Anda di halaman 1dari 96

ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK

DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING


(Studi Kasus di Peternakan ”X”, Kabupaten Pandeglang)

SKRIPSI
ELI SAFITRI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN

ELI SAFITRI. D34102024. 2006. Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek dan
Prospek Usaha Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus di Peternakan ”X”,
Kabupaten Pandeglang). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. H. Zulfikar Moesa, MS.


Pembimbing Anggota : Alla Asmara, S.Pt. MSi.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur biaya dan
penerimaan Peternakan “X”, (2) menganalisis perencanaan laba jangka pendek
Peternakan “X” dan (3) menganalisis prospek usaha peternakan “X” dimasa
mendatang. Penelitian berlangsung mulai bulan Maret – April 2006 di Peternakan
”X”, Desa Citalahab Pandeglang. Penelitian ini didesain sebagai studi kasus yang
bersifat deskriptif analitis. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis peramalan
komponen anggaran, analisis perencanaan laba jangka pendek dan analisis
sensitifitas.
Hasil penelitian menunjukan metode terbaik untuk peramalan produksi, harga
pakan dan harga jual ayam broiler yaitu metode rata-rata bergerak linear, sedangkan
harga DOC dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial tunggal pada α =
0,7, kemudian dilanjutkan dengan metode smoothing (pemulusan) eksponensial
linear dari Brown. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada pola data dari periode
sebelumnya, nilai MSE (Mean Square Error) dan nilai MAE (Mean Absolut Error)
yang terkecil.
Analisis struktur biaya dan penerimaan dilakukan dengan metode variable
costing. Peternakan ”X” memiliki struktur biaya variabel yang lebih tinggi dari biaya
tetapnya hal tersebut terjadi karena penggunaan biaya pakan yang tinggi yaitu
sebesar 73,09% dan biaya DOC sebesar 20,63% dari total biaya variabelnya.
Penerimaan Peternakan ”X” terdiri dari penjualan output utama berupa ayam broiler
dan output sampingan berupa penjualan litter, penjualan karung dan pendapatan
tambahan yang terdiri dari insentif mortalitas dan insentif FCR.
Laporan rugi laba yang diproyeksikan pada Peternakan ”X” terdiri dari biaya
dan penerimaan. Biaya total memiliki kontribusi rata-rata sebesar 88,67 % terhadap
penerimaan dan total laba yang diperoleh sebesar 11,33 %. Dari laporan proyeksi
rugi laba tersebut diperoleh nilai titik impas terendah pada periode 15 sebesar Rp
56.085.895,90, nilai titik penutupan usaha tertinggi pada periode 18 sebesar Rp
28.551.388,80, nilai batas keamanan usaha tertinggi pada periode 15 sebesar 88,27
%, nilai pengungkit laba sebesar 1,10 – 1,11 kali pada setiap periodenya dan nilai
margin kontribusi tertinggi pada periode 15 sebesar Rp 63.028.437,00.
Analisis sensitifitas dilakukan hanya pada perubahan volume produksi, harga
pakan, harga DOC dan harga jual. Proyeksi produksi untuk empat periode yang akan
datang yaitu sebesar 62.016 kg. Nilai penurunan produksi dan harga jual merupakan
nilai yang sensitif terjadi di Peternakan ”X” karena pada periode sebelumnya
penurunan tersebut pernah terjadi. Nilai kenaikan pakan tersebut sangat sensitif dan
pernah terjadi di Peternakan ”X”, sedangkan kenaikan biaya DOC tidak sensitif
karena belum pernah terjadi di Peternakan ”X”.
Peternakan ”X” memiliki struktur biaya variabel yang lebih tinggi dari biaya
tetapnya. Dalam jangka pendek, Peternakan ”X” mengalami penurunan laba. Hal ini
terjadi karena kenaikan biaya variabel lebih tinggi daripada harga penjualan.
Berdasarkan perhitungan parameter perencanaan laba jangka pendek, Peternakan
”X” memiliki prospek usaha yang baik, karena nilai perhitungan tersebut selalu
berada dibawah penerimaan yang pernah terjadi di Peternakan ”X”.

Kata kunci : perencanaan laba jangka pendek, struktur biaya, sensitifitas


ABSTRACT

Short Term Profit Planning Analysis and Business Prospect of Broiler


(Case Study in Peternakan “X”, Pandeglang District)
Safitri E., Z. Moesa , A. Asmara
The entrepreneur of broiler business has to realize the opportunity and threat
of the future. Known the fix cost and variable cost which will give the impact to
output volume is necessary. These information are for business analysis and future
profit orientation. The aims of this research are: (1) To analyze cost structure and
revenue of Peternakan “X”, (2) To analyze short term profit planning of Peternakan
“X”, (3) To analyze business prospect of Peternakan “X” in the future. This research
was carried out at Citalahab Pandeglang District during March until April 2006. Data
analysis are consist of budget forcasting analysis, short term profit planning analysis
and sensitivity analysis. Peternakan “X” has variable cost structure which higher than
fix cost. It is caused by the use of feed cost reaches 73,089% from total variable cost.
The revenue of Peternakan “X” is comes from broiler, chaff and bag sock sales also
mortality and FCR incentives. The result of short term profit planning shows: (1) The
lowest break even point value is occurred on period 15, that is Rp 56.085.895,90 (2)
The highest margin of safety is occurred on period 15, that is 88,27% (3) The
highest shut down point is occurred on period 18, that is Rp 28.551.388,80 (4)
Degree of operating leverage is 1,1 times, (5) The highest contribution margin is
occurred on period 15, that is Rp 63.028.437,00. That value is very small if it is
compared to the amount of revenue which has happened in Peternakan “X”. This
situation shows good business opportunity to the future.

Key word : short term profit planning, cost structure, sensitivity.


ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING
(Studi Kasus di Peternakan ”X”, Kabupaten Pandeglang)

ELI SAFITRI
D34102024

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
ANALISIS PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
DAN PROSPEK USAHA AYAM RAS PEDAGING
(Studi Kasus di Peternakan ”X”, Kabupaten Pandeglang)

Oleh
ELI SAFITRI
D34102024

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan


Komisis Ujian Lisan pada tanggal 12 September 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. H. Zulfikar Moesa, MS. Alla Asmara, S.Pt. MSi.


NIP. 130 516 995 NIP. 132 159 707

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc.


NIP. 131 624 188
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 10 Juni 1984. Penulis adalah


anak pertama dari tiga bersaudara, terlahir dari pasangan Bapak H. Syafei Sastra, SS.
dan Hj. Maryamah.
Penulis mengecap pendidikan formal pertamakali pada Sekolah Dasar Negeri
Carita 2 (1990-1996). Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan di
SLTPN 1 Labuan (1996-1999) dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan
di MAN Pandeglang (1999-2002). Penulis melanjutkan masa pendidikannya di
Bogor sebagai mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang diperoleh penulis melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan diantaranya HIMASEIP (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi
Industri Peternakan), FAMM AL – ANAM dan KMB (Kumpulan Mahasiswa
Banten). Penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan dalam kampus.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbillalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas nikmat dan karunia yang telah Allah titipkan kepada Penulis,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Perencanaan
Laba Jangka Pendek dan Prospek Usaha Ayam Ras Pedaging (Kasus di Peternakan
”X”, Kabupaten Pandeglang)”. Tidak lupa juga semoga selawat serta salam selalu
tercurah kepada jungjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meraih keuntungan sebesar-
besarnya guna menjaga eksistensi usahanya. Tetapi seringkali usaha yang dilakukan
hanya berdasarkan kecenderungan pelaku usaha terutama pelaku usaha ternak rakyat,
sehingga tak jarang peternak mengalami kerugian. Oleh karena itu dibutuhkan
perencanaan laba agar peternak dapat dengan mudah melakukan kontrol terhadap
perolehan laba usahanya. Perencanaan laba jangka pendek akan lebih bermanfaat
bagi manajemen jika menggunakan pendekatan rugi laba yang diproyeksikan
berdasarkan metode variable costing. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat
memberikan gambaran kepada pelaku usaha peternakan mengenai pentingnya
perencanaan laba.
Demikian skripsi ini ditulis dengan semua kekurangan dan kelebihannya.
Penulis meyakini bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh
karena itu Penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan yang bersifat
membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis khususnya dan bagi orang yang bersungguh-sungguh ingin menimba ilmu
dan menambah wawasannya. Amiiin.

Bogor, September 2006

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ............................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 3
Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4
KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8
Usahaternak Ayam Ras Pedaging ....................................................... 8
Karakteristik Ayam Ras Pedaging ...................................................... 9
Konsep Biaya ...................................................................................... 9
Konsep Penerimaan ............................................................................. 10
Penganggaran ...................................................................................... 11
Peramalan Komponen Anggaran ......................................................... 12
Metode Rata-rata Bergerak (Moving Averages) ........................ 13
Metode Rata-rata Bergerak Linear ............................................. 14
Metode Penghalusan Eksponensial Tunggal ............................. 14
Metode Penghalusan Eksponensial Linear Brown .................... 14
Pemilihan Metode Peramalan .............................................................. 14
Horison Waktu (Time Horizon) ................................................. 14
Pola dari Data ............................................................................. 15
Jenis dari Model ......................................................................... 15
Biaya .......................................................................................... 15
Ketepatan (Accuracy) ................................................................ 16
Mudah Tidaknya Penggunaan atau Aplikasi ............................. 16
Perencanaan Laba Jangka Pendek ....................................................... 16
Analisis Perencanaan Laba Jangka pendek ......................................... 18
Analisis Marjin Kontribusi ........................................................ 19
Analisis Titik Impas ................................................................... 19
Analisis Marjin Pengaman ......................................................... 20
Analisis Titik Penutupan Usaha ................................................. 21
Analisis Tingkat Pengungkit Laba ............................................. 22
METODE PENELITIAN ........................................................................... 24
Desain Penelitian ................................................................................. 24
Data dan Sumber Data ......................................................................... 24
Lokasi dan Waktu ................................................................................ 24
Analisis Data ....................................................................................... 24
Model Rata-rata Bergerak .......................................................... 25
Model Rata-rata Bergerak Linear .............................................. 25
Model Penghalusan Eksponensial Tunggal ............................... 25
Model Penghalusan Eksponensial Linear dari Brown ............... 26
Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek ............................... 27
Analisis Sensitifitas .................................................................... 27
Analisis Deskriptif ..................................................................... 27
Definisi Istilah ..................................................................................... 28
GAMBARAN UMUM PETERNAKAN ”X” ........................................... 30
Kondisi Peternakan/Lokasi .................................................................. 30
Kondisi Kandang ................................................................................. 31
Struktur Organisasi .............................................................................. 31
Produksi ............................................................................................... 32
Pemasaran ............................................................................................ 33
Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ................. 33
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 34
Analisis Struktur Biaya dan Penerimaan ............................................ 35
Peramalan Komponen Anggaran ......................................................... 38
Perkiraan Produksi ..................................................................... 38
Perkiraan Harga Pakan ............................................................... 39
Perkiraan Harga DOC ................................................................ 41
Perkiraan Harga Penjualan ......................................................... 42
Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan ............................................. 44
Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek ......................................... 46
Margin Kontribusi (Contribution Margin) ................................. 46
Titik Impas (Break Even Point) ................................................. 46
Batas Keamanan Usaha (Margin of Safety) ............................... 47
Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point) ................................ 48
Pengungkit Laba (Degree of Operating Leverage) .................... 49
Analisis Sensitifitas ............................................................................. 49
Analisis Sensitifitas Berdasarkan Penurunan Volume Produksi . 49
Analisis Sensitifitas Berdasarkan Kenaikan Harga Pakan ......... 52
Analisis Sensitifitas Berdasarkan Kenaikan Harga DOC .......... 53
Analisis Sensitifitas Berdasarkan Penurunan Harga Jual .......... 56
Prospek Usaha Peternakan “X” ........................................................... 58
Faktor-Faktor Pendukung Kelangsungan Usaha
Peternakan “X” ............................................................................ 58
Faktor-faktor yang menyebabkan Penurunan Laba
Peternakan “X” ............................................................................ 60
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 60
Kesimpulan .......................................................................................... 61
Saran ................................................................................................... 62
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................ 65
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi Ayam Ras Pedaging dan Produksi Daging


Lainnya di Kabupaten Pandeglang Tahun 2001-2005 ........................ 2
2. Penerimaan Peternakan ”X” Empat Periode Terakhir ........................ 3
3. Besarnya Penerimaan Periode April 2002 – Maret 2003 .................... 10
4. Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan pada PT Prima Karsa
di Empat Lokasi Kandang Periode April2003-Maret 2004 ................. 18
5. Komponen Perhitungan Margin of Safety Empat Lokasi Kandang
pada PT Prima Karsa Periode April 2003-Maret 2004 ....................... 20
6. Investasi Awal Peternakan ”X” ........................................................... 29
7. Produksi Ayam Peternakan ”X” Selama Empat Periode Terakhir ...... 31
8. Laporan Rugi Laba Peternakan ”X” Empat Periode Terakhir ............. 35
9. Standar Feed Convertion Rate (FCR), Mortalitas dan Bobot
Ayam yang Digunakan Peternakan ”X” ............................................... 37
10. Proyeksi Produksi Ayam Broiler Peternakan ”X” Empat Periode
yang akan Datang ................................................................................ 38
11. Proyeksi Harga Pakan Peternakan ”X” Empat Periode yang akan
Datang ............................................................................................ 40
12. Proyeksi Harga DOC Peternakan ”X” Empat Periode yang akan
Datang ............................................................................................ 41
13. Proyeksi Harga Jual Peternakan ”X” Empat Periode yang akan
Datang ............................................................................................ 42
14. Laporan Rugi Laba Peternakan ”X” yang Diproyeksikan pada
Empat Periode yang akan Datang ........................................................ 44
15. Komponen Perhitungan Marjin Kontribusi Peternakan ”X”
Empat Periode yang akan Datang ........................................................ 45
16. Komponen Perhitungan Titik Impas Peternakan ”X” Empat
Periode yang akan Datang ................................................................... 46
17. Komponen Perhitungan Batas Keamanan Usaha Peternakan ”X”
Empat Periode yang akan Datang ....................................................... 46
18. Komponen Perhitungan Titik Penutupan Usaha Peternakan ”X”
Empat Periode yang akan Datang ....................................................... 47
19. Komponen Perhitungan Pengungkit Laba Peternakan ”X” Empat
Periode yang akan Datang .................................................................... 48
20. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Volume Produksi .............. 50
21. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Kenaikan Harga Pakan ........................ 52
22. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Perubahan Biaya DOC ........................ 54
23. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Harga Jual ......................... 56
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran .................................................................... 7


2. Grafik Pola Produksi Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006 .......... 38
3. Grafik Pola Harga Pakan Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006 .. 39
4. Grafik Pola Harga DOC Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006 .... 40
5. Grafik Pola Harga Jual Ayam Peternakan ”X” Maret 2004 – April
2006 ............................................................................................ 42
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produksi Ayam Broiler Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006 .... 65
2. Harga Pakan Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006 ..................... 65
3. Harga DOC Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006 ....................... 65
4. Harga Jual Ayam Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006 .............. 66
5. Perhitungan Ramalan Produksi Peternakan X dengan Metode
Rata-rata Bergerak Linier .................................................................... 67
6. Perhitungan Ramalan Harga Pakan S10 dengan Metode Rata-rata
Bergerak Linear ................................................................................... 68
7. Perhitungan Ramalan Harga Pakan S11 dengan Metode Rata-rata
Bergerak Linear ................................................................................... 69
8. Perhitungan Ramalan Harga Pakan S12 dengan Metode Rata-rata
Bergerak Linier .................................................................................... 70
9. Perhitungan Ramalan Harga DOC dengan Metode Pemulusan
Eksponensial Tunggal .......................................................................... 71
10. Perhitungan Ramalan Harga DOC dengan Metode Pemulusan
Eksponensial Linear dari Brown .......................................................... 72
11. Perhitungan Ramalan Harga Jual Ayam Broiler dengan Metode
Rata-rata Bergerak Linear .................................................................... 73
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia dihadapkan pada suatu tantangan untuk menyediakan bahan
pangan yang berkualitas dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat. Ketersediaan
pangan dengan kandungan gizi yang seimbang sangat penting karena turut
menentukan kualitas sumberdaya manusia dalam suatu negara. Salah satu sasaran
penting dalam pembangunan nasional adalah menyediakan jumlah pangan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk dan dapat meningkatkan gizi
mereka.
Dewasa ini kebutuhan protein hewani dalam negeri terus meningkat sejalan
dengan peningkatan pola hidup masyarakat. Selain itu adanya program pemerintah
dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak juga meningkatkan
konsumsi protein. Ayam ras pedaging sebagai penghasil protein hewani yang relatif
murah dan bergizi sangat diminati masyarakat dari kalangan manapun. Melihat
keadaan tersebut budidaya ayam ras pedaging dapat memberikan keuntungan jika
dikelola secara intensif dan terpadu.
Berdasarkan informasi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Pandeglang, pada tahun 2003 telah diadakan pembinaan usaha tani yang meliputi
inventarisasi usaha peternakan ayam ras pedaging berdasarkan klasifikasi usaha, baik
yang melaksanakan kerjasama (kemitraan) atau usaha mandiri. Perkembangan
produksi agribisnis peternakan ayam ras pedaging dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Ayam Ras Pedaging dan Produksi Daging


Lainnya di Kabupaten Pandeglang Tahun 2001-2005
Tahun Ayam Ras Pedaging (ton) Daging Lainnya (ton) Total Produksi (ton)

2001 24,04 5.256,11 5.280,15

2002 3.077,46 4.885,99 7.963,45

2003 3.510,76 5.088,75 8.599,51

2004 1.650,32 5.229,27 6.879,59

2005 1.747,35 7.363,57 9.110,92

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2006


Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi ayam ras pedaging
berfluktuasi dari tahun ketahun, begitu juga produksi daging lainnya. Produksi ayam
ras pedaging memberikan kontribusi rata-rata 26,46% per tahun dari produksi daging
secara keseluruhan. Akan tetapi jumlah produksi tersebut belum mencukupi
konsumsi daging ayam ras di Pandeglang mencapai 5.475.000,00 ton per tahun.
Dengan demikian pemerintah Kabupaten Pandeglang masih mendatangkan daging
ayam ras dari luar Kabupaten Pandeglang guna mencukupi kebutuhan konsumsi
daging ayam ras tersebut.
Tingginya konsumsi daging ayam ras merupakan peluang bisnis yang cukup
baik bagi perusahaan peternakan ayam broiler. Pelaku-pelaku agribisnis yang terjun
di bidang usaha peternakan, khususnya peternakan ayam broiler harus menyadari
peluang dan tantangan yang dihadapi di masa yang akan datang. Pemanfaatan
sumberdaya perusahaan dengan optimal dalam lingkungan yang tidak pasti dan
berubah-ubah merupakan langkah yang tepat dalam mengelola suatu usaha.
Menetapkan perencanaan laba merupakan salah satu strategi agar usahanya
tetap berkembang. Perencanaan laba tersebut berguna bagi pelaku agribisnis sebagai
pihak pengambil keputusan untuk mendapatkan informasi mengenai biaya, baik
biaya tetap maupun biaya variabel dalam hubungannya dengan perubahan volume
produksi. Informasi tersebut diperlukan sebagai alat analisis bisnis, untuk
menyiapkan skenario masa depan dalam pencapaian tujuan usaha.
Berkaitan dengan perencanaan laba jangka pendek, penelitian ini dapat
memberikan gambaran mengenai laporan rugi laba dengan cara mengukur parameter,
titik impas, batas keamanan, titik penutupan usaha, pengungkit laba dan marjin
kontribusi. Dengan demikian hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
pengambilan kebijakan oleh pihak pelaku usaha ternak ayam broiler dalam
mengembangkan usahanya.
Perumusan Masalah

Peternakan ”X” merupakan salah satu perusahaan peternakan ayam ras


pedaging yang cukup besar di Kabupaten Pandeglang. Dalam menjalankan usahanya
Peternakan ”X” mempunyai tujuan untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya
guna menjaga eksistensi usahanya. Akan tetapi Peternakan ”X” selalu dihadapkan
pada masalah, diantaranya masalah keuangan yang berkaitan dengan laba
perusahaan.

Tabel 2. Penerimaan Peternakan ”X” Empat Periode Terakhir


Uraian Periode 10 Periode 11 Periode 12 Periode 13
Penerimaan (Rp) 416.523.972,00 510.177.544,00 435.240.420,00 405.798.876,00
Biaya Produksi (Rp) 377.328.947,00 455.298.301,00 400.711.502,00 383.582.556,00
Laba bersih (Rp) 39.195.025,00 54.879.243,00 34.528.918,00 22.216.320,00

Sumber : Peternakan ”X”

Khususnya Peternakan ”X”, penerimaan yang diperoleh selama empat


periode terakhir ini mengalami penurunan seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Penurunan penerimaan ini secara langsung akan berpengaruh terhadap laba
Peternakan ”X”. Penurunan penerimaan ini dikarenakan usaha yang dijalankan
hanya berdasarkan kecenderungan pelaku usaha. Oleh karena itu dibutuhkan
perencanaan laba agar peternak dapat dengan mudah melakukan kontrol terhadap
perolehan laba usahanya. Perencanaan laba jangka pendek akan lebih bermanfaat
bagi manajemen jika menggunakan pendekatan rugi laba yang diproyeksikan
berdasarkan metode variable costing.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka masalah-masalah yang
dirasa perlu diteliti lebih lanjut adalah :
1. Bagaimana struktur biaya dan penerimaan yang terjadi di Peternakan ”X”?
2. Bagaimana perencanaan laba jangka pendek Peternakan ”X” dapat
diproyeksikan?
3. Bagaimana prospek usaha Peternakan ”X” dimasa mendatang?
Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian


ini adalah :
1. Menganalisis struktur biaya dan penerimaan Peternakan ”X”.
2. Menganalisis perencanaan laba jangka pendek Peternakan ”X”.
3. Menganalisis prospek usaha Peternakan ”X” dimasa mendatang.

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan Penelitian ini


bermanfaat untuk :
1. Bahan informasi dan pengetahuan bagi Peternakan ”X” untuk mengambil
keputusan dalam hubungannya dengan perencanaan laba.
2. Bahan informasi dan pengetahuan bagi pihak yang ingin mengembangkan usaha
yang sama.
3. Bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.
4. Penulis khususnya dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah.
KERANGKA PEMIKIRAN

Setiap perusahaan mempunyai perencanaan yang strategis sebagai kontrol


agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Salah satu perencanaan strategis yang
dilakukan perusahaan adalah perencanaan laba jangka pendek. Perencanaan laba
jangka pendek berbeda-beda pada setiap perusahaan. Ada yang melakukan untuk
waktu setengah tahun ada juga untuk waktu satu tahun tergantung pada kebijakan
yang diterapkan perusahaan. Namun yang pasti perencanaan harus tersusun dan
berkaitan antara satu dan yang lainnya.
Perencanaan laba terutama dipengaruhi oleh 3 faktor : (1) volume produk
yang dijual, (2) harga jual produk dan (3) biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Dalam perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya,
volume dan laba memegang peranan yang sangat penting. Dalam pemilihan
alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang,
manajemen memerlukan informasi untuk menilai berbagai macam kemungkinan
yang berakibat terhadap laba yang akan datang ( Mulyadi, 2001).
Volume produk, harga jual, dan biaya merupakan variabel yang fluktuatif.
Perusahaan dihadapkan pada tiga pilihan dalam merencanakan anggaran. Oleh
karena ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan.
Dengan analisis biaya-volume-laba pihak manajemen dapat segera mengetahui
akibat dari perencanaan perubahan harga, biaya, dan volume. Baik salah satu faktor
tersebut atau keseluruhan. Dengan demikian pelaku usaha dapat membuat rencana
anggaran dengan tepat dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap laba
jangka pendek.
Perencanaan laba jangka pendek dapat dilakukan dengan cara mengestimasi
ketiga faktor tersebut diatas. Sebelum menggunakan metode analisis titik impas,
batas keamanan, titik penutupan usaha, pengungkit laba dan marjin kontribusi.
Dilakukan terlebih dahulu variable costing, yaitu memisahkan biaya yang
digunakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Variable costing dilakukan untuk
mempermudah penggunaan metode analisis tersebut.
Hasil dari kelima metode tersebut, pihak manajerial mendapatkan informasi
berapa banyak volume produksi yang harus terealisasi agar usaha yang dijalankan
tetap mendapatkan keuntungan. Perusahaan harus berproduksi di atas titik impas agar
perusahaan mendapatkan keuntungan. Dalam jangka pendek biaya tetap tidak
berubah, akan tetapi biaya variabel berubah sesuai dengan volume kegiatan produksi.
Selain itu perusahaan dapat tetap menjaga produksi pada batas yang aman. Berapa
biaya minimal yang harus digunakan perusahaan agar produksi berjalan optimal
sehingga tidak berakibat terhadap tingginya harga, tetapi perusahaan tetap
mendapatkan keuntungan.
Secara garis besar, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1.
Peternakan “X”

Input Output
~ Pakan ~ Ayam siap
~ Tenaga Kerja potong
~ Kandang ~ Feces
~ DOC, dsb. ~ Sekam

~ Biaya Tetap Volume Penjualan


~ Biaya Variabel

Penerimaan

Laporan Laba Rugi Metode Variable


Peternakan ”X” Costing

Analisis Struktur
Biaya dan Penerimaan

Penganggaran

Laporan Laba Rugi


yang Diproyeksikan

Parameter yang Digunakan :


Dalam analisis perencanaan laba jangka pendek
1. Titik impas
2. Marjin pengaman
3. Titik penutupan usaha
4. Pengungkit laba
5. Margin kontribusi

Prospek Usaha Peternakan ”X”

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran


TINJAUAN PUSTAKA

Usahaternak Ayam Ras Pedaging


SK Menteri Pertanian No. 404/Kpts/OT.210/6/2002 menyebutkan bahwa
perusahaan budidaya ayam ras adalah usaha menengah dan besar, dibidang usaha
budidaya ayam ras yang jumlahnya lebih besar dari 10.000 ekor induk ayam petelur
atau 15.000 ekor produksi ayam pedaging per siklus. Menurut Abidin (2002), usaha
peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada
suatu tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial.
Widjaya dan Abdullah (2003) menyebutkan bisnis ayam ras pedaging relatif
lebih menarik dibandingkan bisnis ayam petelur. Perputaran modal yang cepat
merupakan perangsang yang kuat dan sumberdaya yang dibutuhkan tidak harus
dibayar langsung. Selanjutnya Widjaya dan Abdullah (2003) menyebutkan
pembayaran tidak langsung tersebut disebabkan oleh banyaknya pabrik makanan
ternak, bibit, obat-obatan dan sumberdaya lainnya yang tersedia untuk dipakai
selama 5-6 minggu dan baru dibayar setelah panen, sehingga banyak pihak yang
tertarik untuk terjun dalam bisnis ayam ras pedaging.
Suharno (2003) menyatakan agar manajemen dapat mencapai tujuan yang
diharapkan diperlukan sarana-sarana pendukung, yaitu men (tenaga kerja manusia),
money (uang atau modal yang diperlukan untuk kegiatan agribisnis), methods
(metode atau cara untuk mencapai tujuan), material (bahan yang diperlukan) dan
market (pasar sebagai tempat menjual hasil produksi).
Rasyaf (2002) menyatakan pengelolaan usaha mencakup beberapa aspek,
mulai dari aspek perencanaan, aspek pengelolaan peternakan, aspek pemasaran hasil
dan evaluasi usaha. Lebih lanjut Rasyaf (2002) menyebutkan barang-barang modal
usaha peternakan ayam meliputi ayam, kandang, pakan, alat peternakan, obat-obatan
dan lain-lain. Selanjutnya dikatakan bahwa standar produksi bagi ayam pedaging
bertumpu pada pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan,
sebagai pegangan produksi atau sasaran produksi adalah mortalitas, konsumsi pakan
dan pertambahan produksi dengan cara membandingkan atau memeriksa kenaikan
dan penurunan mana yang tajam dari semua kelompok ayam yang dibudidayakan.
Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya menyebutkan sistem pemeliharaan
yang dilakukan oleh PT. Prima Karsa adalah all in all out. Selanjutnya disebutkan
tatalaksana pemeliharaan ayam broiler pada PT. Prima Karsa dibagi menjadi empat
tahap, yaitu : (1) persiapan kandang, (2) penerimaan DOC, (3) masa pemeliharaan
dan (4) seleksi dan pemanenan.

Karakteristik Ayam Ras Pedaging


Menurut Cahyono (2002), ayam ras pedaging adalah ayam yang mempunyai
pertumbuhan yang cepat dengan perolehan timbangan tinggi dalam waktu yang
relatif pendek, yaitu pada umur 5-6 minggu dengan berat 1,3-1,8 kg. Selanjutnya
Rasyaf (2002) menyatakan bahwa di Indonesia ayam ras pedaging sudah dapat
dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,4 kg walaupun
laju pertumbuhan belum maksimal, karena dengan tatalaksana pemeliharaan yang
baik ayam ras pedaging tersebut masih dapat mencapai bobot badan yang lebih besar
dengan umur pemeliharaan yang lebih lama. Namun demikian kebanyakan
masyarakat di Indonesia lebih menyukai daging ayam broiler yang tidak begitu besar
terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar tradisional.

Biaya
Menurut Niswonger et al., (1990), biaya adalah besarnya kas yang dibayar
atau hutang yang terjadi untuk suatu komoditi atau jasa. Hartanto (1981),
menyebutkan biaya variabel adalah biaya yang sebagai keseluruhannya ikut berubah
dengan perubahan volume (produksi atau penjualan). Biaya konstan atau tetap (fixed
cost) adalah biaya yang sebagai keseluruhan tidak berubah dengan perubahan
volume. Selanjutnya Hartanto (1981) menyebutkan biaya semi-variabel adalah biaya
yang sebagai keseluruhan ikut berubah dengan perubahan volume tetapi
perubahannya tidak sejauh seperti biaya variabel, biaya ini biasanya merupakan
campuran dari biaya tetap dan biaya variabel, contohnya reparasi dan perawatan
mesin.
Yulius (2004) dalam penelitiannya pada CV. Morinda House menunjukkan
bahwa biaya produksi memiliki proporsi terbesar dalam menentukan biaya variabel
total yaitu sebesar 89,7 %, dimana komponen biaya yang sangat berpengaruh besar
adalah biaya bahan baku. Riyanto (1997) menyebutkan bahwa yang termasuk
golongan biaya variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung
(direct labor) dan komisi penjualan. Selanjutnya disebutkan yang termasuk biaya
tetap pada umumnya adalah depresiasi aktiva tetap, sewa, bunga utang, gaji pegawai,
gaji pimpinan, gaji staf peneliti dan biaya kantor.
Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa biaya tetap pada
perusahaan ayam broiler adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja
tetap. Selanjutnya disebutkan yang termasuk kedalam biaya variabel adalah biaya
sewa kandang, pakan, Day Old Chick (DOC), sekam, minyak tanah, tenaga kerja,
vaksin, vitamin dan obat-obatan.

Penerimaan
Rasyaf (2002) menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian
antara total hasil dengan harga. Selanjutnya disebutkan penerimaan merupakan
penjualan hasil ternak berupa ayam broiler dan tinja. Boediono (1990) menyebutkan
penerimaan sering diartikan sama dengan nilai penjualan. Jumlah penerimaan dari
suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah produksi yang
dihasilkan dengan harga jual produk tersebut.
Setriani (2005) dalam hasil penelitiannya menyebutkan penerimaan yang
diperoleh peternak ayam broiler (plasma) berasal dari penjualan ayam, penjualan
pupuk dan penjualan karung. Besarnya penerimaan yang diterima peternak pada
setiap bulan berbeda-beda tergantung pada jumlah kilogram ayam yang dihasilkan
dan harga jual yang berlaku dipasar. Penerimaan terbesar diperoleh peternak plasma
pada bulan November sampai Desember karena harga jual ayam cukup tinggi yaitu
Rp 9.100,00 per ekor.

Tabel 3. Besarnya Penerimaan Periode April 2002 – Maret 2003


Lokasi Jumlah (Rp)
Cipinang 1.052.044.538
Rumpin 1.854.376.225
Cibeureum 488.844.290
Cisarua 587.962.210
Total Penerimaan 3.983.227.263
Sumber : Nurdiastati, 2003

Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya menyebutkan penerimaan yang


diterima oleh perusahaan peternakan ayam broiler PT. Prima Karsa adalah semua
hasil penjualan output utama berupa ayam broiler hidup dan output sampingan
berupa litter dan kotoran ayam. Selanjutnya disebutkan penerimaan pada setiap
lokasi kandang berbeda, karena jumlah produksi pada setiap kandang tersebut
berbeda. Besarnya penerimaan perusahaan untuk empat lokasi kandang selama
periode April 2002 hingga Maret 2003 dapat dilihat pada Tabel 3.

Penganggaran
Menurut Niswonger (1990), penganggaran adalah (1) pembentukan sasaran-
sasaran (goals) yang khusus untuk kegiatan dimasa depan, dan (2) perbandingan
secara periodik antara hasil yang sesungguhnya dengan sasaran-sasaran tersebut.
sedangkan anggaran (budget) adalah pernyataan resmi yang tertulis dari rencana
manajemen untuk masa depan yang diungkapkan dalam konotasi keuangan.
Menurut Garrison (1997), anggaran adalah rencana rinci yang menguraikan
perihal pengadaan dan penggunaan sumberdaya keuangan dan sumberdaya lain-
lainnya selama suatu jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan suatu rencana
masa depan yang dinyatakan dalam bentuk angka tersusun. Tindakan untuk
menyusun anggaran disebut penganggaran. Penggunaan anggaran untuk mengawasi
atau mengendalikan kegiatan sebuah perusahaan dikenal sebagai pengawasan atau
pengendalian berdasarkan anggaran.
Garrison (1997) mengatakan bahwa anggaran induk adalah rangkuman
seluruh tahap rencana dan tujuan perusahaan untuk masa mendatang. Anggaran
induk menetapkan sasaran tertentu bagi kegiatan penjualan, pemabrikan, distribusi,
dan pembiayaan, dan umumnya mencapai puncak pada ikhtisar laba-rugi yang
direncanakan dan ikhtisar kedudukan kas yang diperkirakan untuk masa mendatang.
Anggaran induk merupakan pernyataan yang menyeluruh mengenai rencana
pimpinan untuk waktu mendatang dan bagaimana rencana itu harus dilaksanakan.
Menurut Hongren et al., (1993), periode anggaran bisa bermacam-macam,ada
anggaran yang mempunyai periode satu minggu, bulan atau tahun. Perusahaan
terkadang menggunakan anggaran kas harian untuk melihat apakah perusahaan
tersebut mempunyai kas yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasi mereka
sehari-hari. Anggaran yang bersifat jangka panjang biasanya mempunyai periode 5
tahun, tetapi periode-periode seperti 2, 3 atau 10 tahun juga sering digunakan. Proses
penyusunan anggaran akan menimbulkan keuntungan sebagai berikut : (1)
Memberikan arah. Sistem anggaran akan memaksa manajer untuk menetapkan tujuan
masa depan yang realistis. (2) Memberikan motivasi pada pegawai. Anggaran akan
memberikan motivasi kepada pegawai perusahaan disemua tingkat untuk mencapai
tujuan perusahaan. (3) Mengkoordinasikan aktivitas. Anggaran akan
mengkoordinasikan semua aktivitas perusahaan. Koordinasi sangat penting, karena
anggaran untuk satu bagian akan mempengaruhi anggaran bagian yang lain. (4)
Membantu dalam melakukan evaluasi pelaksanaan. Suatu sistem anggaran akan
membantu perusahaan dalam melakukan evaluasi apakah tujuan perusahaan yang
ditetapkan telah dicapai atau belum, dengan melakukan perbandingan antara jumlah
biaya atau penerimaan yang dianggarkan dengan yang dicapai.

Peramalan Komponen Anggaran


Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan suatu keadaan dimasa
mendatang melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Esensi peramalan adalah
perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu yang akan datang atas dasar pola-pola
diwaktu yang lalu dan penggunaan kebijakan terhadap proyeksi-proyeksi dengan
pola-pola diwaktu yang lalu. Peramalan memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksi-
proyeksi adalah fungsi mekanikal (Handoko, 1999).
Menurut Assauri (1984), dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun,
maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam : (1) peramalan jangka panjang,
yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka
waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan seperti ini
biasanya diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan suatu negara atau
daerah, corporate planning, rencana investasi atau rencana ekspansi dari suatu
perusahaan. (2) peramalan jangka pendek, peramalan yang dilakukan untuk
penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu yang kurang dari satu setengah
tahun. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan, rencana
kerja operasional dan anggaran, contoh : penyusunan rencana produksi, rencana
penjualan, rencana pengadaan, rencana persediaan, anggaran produksi, anggaran
pemasaran dan anggaran perusahaan.
Assauri (1984) menyebutkan bahwa berdasarkan sifat ramalan yang disusun,
maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : (1) peramalan kualitatif,
yaitu peramalan yang didasarkan pada data kualitatif pada masa lalu. Peramalan
ditentukan berdasarkan intuisi dari penulis, judgement atau pendapat, pengetahuan
serta pengalaman dari penyusunnya. Contoh penelitian bentuk atau morphological.
(2) peramalan kuantitatif, peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa
lalu. Baik tidaknya metode yang digunakan sangat ditentukan oleh perbedaan atau
penyimpangan antara hasil ramalan degan kenyataan yang terjadi. Selanjutnya
menyebutkan peramalan kuantitatif digunakan apabila terdapat kondisi berikut :
(1) adanya informasi tentang keadaan yang lain. (2) informasi tersebut dapat
dikuantitatifkan dalam bentuk data dan (3) dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu
akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.
Assauri (1984) menyebutkan peramalan kuantitatif dibedakan menjadi : (1)
Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara
variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu
(time series). (2) Metode peramalan yang didasarkan atas penggunanan analisa pola
hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang
mempengaruhinya (bukan waktu), yang disebut metode korelasi atau sebab akibat.
Metode-metode peramalan dengan menggunakan analisa pola hubungan
antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu atau analisa deret
waktu diantaranya adalah metode smoothing, yang mencakup metode data yang lalu
(past data), metode rata-rata kumulatif, metode rata-rata bergerak (moving averages)
dan metode smoothing (penghalusan) eksponensial (Assauri,1984).

Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average)


Handoko (1999) menyebutkan bahwa rata-rata bergerak diperoleh melalui
penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu, setiap kali
menghilangkan nilai terlama dan menambah nilai baru. Handoko (1999)
mengemukakan bahwa perhitungan rata-rata dilakukan dengan bergerak ke depan
untuk memperkirakan penjualan periode yang akan datang dan dicatat dalam posisi
terpusat pada data rata-ratanya. Disebutkan juga bahwa rata-rata bergerak secara
efektif meratakan atau menghaluskan fluktuasi pola data yang ada. Rata-rata
bergerak dapat diterapkan pada jenis data apapun juga, apakah data sesuai dengan
suatu kurva matematik atau tidak.
Tujuan utama dari pengunaan rata-rata bergerak adalah untuk menghilangkan
atau mengurangi acakan (randomness) dalam deret waktu. Tujuan ini dapat dicapai
dengan merata-ratakan beberapa nilai data bersama-sama, dengan cara mana
kesalahan-kesalahan positif dan negatif yang mungkin terjadi dapat dikeluarkan atau
dihilangkan. Rata-rata dilakukan terhadap seluruh angka konstanta dari observasi
(Assauri, 1984).

Metode Rata-rata Bergerak Linear


Makridakis et al., (1995) menyebutkan metode rata-rata bergerak linear
digunakan untuk mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak
dipakai pada data yang berkecenderungan. Dasar metode ini adalah menghitung rata-
rata bergerak yang kedua. Disebutkan juga bahwa prosedur peramalan rata-rata
bergerak linear meliputi tiga aspek : (1) Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada
waktu t (ditulis S’t), (2) Penyesuaian, yang merupakan perbedaan antara rata-rata
bergerak tunggal dan ganda pada waktu t ( ditulis S’t - S”t) dan (3) Penyesuaian
untuk kecenderungan dari periode t ke periode t + 1.

Metode Penghalusan Eksponensial Tunggal


Metode ini mempunyai kebaikan secara nyata dengan mengurangi masalah
penyimpanan (storage) data, karena tidak dibutuhkan penyimpanan lebih lama untuk
data historis. Dalam metode ini hanyalah data observasi yang paling mutakhir dan
nilai ramalan yang terakhir yang harus disimpan (Assauri, 1994). Metode ini cocok
untuk data yang bersifat stasioner (Makridakis et al., 1995). Penghalusan
eksponensial adalah suatu tipe teknik peramalan rata-rata bergerak yang melakukan
penimbangan terhadap data masa lalu dengan cara eksponensial sehingga data paling
akhir mempunyai bobot yang lebih besar dalam rata-rata bergerak (Handoko, 1999).

Metode Penghalusan Eksponensial Linear Brown


Makridakis et al., (1995) menyebutkan metode penghalusan eksponensial
linear dari Brown digunakan jika datanya menunjukan suatu trend linear. Tetapi jika
datanya musiman metode ini tidak dapat mengatasi masalah tersebut dengan baik.
Disebutkan juga bahwa dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial linear dari
Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier.

Pemilihan Metode Peramalan


Enam faktor utama yang dapat diidentifikasikan sebagai teknik peramalan
menurut Assauri (1984), yaitu :

Horison Waktu (Time Horizon)


Ada dua aspek dari horison waktu yang berhubungan dengan masing-masing
metode peramalan. Pertama adalah cakupan waktu dimasa yang akan datang, dimana
perbedaan dari metode peramalan yang digunakannya sebaiknya disesuaikan. Aspek
kedua adalah jumlah periode untuk ramalan yang diinginkan. Beberapa teknik dan
metode hanya sesuai untuk peramalan satu atau dua periode di muka, sedangkan
teknik dan metode lain dapat dipergunakan untuk peramalan periode dimasa depan.

Pola dari Data


Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa jenis pola dalam
data yang diramalkan akan berkelanjutan. Sebagai contoh, beberapa deret yang
melukiskan suatu pola musiman, demikian halnya juga dengan pola trend. Metode
peramalan yang lain mungkin lebih sederhana, terdiri dari suatu nilai rata-rata,
dengan fluktuasi yang acakan atau random yang terkandung. Oleh karena adanya
perbedaan kemampuan metode peramalan untuk mengidentifikasikan pola-pola data,
maka perlu adanya usaha penyesuaian antara pola data yang telah diperkirakan
terlebih dahulu dengan teknik dan metode peramalan yang akan digunakan.

Jenis dari Model


Anggapan beberapa pola dasar yang penting dalam data sebagai tambahan
perlu diperhatikan. Banyak metode peramalan telah menganggap adanya beberapa
model dari keadaan yang diramalkan. Model-model ini merupakan suatu deret
dimana waktu digambarkan sebagai unsur yang penting untuk menentukan
perubahan-perubahan dalam pola, yang mungkin secara sistimatik dapat dijelaskan
dengan analisa regresi atau korelasi. Model yang lain adalah model sebab akibat atau
”causal model”, yang menggambarkan bahwa ramalan yang dilakukan sangat
tergantung pada terjadinya sejumlah peristiwa yang lain, atau sifatnya merupakan
campuran dari model-model yang telah disebutkan di atas. Model-model tersebut
sangat penting diperhatikan, karena masing-masing model tersebut mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam analisa keadaan untuk pengambilan keputusan.

Biaya
Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu
prosedur ramalan, yaitu biaya-biaya pengembangan, penyimpanan data, operasi
pelaksanaan dan kesempatan dalam penggunaan teknik-teknik dan metode lainnya.
adanya perbedaan yang nyata dalam jumlah biaya, mempunyai pengaruh atas
menarik tidaknya penggunaan metode tertentu untuk suatu keadaan yang dihadapi.

Ketepatan (Accuracy)
Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan tingkat
perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Ketepatan model dapat dilihat
juga dari nilai Mean Absolute Error (MAE) dan Mean Square Error (MSE) yang
terkecil. Berikut rumus matematis dari MAE dan MSE.
1. Mean Absolute Error (MAE)
n

∑e i

MAE = i =1

n
2. Mean Square Error (MSE)
n
MSE = ∑ e2i / n
i =1

Mudah Tidaknya Penggunaan atau Aplikasinya


Satu prinsip umum dalam penggunaan metode ilmiah dari peramalan untuk
manajemen dan analisa adalah metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah
diaplikasikan, karena metode tersebut akan dipergunakan dalam pengambilan
keputusan dan analisa. Metode peramalan yang dapat disesuaikan dengan
kemampuan dari manager atau analis yang akan menggunakan metode ramalan
tersebut.

Perencanaan Laba Jangka Pendek


Niswonger et al., (1990) menyebutkan bahwa perencanaan adalah proses
memilih tujuan perusahaan yang secara nyata dapat dicapai dan merumuskan
kebijakan umum dan pengarahan tertentu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut. beberapa alasan tentang pentingnya perencanaan, yaitu : (1)
menyatukan tindakan, (2) mengurangi resiko, (3) menekankan tercapainya tujuan, (4)
menyederhanakan koordinasi, (5) mempermudah pengendalian, (6) menciptakan
kesempatan baru dan (7) menggairahkan organisasi (Wijayanto, 1985).
Kam dalam Triyuwono dan As’udi (2001) menyebutkan bahwa laba
mempunyai 3 unsur penting yaitu nilai (value), modal (capital) dan skala (scale).
Nilai (value) berkaitan dengan konsep ekonomis, dimana preferensi seseorang
terhadap suatu komoditas berlainan dengan orang lain karena adanya harapan akan
adanya keuntungan pada masa yang akan datang. Modal (capital) merupakan aktiva
bersih yang merupakan selisih antara seluruh aktiva dengan seluruh kewajiban.
Modal itu sendiri mempunyai dua arti, yaitu modal uang dan modal fisik. Skala
(scale) diperlukan dalam proses pengukuran agar dapat memberikan arti atas objek
yang diukur.
Harahap (1993) menyebutkan laba akuntansi adalah perbedaan antara
penerimaan yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu
dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Nurdiastati
(2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa laba bersih yang diproyeksikan PT.
Prima Karsa pada periode produksi April 2003 – Maret 2004 yaitu sebesar
Rp 178.982.486,00.
Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan,
penentuan kebijakan pembayaran deviden, pedoman investasi, pengambilan
keputusan dan unsur prediksi kinerja perusahaan. Laba dipandang sebagai suatu alat
prediksi yang dapat membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa
ekonomik yang akan datang, terbukti bahwa nilai laba masa lalu yang didasarkan
atas nilai historis dan nilai berjalan, berguna untuk meramalkan nilai mendatang dari
kedua versi laba (Triyuwono dan As’udi, 2001).
Hansen (1997) menyebutkan bahwa laba operasi (operating income) adalah
istilah untuk menunjukan laba sebelum pajak penghasilan. Laba operasi hanya
mencakup pendapatan dan beban dari operasi normal perusahaan, sedangkan istilah
laba bersih (net income) untuk menyatakan laba operasi dikurangi pajak penghasilan.
Selanjutnya disebutkan pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit
dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit
dikali jumlah unit yang terjual.

Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya pada PT. Prima Karsa menyebutkan


laporan rugi laba perusahaan yang diproyeksikan dapat dilihat pada Tabel 4.
Proyeksi rugi laba keempat lokasi kandang pada PT. Prima Karsa disusun untuk
tahun anggaran 2003/2004, yaitu mulai bulan April 2003 hingga Maret 2004. Periode
tersebut merupakan periode jangka pendek pada PT. Prima Karsa. Proyeksi rugi laba
pada PT. Prima Karsa mengasumsikan bahwa penerimaan perusahaan peternakan
ayam broiler PT. Prima Karsa merupakan hasil dari penjualan ayam broiler hidup.
Pada periode tahun 2003-2004 perusahaan mentargetkan kematian ayam sebesar 3
persen dengan bobot badan panen rata-rata sebesar 1,67 kilogram.

Tabel 4. Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan pada PT. Prima Karsa di
Empat Lokasi Kandang Periode April2003-Maret 2004
Uaraian Nilai (Rp) Nilai (Rp)
Penerimaan 7.020.948.857,00
Biaya Variabel 6.735.908.475,00
Sewa kandang 84.441.000,00
DOC 1.419.959.856,00
Pakan 5.015.338.659,00
Bonus Tenaga Kerja 6.755.280,00
Sekam 16.888.200,00
Minyak Tanah 33.776.400,00
Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin 135.105.600,00
Listrik dan Telepon 6.755.280,00
Operasional dan lain-lain 16.888.200,00
Marjin Kotor 285.040.382,00
Biaya Tetap 106.057.896,00
Penyusutan Peralatan Kandang 4.728.696,00
Tenaga kerja 101.329.200,00
Laba Bersih 178.982.486,00
Sumber : Nurdiastati, 2003
Jangka pendek adalah jangka waktu dimana jumlah input tertentu yang tidak
berubah dinamakan faktor tetap dan tidak dapat ditambah. Faktor tetap biasanya
merupakan elemen dari modal (seperti mesin pabrik dan peralatannya), tetapi
mungkin juga berupa tanah, jasa manajemen atau bahkan pasokan tenaga kerja
terampil. Input yang dapat berubah dalam jangka pendek dinamakan faktor variabel.
Jangka pendek tidak berkaitan dengan jumlah bulan atau tahun tertentu. Pada
beberapa industri, jangka ini dapat mencakup beberapa tahun, pada industri lain
mungkin hanya beberapa bulan atau minggu saja (Lipsey et al.,1995).

Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek


Analisis perencanaan laba jangka pendek terdiri dari analisis titik impas
(Break Even Point), analisis marjin pengaman (Margin of Safety), analisis titik
penutupan usaha (Shut Down Point), analisis tingkat pengungkit laba (Degree of
Operating Leverage) dan analisis marjin kontribusi (Contribution Margin)
Hubungan antara biaya, volume dan laba dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu :
(1) harga jual per satuan, (2) volume penjualan, (3) komposisi produk yang dijual,
(4) biaya variabel per satuan dan (5) total biaya tetap. Dalam penyusunan anggaran,
berbagai kemungkinan pilihan tersebut selalu dihadapi oleh manajemen, dengan
analisis biaya-volume-laba, manajemen akan mudah mengetahui dampak perubahan
harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba bersih perusahaan
(Mulyadi,2001).

Margin Kontribusi (Contribution Margin)


Handoko (1999) menyebutkan kontribusi laba yaitu jumlah kelebihan atau
selisih harga jual per unit di atas biaya variabel per unit (atau penghasilan total
melebihi biaya variabel total). Marjin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari
penghasilan penjualan setelah biaya variabel dikurangkan, yang dapat digunakan
untuk membantu menutup biaya tetap dan kemudian mendapatkan laba untuk
periode yang bersangkutan (Garrison, 1997). Hansen (1997) menyebutkan marjin
kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada titik
impas, marjin kontribusi sama dengan beban tetap.
Yulius (2004) dalam penelitiannya pada CV. Morinda House mengemukakan
bahwa nilai marjin kontribusi pada CV. Morinda adalah sebesar 46,4 % dari nilai
penjualan per unit. Hal ini berarti bahwa bagi setiap rupiah kenaikan penjualan,
marjin kontribusi total akan naik sebesar 46,4 satu satuan setiap kenaikan penjualan
satu rupiah. Margin kontribusi pertama-tama digunakan untuk menutup biaya tetap
organisasi, dan bahwa potensi kerugian yang ditunjukan oleh biaya tetap ini akan
terus berkurang oleh marjin kontribusi bagi setiap satuan tambahan yang terjual
sampai ke titik impas. Setelah tercapai titik impas, maka laba bersih keseluruhan
naik sebesar marjin kontribusi per satuan bagi setiap satuan tambahan yang terjual
setelah titik impas itu.

Analisis Titik Impas (Break Even Point)


Menurut Hansen (1997), titik impas adalah titik dimana total pendapatan
sama dengan total biaya, yaitu titik dimana laba sama dengan nol. Analisis titik
impas digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk (dalam rupiah atau unit
keluaran) yang harus dihasilkan, agar perusahaan minimal tidak menderita rugi.
Analisis titik impas menunjukan berapa besar laba perusahaan yang akan diperoleh
atau rugi yang akan diderita pada berbagai tingkat volume yang berbeda-beda di atas
dan dibawah titik impas.
Riyanto (1997) menyebutkan dalam mengadakan analisis titik impas,
digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut : (1) Biaya didalam perusahaan
dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap, (2) Besarnya biaya
variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi
atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap sama, (3)
besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah
karena adanya perubahan volume kegiatan, (4) harga jual per unit tidak berubah
selama periode yang dianalisa dan (5) perusahaan hanya memproduksi satu macam
produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan
penjualan antara masing-masing produk atau ”sales mix’ adalah tetap konstan.
Yulius (2004) meneliti perencanaan laba jangka pendek pada CV. Morinda
House, penelitiannya menghasilkan bahwa titik impas CV. Morinda dinyatakan
berdasarkan unit masing-masing kelompok produk karena sifat produk yang berbeda
dan sulit menyatakan kedalam satuan yang sama. Nilai titik impas yang diperoleh
yaitu Rp 50.733.468,80 volume produk yang harus dijual sebanyak 711,20 liter dan
42.263,20 butir kapsul.
Hartono (2002) dalam penelitiannya tentang perencanaan laba jangka pendek
pada perusahaan ”X” menghasilkan bahwa nilai titik impas perusahaan sebesar
Rp 2.192.114.223,00 dengan harga rata-rata sebesar Rp 4.520,00. Komposisi
produksi penjualan glass sebesar Rp 1.777.804,64 dan penjualan produk can sebesar
Rp 414.309.588,00 jika komposisi ini dinyatakan dalam volume, maka impas dapat
dicapai dalam penjualan can sebanyak 26.681 unit dan penjualan glass sebanyak
458.872 unit.
Nurdiastati (2003) dalam penelitiannya pada PT. Prima Karsa menghasilkan
bahwa pada keempat lokasi kandang, perusahaan mencapai titik impas sebesar Rp
2.651.447.400,00 atau pada saat penjualan sebanyak 407.914,99 kilogram. Hal ini
berarti jika perusahaan berproduksi di atas titik impas, maka perusahaan akan
memperoleh keuntungan.

Analisis Marjin Pengaman (Margin of Safety)


Hansen (1997) marjin pengaman adalah unit yang dijual atau diharapkan
terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan diterima yang melebihi
volume impas. Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar resiko.
Apabila marjin pengaman perusahaan lebih besar daripada penjualan yang
diharapkan di tahun depan, maka resiko menderita kerugian penjualan akan lebih
kecil dari apabila marjin pengaman lebih kecil. Selanjutnya Mulyadi (1993),
menyebutkan margin of safety adalah jumlah maksimum penurunan volume
penjualan yang direncanakan, yang tidak menyebabkan kerugian. Selisih antara
volume penjualan yang direncanakan dengan volume penjualan impas adalah angka
margin of safety.
Hartono (2002) dalam hasil penelitiannya di perusahaan “X” menyatakan
bahwa dari hasil perhitungan analisis perencanaan jangka pendek diperoleh nilai
margin of safety Rp 4.522.68,50 atau sebesar 67,5 % dari total penerimaannya. Nilai
margin of safety yang besar ini disebabkan oleh titik impas perusahaan berada jauh
dibawah target penerimaanya. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai tersebut
menunjukan bahwa apabila terjadi penurunan penjualan hingga sebesar 67,5 persen
perusahaan belum mengalami kerugian.

Tabel 5. Komponen Perhitungan Margin of Safety Empat Lokasi Kandang


pada PT. Prima Karsa Periode April 2003-Maret 2004
Uraian Nilai
Penjualan (Rp) 7.020.948.857,00
Titik Impas (Rp) 2.651.447.400,00
Margin of Safety (%) 62,00
Sumber : Nurdiastati, 2003

Nurdiastati (2003) meneliti perencanaan laba jangka pendek pada PT. Prima
Karsa, penelitiannya menghasilkan bahwa nilai margin pengaman pada empat lokasi
kandang perusahaan sebesar 62 persen dari total penerimaan, yaitu sebesar Rp
4.352.988.291,00. Hal ini berarti penurunan hingga 62 persen perusahaan belum
mengalami kerugian. Selanjutnya disebutkan komponen perhitungan margin of safety
PT. Prima Karsa pada empat lokasi kandang dapat dilihat pada Tabel 5.

Analisis Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)


Mulyadi (1993) mengungkapkan bahwa suatu usaha dinyatakan tidak layak
dan harus dihentikan apabila penerimaan hanya mampu menutup biaya tunai total
saja. Selanjutnya disebutkan biaya tunai adalah biaya yang memerlukan pembayaran
segera dengan uang kas.
Hartono (2002) dalam penelitiannya tentang perencanaan laba jangka pendek
di perusahaan “X”, menyatakan bahwa dari hasil perhitungan diperoleh nilai titik
penutupan usaha Perusahaan ”X” sebesar Rp 541.592.706,00. Selanjutnya
disebutkan perusahaan tidak layak secara ekonomis untuk melanjutkan usahanya
apabila tingkat penjualan produknya sama atau kurang dari nilai tersebut.
Nurdiastati (2003) meneliti perencanaan laba jangka pendek pada PT. Prima
Karsa, penelitiannya menghasilkan bahwa nilai titik penutupan usaha pada empat
lokasi kandang perusahaan sebesar Rp 2.533.230.000,00 yang berarti jika
penerimaan berada dibawah nilai tersebut, maka perusahaan secara ekonomis tidak
layak untuk melanjutkan usahanya.

Analisis Tingkat Pengungkit Laba (Degree of Operating Leverage)


Mulyadi (1993) mengatakan Degree of Operating Leverage (DOL) adalah
parameter yang memberikan ukuran dampak perubahan penerimaan terhadap laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Hansen (1997) menyebutkan untuk tingkat
penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi
terhadap laba.
Hansen (1997) mengatakan apabila biaya tetap digunakan untuk mengurangi
biaya variabel sedemikian rupa sehingga marjin kontribusi meningkat dan laba
menurun, maka degree of operating leverage akan naik yang mengisyaratkan adanya
peningkatan resiko. Selanjutnya disebutkan leverage operasi berkaitan dengan
bauran relatif dari biaya tetap dan biaya variabel suatu organisasi. Pada saat biaya
variabel menurun, marjin kontribusi per unit meningkat, yang membuat kontribusi
setiap unit yang dijual menjadi jauh lebih besar. Leverage Operasi (operating
leverage) merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan
persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan lebih rendah.
Hartono (2002) dalam penelitiannya pada perusahaan “X” menyatakan bahwa
nilai degree of operating leverage perusahaan berdasarkan proyeksi laba rugi adalah
1,48 kali. Nilai tersebut menunjukan bahwa apabila perusahaan mengalami
peningkatan penjualan sebesar 1%, maka diperkirakan nilai laba bersih akan
meningkat sebesar nilai perubahan penjualan dikalikan dengan nilai degree of
operating leverage.
Nurdiastati (2003) meneliti perencanaan laba jangka pendek pada PT. Prima
Karsa, penelitiannya menghasilkan bahwa nilai pengungkit laba pada empat lokasi
kandang perusahaan sebesar 1,6 kali. Hal ini berarti setiap kenaikan penerimaan
penjualan sebesar 1 persen akan mengakibatkan kenaikan laba bersih sebesar 1,6
kali.
METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat deskriptif analitis dengan
unit analisis usaha ternak ayam ras pedaging di Peternakan ”X”, Desa Citalahab
Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini akan mengkaji tentang keadaan umum
Peternakan ”X”, struktur biaya dan penerimaan perusahaan serta gambaran mengenai
laporan laba rugi yang diproyeksikan yang diukur melalui parameter-parameter
perencanaan laba jangka pendek.

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang dibutuhkan antara lain mengenai keadaan umum
perusahaan, keadaan farm, manajemen budidaya serta data lainnya yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Data sekunder yang digunakan terdiri dari data
perusahaan. Data perusahaan yang digunakan antara lain jumlah produksi, biaya dan
penerimaan. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan pemilik
usaha ternak ayam ras pedaging.

Lokasi dan Waktu

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan April 2006 di
lokasi peternakan ayam ras pedaging, yang berada di Desa Citalahab Kabupaten
Pandeglang.

Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh diolah secara manual dan dengan komputer
berdasarkan metode yang digunakan. Secara terinci pengolahan data dilakukan
sebagai berikut :
1. Menganalisis struktur biaya dan penerimaan yang terjadi di Peternakan ”X”
2. Menghitung komponen anggaran yang akan diramal. Pemilihan model dilakukan
dengan coba-coba. Model yang dipilih untuk melakukan perhitungan tersebut
adalah model yang memiliki nilai Mean Absolute Error (MAE) dan Mean Square
Error (MSE) yang terkecil. Model yang digunakan berdasarkan rumus
Makridakis et al. (1995) dan Assauri (1984) adalah sebagai berikut :

I. Model Rata-rata Bergerak (Moving Averages)


1 i
Ft + 1 =
N
∑ Xi
i = t − N +1

dimana, Ft + 1 = ramalan untuk waktu t+1


Xi = nilai aktual waktu t
1 = penyebut
N = jumlah nilai yang dimasukkan dalam rata-rata

II. Model Rata-rata Bergerak Linear (Linear Moving Averages)


Xt + Xt − 1 + Xt − 2 + ... + Xt − N + 1
S't =
N
S ' t + S ' t − 1 + S ' t − 2 + ... + S ' t − N + 1
S" t =
N
a t = S ' t + (S ' t − S " t ) = 2 S ' t − S " t
2
bt = (S ' t − S " t )
N −1
Ft + m = at + btm
dimana, Xt = nilai aktual pada periode t
Xt-N+1 = nilai aktual pada periode t sampai N+1
S’t = nilai rata-rata bergerak tunggal pada periode t
S”t = nilai rata-rata bergerak ganda pada periode t
Ft+m = ramalan untuk periode t+m
at = perbedaan antara rata-rata bergerak pertama
dan kedua
bt = nilai penyesuaian trend
m = jumlah periode kemuka yang diramalkan

III. Model Penghalusan Eksponensial Tunggal (Single Eksponential Smoothing)


Ft + 1 = αXt + (1 − α )Ft
dimana, Ft + 1 = ramalan untuk waktu t+1
Ft = ramalan untuk waktu t
Xt = nilai aktual pada periode t
α = konstanta penghalusan untuk F (0<α<1)

IV. Model Penghalusan Eksponensial Linear dari Brown


St = αXt + (1 − α ) St − 1
S ' t = αSt + (1 − α ) S ' t − 1
at = 2St − S ' t
α
bt = (St − S ' t )
1−α
Ft + m = at + btm
dimana, Xt = nilai aktual pada periode t
Xt-N+1 = nilai aktual pada periode t-N+1
St = nilai pemulusan tunggal pada periode t
S’t = nilai pemulusan ganda pada periode t
Ft+m = ramalan untuk periode t+m
at = perbedaan antara rata-rata bergerak pertama
dan kedua
bt = nilai penyesuaian trend
m = jumlah periode kemuka yang diramalkan
Model tersebut digunakan untuk :
a. Meramalkan harga jual ayam broiler hidup dengan metode rata-rata bergerak
linear.
b. Meramalkan produksi ayam broiler berdasarkan metode rata-rata bergerak
linear.
c. Meramalkan harga beli DOC dengan metode pemulusan eksponensial tunggal
dilanjutkan dengan metode pemulusan (smoothing) eksponensial linear dari
Brown dan
d. Meramalkan harga pakan dengan metode rata-rata bergerak linear.
3. Membuat laporan rugi laba yang diproyeksikan berdasarkan hasil perhitungan
ramalan.
4. Menganalisis perencanaan laba jangka pendek dari laporan rugi laba yang
diproyeksikan berdasarkan parameter berikut :

a. Analisis Marjin Kontribusi

Marjin Kontribusi = Penjualan − Biaya Variabel

b. Analisis Titik Impas (Break Even Point = BEP)

Biaya Tetap
BEP (dalam rupiah) =
Biaya Variabel Per Unit
1−
H arga Jual Per Unit

Biaya Tetap
BEP (dalam kg) =
H arga Jual Per Unit − Biaya Variabel Per Unit

b. Analisis Batas Keamanan (Margin Of Safety = MOS)

Penjualan − Titik impas


MOS =
Penjualan

c. Analisis Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point = SDP)

Biaya Tetap Tunai


SDP =
Penjualan − Biaya Variabel

d. Analisis Pengungkit Laba (Degree of Operating Leverage = DOL)

Penjualan − Biaya Variabel


DOL =
Laba Bersih

5. Menganalisis sensitifitas terhadap perubahan volume produksi, perubahan harga


jual, perubahan harga pakan dan perubahan harga DOC. Analisis sensitifitas
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi, yang menyebabkan laba perusahaan menjadi nol dengan menggunakan
data proyeksi rugi laba.
6. Menganalisis prospek usaha peternakan ”X” dengan analisis deskriptif. Analisis
ini digunakan untuk memperoleh penjelasan mengenai gambaran umum secara
mendalam mengenai peternakan ”X”.
Definisi Istilah

1. Biaya Total (TC) adalah jumlah total biaya baik yang bersifat tetap maupun
variabel yang digunakan dalam produksi. Diukur dalam satuan rupiah.
2. Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah sebanding dengan
perubahan volume produksi.
3. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang jumlahnya selalu tetap dalam kisaran
volume kegiatan tertentu selama periode produksi yang dianggarkan.
4. Biaya Tunai adalah segala macam biaya dalam produksi baik secara langsung
maupun tidak langsung selama periode produksi yang dianggarkan yang sifatnya
memerlukan pembayaran segera dengan uang tunai.
5. Biaya Variabel adalah DOC, pakan, penyusutan kandang, sekam, telepon, listrik,
air, biaya pemeliharaan, obat-obatan dan lain-lain. Dinyatakan dalam satuan
rupiah.
6. Biaya Tetap adalah kandang, gudang, instalasi listrik dan air, alat transportasi,
tenaga kerja dan peralatan kandang. Dinyatakan dalam satuan rupiah.
7. Biaya Tetap Tunai adalah biaya produksi yang sifatnya memerlukan pembayaran
segera dengan uang tunai.
8. Penjualan adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari usaha. Dinyatakan
dalam satuan rupiah.
9. Marjin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari penghasilan penjualan usaha
setelah biaya variabel dikurangkan.
10. Titik Impas adalah posisi keadaan keuangan perusahaan dimana perusahaan tidak
mengalami rugi atau laba.
11. Margin of Safety (MOS) adalah jumlah maksimum penurunan target penjualan
yang boleh terjadi, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
12. Shut Down Point (SDP) adalah posisi keadaan keuangan perusahaan yang
memberikan informasi dimana perusahaan tidak layak lagi untuk melanjutkan
usahanya secara ekonomis, karena penerimaan total tidak dapat menutup biaya
tunainya dan dihitung selama periode produksi yang dianggarkan.
13. Degree of Operating Leverage (DOL) adalah nilai persentase perubahan laba
bersih sebagai dampak terjadinya sekian persen perubahan penerimaan yang
diproyeksikan selama periode produksi yang dianggarkan.s
14. Penerimaan adalah nilai total hasil penjualan produk yang merupakan hasil
perkalian antara harga jual perunit produk dengan jumlah unit output yang
berhasil dijual selama periode produksi yang dianggarkan.
15. Laba bersih adalah laba akuntansi yang telah dikurangi biaya pajak dan bunga
pajak.
16. Laba tunai adalah total penerimaan yang diproyeksikan dikurangi total biaya
tunai perusahaan yang diproyeksikan selama periode produksi yang dianggarkan.
17. Volume penjualan adalah jumlah volume penjualan yang diproyeksikan
perusahaan dalam periode produksi yang dianggarkan dan dinyatakan dalam unit
output produksi.
18. Harga jual rata-rata adalah total penerimaan dibagi dengan volume penjualan
ayam siap potong pada periode yang bersangkutan.
19. Variable Costing adalah pemisahan biaya-biaya berdasarkan biaya variabel dan
biaya tetap.
GAMBARAN UMUM PETERNAKAN ”X”

Peternakan ini merupakan usaha keluarga yang dirintis oleh Bapak


Suharyono. Sejak berdiri Peternakan ”X” mempunyai kerjasama kemitraan dengan
PT Charoen Phokpand. Sampai saat ini usaha peternakan ayam broiler keluarga
Bapak Suharyono merupakan peternakan yang memiliki kapasitas produksi yang
terhitung cukup banyak di Kabupaten Pandeglang. Kapasitas produksi setiap
periodenya yaitu ± 32.000,00 ekor. Usaha peternakan ayam broiler mulai didirikan
pada tahun 2001 yang terdiri dari lima kandang dengan kapasitas 5.000 ekor setiap
kandang. Kemudian pada tahun yang sama Bapak Suharyono mengembangkan
usahanya dengan menambah satu kandang yang berkapasitas 7.000 ekor. Modal yang
digunakan untuk usaha peternakan ini merupakan modal patungan bersama keluarga
dan rekan-rekannya. Modal investasi usaha peternakan ayam broiler yang digunakan
± Rp 314.060.000,00. Biasanya dalam satu tahun peternakan ini berproduksi
sebanyak enam periode. Modal investasi yang digunakan oleh Peternakan ”X” dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Investasi Awal Peternakan ”X”


Jenis Investasi Biaya Umur Ekonomis Penyusutan Per Periode
(Rp) (tahun) (Rp)
Lahan (1 ha) 60.000.000,00 – –
Kandang (6 buah) 213.000.000,00 15 2.366.700,00
Instalasi air 6.200.000,00 10 103.300,00
Instalasi listrik 1.700.000,00 10 28.300,00
Peralatan makan 9.000.000,00 3 50.000,00
dan minum
Pemanas 12.800.000,00 2 1.066.700,00
Sprayer 2.400.000,00 10 40.000,00
Tirai 8.960.000,00 3 497.700,00
Total Investasi 314.060.000,00
Sumber : Peternakan ”X”

Kondisi Peternakan/Lokasi

Lokasi Peternakan terletak di Kampung Sumur Lebu Desa Citalahab


Pandeglang, dengan batas-batas : Sebelah Barat Desa Cibeureum, Sebelah Timur
Desa Cibodas, Sebelah Utara Desa Kadu Maneh, Sebelah Selatan Desa Medong.
Luas lahan yang digunakan untuk peternakan yaitu ± 1 ha. Lahan tersebut merupakan
lahan pribadi milik keluarga Bapak Suharyono. Areal peternakan berada di daerah
perkebunan milik rakyat. Perkebunan tersebut merupakan perkebunan heterogen,
keadaan vegetasinya terdiri dari pohon kelapa, pisang, durian dan sebagainya. Jarak
antara kandang dengan rumah penduduk sekitar ± 200 m.

Kondisi Kandang
Kandang berbentuk panggung dengan atap berbentuk monitor. Tinggi kaki
kandang ± 1,5 m - ± 2,5 m. Tinggi kaki kandang tidak seragam berguna untuk
menyeimbangkan kondisi tanah yang tidak rata. Kandang terbuat dari bambu dan
beratap rumbia. Letak kandang tidak beraturan yang terdiri dari enam buah kandang,
lima buah kandang berkapasitas 5.000 ekor dan satu buah kandang berkapasitas
7.000 ekor. Setiap kandang memiliki sekat untuk setiap seribu ekor ayam.
Tempat penyimpanan pakan berada di setiap kandang yang berbentuk gudang
kecil berdekatan dengan pintu masuk kandang. Hal ini berguna untuk memudahkan
anak kandang dalam mengangkut pakan ke dalam kandang pada setiap pemberian
pakan. Kandang berada pada lahan terbuka tanpa pagar sehingga memudahkan lalu
lintas orang yang melewati kandang menuju kebunnya.

Struktur Organisasi
Peternakan ini milik keluarga Bapak Suharyono yang kemudian
pengelolaannya diserahkan kepada Bapak Suratman. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada pengelola teknis. Pengelola teknis
berfungsi sebagai manajer kandang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan
operasional usaha peternakan ayam broiler. Selain pengelola teknis terdapat
koordinator. Koordinator bertugas sebagai keamanan kandang yang merupakan
seseorang yang dianggap pemimpin di kampung tersebut.
Pengelola teknis membawahi enam orang anak kandang. Anak kandang
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap rutinitas kegiatan yang dilakukan
dikandang, seperti memberikan pakan, minum, menyalakan pemanas, membersihkan
air, dan keseluruhan teknis pemeliharaan ayam. Keberhasilan pemeliharaan yang
dilakukan oleh anak kandang digambarkan oleh FCR dan tingkat mortalitas yang
rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan.

Produksi
Usaha peternakan milik Bapak Suharyono memproduksi ayam broiler hidup.
Kegiatan produksi berlangsung mulai dari penerimaan DOC (Day Old Chik) dan
pembesaran DOC hingga siap dipasarkan dalam bentuk ayam hidup. Skala produksi
± 32.000 ekor pada setiap periode produksi. Tabel 7 menunjukan produksi ayam
selama empat periode terakhir. Banyaknya ayam yang dipanen tergantung pada
tingkat mortalitas selama pemeliharaan.

Tabel 7. Produksi Ayam Peternakan ”X” Selama Empat Periode Terakhir.


Periode Produksi Jumlah ayam (ekor)
September 2005- Oktober 2005 30.644,00
November 2005-Desember 2005 30.262,00
Januari 2006-Februari 2006 30.400,00
Maret 2006-April 2006 29.115,00
Sumber : Peternakan ”X” (data diolah)

Mortalitas merupakan tolok ukur atau indikator kematian yang diukur dengan
persentase. Mortalitas disebabkan oleh ketahanan tubuh DOC terhadap pengaruh
lingkungan. Misalnya pengaruh petir, pengaruh pelepah pohon kelapa yang jatuh dan
berbagai kejadian yang bersifat mengejutkan ayam sehingga ayam menjadi stres.
Mortalitas juga merupakan indikator kualitas DOC, yang ditunjukan oleh performa
pertumbuhan dan persentase mortalitas. Tetapi dalam peternakan skala kecil dan
menengah mortalitas juga dapat disebabkan oleh kesalahan teknis misalnya
pemberian dosis obat-obatan yang tidak tepat. Hal ini merupakan bentuk
kecerobohan yang dilakukan oleh anak kandang.

Input produksi yang digunakan oleh Peternakan ”X” terdiri dari input
produksi tetap dan input produksi variabel. Input produksi tetap terdiri dari tenaga
kerja tetap dan peralatan. Peralatan kandang terdiri dari : tempat pakan, tempat
minum, sprayer, pemanas, pembatas, timbangan dan tirai kandang. Input produksi
variabel terdiri dari : DOC, pakan, obat-obatan, vitamin, sekam dan minyak tanah.
Dalam budidaya ayam broiler input pakan merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan karena merupakan hal penentu keberhasilan pemeliharaan.
Dalam memenuhi kebutuhan pakan ayam broiler, Peternakan ”X”
menggunakan pakan S10, pakan S11 dan pakan S12 yaitu pakan komplit butiran
ayam pedaging produksi PT Charoen Phokpand. Pakan S10 diberikan pada ayam
yang berumur 0-10 hari, pakan S11 diberikan pada ayam yang berumur 11-22 hari
dan pakan S12 diberikan pada ayam yang berumur 23 hari hingga panen. DOC
(Day Old Chik) yang digunakan Peternakan ”X” disuplai oleh PT Charoen Pokhpand
(CP). PT Charoen Pokhpand biasanya mengambil pasokan DOC dari Tangerang dan
Subang.

Pemasaran
Pemasaran produk ayam broiler dilakukan di kandang. Pemborong (inti)
langsung memanen ayam ke kandang dengan terlebih dahulu diberitahu oleh
peternak. Biasanya ketika panen penimbangan dilakukan hingga malam hari. Tenaga
kerja pada saat panen biasanya dilakukan dengan bantuan tenaga kerja dari luar.
Peternak harus memberikan uang lembur kepada anak kandang yang ikut dalam
penimbangan saat panen. Tenaga kerja dari luar biasanya selain diberi upah juga
diberi satu ekor ayam. Pembeli pengecer datang langsung kepada peternak tanpa
melalui pemesanan terlebih dahulu. Pembeli pengecer biasanya hanya membeli 10 -
100 ekor. Pemotongan ayam untuk pengecer dilakukan di sekitar kandang yang
dilakukan oleh anak kandang.

Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler


Sistem pemeliharaan yang dilakukan di peternakan ”X” dimulai dari
pembersihan kandang, pembersihan peralatan kandang, pemasangan amparan yang
terdiri dari tarepal, pemasangan tirai, dan penebaran sekam. Pembersihan kandang
dimulai dengan pembersihan sisa-sisa kotoran ayam, kandang disikat hingga bersih
dilanjutkan dengan pengapuran kemudian disemprot formalin dan biocid. Setelah
kering dialasi amparan dan sekam siap ditabur dengan ketebalan 3 – 5 cm. Sekam
yang telah ditabur disucihamakan lagi dengan disemprot formalin. Kemudian
brooding dipasang dengan diameter 4m x 4m per 1000 ekor ayam, berikut
pemasangan letak lampu penerang dan pemasangan tirai kandang. Persiapan kandang
dilakukan minimal 2 hari sebelum DOC masuk kandang.
Penerimaan DOC dilakukan oleh pelaksana teknis dibantu oleh anak
kandang. Sebelum DOC masuk kandang dilakukan penimbangan kotak bersama
dengan DOC terlebih dahulu. Kemudian jumlah DOC dalam kotak dihitung. Sebagai
tanda bukti penerimaan DOC pelaksana teknis mendapat bukti Delivery Order (DO).
DOC ditempatkan kedalam kandang sesegera mungkin agar bisa mendapatkan air
minum berupa air gula merah yang telah disiapkan, pakan kemudian ditebar
sebanyak ± 400 – 500 gr per tempat pakan dan hari kedua mulai diberi antibiotik dan
vitamin. Vaksinasi ND dilakukan pada hari ke 3-5 melalui air minum. Vaksinasi IBD
dilakukan setelah ayam berusia 13 hari melalui air minum.
Pemberian gula dilakukan sebanyak 3 kali selama periode produksi. Yaitu
pada hari pertama, keduabelas dan keduapuluh sembilan. Pemberian pertama dengan
dosis 2 kg gula per 50 lt air, pemberian kedua dengan dosis 3 kg per 75 lt air dan
pemberian ketiga dengan dosis 4 kg per 200 lt air. Pelebaran brooding dilakukan
pada hari ketiga dengan lebar 6m x 5m, hari kedelapan dengan lebar 8m x 8m dan
hari kelimabelas brooding dilepas bersamaan dengan penurunan sekam. Pembersihan
kotoran ayam dilakukan setiap empat hari sekali. Hal ini dilakukan agar kadar
amoniak dalam kandang berkurang, selain itu untuk mengurangi perkembangbiakan
lalat yang ada di kandang. Karena jika lalat terlalu banyak selain ayam terganggu,
penduduk yang ada disekitarnya juga akan terganggu.
Pemeliharaan ayam dilakukan oleh anak kandang atas perintah dari pengelola
teknis. Anak kandang bertanggung jawab tentang hal yang berhubungan dengan
pemeliharaan di lokasi kandang yang ditangani. Setiap anak kandang mengelola satu
kandang. Pengelola teknis bertanggung jawab mengawasi pekerjaan anak kandang.
Penimbangan bobot ayam dilakukan setelah ayam berusia 28 hari. Hal ini
dilakukan untuk mengontrol perkembangan bobot badan ayam dan menghitung FCR
dibandingkan dengan standar. Apabila konversi pakan dibawah standar harus
dilakukan tindakan penanganan. Namun jika bobot badan ayam telah mencapai
standar atau umur 35 hari dengan bobot badan rata-rata 1,70 - 1,82 kg, mulai
dilakukan panen. Panen dimulai dengan cara memilih ayam yang memiliki bobot
badan di atas rata-rata. Ayam yang memiliki bobot badan di bawah rata-rata masih
dilakukan pemeliharaan selanjutnya atau dipanen paling akhir.
Secara umum manajemen tatalakasana Peternakan ”X” terdiri dari :
(1) persiapan kandang, (2) penerimaan DOC, (3) masa pemeliharaan dan (4)
pemanenan. Sistem pemeliharaan yang dilakukan yaitu all in all out. Sistem ini
dimaksudkan agar ayam yang dipelihara terhindar dari penyakit.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Struktur Biaya dan Penerimaan


Biaya-biaya yang terjadi di Peternakan ”X” perlu diidentifikasi terlebih
dahulu sebelum melakukan analisis titik impas dan analisis biaya-volume-laba.
Analisis struktur biaya dipergunakan untuk menggolongkan biaya yang dikeluarkan
oleh Peternakan ”X”. Penggolongan biaya berdasarkan biaya variable dan biaya tetap
merupakan metode variable costing. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
perhitungan dalam metode selanjutnya yaitu metode analisis perencanaan laba
jangka pendek Tabel 8 menyajikan laporan laba rugi Peternakan ”X” Empat Periode
terakhir.
Dari Tabel 8 tersebut terlihat bahwa biaya operasional Peternakan ”X”
didominasi oleh biaya variabel. Rata-rata penggunaan biaya variabel pada setiap
periode produksi yaitu sebesar 92,32 % dari total penerimaannya. Kontribusi biaya
DOC terhadap biaya variabel rata-rata sebesar 20,626 % dan biaya pakan sebesar
73,09 % pada setiap produksinya.
Tingginya biaya variabel tersebut disebabkan oleh biaya pakan yang sangat
tinggi yaitu mencapai rata-rata 73,09 % dari total biaya variabel. Tingginya biaya
pakan merupakan suatu hal yang wajar karena pakan merupakan kebutuhan pokok
bagi ayam untuk pertumbuhan dan menghasilkan daging selama umur pemeliharaan.
Semakin lama pemeliharaan maka semakin banyak pakan yang digunakan. Oleh
karena itu biaya pakan sangat sensitif dalam hubungannya dengan Feed Convertion
Ratio (FCR). Hal inilah yang menyebabkan struktur biaya variabel yang terjadi di
Peternakan ”X” selalu lebih tinggi dari pada biaya tetapnya.
Biaya variabel terdiri dari biaya DOC, biaya pakan, biaya obat-obatan dan
vitamin, upah tenaga kerja, biaya sekam, biaya minyak tanah, biaya listrik, biaya
kapur, biaya detergen, biaya gula merah dan dana sosial. Upah tenaga kerja dihitung
berdasarkan jumlah ayam yang diproduksi. Dana sosial diberikan berupa ayam
kepada pihak penerima dana, yang termasuk dana sosial yaitu ayam yang diberikan
kepada RT, Kepala Desa, tokoh masyarakat setempat, Koramil dan sebagainya.
Tabel 8. Laporan Rugi Laba Peternakan ”X” Empat Periode Terakhir
(Landscape).............
Biaya tetap terdiri dari gaji pengelola teknis dan koordinator, penyusutan
kandang dan penyusutan peralatan kandang. Biaya produksi yang digunakan
tergantung pada volume produksi yang terjadi pada perusahaan hal ini dapat dilihat
pada Tabel 8 biaya pakan merupakan komponen biaya produksi tertinggi pada setiap
perusahaan ayam ras pedaging. Biaya pemasaran tidak dihitung dalam struktur biaya
perusahaan karena pembeli datang langsung ke kandang sehingga biaya pemasaran
hampir tidak ada atau nilainya sangat kecil. Dari Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa
secara keseluruhan Peternakan ”X” memiliki struktur biaya variabel yang lebih
tinggi daripada biaya tetapnya.
Dari keempat laporan rugi laba Peternakan ”X” tersebut, penggunaan pakan
tertinggi dapat dilihat pada periode 11. Tingginya penggunaan pakan tersebut karena
tingkat mortalitas yang rendah yaitu hanya 4,24 %. Namun pada periode tersebut
Peternakan ”X” juga mendapatkan laba tertinggi. Meskipun biaya pakan meningkat
akan tetapi diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi sehingga laba yang
diraih Peternakan ”X” tinggi. Selain itu harga DOC yang rendah yaitu Rp 2500,00
dibandingkan dengan periode lainnya, dapat memperkecil biaya variabel sebagai
faktor pengurang pendapatan.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa banyaknya penerimaan terdiri dari
penjualan output utama berupa ayam broiler dan output sampingan berupa penjualan
litter, penjualan karung dan pendapatan tambahan yang terdiri dari insentif mortalitas
dan insentif FCR. Penjualan karung merupakan pendapatan sampingan yang berasal
dari karung sisa pakan. Banyaknya karung sisa yang terjual tergantung banyaknya
pakan yang digunakan. Hasil penjualan output sampingan berupa kotoran ayam
diberikan kepada anak kandang. Oleh karena itu tidak dihitung sebagai penerimaan
perusahaan. Besarnya penerimaan peternak pada setiap periode berbeda-beda
tergantung pada jumlah kilogram ayam yang dihasilkan dan harga jual yang berlaku
dipasar.
Periode 13, Peternakan ”X” mengalami penurunan penerimaan. Hal ini
disebabkan pada periode tersebut tingkat mortalitas sangat tinggi yaitu mencapai
9,02 %. Produksi yang dihasilkan pada periode tersebut yaitu 53.738,00 kg,
sehingga penerimaannya pun sedikit. Selain itu harga pakan yang relatif tinggi yaitu
Rp 2.778,00. Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laba Peternakan ”X”
menjadi turun.

Peramalan Komponen Anggaran


Perhitungan komponen anggaran yang akan dibahas hanya pada peramalan
jumlah produksi, harga pakan, harga DOC dan harga jual ayam. Peramalan
komponen anggaran ini digunakan untuk proyeksi rugi laba empat periode yang akan
datang yaitu periode 15, periode 16, periode 17 dan periode 18. Berikut ini
perhitungan komponen anggaran.

Perkiraan Produksi
Perkiraan produksi Peternakan ”X” merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan, karena sebagai perusahaan Peternakan ”X” tentu menggantungkan
operasinya dari seberapa banyak jumlah kilogram ayam yang terjual pada saat panen.
Jika peramalan produksi ini terlalu tinggi dapat menyebabkan over predicted (terlalu
optimis) terhadap hasil yang akan dicapai, akan tetapi jika sebaliknya peramalan
produksi terlalu rendah akan menimbulkan sifat pesimis dari manajemen untuk
melanjutkan usahanya.
Banyaknya jumlah kilogram ayam yang terjual sangat dipengaruhi oleh
tingkat mortalitas dan FCR. Oleh karena itu dalam meramalkan produksi sangat
penting untuk melihat standar teknis yang digunakan oleh Peternakan ”X”. Berikut
ini Tabel 9 standar teknis yang digunakan oleh Peternakan ”X”. Peternakan ”X”
selalu berusaha untuk berproduksi dibawah standar teknis yang digunakan.

Tabel 9. Standar Feed Convertion Ratio (FCR), Mortalitas dan Bobot Ayam
yang Digunakan Peternakan ”X”
Umur (hari) FCR Mortalitas (%) Bobot Panen (kg)
35 1,823 4,6 1,70
36 1,846 4,7 1,77
37 1,868 4,8 1,84
38 1,889 4,9 1,90
39 1,912 5,0 1,97
40 1,934 5,1 2,04
Sumber : Peternakan “X”, Standar dari PT Charoen Phokpand
Keadaan lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap produksi ayam yang
dihasilkan. Ketika cuaca buruk misalnya musim penghujan akan menyebabkan
tingkat mortalitas tinggi sehingga menyebabkan penurunan produksi. Anggaran
produksi yang digunakan merupakan anggaran untuk empat periode yang akan
datang.
Rata-rata produksi Peternakan ”X” adalah 53.909,27 kg per periode produksi.
Nilai produksi tertinggi yang pernah dicapai sebesar 70.262,80 kg (30.759 ekor),
sedangkan jumlah produksi terendah yaitu sebanyak 32.642,00 kg. Peramalan
produksi empat periode yang akan datang, Peternakan ”X” mentargetkan panen
pada hari ke-40 dengan tingkat mortalitas dan FCR dibawah standar seperti terlihat
pada Tabel 9. Meskipun panen pada hari ke-40 tetapi tingkat mortalitas yang
diharapkan sebesar 5,00 % dan tingkat FCR sebesar 1,912 %, sehingga jumlah yang
diproyeksikan sebanyak 62.016,00 kg.

Volume Produksi

80000
Bobot (kg)

60000
Volume Produks i
40000
20000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Periode Produks i

Gambar 2. Grafik Pola Produksi Peternakan ”X” Maret 2004 – April


2006
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa produksi ayam Peternakan ”X”
mempunyai kecenderungan yang naik turun, tetapi pergerakannya tidak jauh dari
nilai rata-ratanya kecuali pada periode 9, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pola produksi Peternakan ”X” adalah stasioner. Dari pola data tersebut diperoleh
informasi untuk proyeksi produksi yang akan datang maka digunakan metode rata-
rata bergerak linear.

Tabel 10. Proyeksi Produksi Ayam Broiler Peternakan ”X” Empat Periode
yang akan Datang
Periode Bulan Produksi (kg)
15 Juli – Agustus 2006 73.202,02
16 September – Oktober 2006 77.690,45
17 November – Desember 2006 82.178,88
18 Januari – Februari 2007 86.667,31
Berdasarkan peramalan dengan metode rata-rata bergerak linear diperoleh
nilai produksi untuk empat periode yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 10
tersebut. Kapasitas produksi Peternakan ”X” tidak memungkinkan untuk mencapai
nilai tersebut pada hari panen ke-40. Nilai tersebut harus dicapai pada perkiraan
panen hari ke 44, lamanya hari panen tersebut akan menyebabkan pembengkakan
biaya pakan. Hasil dari perhitungan metode rata-rata bergerak linear tidak digunakan
dalam proyeksi rugi laba periode selanjutnya.

Perkiraan Harga Pakan


Harga pakan merupakan salah satu komponen anggaran yang tidak kalah
pentingnya, karena pakan merupakan biaya variabel tertinggi dalam usaha
peternakan ayam broiler. Biaya pakan merupakan dasar bagi Peternakan ”X” untuk
membuat anggaran periode berikutnya. Oleh karena itu Peternakan ”X” perlu
mempertimbangkan harga pakan yang terjadi dimasa lalu dan perkiraan besarnya
kenaikan harga pakan dimasa yang akan datang. Sebagai gambaran harga pakan yang
terjadi dapat dilihat pada Lampiran 2.
Perkiraan harga pakan untuk anggaran empat periode yang akan datang selain
berdasarkan informasi dari Peternakan ”X”, penulis juga berusaha memperkirakan
berdasarkan metode peramalan yang sesuai dengan pola data. Pola data harga pakan
Peternakan ”X” dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Fluktuasi Harga pakan

3500
3000
2500
Pakan S10
2000
Harga

Pakan S11
1500
Pakan S12
1000
500
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Periode

Gambar 3. Grafik Pola Harga Pakan Peternakan ”X” Maret 2004 – April
2006
Grafik tersebut memperlihatkan bahwa pola data harga pakan memiliki
kecenderungan meningkat pada tahun 2004 kemudian menurun dan meningkat
kembali secara perlahan. Berdasarkan informasi data tersebut, dapat diperkirakan
harga untuk anggaran empat periode yang akan datang berdasarkan metode rata-rata
bergerak linear.

Tabel 11. Proyeksi Harga Pakan Peternakan ”X” Empat Periode yang akan
Datang
Periode Bulan Pakan S10 (Rp) Pakan S11 (Rp) Pakan S12 (Rp)
15 Juli – Agustus 2006 2.840,62 2.790,62 2.740,62
16 September – Oktober 2006 2.859,37 2.809,37 2.759,37
17 November – Desember 2006 2.878,12 2.828,12 2.778,12
18 Januari – Februari 2007 2.896,87 2.846,87 2.796,87
Perkiraan harga pakan kemudian didapat seperti yang terlihat pada Tabel
11 diatas. Nilai perkiraan harga pakan ini kemudian akan dipergunakan dalam
perhitungan rugi laba yang diproyeksikan. Harga pakan memiliki kecenderungan
yang meningkat setiap periodenya, akan tetapi peningkatan tersebut tidak begitu
tinggi dan cenderung bergerak secara linier. Nilai peningkatan tersebut masing-
masing pakan S10 sebesar 0,65 %, pakan S11 sebesar 0,66 % dan pakan S12 sebesar
0,67 %.

Perkiraan Harga DOC


Biaya DOC merupakan biaya variabel tertinggi setelah biaya pakan. Rata-rata
penggunaan biaya DOC sebesar 23,72 % dari keseluruhan total biaya variabel yang
digunakan oleh Peternakan ”X”. Perkiraan harga DOC dimasa yang akan datang
sangat penting untuk diketahui dalam hubungannya dengan penganggaran pada
periode berikutnya. Tentunya perkiraan harga DOC tersebut tidak terlepas dari harga
yang berlaku sebelumnya.

Fluktuasi Harga DOC

2800

2600 Fluktuasi Harga DOC


Harga

2400

2200

2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Periode Produksi

Gambar 4. Grafik Pola Harga DOC Peternakan ”X” Maret 2004 – April 2006
Harga DOC yang terjadi pada periode sebelumnya dapat dilihat pada Gambar
4. Gambar 4 menunjukan pola data yang meningkat secara linier. Berdasarkan
informasi tersebut, dapat diperkirakan harga yang terjadi untuk anggaran empat
periode yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial
tunggal. Dalam metode ini harus ditentukan nilai α koefisien penghalusan sebagai
bobot atas observasi terakhir. Nilai α didapat dengan cara coba-coba sampai
didapatkan nilai rata-rata kesalahan terkecil. Maka dengan niali α sebesar 0,7
didapatkan nilai persentase absolut kesalahan sebesar 47,72 %.

Nilai α diperoleh sebesar 0,7 dari hasil perhitungan metode pemulusan


eksponensial tunggal, kemudian nilai α tersebut digunakan untuk perhitungan pada
Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Linear dari Brown. Perkiraan harga DOC
kemudian didapat seperti yang terlihat pada Tabel 12. Harga DOC memiliki
kecenderungan yang meningkat secara linier. Rata-rata kenaikan yang terjadi pada
setiap periodenya yaitu sebesar 4,63 %. Nilai perkiraan harga DOC tersebut
kemudian digunakan dalam perhitungan rugi laba yang diproyeksikan untuk
anggaran empat periode yang akan datang.

Tabel 12. Proyeksi Harga DOC Peternakan ”X” Empat Periode yang akan
Datang
Periode Bulan Harga (Rp)
15 Juli – Agustus 2006 2.929,83
16 September – Oktober 2006 3.079,16
17 November – Desember 2006 3.228,48
18 Januari – Februari 2007 3.377,80

Perkiraan Harga Penjualan


Harga penjualan produk merupakan salah satu komponen anggaran yang
penting untuk diketahui peternak. Tetapi Peternakan ”X” dalam memasarkan
produknya adalah sebagai price taker. Hal ini berarti Peternakan ”X” berada pada
posisi sebagai penerima harga yang terjadi di pasar, tanpa bisa berbuat banyak untuk
mempengaruhi harga penjualan.
Dalam kondisi sebagai price taker, maka Peternakan ”X” perlu
mempertimbangkan harga yang terjadi dimasa lalu dan memperkirakannya dimasa
yang akan datang. Perkiraan harga yang akan terjadi dimasa yang akan datang
dibutuhkan dalam penganggaran untuk periode selanjutnya. Gambaran harga
penjualan ayam dapat dilihat pada Gambar 5.
Perkiraan harga penjualan untuk periode yang akan datang selain berdasarkan
informasi dari Peternakan ”X”, penulis juga berusaha memperkirakan berdasarkan
metode peramalan yang sesuai dengan pola data. Pola data harga jual Peternakan ”X”
dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

Harga Jual Ayam (kg)


9000
8000
7000
6000
Harga

5000
4000
3000 Harga Jual Ayam
2000
1000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Periode Produksi

Gambar 5. Grafik Pola Harga Penjualan Ayam Peternakan ”X” Maret 2004 –
April 2006
Pola data pada Gambar 5 diatas memperlihatkan bahwa pola data yang
meningkat pada akhir bulan yaitu November – Desember 2004, diperkirakan pada
periode tersebut bertepatan dengan hari raya sehingga harga penjualan mengalami
peningkatan. kemudian mengalami penurunan hingga pertengahan tahun 2005. Akhir
tahun 2005 hingga awal 2006, harga penjualan ayam tidak mengalami peningkatan
yang signifikan bahkan cenderung konstan. Berdasarkan informasi tersebut dapat
diperkirakan harga penjualan dengan menggunakan metode rata-rata bergerak linear.

Tabel 13. Proyeksi Harga Jual Ayam Peternakan ”X” Empat Periode yang
akan Datang
Periode Bulan Harga (Rp)
15 Juli – Agustus 2006 7.496,33
16 September – Oktober 2006 7.583,89
17 November – Desember 2006 7.671,44
18 Januari – Februari 2007 7.759,00
Perkiraan harga penjualan untuk anggaran empat periode yang akan datang
dapat dilihat pada Tabel 13. Lampiran 11 memperlihatkan perhitungan yang
selengkapnya. Nilai perkiraan penjualan tersebut akan dipergunakan dalam
perhitungan laporan rugi laba yang diproyeksikan. Harga jual ayam untuk periode
yang diproyeksikan cenderung mengalami kenaikan pada setiap periodenya. Rata-
rata kenaikan tersebut yaitu sebesar 1,14 %. Jika kenaikan harga jual ini tidak diikuti
dengan kenaikan biaya maka hal ini akan menguntungkan bagi peternak.
Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan

Proyeksi rugi laba peternakan ”X” disusun untuk empat periode yang akan
datang. Proyeksi rugi laba disusun berdasarkan metode variabel costing. Hal ini
sangat membantu manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan.
Pengambilan keputusan jangka pendek perusahaan umumnya menyangkut atau
mengakibatkan penambahan atau pengurangan volume kegiatan, sehingga informasi
biaya yang dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan akan sangat membantu manajemen.
Dalam proyeksi rugi laba Peternakan ”X”, kapasitas yang diproyeksikan
ditentukan berdasarkan asumsi penerimaan berasal dari penjualan ayam broiler,
penjualan litter, dan penjualan karung. Pada periode tersebut Peternakan ”X”
mentargetkan tingkat mortalitas sebesar 5%. Rata-rata panen yang diharapkan pada
hari ke – 40 sehingga bobot rata-rata sebesar 2,04 kg per ekor dapat tercapai.
Tabel 14 menunjukkan laporan rugi laba yang diproyeksikan. Dapat dilihat
pula bahwa laba bersih yang diperoleh memiliki kontribusi terhadap penerimaan
rata-rata sebesar 11,33 %. Total biaya memiliki kontribusi rata-rata sebesar 88,67 %
terhadap penerimaan. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun usaha peternakan
ayam broiler memiliki biaya variabel yang sangat tinggi namun dengan manajemen
yang tepat hal tersebut dapat diatasi.
Tingginya biaya variabel tersebut disebabkan oleh biaya pakan yang
mencapai 70,62 % dari keseluruhan biaya variabel, dan biaya DOC sebesar
23,72 %. Tingginya biaya pakan merupakan hal yang wajar, karena usaha ternak
ayam ras pedaging merupakan usaha biologis yang mesinnya berupa mahkluk hidup,
setiap makhluk hidup membutuhkan makanan untuk hidup dan menghasilkan daging.
Dari Tabel 14 laporan laba rugi yang diproyeksikan terlihat bahwa rasio biaya
variabel lebih besar daripada rasio biaya tetap terhadap penerimaan, sehingga dapat
dikatakan bahwa Peternakan ”X” adalah perusahaan yang memiliki biaya variabel
yang cukup tinggi. Menurut Mulyadi (2001), usaha yang seharusnya dilakukan oleh
manajemen adalah memperbaiki hubungan antara harga jual dan biaya agar titik
Tabel 14. Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan pada Peternakan ”X”
Empat Periode yang akan Datang......... ( Landscape)
impas dapat diturunkan, sehingga daerah laba menjadi luas. Usaha penurunan biaya
merupakan hal yang penting dalam usaha peternakan ayam ras pedaging.
Dari Tabel 14 tersebut dapat dilihat laba Peternakan ”X” mengalami
penurunan, hal ini terjadi karena kenaikan biaya pakan dan biaya DOC tidak
sebanding dengan kenaikan harga jualnya. Kenaikan harga pakan rata-rata sebesar
0,66 % dan kenaikan harga DOC sebesar 4,63 % per periodenya, sedangkan
kenaikan harga jual hanya sebesar 1,14 %.

Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek

Margin Kontribusi (Contribution Margin)

Margin kontribusi dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar selisih


antara penerimaan penjualan dengan biaya variabel. Selanjutnya selisih tersebut
dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap perusahaan. Margin kontribusi dapat
dihitung dengan cara mengurangkan pendapatan penjualan dengan total biaya
variabel. Pada titik impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.

Tabel 15. Komponen Perhitungan Marjin Kontribusi Peternakan ”X”


Empat Periode yang akan Datang

Uraian Periode 15 Periode 16 Periode 17 Periode 18


Penjualan (Rp) 478.031.281,00 483.461.402,00 488.890.903,00 494.321.024,00

Biaya Variabel Total (Rp) 415.002.844,00 421.798.407,00 428.593.650,00 435.388.892,00

Margin Kontribusi (Rp) 63.028.437,00 61.662.995,00 60.297.253,00 58.932.132,00


Laba (%) 11,96 11,53 11,13 10,73
Dari Tabel 15 dapat dilihat nilai margin kontribusi. Nilai margin kontribusi
tertinggi diperoleh pada periode 15. Hal tersebut terjadi karena biaya variabel yang
digunakan rendah jika dibandingkan dengan periode berikutnya. Semakin tinggi nilai
margin kontribusi maka semakin besar kesempatan Peternakan ”X” mendapatkan
laba.

Titik Impas (Break Even Point)

Analisis titik impas merupakan suatu teknik analisis untuk mempelajari


hubungan biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan, serta untuk
mengetahui besarnya volume penjualan minimum agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Titik impas dinyatakan dalam satuan rupiahyang menunjukan nilai dan
penjualan broiler pada saat perusahaan tidak mengalami kerugian.

Tabel 16. Komponen Perhitungan Titik Impas Peternakan ”X” Empat


Periode yang akan Datang
Uraian Periode 15 Periode 16 Periode 17 Periode 18
Biaya Tetap Total (Rp) 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00
Biaya Variabel Total (Rp) 415.002.844,00 421.798.407,00 428.593.650,00 435.388.892,00
Biaya Variabel Per unit (Rp) 6.691,90 6.801,40 6.911,00 7.020,60
Harga Jual (Rp/kg) 7.496,30 7.583,90 7.671,40 7.759,00
Penjualan (Rp) 478.031.281,00 483.461.402,00 488.890.903,00 494.321.024,00
Titik Impas (Rp) 56.085.895,90 65.156.385,30 77.726.033,10 96.304.650,10

Nilai titik impas untuk priode yang diproyeksikan dapat dilihat pada
Tabel 16. Nilai titik impas tertinggi diperoleh pada periode 18. Tingginya nilai titik
impas tersebut dipengaruhi oleh tingginya biaya pakan, karena menurut harga
proyeksi pada saat itu harga DOC tinggi yaitu Rp 3.377,80 per ekor. Pengaruh
kenaikan harga DOC ini mempunyai pengaruh yang besar pada usaha peternakan
ayam broiler. Hal ini menunjukan perusahaan harus berproduksi minimal pada titik
impas tersebut agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Laporan rugi laba yang
diproyeksikan menunjukan nilai penerimaan di atas titik impas, sehingga diharapkan
perusahaan mendapatkan keuntungan.

Batas Keamanan Usaha (Margin of Safety)

Dari target penjualan yang telah dianggarkan, manajemen memerlukan pula


informasi mengenai berapa jumlah maksimum penurunan target penjualan yang
boleh terjadi, agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Batas keamanan usaha
dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang dianggarkan dengan nilai
penjualan pada titik impas.

Tabel 17. Komponen Perhitungan Batas Keamanan Usaha Peternakan ”X”


Empat Periode yang akan Datang
Uraian Periode 15 Periode 16 Periode 17 Periode 18
Penjualan (Rp) 478.031.281,00 483.461.402,00 488.890.903,00 494.321.024,00
Titik Impas (Rp) 56.085.895,90 65.156.385,30 77.726.033,10 96.304.650,10
Batas Keamanan Usaha (%) 88,27 86,52 84,10 80,52
Informasi perencanaan laba jangka pendek nilai batas keamanan usaha
menunjukkan semakin besar nilai batas keamanan usaha maka semakin besar
kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba. Sebaliknya semakin kecil nilai batas
keamanan usaha maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kerugian.

Hasil perhitungan diperoleh nilai batas keamanan usaha seperti yang terlihat
pada Tabel 17. Hal ini berarti penurunan penjualan hingga nilai tersebut perusahaan
belum mengalami kerugian. Nilai batas keamanan usaha dapat ditingkatkan dengan
menurunkan titik impas. Titik impas dapat diturunkan dengan menurunkan biaya
variabel. Nilai batas keamanan usaha tertinggi dicapai pada periode 15. Pada periode
tersebut pencapaian titik impas rendah sehingga nilai batas keamanan usahanya
tinggi.

Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)

Suatu perusahaan sebaiknya menghentikan usahanya apabila penghasilan


yang diterima tidak dapat menutupi biaya tunainya. Pada Tabel 18 dapat diketahui
besarnya biaya tunai yang dianggarkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel tunai
ditambah dengan biaya tetap tunai.

Tabel 18. Komponen Perhitungan Titik Penutupan Usaha Peternakan ”X”


Empat Periode yang akan Datang

Uraian Periode 15 Periode 16 Periode 17 Periode 18


Biaya Tetap Tunai (Rp) 1.750.000,00 1.750.000,00 1.750.000,00 1.750.000,00
Biaya Variabel Per unit (Rp) 6.691,90 6.801,40 6.911,00 7.020,60

Harga Jual (Rp/kg) 7.496,30 7.583,90 7.671,40 7.759,00

Titik penutupan Usaha (Rp) 16.627.755,90 19.316.879,20 23.043.396,00 28.551.388,80


Jika penerimaan usaha peternakan ”X” berada di bawah titik penutupan usaha
seperti yang terlihat pada Tabel 18, maka laba kontribusi perusahaan tidak mampu
menutupi biaya tetap tunai perusahaan. Dalam kondisi ini, perusahaan harus menutup
usahanya karena tidak layak secara ekonomis untuk melanjutkan usahanya. Nilai titik
penutupan usaha tersebut, menunjukan bahwa Peternakan ”X” harus berproduksi
diatas nilai tersebut agar usahanya tetap berjalan.
Pengungkit Laba (Degree of Operating Leverage)

Degree of Operating Leverage (DOL) merupakan parameter perencanaan


laba jangka pendek perusahaan. Degree of Operating Leverage memberikan
informasi mengenai ukuran dampak perubahan penerimaan terhadap laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu. Jika Peternakan “X” berusaha menerapkan manajemen
pemeliharaan sebaik mungkin, sehingga volume penjualan dapat lebih tinggi dari
nilai yang diproyeksikan pada periode tersebut. Maka Peternakan ”X” akan
mendapatkan laba sebesar nilai pengungkit laba (Tabel 19) tersebut dari setiap
penambahan 1 persen penjualannya. Hal ini berarti bila pada tingkat penjualan
tersebut diusulkan suatu kegiatan, misalnya pemberian pakan secara adlibitum
hingga hari ke-30 yang diperkirakan akan meningkatkan kenaikan penerimaan
penjualan sebesar 1 persen akan menyebabkan kenaikan laba bersih sebesar nilai
pengungkit laba tersebut.

Tabel 19. Komponen Perhitungan Pengungkit Laba Peternakan ”X” Empat


Periode yang akan Datang

Uraian Periode 15 Periode 16 Periode 17 Periode 18


Penjualan (Rp) 478.031.281,00 483.461.402,00 488.890.903,00 494.321.024,00

Biaya Variabel Total (Rp) 415.002.844,00 421.798.407,00 428.593.650,00 435.388.892,00

Laba Bersih (Rp) 57.125.637,00 55.760.195,00 54.394.453,00 53.029.332,00


Pengungkit Laba (kali) 1.10 1.10 1.11 1.11

Analisis Sensitifitas
Analisis sensitifitas digunakan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan
yang mungkin terjadi, yang akan menyebabkan laba Peternakan ”X” menjadi nol.
Data yang digunakan untuk analisis sensitifitas ini adalah data proyeksi laporan rugi
laba. Asumsi yang digunakan pada analisis sensitifitas ini adalah (1) Penerimaan
hanya berasal dari penjualan ayam broiler, (2) Penurunan produksi, perubahan pada
harga jual, harga pakan dan harga DOC, (3) Variabel yang lainnya tetap (cateris
paribus).

Analisis Sensitifitas Berdasarkan Penurunan Volume Produksi

Dalam menentukan berapa besar pendapatan Peternakan ”X” sangatlah


tergantung pada hasil produksi perusahaan, dalam hal ini yaitu banyaknya volume
produksi ayam broiler yang terjual. Oleh karena itu Peternakan ”X” perlu
mengetahui seberapa besar penurunan produksi yang menyebabkan laba sama
dengan nol. Hal ini menjadi penting untuk diketahui agar Peternakan ”X” terhindar
dari kerugian.
Dari Tabel 20 tersebut dapat diketahui, bahwa penurunan produksi yang
menyebabkan laba Peternakan ”X” nol adalah sebesar 56.148,23 kg Untuk Periode
15. Volume produksi yang diproyeksikan pada laporan laba rugi untuk periode
selanjutnya adalah sebesar 62.016,00 kg. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa
penurunan volume produksi sebesar 5.867,77 kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa
jika Peternakan ”X” berproduksi di bawah nilai tersebut Peternakan ”X” akan
menderita kerugian. Begitu juga yang akan terjadi pada periode 16, penurunan
produksi yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol adalah sebesar 56.396,02 kg
atau penurunan volume produksi sebesar 5.619,98 kg.
Dari Tabel 20 tersebut dapat diketahui, bahwa penurunan produksi yang
menyebabkan laba Peternakan ”X” nol adalah sebesar 56.638,19 kg untuk periode
17. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa penurunan volume produksi hingga
53.778,81 kg dapat menyebabkan laba Peternakan ”X” nol. Hal tersebut
menunjukkan bahwa jika Peternakan ”X” berproduksi di bawah nilai tersebut
Peternakan ”X” akan menderita kerugian. Begitu juga periode 18, penurunan
produksi yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol adalah sebesar 56.874,81 kg
atau penurunan volume produksi sebesar 5.141,19 kg.
Lampiran 1 menunjukkan bahwa nilai penurunan produksi pada uji
sensitifitas, periode sebelumnya pernah terjadi. Peternakan ”X” mengalami
sensitifitas yang tinggi terhadap penurunan volume produksi. Untuk memperbaiki
keadaan tersebut Peternakan ”X” diharapkan dapat melakukan perbaikan manajemen
pemeliharaannya, agar tidak terjadi penurunan volume produksi.
Tabel 20. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Volume Produksi Untuk
Periode 15 – Periode 18 (landscape)..............
Analisis Sensitifitas Berdasarkan Kenaikan Harga Pakan

Biaya variabel per unit produk menjadi lebih tinggi apabila produk yang
dihasilkan tetap, namun biaya variabel total meningkat. Faktor tersebut dapat terjadi
akibat tidak efisiennya penggunaan pakan, obat-obatan, minyak tanah yang
digunakan atau hal lainnya yang berhubungan dengan penambahan biaya variabel.
Kenaikan biaya variabel rata-rata akan berpengaruh terhadap perolehan laba. Biaya
pakan sebagai biaya variabel yang memiliki kontribusi sangat tinggi dalam
mempengaruhi biaya variabel, biaya pakan merupakan komponen yang sangat
sensitif.
Tabel 21 menunjukan kenaikan biaya pakan yang menyebabkan laba
Peternakan ”X” menjadi nol yaitu sebesar Rp 341.182.162,30 pada periode 15, Rp
351.833.723,20 pada periode 16, Rp 342.484.984,00 pada periode 17 dan
343.136.865,00 pada periode 18. Total kenaikan biaya pakan yang terjadi pada
periode 15, yang menyebabkan laba nol adalah sebesar Rp 43.986.757,30., periode
16 sebesar Rp 42.621.315,20, periode 17 sebesar Rp 41.255.573,00 dan periode 18
sebesar Rp 39.890.452,00. Nilai kenaikan tersebut pernah terjadi pada periode
sebelumnya, hal tersebut menunjukan kenaikan biaya pakan sangat sensitif terhadap
penerimaan Peternakan ”X”. Jika terjadi kenaikan diatas nilai tersebut maka
Peternakan ”X” akan mengalami kerugian.
Tabel 21. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Kenaikan Harga Pakan Untuk
Periode 15 – Periode 18 (landscape)
Analisis Sensitifitas Berdasarkan Kenaikan Harga DOC

Biaya pembelian DOC merupakan biaya variabel terbesar setelah biaya


pakan. Berapapun kenaikan biaya pasti akan berpengaruh pada perolehan laba
Peternakan ”X”, begitu juga halnya dengan kenaikan biaya DOC. Tabel 22
menunjukan perubahan laba akibat kenaikan harga DOC. Tabel tersebut
menunjukan adanya kenaikan biaya variabel yang disebabkan oleh meningkatnya
harga DOC. Kenaikan harga DOC yang menyebabkan Laba menjadi nol yaitu
periode 15 sebesar 46,92% atau Rp 1.374,59, periode 16 sebesar 43,25% atau Rp
1.331,92, periode 17 sebesar 39,93% atau Rp 1.289,24 dan periode 18 sebesar
36,90% atau Rp 1.246,58.
Berdasarkan perhitungan analisis sensitifitas kenaikan harga DOC yang
terjadi seperti yang terlihat pada Tabel 22. Peningkatan harga tersebut belum pernah
terjadi karena pada periode sebelumnya harga DOC tertinggi mencapai Rp 2.594,23
per ekor (Lampiran 3). Kenaikan harga DOC tersebut menyebabkan kenaikan pada
biaya variabel rata-rata sebesar 9,99 % yang menyebabkan laba perusahaan menjadi
nol. Jika terjadi kenaikan di atas nilai tersebut maka Peternakan ”X” akan mengalami
kerugian, meskipun biaya DOC hanya memiliki kontribusi sebesar 23,72 %..
Tabel 22. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Kenaikan Harga DOC Untuk Periode
15 – Periode 18 (landscape)
Analisis Sensitifitas Berdasarkan Penurunan Harga Jual

Kenaikan harga jual merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh
Peternakan ”X”. Karena kenaikan harga jual sudah tentu akan menambah
keuntungan bagi Peternakan ”X”. Lain halnya dengan penurunan harga jual, ini
merupakan sesuatu yang sangat tidak diharapkan Peternakan ”X”. Karena penurunan
harga jual dapat mengakibatkan penurunan laba yang diperoleh Peternakan ”X”,
bahkan jika terjadi penurunan yang sangat tajam akan mengakibatkan kerugian.
Peternakan ”X” berada pada posisi sebagai penerima harga yang terjadi
dipasar, tanpa bisa berbuat banyak untuk mempengaruhi harga penjualan. Tetapi
harga penjualan tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan laba yang diperoleh
Peternakan ”X”. Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa penurunan harga jual hingga Rp
6.787,05 pada periode 15 dapat menyebabkan laba Peternakan ”X” menjadi nol.
Penurunan harga jual hingga Rp 6.896,63 pada periode 16 dapat menyebabkan laba
Peternakan ”X” menjadi nol. Penurunan harga jual hingga Rp 7.006,20 pada periode
17 dapat menyebabkan laba Peternakan ”X” menjadi nol. Penurunan harga jual
hingga Rp 7.115,77 pada periode 18 dapat menyebabkan laba Peternakan ”X”
menjadi nol. Berdasarkan pada data harga (Lampiran 4) nilai tersebut memungkinkan
untuk terjadi pada periode-periode yang diproyeksikan, karena nilai tersebut pernah
terjadi pada periode sebelumnya.
Nilai penurunan harga cukup tinggi yaitu pada periode 15 sebesar Rp 709,28,
periode 16 sebesar Rp 687,26 dan periode 17 sebesar Rp 665,24. Pada periode 18
penurunan harga relatif kecil yaitu Rp 643,23 dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Jadi, pada periode 18 Peternakan ”X” mempunyai nilai sensitifitas lebih
tinggi terhadap penurunan harga jual.
Tabel 23. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Harga Jual Untuk Periode
15 – Periode 18 (Landscape)..........
Prospek Usaha Peternakan ”X”

Faktor- Faktor Pendukung Kelangsungan Usaha Peternakan ”X”


Peternakan ”X” terletak pada jarak ± 23 km dari ibukota Propinsi Banten
yaitu Serang. Suhu udara maksimum dan minimum yang terjadi di Kabupaten
Pandeglang antara 22,5ºC – 27,9ºC. Desa Citalahab yang merupakan lokasi
peternakan ”X” terletak pada jarak ± 10 km dari Kota Pandeglang, memiliki
topograpi lahan perbukitan, perkebunan rakyat dan persawahan.
Potensi desa yang berada pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan
tertentu dan jenis tanah yang subur, mendukung penduduk sekitar untuk
mengembangkan usaha agraris. Desa Citalahab masih bernuansa pedesaan, jauh dari
kebisingan dan sumber air yang masih alami. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh
Peternakan ”X” untuk mendirikan usaha peternakan ayam ras pedaging.
Budidaya ayam ras pedaging yang dilakukan oleh Peternak ”X” di Desa
Citalahab ini tidak mengalami kesulitan dalam pemeliharaan. Hal ini karena ada
seorang pengelola teknis yang mengerti dalam hal pemeliharaan ayam broiler. Selain
itu, adanya dorongan moril dan materil dari Dinas Pertanian dan Peternakan setempat
yang diaktualisasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dan seminar serta bantuan
modal.
Peralatan yang dibutuhkan untuk beternak ayam broiler cukup mudah,
mengingat Desa Citalahab memiliki jarak yang relatif dekat dengan Kota Kabupaten.
Pengiriman pakan dan obat-obatan pun relatif mudah, karena sarana transportasi
berupa jalan aspal terbentang sepanjang jalan menuju peternakan ”X”. Alat-alat
untuk membuat kandang berupa bambu dan rumbia mudah didapatkan dengan harga
yang relatif murah.
Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa performa laba Peternakan “X”
menunjukkan hasil yang baik, meskipun nilai tersebut memiliki kecenderungan yang
semakin menurun. Berdasarkan hasil perhitungan parameter perencanaan laba jangka
pendek, menunjukkan bahwa usaha ini memiliki peluang untuk dikembangkan.
Perhitungan perolehan laba relatif tinggi, asalkan peternak mampu menekan tingkat
FCR (Feed Convertion Ratio) dan mortalitas. Tingkat FCR dan mortalitas sangat
berpengaruh terhadap volume penjualan. Hal ini akan mempengaruhi performa laba
perusahaan. Jika perusahaan mampu menekan tingkat FCR dan mortalitas, maka
biaya-biaya variabel dapat diperkecil, sehingga dapat berpengaruh terhadap
perolehan laba yang tinggi. Selain hal tersebut ketersediaan modal yang dimiliki oleh
Peternak ”X” merupakan kunci pokok keberlanjutan usaha ternak ini.
Berdasarkan perhitungan parameter perencanaan laba jangka pendek, dalam
jangka pendek Peternakan ”X” memiliki prospek yang baik. Hal ini ditunjukan oleh
nilai-nilai parameter tersebut terutama nilai titik penutupan usaha berada pada
rentang nilai Rp 16.627.755,9 – Rp 28.551.388,8. Nilai tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah penerimaan yang pernah terjadi di Peternakan ”X”
(Tabel 8). Selain itu nilai batas keamanan usaha Peternakan ”X” sebesar 88,27 –
80,52 %, menunjukan bahwa usaha ini memiliki peluang yang cukup baik dimasa
yang akan datang. Tingginya nilai tersebut berarti Peternakan ”X” mempunyai
peluang yang besar untuk selalu meraih laba.
Nilai titik impas pada proyeksi berada pada kisaran Rp 56.085.895,9 – Rp
96.304.650,1, nilai tersebut jauh di bawah nilai penerimaan yang pernah terjadi di
Peternakan ”X” (Tabel 8). Hal ini menunjukan peluang yang besar bagi Peternakan
”X” untuk mendapatkan keuntungan. Nilai DOL sebesar 1,10 – 1,11 memberikan
peluang besar bagi Peternakan ”X” dalam menggandakan labanya melalui penjualan
dengan cara menambah kapasitas produksi, sehingga volume penjualan lebih banyak.
Daging ayam merupakan komoditi hasil peternakan yang paling populer dan
sangat digemari masyarakat. Kebutuhan akan daging ayam semakin meningkat yang
menunjukkan bahwa prospek pengembangan budidaya ayam broiler harus
ditingkatkan. Tingginya minat masyarakat terhadap konsumsi ayam broiler
menyebabkan pemasaran ayam broiler relatif mudah. Peternakan ”X” menyalurkan
produksinya melalui pemborong, hal ini dimaksudkan agar hasil produksi dapat
sekaligus dipanen. Pembeli pengecer biasanya datang langsung ke peternakan.
Mereka membeli ayam pada kisaran 1-100 ekor. Pemotongan ayam untuk pengecer
dilakukan di sekitar kandang yang dilakukan oleh anak kandang.
Sumberdaya manusia dalam hal ini peternak sudah mengikuti pendidikan
formal. Peternak sering mengikuti pelatihan-pelatihan dan seminar yang diadakan
oleh dinas terkait ataupun perusahaan pemasok sapronak. Peternak sudah mengerti
manajemen pemeliharaan ayam broiler begitu juga anak kandangnya.
Fasilitas transportasi yang dimiliki Desa Citalahab cukup baik yang didukung
oleh keadaan jalan yang bagus, sehingga dapat memperlancar kegiatan produksi
maupun kegiatan pemasaran yang dilakukan peternak. Fasilitas penerangan di desa
ini sudah memadai berupa sumber listrik yang disalurkan oleh PLN. Penerangan
merupakan hal terpenting untuk menunjang pertumbuhan ayam broiler. Sumber air
bersih mudah didapatkan dan tersedianya sarana komunikasi seperti: telepon, radio
dan televisi.

Faktor- Faktor yang Menyebabkan Penurunan Laba Peternakan ”X”


Penurunan pada volume produksi dan penurunan pada harga jual memberikan
pengaruh yang besar pada laba perusahaan. Dari perhitungan analisis sensitifitas
didapat bahwa perubahan penurunan tersebut sangat mungkin terjadi, yang
menunjukan bahwa Peternakan ”X” sangat sensitif pada penurunan nilai tersebut.
Kenaikan biaya pakan sangat berpengaruh besar pada perolehan laba
Peternakan ”X”. Hal ini disebabkan biaya pakan tersebut mencapai ± 70,62 % dari
total biaya variabel. Kenaikan biaya DOC mempunyai pengaruh yang lebih sedikit
dibandingkan dengan biaya pakan. Hal ini disebabkan biaya DOC hanya sebesar
23,72 % dari total biaya variabel, sehingga pengaruhnya sedikit.
Faktor yang paling berpengaruh besar terhadap perolehan laba perusahan
yaitu nilai FCR dan mortalitas. Tingginya nilai FCR dan nilai mortalitas
menyebabkan penurunan penerimaan perusahaan. Penurunan nilai penerimaan
tersebut akan berpengaruh pada laba perusahaan. Karena biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk memproduksi ditutupi dari penerimaan. Jika penurunan
penerimaan menurun mengikuti penurunan volume penjualan yang diakibatkan oleh
tingginya nilai FCR dan tingkat mortalitas, maka akan menyebabkan penerimaan
tidak mampu menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk produksi.
Tingginya nilai FCR menunjukkan adanya pemborosan penggunaan pakan
yang menyebabkan biaya pakan tinggi. Nilai tersebut dapat ditekan dengan cara
pemberian pakan yang tidak berlebihan sehingga pakan tidak terbuang sia-sia. Jika
pakan banyak yang tersisa, menyebabkan aroma yang tidak disukai ayam sehingga
menyebabkan nafsu makan ayam menurun. Angka mortalitas yang tinggi juga
menunjukan manajemen pemeliharaan yang kurang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Peternakan ”X” memiliki karakteristik Biaya variabel lebih tinggi daripada
biaya tetapnya. Tingginya biaya variabel tersebut disebabkan oleh biaya pakan yang
mencapai rata-rata 73,09 % dari total biaya variabel pada setiap periode produksi.
Berdasarkan laporan rugi laba yang diproyeksikan laba bersih memiliki kontribusi
terhadap penerimaan rata-rata sebesar 11,33 %. Hal ini memperlihatkan bahwa
walaupun usaha peternakan ayam broiler memiliki biaya variabel yang sangat tinggi
namun dengan manajemen yang tepat hal tersebut dapat diatasi.
Dalam jangka pendek, Peternakan ”X” mengalami penurunan laba Hal ini
terjadi karena kenaikan biaya variabel lebih tinggi daripada harga penjualan.
Perhitungan perencanaan laba jangka pendek menunjukan nilai margin kontribusi
tertinggi pada periode 15 sebesar Rp 63.028.437,00, nilai titik impas terendah pada
periode 15 sebesar Rp 56.085.895,00, nilai batas keamanan usaha tertinggi sebesar
88.27 % pada periode 15, nilai titik penutupan usaha terendah sebesar Rp
16.627.755,90 pada periode 15 dan nilai pengungkit laba tertinggi pada periode 17
dan 18 sebesar 1,1 kali. Berdasarkan hasil perhitungan parameter perencanaan laba
jangka pendek, menunjukan bahwa prospek usaha Peternakan ”X” memiliki peluang
yang baik untuk dikembangkan. Karena nilai perhitungan parameter tersebut selalu
berada dibawah penerimaan yang pernah terjadi di Peternakan ”X”. Prospek usaha
ayam ras pedaging jelas menguntungkan apabila dikelola sesuai dengan manajemen
yang tepat.

Saran
Tingkat FCR dan mortalitas merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh
peternak, karena pengaruhnya sangat besar terhadap biaya dan volume penjualan.
Hasil analisis sensitifitas yang terjadi menandakan keadaan perusahaan sangat
sensitif, baik terhadap perubahan volume produksi, penurunan harga jual dan
kenaikan harga pakan. Perubahan faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan
penurunan laba bersih. Kenaikan harga pakan merupakan faktor yang paling
berpengaruh pada penerimaan, dengan demikian Peternakan ”X” sebaiknya dapat
menekan biaya variabel dengan cara mempercepat panen yaitu pada hari ke-35,
sehingga biaya pakan dapat diperkecil.
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


memberikan limpahan karunia dan rahmat-Nya, hanya dengan pertolongan-Nyalah
Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mempersembahkan ucapan terimakasih kepada Ir. H. Zulfikar Moesa,
MS. (selaku pembimbing skripsi) dan Alla Asmara, S.Pt. MSi. (selaku pembimbing
skripsi) yang telah membimbing Penulis, tidak hanya dalam masalah skripsi saja
tetapi motivasi dan pengalaman hidup yang sangat berarti. Tak lupa pula, Penulis
ucapkan terimakasih kepada Ir. Ujang Sehabudin selaku penguji seminar, Ir Lucia
Cyrilla ENSD, MSi dan Ir. Widya Hermana MSi selaku penguji sidang, atas
masukan dan saran yang diberikan.
Penulis mempersembahkan rasa hormat dan kasih sayang kepada Bapak,
Mamah, adek-adekku yang manis, bibi Acih+suami serta pak uci atas dukungan
moral dan materi yang telah tulus ikhlas diberikan kepada penulis. Penulis
mengucapkan ”hatur nuhun” kepada Peternakan ”X” yang telah memberikan tempat
penelitian. Terimakasih banyak kepada Pak Thomas atas bantuannya selama Penulis
melakukan penelitian. Terimakasih juga kepada pihak Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pandeglang (P’Winarno dan P’Arri).
Terimakasih kepada keluarga besar SEIP terutama teman seperjuangan
Seipers’39 atas kebersamaan yang terjalin selama ini. Buat teman sekosan Pondok
Rizkier dan ”Jannatul baith”, semoga kita menjadi orang yang sukses dunia akherat.
Tidak lupa juga kepada M’ed ”makasih ya...”.
Terakhir, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar,
pegawai AJMP, dan Umi yang ada di Fapet. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi orang yang sungguh-sungguh berniat untuk menimba ilmu dan menambah
wawasannya.

Bogor, September 2006

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agromedia.


Jakarta.

Assauri, S. 1984. Teknik dan Metoda Peramalan (Penerapannya Dalam ekonomi dan
Dunia Usaha). Edisi Kesatu. FE-UI. Jakarta.

Boediono. 1990. Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Cahyono, B. 2002. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler).


Yayasan Pustaka Nusatama. Jakarta.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten DT II Pandeglang. 2006. Laporan


Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten DT II Pandeglang.

Garrison, R.H. 1997. Akuntansi Manajemen : Konsep Untuk Perencanaan,


Pengendalian, dan Pengambilan Keputusan. Jilid 1. Terjemahan Kusnedi.
Penerbit ITB. Bandung.

Handoko, TH. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Pertama.
BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Hansen, D.R. dan Maryanne, M.M. 1997. Management Accounting. Alih Bahasa :
Ancella A. Hermawan. PT. Erlangga. Jakarta.

Harahap, S.S. 1993. Teori Akuntansi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Hartanto, D. 1981. Akuntansi Untuk Usahawan. Edisi Kelima. UI Press. Jakarta.

Hartono, R.B. 2002. Analisis perencanaan laba jangka pendek pada perusahaan
pengolah baby corn. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Horngren, C.T. 1994. Akuntansi Biaya dengan Pendekatan Manajerial. Edisi


Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.

Lipsey, R.G., Paul N. Courant, dan Douglas D. Purvis. 1995. Pengantar Mikro
Ekonomi. Jilid Satu. Edisi Kesepuluh. Binarupa Aksara. Jakarta.

Makridakis, S., et al. 1995. Metode dan Aplikasi Peramalan. Alih Bahasa : Untung
S.A. Abdul B. Cetakan Kelima. PT. Erlangga. Jakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. STIE YPKAN. Yogyakarta.

Niswonger, C. R., P. E. Fess dan C. S. Warren. 1990. Prinsip-prinsip Akuntansi.


Erlangga. Jakarta.
Nurdiastati, F. 2003. Analisis perencanaan laba jangka pendek pada perusahaan
peternakan ayam broiler (studi kasus di empat lokasi kandang). Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.


_______ . 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyanto, B. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE-


Yogyakarta. Yogyakarta.

Roni, H. 1990. Akuntansi Biaya : Pengantar Untuk Perencanaan dan Pengendalian.


LPFE-Universitas Indonesia. Jakarta.

Setriani, R. 2005. Analisis pendapatan peternak ayam ras pedaging pada pola
kemitraan inti-plasma naratas poultry shop. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suharno, B. 2003. Agribisnis Ayam Ras. Cetakan Keenam. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Surat Keputusan Menteri Pertanian. 2002. http://www.bkpm.go.id/en/file/mat.


pertanian3.doc. [12 maret 2006].

Triyuwono, I. dan As’udi, M. 2001. Akuntansi Syariah : Memformulasikan Konsep


Laba Dalam Konteks Metafora Zakat.Edisi Kesatu. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.

Widjaja, K. dan S. Abdullah. 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras dan Buras. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Yulius, A.P.N. 2004. Analisis perencanaan laba jangka pendek dan prospek usaha cv.
morinda house. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Produksi Ayam Broiler Peternakan “X” Maret 2004 – April 2006
Periode Bulan Produksi (kg)
1 Maret – April 2004 62.520,90
2 Mei – Juni 2004 47.344,75
3 Juli – Agustus 2004 53.800,50
4 September – Oktober 2004 52.916,16
5 November – Desember 2004 42.642,60
6 Januari – Februari 2005 54.505,50
7 Maret – April 2005 56.956,92
8 Mei – Juni 2005 60.134,10
9 Juli – Agustus 2005 32.642,00
10 September – Oktober 2005 57.201,50
11 November – Desember 2005 70.262,80
12 Januari – Februari 2006 57.744,60
13 Maret – April 2006 53.738,00
Sumber : Peternakan “X”

Lampiran 2. Harga Pakan Peternakan “X” Maret 2004 – April 2006


Periode Bulan Pakan S10 Pakan S11 Pakan S12
(Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
1 Maret – April 2004 2.570 2.500 2.425
2 Mei – Juni 2004 2.570 2.500 2.450
3 Juli – Agustus 2004 2.750 2.700 2.450
4 September – Oktober 2004 3.100 3.000 2.650
5 November – Desember 2004 3.150 3.150 2.950
6 Januari – Februari 2005 3.150 3.150 3.100
7 Maret – April 2005 2.700 2.650 2.600
8 Mei – Juni 2005 2.700 2.650 2.600
9 Juli – Agustus 2005 2.750 2.700 2.650
10 September – Oktober 2005 2.750 2.700 2.650
11 November – Desember 2005 2.750 2.700 2.650
12 Januari – Februari 2006 2.750 2.700 2.650
13 Maret – April 2006 2.850 2.800 2.750
Sumber : Peternakan “X”

Lampiran 3. Harga DOC Peternakan “X” Maret 2004 – April 2006

Periode Bulan Harga (Rp/ekor)


1 Maret – April 2004 2.300
2 Mei – Juni 2004 2.200
3 Juli – Agustus 2004 2.500
4 September – Oktober 2004 2.500
5 November – Desember 2004 2.500
6 Januari – Februari 2005 2.500
7 Maret – April 2005 2.500
8 Mei – Juni 2005 2.500
9 Juli – Agustus 2005 2.500
10 September – Oktober 2005 2.595
11 November – Desember 2005 2.595
12 Januari – Februari 2006 2.595
13 Maret – April 2006 2.595
Sumber : Peternakan “X”
Lampiran 4. Harga Jual Ayam Peternakan “X” Maret 2004 – April 2006
Periode Bulan Harga (Rp/kg)
1 Maret – April 2004 6.437
2 Mei – Juni 2004 6.592
3 Juli – Agustus 2004 7.304
4 September – Oktober 2004 7.556
5 November – Desember 2004 7.867
6 Januari – Februari 2005 7.475
7 Maret – April 2005 7.062
8 Mei – Juni 2005 7.065
9 Juli – Agustus 2005 7.054
10 September – Oktober 2005 7.369
11 November – Desember 2005 7.052
12 Januari – Februari 2006 7.050
13 Maret – April 2006 7.321
Sumber : Peternakan “X”
Tabel 8. Laporan Rugi Laba Peternakan ”X” Empat Periode Terakhir
Periode 10 Periode 11 Periode 12 Periode 13
Uraian
Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%)
Penerimaan :
Penjualan Ayam 404.322.702,00 97,07 495.352.740,00 97,09 422.914.392,00 97,17 397.490.316,00 97,95
Penjualan Karung 1.005.000,00 0,24 1.277.500,00 0,26 1.032.000,00 0,24 960.000,00 0,24
Penjualan Litter 900.000,00 0,22 900.000,00 0,18 900.000,00 0,21 900.000,00 0,23
Pendapatan Tambahan 10.296.270,00 2,47 12.647.304,00 2,47 10.394.028,00 2,38 6.448.560,00 1,58
Total Penerimaan 416.523.972,00 100,00 510.177.544,00 100,00 435.240.420,00 100,00 405.798.876,00 100,00
Biaya Variabel :
DOC 80.380.000,00 19,30 80.000.000,00 15,69 83.040.000,00 19,08 83.200.000,00 20,51
Pakan 267.825.000,00 64,30 340.937.500,00 66,83 286.500.000,00 65,83 271.237.500,00 66,84
Obat-obatan dan Vitamin 6.368.520,00 1,53 11.370.271,00 2,23 8.406.299,00 1,94 6.774.400,00 1,67
Upah Tenaga Kerja 8.869.627,00 2,13 9.104.730,00 1,79 8.879.403,00 2,05 8.484.856,00 2,09
Sekam 630.000,00 0,15 630.000,00 0,12 630.000,00 0,15 630.000,00 0,16
Minyak Tanah 2.592.000,00 0,62 2.592.000,00 0,51 2.592.000,00 0,59 2.592.000,00 0,65
Listrik 1.500.000,00 0,36 1.500.000,00 0,29 1.500.000,00 0,35 1.500.000,00 0,36
Telepon 400.000,00 0,10 400.000,00 0,07 400.000,00 0,09 400.000,00 0,10
Kapur 195.000,00 0,05 195.000,00 0,03 195.000,00 0,05 195.000,00 0,05
Detergen 56.000,00 0,01 56.000,00 0,01 56.000,00 0,01 56.000,00 0,01
Gula Merah 300.000,00 0,07 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06 300.000,00 0,07
Dana Sosial 300.000,00 0,07 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06 300.000,00 0,07
ATK 10.000,00 0,00 10.000,00 0,00 10.000,00 0,00 10.000,00 0,00
Biaya Perbaikan Kandang 2.000.000,00 0,48 2.000.000,00 0,39 2.000.000,00 0,45 2.000.000,00 0,49
Total Biaya Variabel 371.426.147,00 89,17 449.395.501,00 88,08 394.808.702,00 90,71 377.679.756,00 93,07
Margin Kotor 45.097.825,00 10,83 60.782.043,00 11,92 40.431.718,00 9,29 28.119.120,00 6,93
Biaya Tetap :
Gaji Tenaga Kerja 1.750.000,00 0,42 1.750.000,00 0,34 1.750.000,00 0,40 1.750.000,00 0,43
Penyusutan Kandang 2.366.700,00 0,57 2.366.700,00 0,46 2.366.700,00 0,54 2.366.700,00 0,59
Penyusutan Peralatan Kandang 1.786.100,00 0,43 1.786.100,00 0,35 1.786.100,00 0,41 1.786.100,00 0,44
Total Biaya Tetap 5.902.800,00 1,42 5.902.800,00 1,17 5.902.800,00 1,35 5.902.800,00 1,46
Total Biaya 377.328.947,00 90,59 455.298.301,00 89,25 400.071.502,00 92,06 383.582.556,00 94,53
Laba Bersih 39.195.025,00 9,41 54.879.243,00 10,75 34.528.918,00 7,94 22.216.320,00 5,47
Sumber : Peternakan “X” (data diolah)
Tabel 14. Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan pada Peternakan ”X” Empat Periode yang akan Datang
Periode 15 Periode 16 Periode 17 Periode 18
Uraian
Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%)
Penerimaan :
Penjualan Ayam 464.892.401,00 97,25 470.322.522,00 97,28 475.752.023,00 97,31 481.182.144,00 97,34
Penjualan Karung 1.076.000,00 0,22 1.076.000,00 0,22 1.076.000,00 0,22 1.076.000,00 0,22
Penjualan Litter 900.000,00 0,19 900.000,00 0,19 900.000,00 0,18 900.000,00 0,18
Pendapatan Tambahan 11.162.880,00 2,34 11.162.880,00 2,31 11.162.880,00 2,29 11.162.880,00 2,26
Total Penerimaan 478.031.281,00 100,00 483.461.402,00 100,00 488.890.903,00 100,00 494.321.024,00 100,00
Biaya Variabel :
DOC 93.754.560,00 19,61 98.533.120,00 20,38 103.311.360,00 21,13 108.089.600,00 21,87
Pakan 297.195.405,00 62,17 299.212.408,00 61,89 301.229.411,00 61,61 303.246.413,00 61,35
Obat-obatan dan Vitamin 8.229.879,00 1,73 8.229.879,00 1,70 8.229.879,00 1,68 8.229.879,00 1,66
Upah Tenaga Kerja 7.840.000,00 1,64 7.840.000,00 1,62 7.840.000,00 1,60 7.840.000,00 1,59
Sekam 630.000,00 0,14 630.000,00 0,13 630.000,00 0,13 630.000,00 0,13
Minyak Tanah 2.592.000,00 0,54 2.592.000,00 0,54 2.592.000,00 0,54 2.592.000,00 0,52
Listrik 1.500.000,00 0,31 1.500.000,00 0,31 1.500.000,00 0,31 1.500.000,00 0,30
Telepon 400.000,00 0,08 400.000,00 0,08 400.000,00 0,08 400.000,00 0,08
Kapur 195.000,00 0,04 195.000,00 0,04 195.000,00 0,04 195.000,00 0,05
Detergen 56.000,00 0,01 56.000,00 0,01 56.000,00 0,01 56.000,00 0,01
Gula Merah 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06
Dana Sosial 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06 300.000,00 0,06
ATK 10.000,00 0,00 10.000,00 0,00 10.000,00 0,00 10.000,00 0,00
Biaya Perbaikan Kandang 2.000.000,00 0,42 2.000.000,00 0,42 2.000.000,00 0,41 2.000.000,00 0,40
Total Biaya Variabel 415.002.844,00 86,81 421.798.406,00 87,24 428.593.650,00 87,66 435.388.892,00 88,08
Margin Kotor 63.028.437,00 13,19 61.662.995,00 12,76 60.297.253,00 12,34 58.932.132,00 11,92
Biaya Tetap :
Gaji Tenaga Kerja 1.750.000,00 0,36 1.750.000,00 0,36 1.750.000,00 0,37 1.750.000,00 0,35
Penyusutan Kandang 2.366.700,00 0,49 2.366.700,00 0,49 2.366.700,00 0,48 2.366.700,00 0,48
Penyusutan Peralatan Kandang 1.786.100,00 0,38 1.786.100,00 0,38 1.786.100,00 0,36 1.786.100,00 0,36
Total Biaya Tetap 5.902.800,00 1,23 5.902.800,00 1,23 5.902.800,00 1,21 5.902.800,00 1,19
Total Biaya 420.905.644,00 88,05 427.701.206,00 88,47 434.496.450,00 88,87 441.291.692,00 89,27
Laba Bersih 57.125.637,00 11,96 55.760.195,00 11,53 54.394.453,00 11,13 53.029.332,00 10,73
Tabel 20. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Volume Produksi Untuk Periode 15 – Periode 18

Periode 15 Periode 15’ Periode 16 Periode 16’ Periode 17 Periode 17’ Periode 18 Periode 18’
Uraian
Biaya Tetap Total (Rp) 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5902800,00
Biaya Variabel Total (Rp) 415.002.844,00 415.002.844,00 421.798.407,00 421.798.407,00 428.593.650,00 428.593.650,00 435.388.892,00 435.388.892,00
Biaya Total (Rp) 420.905.644,00 420.905.644,00 427.701.207,00 427.701.207,00 434.496.450,00 434.496.450,00 441.291.692,00 441.291.692,00
Volume Penjualan (kg) 62.016,00 56.148,23 62.016,00 56.396,02 62.016,00 56.638,19 62.016,00 56.874,81
Harga Rata-rata (Rp) 7496,33 7.496,33 7.583,89 7.583,89 7.671,44 7.671,44 7.759,00 7759,00
Penerimaan (Rp) 464.892.401,30 420.905.644,00 470.322.522,20 427.701.207,00 475.752.023,00 434.496.450,00 481.182.144,00 441.291.692,00
Laba Kontribusi (Rp) 49.889.557,28 5.902.800,00 48.524.115,24 5.902.800,00 47.158.373,04 5.902.800,00 45.793.252,00 5.902.800,00
Laba Bersih (Rp) 43.986.757,28 0 42.621.315,24 0 41.255.573,04 0 39.890.452,00 0

Keterangan :
Periode 15’ : Penurunan volume produksi periode 15 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 16’ : Penurunan volume produksi periode 16 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 17’ : Penurunan volume produksi periode 17 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 18’ : Penurunan volume produksi periode 18 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Tabel 21. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Kenaikan Harga Pakan Untuk Periode 15 – Periode 18
Uraian
Periode 15 Periode 15’ Periode 16 Periode 16’ Periode 17 Periode 17’ Periode 18 Periode 18’
Biaya Tetap Total (Rp) 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00
Biaya Variabel Konstan (Rp) 117.807.439,00 117.807.439,00 112.585.999,00 112.585.999,00 127.364.239,00 127.364.239,00 132.142.479,00 132.142.479,00
Biaya Pakan (Rp) 297.195.405,00 341.182.162,30 309.212.408,00 351.833.723,20 301.229.411,00 342.484.984,00 303.246.413,00 343.136.865,00
Biaya Variabel Total (Rp) 415.002.844,00 458.989.601,30 421.798.407,00 464.419.722,20 428.593.650,00 469.849.223,00 435.388.892,00 475.279.344,00
Biaya Total (Rp) 420.905.644,00 464.892.401,30 427.701.207.00 470.322.522,20 434.496.450,00 475.752.023,00 441.291.692,00 481.182.144,00
Volume Penjualan (kg) 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00
Harga Rata-rata (Rp) 7.496,33 7.496,33 7.583,89 7.583,89 7.671,44 7.671,44 7.759,00 7.759,00
Penerimaan (Rp) 464.892.401,30 464.892.401,30 470.322.522,20 470.322.522,20 475.752.023,00 475.752.023,00 481.182.144,00 481.182.144,00
Laba Kontribusi (Rp) 49.889.557,28 5.902.800,00 48524115.24 5.902.800,00 47.158.373,04 5.902.800,00 45.793.252,00 5.902.800,00
Laba Bersih (Rp) 43.986.757,28 0 42621315.24 0 41.255.573,04 0 39.890.452,00 0

Keterangan :
Periode 15’ : Penurunan Kenaikan Harga Pakan periode 15 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 16’ : Penurunan Kenaikan Harga Pakan periode 16 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 17’ : Penurunan Kenaikan Harga Pakan periode 17 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 18’ : Penurunan Kenaikan Harga Pakan periode 18 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Tabel 22. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Kenaikan Harga DOC Untuk Periode 15 – Periode 18
Uraian
Periode 15 Periode 15’ Periode 16 Periode 16’ Periode 17 Periode 17’ Periode 18 Periode 18’
Biaya Tetap Total (Rp)
5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00
Biaya Variabel Konstan (Rp)
321.248.284,00 321.248.284,00 323.265.287,00 323.265.287,00 325.282.290,00 325.282.290,00 327.299.292,00 327.299.292,00
Biaya DOC (Rp)
93.754.560,00 137.741.317,30 98.533.120,00 141.154.435,20 103.311.360,00 144.566.933,00 108.089.600,00 147.980.052,00
Kanaikan Per Ekor (Rp)
2.929,83 4.304,42 3.079,16 4.411,08 3.228,48 4.517,72 3.377,80 4.624,38
Biaya Variabel Total (Rp)
415.002.844,00 458.989.601,30 421.798.407,00 464.419.722,20 428.593.650,00 469849223,00 435.388.892,00 475.279.344,00
Biaya Total (Rp)
420.905.644,00 464.892.401,30 427.701.207,00 470.322.522,20 434.496.450,00 475752023,00 441.291.692,00 481.182.144,00
Volume Penjualan (kg)
62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62016,00 62.016,00 62.016,00
Harga Rata-rata (Rp)
7.496,33 7.496,33 7.583,89 7.583,89 7.671,44 7671,44 7.759,00 7.759,00
Penerimaan (Rp)
464.892.401,30 464.892.401,30 470.322.522,20 470.322.522,20 475.752.023,00 475752023,00 481.182.144,00 481.182.144,00
Laba Kontribusi (Rp)
49.889.557,28 5.902.800,00 48.524.115,24 5.902.800,00 47.158.373,04 5.902.800,00 45.793.252,00 5.902.800,00
Laba Bersih (Rp)
43.986.757,28 0 42.621.315,24 0 41.255.573,04 0 39.890.452,00 0
Keterangan :
Periode 15’ : Penurunan Kenaikan Harga DOC periode 15 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 16’ : Penurunan Kenaikan Harga DOC periode 16 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 17’ : Penurunan Kenaikan Harga DOC periode 17 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 18’ : Penurunan Kenaikan Harga DOC periode 18 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Tabel 23. Hasil Uji Analisis Sensitifitas Penurunan Harga Jual Untuk Periode 15 – Periode 18
Uraian Periode 15 Periode 15’ Periode 16 Periode 16’ Periode 17 Periode 17’ Periode 18 Periode 18’

Biaya Tetap Total (Rp) 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5.902.800,00 5902800,00
Biaya Variabel Total (Rp) 415.002.844,00 415.002.844,00 421.798.407,00 421.798.407,00 428.593.650,00 428.593.650,00 435.388.892,00 435.388.892,00
Biaya Total (Rp) 420.905.644,00 420.905.644,00 427.701.207,00 427.701.207,00 434.496.450,00 434.496.450,00 441.291.692,00 441.291.692,00
Volume Penjualan (kg) 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00 62.016,00
Harga Rata-rata (Rp)
7.496,33 6.787,05 7.583,89 6.896,63 7671,44 7.006,20 7.759,00 7.115,77
Penerimaan (Rp)
464.892.401,30 420.905.644,00 470.322.522,20 427.701.207,00 475.752.023,00 434.496.450,00 481.182.144,00 441.291.692,00
Laba Kontribusi (Rp)
49.889.557,28 5.902.800,00 48524115,24 5.902.800,00 47.158.373,04 5.902.800,00 45.793.252,00 5.902.800,00
Laba Bersih (Rp)
43.986.757,28 0 42.621.315,24 0 41.255.573,04 0 39.890.452,00 0
Keterangan :
Periode 15’ : Penurunan Harga Jual periode 15 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 16’ : Penurunan Harga Jual periode 16 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 17’ : Penurunan Harga Jual periode 17 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
Periode 18’ : Penurunan Harga Jual periode 18 yang menyebabkan laba Peternakan ”X” nol.
LAMPIRAN
Lampiran 5. Perhitungan Ramalan Produksi Peternakan ”X” dengan Metode Rata-rata Bergerak Linier
Rata-rata Bergerak Rata-rata
Empat Bulanan Bergerak Empat Kesalahan Kesalahan
Periode Produksi Dari Produksi Bulanan Dari S’t a = 2S’t - S”t b = (2/N-1)*(S’t - S”t) a+b(m) Kesalahan Absolut Kuadrat
(S't) (S"t)
1 62.520,90
2 47.344,75
3 53.800,50
4 52.916,16 54.145,58
5 42.642,60 49.176,00
6 54.505,50 50.966,19
7 56.956,92 51.755,30 51.510,77 51.999,82 244,53
8 60.134,10 53.559,78 51.364,32 55.755,24 2.195,46 52.244,35 7.889,75 7.889,75 62.248.115,61
9 32.642,00 51.059,63 51.835,22 50.284,04 -775,59 57.950,71 -25.308,70 25.308,71 640.530.612,00
10 57.201,50 51.733,63 52.027,08 51.440,18 -293,45 49.508,44 7.693,06 7.693,06 59.183.133,70
11 70.262,80 55.060,10 52.853,29 57.266,92 2.206,82 51.146,72 19.116,08 19.116,08 365.424.419,00
12 57.744,60 54.462,73 53.079,02 55.846,43 1.383,70 59.473,73 -1.729,13 1.729,13 2.989.890,56
13 53.738,00 59.736,73 55.248,30 64.225,16 4.488,43 57.230,13 -3.492,13 3.492,13 12.194.989,40
14 m=1 68.713,59 MAE 10.871,47
15 m=2 73.202,02 MSE 190.428.526,70
16 m=3 77.690,45
17 m=4 82.178,88
18 m=5 86.667,31
Keterangan :
m = 1 : Ramalan Periode 14
m = 2 : Ramalan periode 15
m = 3 : Ramalan periode 16
m = 4 : Ramalan Periode 17
m = 5 : Ramalan Periode 18
Lampiran 6. Perhitungan Ramalan Harga Pakan S10 dengan Metode Rata-rata Bergerak Linear
Rata-rata Bergerak Rata-rata
Harga Empat Bulanan Bergerak Empat Kesalahan Kesalahan
Periode (Rp/kg) Dari Harga Bulanan Dari S’t a = 2S’t - S”t b = (2/N-1)*(S’t - S”t) a+b(m) Kesalahan Absolut Kuadrat
(S't) (S"t)
1 2.570
2 2.570
3 2.750
4 3.100 2.747,5
5 3.150 2.892,5
6 3.150 3.037,5
7 2.700 3.025,0 2.925,62 3.124,37 66,25
8 2.700 2.925,0 2.970,00 2.880,00 -30,00 3.190,62 -490,62 490,62 240.712,90
9 2.750 2.825,0 2.953,12 2.696,87 -85,42 2.850,00 -100,00 100,00 10.000,00
10 2.750 2.725,0 2.875,00 2.575,00 -100,00 2.611,46 138,54 138,54 19.193,79
11 2.750 2.737,5 2.803,12 2.671,87 -43,75 2.475,00 275,00 275,00 75.625,00
12 2.750 2.750,0 2.759,37 2.740,62 -6,25 2.628,12 121,87 121,87 14.853,52
13 2.850 2.775,0 2.746,87 2.803,12 18,75 2.734,37 115,62 115,62 13.369,14
14 m=1 2.821,87 MSE 62.292,39
15 m=2 2.840,62 MAE 206,94
16 m=3 2.859,37
17 m=4 2.878,12
18 m=5 2.896,87
Keterangan :
m=1 : Ramalan Periode 14
m=2 : Ramalan Periode 15
m=3 : Ramalan periode 16
m=4 : Ramalan periode 17
m=5 : Ramalan Periode 18
Lampiran 7. Perhitungan Ramalan Harga Pakan S11 dengan Metode Rata-rata Bergerak Linear
Rata-rata Bergerak Rata-rata Bergerak
Harga Empat Bulanan Dari Empat Bulanan Dari Kesalahan Kesalahan
Periode (Rp/kg) Harga S’t a = 2S’t - S”t b = (2/N-1)*(S’t - S”t) a+b(m) Kesalahan Absolute Kuadrat
(S't) (S"t)
1 2.500
2 2.500
3 2.700
4 3.000 2.675,0
5 3.150 2.837,5
6 3.150 3.000,0
7 2.650 2.987,5 2.875,00 3.100,00 75,00
8 2.650 2.900,0 2.931,25 2.868,75 -20,83 3.175,00 -525,00 525,00 275.625,00
9 2.700 2.787,5 2.918,75 2.656,25 -87,50 2.847,92 -147,92 147,92 21.879,34
10 2.700 2.675,0 2.837,50 2.512,50 -108,33 2.568,75 131,25 131,25 17.226,56
11 2.700 2.687,5 2.762,50 2.612,50 -50,00 2.404,17 295,83 295,83 87.517,36
12 2.700 2.700,0 2.712,50 2.687,50 -8,33 2.562,50 137,50 137,50 18.906,25
13 2.800 2.725,0 2.696,87 2.753,12 18,75 2.679,17 120,83 120,83 14.600,69
14 m=1 2.771,87 MSE 72.625,87
15 m=2 2.790,62 MAE 226.39
16 m=3 2.809,37
17 m=4 2.828,12
18 m=5 2.846,87
Keterangan :
m=1 : Ramalan Periode 14
m=2 : Ramalan Periode 15
m=3 : Ramalan periode 16
m=4 : Ramalan periode 17
m=5 : Ramalan Periode 18
Lampiran 8. Perhitungan Ramalan Harga Pakan S12 dengan Metode Rata-rata Bergerak Linear
Rata-rata Bergerak Rata-rata Bergerak
Harga Empat Bulanan Dari Empat Bulanan Dari
Periode (Rp/kg) Harga S’t a = 2S’t - S”t b = (2/N-1)*(S’t - S”t) a+b(m) KSesalahan Kesalahan Absolut Kesalahan Kuadrat
(S't) (S"t)
1 2.425
2 2.450
3 2.450
4 2.650 2.493,75
5 2.950 2.625,00
6 3.100 2.787,50
7 2.600 2.825,00 2.682,81 2.967,19 94,79
8 2.600 2.812,50 2.762,50 2.862,50 33,33 3.061,98 -461,98 461,98 213.424,80
9 2.650 2.737,50 2.790,62 2.684,37 -35,42 2.895,83 -245,83 245,83 60.434,03
10 2.650 2.625,00 2.750,00 2.500,00 -83,33 2.648,96 1,04 1,04 1,08
11 2.650 2.637,50 2.703,12 2.571,87 -43,75 2.416,67 233,33 233,33 54.444,44
12 2.650 2.650,00 2.662,50 2.637,50 -8,33 2.528,12 121,87 121,87 14.853,52
13 2.750 2.675,00 2.646,87 2.703,12 18,75 2.629,17 120,83 120,83 14.600,69
s m=1 2.721,87 MSE 59.626,42
15 m=2 2.740,62 MAE 197,48
16 m=3 2.759,37
17 m=4 2.778,12
18 m=5 2.796,87
Keterangan :
m=1 : Ramalan Periode 14
m=2 : Ramalan Periode 15
m=3 : Ramalan periode 16
m=4 : Ramalan periode 17
m=5 : Ramalan Periode 18
Lampiran 9. Perhitungan Ramalan Harga DOC dengan Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal (α = 0,7)
Bulan Periode Harga (ekor) Pemulusan Eksponensial Tunggal (S't) Kesalahan Kesalahan Absolut Kesalahan Kuadrat
Mar-Apr'04 1 2.300 2.300,00
Mei-Jun'04 2 2.200 2.300,00 -100,00 100,00 10.000,00
Jul-Ags'04 3 2.500 2.230,00 270,00 270,00 72.900,00
Sep-Okt'04 4 2.500 2.419,00 81,00 81,00 6.561,00
Nov-Des'04 5 2.500 2.475,70 24,30 24,30 590,49
Jan-Feb'05 6 2.500 2.492,71 7,29 7,29 53,14
Mar-Apr'05 7 2.500 2.497,81 2,19 2,19 4,78
Mei-Jun'05 8 2.500 2.499,34 0,66 0,66 0,43
Jul-Ags'05 9 2.500 2.499,80 0,20 0,20 0,04
Sep-Okt'05 10 2.511 2.499,94 11,06 95,06 9.036,22
Nov-Des'05 11 2.500 2.507,68 -7,68 28,52 813,26
Jan-Feb'06 12 2.595 2.502,30 92,69 8,55 73,19
Mar-Apr'06 13 2.600 2.567,19 32,81 2,57 6,59
Ramalan 2.590,16 JUMLAH 620,33 100.039,15
MAE 47,78
MSE 7.695,32
Keterangan :
MAE : Mean Absolut Error
MSE : Mean Square Error
Lampiran 10. Perhitungan Ramalan Harga DOC dengan Metode Pemulusan Eksponensial Linear dari Brown (α = 0,7)

Pemulusan Pemulusan
Harga DOC Eksponensial Eksponensial Kesalahan Kesalahan
Periode (Rp/ekor) Tunggal Ganda a = 2S’t - S”t b = (2/N-1)*(S’t - S”t) a+b(m) Kesalahan Absolut Kuadrat
(St) (S’t)
1 2.300 2.300,00 2.300,00 2.300,00 0
2 2.200 2.300,00 2.300,00 2.300,00 0 2.300,00 -100,00 100,00 10.000,00
3 2.500 2.230,00 2.300,00 2.160,00 -163,33 2.300,00 200,00 200,00 40.000,00
4 2.500 2.419,00 2.251,00 2.587,00 392,00 1.996,67 503,33 503,33 253.344,40
5 2.500 2.475,70 2.368,60 2.582,80 249,90 2.979,00 -479,00 479,00 229.441,00
6 2.500 2.492,71 2.443,57 2.541,85 114,66 2.832,70 -332,70 332,70 110.689,30
7 2.500 2.497,81 2.477,97 2.517,66 46,31 2.656,51 -156,51 156,51 24.495,38
8 2.500 2.499,35 2.491,86 2.506,83 17,46 2.563,96 -63,96 63,96 4.091,26
9 2.500 2.499,80 2.497,10 2.502,51 6,31 2.524,29 -24,29 24,29 590,09
10 2.511 2.499,94 2.498,99 2.500,89 2,21 2.508,82 2,18 2,18 4,76
11 2.500 2.507,68 2.499,66 2.515,71 18,73 2.503,10 -3,10 3,10 9,64
12 2.595 2.502,30 2.505,27 2.499,33 -6,93 2.534,44 60,56 60,56 3.668,01
13 2.600 2.567,19 2.503,19 2.631,19 149,32 2.492,40 107,59 107,59 11.576,60
14 m=1 2.780,51
15 m=2 2.929,83
16 m=3 3.079,16 MSE 57.325,9
17 m=4 3.228,48 MAE 169,43
18 m=5 3.377,80
Keterangan :
m = 1 : Ramalan periode 14
m = 2 : Ramalan periode 15
m = 3 : Ramalan periode 16
m = 4 : Ramalan periode 17
m = 5 : Ramalan periode 18
Lampiran 11. Perhitungan Ramalan Harga Jual Ayam Broiler Hidup dengan Metode Rata-rata Bergerak Linier

Harga Rata-rata Bergerak Tiga Rata-rata Bergerak Kesalahan Kesalahan


Periode (Rp/kg) Bulanan Dari Harga Tiga bulanan Dari a = 2S’t - S”t b = (2/N-1)*(S’t - S”t) a+b(m) Kesalahan Absolut Kuadrat
(S't) S’t (S"t)
1 6.437
2 6.592
3 7.304 6.777,67
4 7.556 7.150,67
5 7.867 7.575,67 7.168,00 7.983,33 407,67
6 7.475 7.632,67 7.453,00 7.812,33 179,67 8.391,00 -916,00 916,00 839.056,00
7 7.062 7.468,00 7.558,78 7.377,22 -90,78 7.992,00 -930,00 930,00 864.900,00
8 7.065 7.200,67 7.433,78 6.967,56 -233,11 7.286,44 -221,44 221,44 49.037,64
9 7.054 7.060,33 7.243,00 6.877,67 -182,67 6.734,44 319,56 319,56 102.115,75
10 7.068 7.062,33 7.107,78 7.016,89 -45,44 6.695,00 373,00 373,00 139.129,00
11 7.050 7.057,33 7.060,00 7.054,67 -2,67 6.971,44 78,56 78,56 6.170,97
12 7.324 7.147,33 7.089,00 7.205,67 58,33 7.052,00 272,00 272,00 73.984,00
13 7.327 7.233,67 7.146,11 7.321,22 87,56 7.264,00 -81,78 81,78 6.687,60
14 . m=1 7.408,78 MAE 399,04
15 m=2 7.496,33 MSE 260.135,12
16 m=3 7.583,89
17 m=4 7.671,44
18 m=5 7.759,00
Keterangan :
m = 1 : Ramalan Periode 14
m = 2 : Ramalan periode 15
m = 3 : Ramalan periode 16
m = 4 : Ramalan Periode 17
m = 5 : Ramalan Periode 18

Anda mungkin juga menyukai