم ه
َب ا ْل ُم ْقس ِِطين
ُّ َّللاَ يُ ِح
ه
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
2
kaum mukmin dari tipu daya orang-orang yang memusuhinya. Selain itu ayat ini sama sekali
tidak mengajarkan kebencian dan tidak pula memerintahkan kita untuk menjauhi kaum Yahudi
secara umum, namun terdapat penghususan di dalamnya.