Anda di halaman 1dari 15

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan Permenkes No. 147 tahun 2010 tentang Perijinan Rumah Sakit
adalah:
 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
 Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
 Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
 Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba.
 Rumah Sakit Privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

III-1
III-2

3.1.1 Tujuan Rumah Sakit


Tujuan Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
tahun 2009 Tentang rumah sakit adalah:
1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan rumah sakit

3.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang rumah sakit, fungsi
rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Dalam upaya menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum
menyelenggarakan kegiatan :
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
III-3

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.


d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
f. Administrasi umum dan keuangan.

3.2 Klasifikasi Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit maka dapat diklasifikasikan berdasarkan
berbagai kriteria sebagai berikut
1. Kepemilikan
2. Jenis Pelayanan
3. Lama Tinggal
4. Kapasitas Tempat Tidur
5. Status Akreditasi

1. Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit maka klasifikasi berdasarkan kepemilikan
terdiri atas :
1. Rumah Sakit Pemerintah Terdiri Atas :
a. Rumah Sakit Pemerintah Daerah
b. Rumah Sakit Militer
c. Rumah Sakit vertikal yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan
d. Rumah Sakit BUMN
2. Rumah Sakit Swasta
Rumah Sakit Swasta adalah rumah sakit yang dikelola olrh masyarakat.

2. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanannya


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit maka klasifikasi berdasarkan jenis
pelayanan rumah sakit terdiri atas :
III-4

a. Rumah Sakit Umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan


berbagai jenis penyakit. Memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai
kondisi medik seperti penyakit dalam, bedah, psikiatri, pediatrik ibu hamil dan
sebagainya.
b. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan diagnosis
dan pengobatan untuk penderita kondisi medik tertentu baik bedah maupun non
bedah.

3. Klasifikasi Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit maka klasifikasi berdasarkan kapasitas
tempat tidur sesuai pola berikut :
a. < 50 Tempat tidur
b. 50 - 99 Tempat tidur
c. 100 – 199 Tempat tidur
d. 200 – 299 Tempat tidur
e. 300 – 399 Tempat tidur
f. 400 – 499 Tempat tidur
g. > 500 Tempat tidur

4. Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit maka afiliasi pendidikan terdiri atas dua
jenis yaitu :
a. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program
pelatihan dalam bidang medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain.
b. Rumah Sakit Non Pendidikan
Rumah sakit non pendidikan adalah rumah sakit yang tidak memiliki afiliasi
dengan universitas.
III-5

5. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit untuk Rumah Sakit Umum Pemerintah
Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C dan
D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan fisik dan
peralatan sebagai berikut :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas kemampuan spesialistik dasar.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik dasar.

3.3 Limbah
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
itu industri maupun domestik ( Rumah Tangga). Yaitu suatu sisa atau barang yang
sudah dianggap tidak memiliki nilai dan sudah tidak dipergunakan lagi. Limbah
juga dapat diartikan sebagai barang/benda yang sudah dibuang, baik berasal dari
alam maupun dari hasil proses teknologi, yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Hal ini berlaku dimana ada
kegiatan usaha atau pabrik, maka disitu akan muncul berbagai jenis limbah yang
merupakan sisa-sisa dan buangan dari hasil produksi. Biasanya limbah dari aktivitas
usaha ini berbentuk limbah cair.
III-6

Berdasarkan dari wujudnya, limbah sejatinya dibagi menjadi tiga bagian, yakni
limbah padat, limbah gas dan limbah cair. Limbah dapat berupa tumpukan barang
bekas, sisa kotoran hewan, sayuran, tanaman, dan lain sebagainya. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Menurut definisi WHO pengertian limbah adalah segala sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Badan lingkungan hidup
menyatakan bahwa limbah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan pengertian limbah tersebut, dapat
disimpulkan bahwa limbah adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan
dengan aktifitas atau kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi
dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga
perlu pengelolaan yang baik. Sedangkan pengertian limbah rumah sakit adalah
semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya (Chandra, 2006).
Secara umum limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair, limbah padat dan
limbah gas. Limbah padat biasa disebut juga limbah, limbah rumah sakit
merupakan produk kegiatan yang dapat mempengaruhi berbagai aspek pelayanan
yang dilakukannya, antara lain infeksi nosokomial. Disamping itu, limbah
merupakan sumber kurangnya estetika dan kenyamanan suasana rumah sakit serta
berbagai aspek yang merupakan dampak negatif dari keberadaan limbah di rumah
sakit termasuk perusakan ekosistem. Oleh sebab itu, pengelolaan limbah rumah
sakit perlu mendapat perhatian yang lebih agar kemungkinan negatif yag
diakibatkannya dapat dihindari. Disamping itu fungsi dan tujuan rumah sakit tidak
menjadi terganggu akibat buruknya pengelolaan fisiknya, karena seperti yang kita
ketahui bahwa rumah sakit merupakan tempat pengobatan dan penyembuhan
penderita penyakit. Petugas yang menangani limbah ada kemungkinan terinfeksi,
terutama disebabkan karena luka benda tajam yang terkontaminasi.
III-7

3.4 Limbah Rumah Sakit


Secara umum limbah rumah sakit terbagi kedalam dua kelompok besar yaitu
limbah medis dan limbah non medis. Limbah rumah sakit adalah semua limbah
yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel)
maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius,
bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).

3.4.1 Limbah Medis Berdasarkan Sumber


Pengertian limbah medis menurut EPA/U.S Environmental Protection Agency
(2011), adalah semua bahan buangan yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi, dan rumah
sakit/klinik hewan, serta fasilitas penelitian medis dan laboratorium. Sementara
Depkes RI (2002) memberikan pengertian limbah medis sebagai limbah yang
berasal dari perawatan gigi, veterinary, farmasi atau sejenis, serta limbah rumah
sakit pada saat dilakukan perawatan/ pengobatan atau penelitian.
Sumber limbah rumah sakit berasal dari unit pelayanan medis, meliputi rawat
inap, rawat jalan/poliklinik, rawat intensif, rawat darurat, hemodialisa, bedah
sentral, dan kamar jenazah. Unit penunjang medis meliputi laboratorium, radiologi,
farmasi, sterilisasi, anestesi, ruang operasi. Unit penunjang non medis meliputi
perkantoran, adnministrasi, rumah dinas dan kantin.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan memiliki ruang atau unit
kerja dimana dari sebagian ruang ini dapat menghasilkan limbah medis adapun
beberapa sumber limbah medis :
 Unit Pelayanan Kesehatan Dasar
 Unit Pelayanan Kesehatan Rujukan
 Unit Pelayanan Kesehatan Penunjang ( Laboratorium)
 Unit Pelayanan Kesehatan Non Kesehatan ( Farmasi)

Tabel 3.1 Sumber Limbah Padat Medis


No. Sumber Limbah Jenis Limbah
1. Unit obsteric dan ruang Dressing (pembalut/pakaian), plasenta, sponge,
perawatan obsteric ampul, jarum dan syringe (alat semprot), masker,
III-8

disposable drapes (tirai/kain yang dapat


dibuang), pisau bedah, disposable unit enema
(alat suntik pada usus), diaper (popok) dan
underpad (alas/bantalan), sarung tangan
disposable.
2. Unit Laboratorium, Gelas terkontaminasi, termasuk pipet patri dish,
Ruang Mayat, Patologi wadah specimen, slide specimen (kaca/alat
dan Autopsy sorong), jaringan tubuh, organ, tulang.
3. Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan
nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur),
dressing (pembalut/pakaian), perban dan masker.
4. Unit emergency dan Dressing (pembalut/pakaian), sponge, jaringan
bedah termasuk ruang tubuh termasuk amputasi ampul bekas, masker,
perawatan jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain
yang dapat dibuang), chateter (alat bedah),
drainase set ( alat pengaliran), kantong
colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung
bedah.
5. Unit perawatan Ampul, jarum suntik dan syringe (alat semprot).
Sumber : Departemen Kesehatan, 1995

3.4.2 Kategori Limbah Medis


Limbah medis terbagi kedalam beberapa macam atau bentuk yang
dikelompokan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya. Jenis-
jenis limbah medis antara lain:
a. Limbah Benda Tajam
Limbah/sampah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk bagian tubuh
(kulit) dan memiliki potensi bahaya serta dapat menyebabkan cedera sepertu
sobekan dan tusukan, contoh limbah benda tajam adalah jarum hipodermik, pisau
bedah pecahan kaca, dan perlengkapan intraverna.
III-9

b. Limbah Infeksius
Limbah infeksius merupakan sampah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) serta sampah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan
ruang perawatan /isolasi penyakit menular.
c. Limbah Jaringan Pubuh (Patologis)
Limbah jaringan tubuh ini merupakan organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh termasuk janin dari pasien yang telah diangkat. Biasanya sampah ini berasal
dari kegiatan saat pembedahan atau pada saat autopsi.
d. Limbah Sitotoksik
Limbah sitotoksik merupakan bahan yang terkontaminasi dan mungkin
terkontaminasi dengan obat-obat sitotoksik selama pembuatan, peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
e. Limbah Farmasi
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
f. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat
berasal dari antara lain: tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan
bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
g. Limbah Genotoksik
Limbah yang mengandung bahan bersifat genotoksik seperti halnya obat-
obatan yang digunakan untuk terapi kanker yaitu zat karsinogen (Benzen,
Antrasen).

3.4.3 Kategori Limbah Infeksius


Dalam pelaksanaan penanganan limbah infeksius ini seperti yang tercantum
didalam buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia perlu adanya
penggolongan sampah untuk memudahkan pemilihan jenis sampah yang akan
dimusnahkan dalam kaitannya dengan penanganan maka limbah padat infeksius
dikategorikan menjadi :
III-10

1. Golongan A
a. Dressing bedah, Swab, dan semua sampah yang terkontaminasi dari kamar
bedah.
b. Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi
c. Seluruh jaringan tubuh manusia baik terinfeksi maupun tidak terinfeksi,
bangkai/jaringan dari laboratorium dan hal lainnya yang berkaitan dengan
swab dan dressing
2. Golongan B
Benda tajam seperti Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan kaca/gelas dan
benda tajam lainnya.
3. Golongan C
Limbah dari laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk kedalam
golongan A
4. Golongan D
Limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.
5. Golongan E
Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinnence pad dan stomach.

3.4.4 Pengaruh Limbah Padat Infeksius Terhadap Kesehatan


Pada dasarnya lingkungan rumah sakit terdiri dari lingkungan biotik dan
abiotik. Dari komposisi ingkungan tersebut dapat terjadi penyebaran penyakit baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan penyakit secara langsung dapat terjadi karena kontak langsung
dengan sumber penyakit dalam hal ini limbah medis padat maupun kontak langsung
dengan pasien sedangkan penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui
perantara baik itu melalui benda/peralatan medis, serangga ataupun hal lainnnya.

3.4.5 Pengaruh Limbah Padat Terhadap Petugas


Petugas penanganan sampah maupun petugas tenaga medis merupakan orang
yang paling rentan terhadap paparan penyakit hal itu dikarenakan mereka yang
paling sering berkontak langsung dengan sumber penyakit/sumber penular penyakit
III-11

yang berada di lingkungan kerja. Penularan tersebut dapat berlangsung melalui


perantara biotik maupun abiotik. Penularan melalui perantara biotik dapat terjadi
akibat kontak langsung antara petugas dengan sumber penyakit yang berasal dari
limbah padat medis, pasien, pengunjung maupun antara para petugas itu sendiri.
Penularan secara abiotik dapat terjadi melalui kontak dengan peralatan dan
perlengkapan yang digunakan dalam proses pengobatan juga dari limbah padat
medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu perlu adanya penanganan yang baik dan terencana dalam
menangani limbah padat medis. Perlunya pengumpulan limbah padat medis
sementara di setiap ruangan sebelum diangkut ke TPS agar lebih terorganisir dan
memudahkan petugas dalam pengambilan sampah yang nantinya akan diangkut ke
TPS. Disamping itu para petugas dan karyawan bersangkutan yang berada di
ruangan juga harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk memperkecil
resiko pemaparan penyakit yang terkandung dalam limbah padat medis.

3.5 Densitas Limbah Padat Medis


Densitas didefinisikan sebagai massa yang tidak dipadatkan dari materi yang
menempati volume yang diketahui. Densitas memiliki satuan massa per volume,
yaitu Kg/m3. Dalam pengelolaan limbah penting untuk mengetahui densitas atau
komponen limbah untuk menentukan volume pewadahan, ukuran untuk kendaraan
pengumpul, dan perkiraan-perkiraan persyaratan untuk peralatan pengolahan (Diaz,
2007). Berikut ini adalah densitas limbah padat medis yang dihasilkan rumah sakit:

Tabel 3.2 Densitas Limbah


No. Jenis limbah Densitas (Kg/m3)

1. Infeksius 262

2. Non-Infeksius 151

Sumber : Diaz, 2007


III-12

3.6 Peraturan Limbah Padat Medis


Peraturan merupakan pedoman yang dibuat untuk dipatuhi oleh pihak-pihak
terkait. Peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia ini
bertujuan sebagai pedoman kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan
pengelolaan limbah rumah sakit diharapkan dapat memberi solusi masalah dalam
pengelolaan limbah rumah sakit. Berikut adalah peraturan terkait dengan
pengelolaan limbah Rumah Sakit :
 Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PERMENLHK) No. 56 Tahun 2015
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
 Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaam Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

3.7 Pengelolaan Limbah Padat B3 Medis


Pengelolaan limbah padat di rumah sakit harus dilakukan dengan benar dan
memenuhi persyaratan. Sebagai sesuatu yang tidak dimanfaatkan lagi, maka limbah
harus dikelola dengan baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan limbah
padat medis adalah tidak menimbulkan bau tidak mengkontaminasi udara atau
tanah.
Menurut KEPMENKES RI No. 1204 Tahun 2004 pengelolaan limbah medis
yaitu rangkaian kegiatan mencakup segregasi, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis. Beberapa bagian yang
penting dalam pengelolaan limbah padat rumah sakit yaitu pemilahan, simbol dan
label, pewadahan, pemgumpulan, penyimpanan dan pengangkutan.

3.7.1 Minimalisasi Limbah


Menurut Kepmenkes No. 1204 tahun 2004, minimalisasi limbah adalah upaya
yang dilakukan oleh rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan
dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan
III-13

mendaur ulang limbah (recycle). Berikut adalah persyaratan miminalisasi limbah


padat medis yang perlu dilakukan oleh pihak rumah sakit:
 Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
 Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan kimia
berbahaya dan beracun.
 Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.
 Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak berwenang.

Disamping persyaratan tersebut adapun tindakan minimalisasi limbah yang


dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk mengurangi limbah padat medis yaitu :
 Menyeleksi bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya
 Menggunakan sesedikit mungkin bahan kimia
 Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada kimiawi
 Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan
perawatan dan kebersihan
 Memonitor alat penggunakan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbahaya dan beracun
 Memesan bahan sesuai kebutuhan
 Menggunakan bahan yang diproduksi lebih akhir untuk menghindari
kadalwarsa
 Menghabiskan bahan disetiap kemasan
 Mengecek tanggal kadaluwarsa bahan pada saat diantar distributor.

3.7.2 Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang


Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang merupakan aspek
yang perlu dilakukan dalam pengelolaan limbah padat medis. Berikut adalah
persyaratan dari aspek tersebut yang dilakukan oleh rumah sakit :
a. Pemilahan
Pemilahan jenis limbah padat medis dilakukan dari sumber penghasil limbah,
jenis limbah tersebut terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
III-14

tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah kontainer


bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat tinggi ( Kepmenkes RI No.
1204, 2004).
Berdasarkan KepmenLHK No. 56 Tahun 2015 pemilahan merupakan tahapan
yang penting dalam pengelolaan limbah, beberapa alasan dilakukannya pemilahan
limbah antara lain :
1. Pemilahan akan mengurangi jumlah limbah yang harus dikelola sebagai limbah
B3 atau limbah medis telah dipisahkan.
2. Pemilahan akan mengurangi limbah karena akan menghasilkan alur limbah
padat yang mudah, aman, efektif biaya untuk di daur ulang atau penghelolaan
selanjutnya.
3. Pemilahan akan mengurangi jumlah limbah B3 yang terbuang bersama limbah
non-B3 ke lingkungan.
4. Pemilahan akan memudahkan untuk dilakukannya penilaian terhadap jumlah
dan komposisi berbagai alur limbah sehingga memungkinkan fasilitas pelayanan
kesehatan memiliki basis data, mengidentifikasi dan memilih upaya pengelolaan
limbah sesuai biaya, dan melakukan penilaian terhadap efektifitas strategi
pengurangan limbah.
b. Pewadahan
Berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
lingkungan rumah sakit, untuk jenis wadah dan label limbah medis dapat dilihat
pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Warna dan Fungsi wadah
Warna Wadah Fungsi
Kuning Infeksius dan Patologi
Coklat Farmasi
Ungu Sitotoksis
Merah Radioaktif
Sumber : Kepmenkes No. 1204 tahun 2004

Limbah dapat dengan mudah dipisahkan pada sumbernya dengan menyediakan


minimal tiga wadah terpisah yang harus disediakan di setiap ruang perawatan,
III-15

diagnosis dan konsultasi, poloklinik laboratorium dll. Hal ini dapat dilakukan untuk
memudahkan penanganan limbah. Satu untuk limbah infeksius, satu untuk limbah
domestik, satu untuk limbah benda tajam. Wadah ini harus diberi label dengan tepat
(OXFAM, 2008). Wadah juga harus ditempatkan di tempat yang mudah terlihat dan
terjangkau.
Menurut Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, tempat sampah untuk menampung limbah medis mudah
untuk dibersihkan, tertutup rapat, tahan benda tajam, kedap air terutama untuk
menampung sampah basah, tidak mudah berkarat dan anti bocor.

Anda mungkin juga menyukai