Anda di halaman 1dari 22

BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Judul
Menghitung Effisiensi Reboiler LS -E6 De-Propanizer pada seksi Crude
Distiller dan Light End (CD&L) Unit RFCCU (Riser Fluid Catalytic Cracking
Unit) di PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong.

3.2 Latar Belakang


Dalam suatu industri perminyakan, banyak ditemukan alat-alat penukar panas
seperti Furnace, Heat Exchanger, Reboiler, Condensor dll. Semua peralatan
tersebut mempunyai fungsi dan kemampuan masing- masing, peralatan-peralatan
tersebut dalam pengoprasiannya memerlukan panas. Agar tidak terjadi
pemborosan energi yang digunakan maka diperlukan adanya suatu manajemen
energi, agar energi yang digunakan efisien, tanpa adanya pengurangan kualitas
dan kuantitas produk yang diperoleh.

Pada proses pengolahan minyak, fungsi dan peranan alat perpindahan


panas sangat penting. Proses perpindahan panas merupakan proses yang banyak di
pakai dalam industri perminyakan, salah satunya seperti Reboiler LS-E6 yang di
pakai bottom kolom de-propanizer pada Unit Stabilizer III di Sungai Gerong
Refinery Unit III Plaju Palembang.
Reboiler LS E-6 ini merupakan heat exchanger jenis shell and tube yang
berfungsi untuk mengubah fase dari bottom kolom de-propanizer yang berupa
fase cair menjadi fase uap sebagai refluks dengan memanfaatkan steam sebagai
fluida panas.
Reboiler berfungsi untuk memanaskan fluida atau feed gas yang masuk
kedalam kolom distilasi sehingga fungsi reboiler disini sangatlah penting untuk
memanaskan kembali fluida tersebut sampai fluida tersebut mencapai titik
didihnya sehingga dapat dipisahkan menjadi berbagai komponen.
Untuk mengetahui kemampuan alat perpindahan panas ini, perlu di
lakukan dengan cara perhitungan, sehingga kemampuan kerja dari alat
perpindahan panas dapat diketahui.

61
62

Oleh karena itu penyusun mengambil judul “Menghitung Effisiensi Reboiler


LS -E6 De-Propanizer pada seksi Crude Distiller dan Light End (CD&L) Unit
RFCCU (Riser Fluid Catalytic Cracking Unit) di PT. Pertamina RU III Plaju-
Sungai Gerong.

3.3 Tujuan
Penulisan Tugas Khusus ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengevaluasi kerja meliputi efisiensi, faktor pengotor, dan
tekanan operasi alat Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU.
2. Untuk membandingkan kondisi Actual dan Design pada alat Reboiler
LS-E6 pada Unit RFCCU.

3.4 Manfaat
Manfaat dari Tugas khusus ini adalah:
1. Memahami proses dan mengetahui effisiensi Reboiler pada kolom de-
propanizer.

2. Mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama proses pembelajaran di


bangku kuliah dalam skala industri, khususnya pada unit RFCCU di
PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sei. Gerong.

3.5 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dari tugas khusus ini adalah:
1) Bagaimana cara menghitung efisiensi dari reboiler LS-E6 de-propanizer ?
2) Bagaimana pengaruh kondisi actual penurunan tekanan (pressure drop)
dari reboiler LS-E6?

3.6 Batasan Masalah


Masalah yang akan dibahas pada Tugas khusus ini adalah evaluasi
efisiensi Reboiler LS-6 De-Propanizer pada Unit RFCCU yang meliputi LMTD,
Fouling Faktor dan Pressure Drop dengan membandingkan kondisi Actual dan
Design dengan menggunakan metode D.Q Kern .

3.7 Tinjauan Pustaka


3.7.1 Pengertian Perpindahan Panas

Proses perpindahan panas yang terjadi pada suatu fluida proses merupakan
bagian terpenting dalam proses industri kimia. Mekanisme perpindahan panas ini
63

disebabkan beda temperature antara fluida yang satu dengan fluida yang lain, baik
perpindahannya secara konduksi, konveksi maupun radiasi. Sifat perpindahan
panas adalah bila dua buah benda mempunyai suhu yang berbeda mengalami
kontak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka panas akan mengalir
dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah.

3.7.2 Macam – macam proses perpindahan panas

Proses perpindahan panas yang terjadi di dalam proses-proses kimia dapat


berlangsung dengan tiga cara yaitu :
a. Perpindahan Panas Secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas antara molekul-
molekul yang saling berdekatan antara satu sama lain dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul secara fisis. Perpindahan secara konduksi ini dapat
berlangsung pada benda padat. Contoh perpindahan panas secara konduksi adalah
perpindahan panas dalam zat padat yang tidak tembus cahaya, seperti dinding bata
pada tungku atau dinding logam pada tabung.
b. Perpindahan Panas secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari
suatu tempat ke tempat lain dengan gerakan partikel secara fisis. Perpindahan
panas secara konveksi menurut terjadinya ada dua macam, yaitu:
1. Konveksi bebas (natural convection)
Adalah proses perpindahan panas yang berlangsung secara alamiah,
dimana perpindahan panas molekul-molekul dalam zat yang dipanaskan terjadi
dengan sendirinya tanpa adanya tenaga dari luar.
2. Konveksi paksa (forced convection)
Adalah proses perpindahan panas yang terjadi karena adanya tenaga dari
luar, misalnya pengadukan. Jika dalam suatu alat dikehendaki pertukaran panas,
maka perpindahan panas terjadi secara konveksi paksa karena laju panas yang
dipindahkan naik dengan adanya aliran atau pengadukan.
c. Perpindahan Panas secara Radiasi
Radiasi adalah istilah yang digunakan untuk perpindahan energi panas melalui
ruang oleh gelombang elektromagnetik. Perambatan gelombang elektromagnetik
dapat berlangsung baik dalam suatu medium maupun dalam ruang hampa
64

(vacuum).Jika radiasi berlangsung melalui ruang hampa, maka partikel – partikel


tidak ditransformasikan menjadi kalor atau bentuk lain dari energi, dan tidak pula
terbelok dari lintasannya. Tetapi sebaliknya, apabila terdapat zat pada lintasannya,
maka radiasi akan terjadi transmisi, refleksi, dan absorpsi

3.7.3 Jenis – jenis heat exchanger berdasarkan bentuknya

Heat Exchanger dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam


berdasarkan bentuknya, yaitu :

1. Double – Pipe Exchanger


Merupakan jenis yang paling sederhana yang hanya terdiri atas pipa besar
dan pipa kecil yang disusun secara konsentris. Digunakan untuk mendinginkan
atau memanaskan fluida proses.
2. Shell and Tube Exchanger
Merupakan heat exchanger yang terdiri atas suatu pipa besar yang berisi
sejumlah tube yang lebih kecil. Jenis ini dapat digunakan untuk mendinginkan
atau memanaskan fluida proses.
3. Plate and Frame Exchanger
Heat Exchanger ini terdiri atas plate – plate yang dipasang sebagai
penyekat antara fluida dingin dan fluida panas.
4. Box Cooler
Merupakan salah satu jenis heat exchanger yang bentuknya seperti bak
atau kotak , digunakan untuk mendinginkan liquid yang panas dengan
menyerahkan panasnya pada air yang berada di dalam bak.

3.7.4 Kategori penukar panas berdasarkan penggunaannya

Berdasarkan jenis penggunaannya alat penukar panas dapat dikategorikan


sebagai berikut :

1) Preheater
Alat ini digunakan untuk mentransfer panas dari fluida yang masih
bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah yang bertujuan untuk dimanfaatkan
65

oleh fluida yang bersuhu rendah sebelum masuk ke furnace, yang mana bertujuan
agar kerja furnace lebih ringan.
2) Condensor
Alat ini digunakan untuk menurunkan suhu dari uap atau vapour sampai
mencapai titk pengembunan atau kondensasi ke suhu cair, dengan mentransfer
panasnya ke fluida lain, biasanya air, dapat air tawar ataupun air laut.
3) Reboiler
Alat ini digunakan untuk memproduksi uap dari liquid, dimana liquid
tersebut dipanaskan dengan melewatkan uap air yang ada pada tube bundle.yang
mana media pemanas biasa digunakan adalah steam. Perpidahan panas yang
terjadi juga disertai perubahan fase, tetapi dari bentuk liquid menjadi vapour
dengan sumber panas dari fluida proses maupun sistem.
4) Cooler
Alat ini digunakan untuk mendinginkan liquid yang panas sampai
mencapai suhu tertentu yang dikehendaki. Peristiwa perpindahan panas yang
terjadi tanpa perubahan fasa.
5) Chiller
Alat ini digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu yang lebih
rendah. Dimana media pendingin biasanya dapat digunakan berupa air, propane,
freon, ataupun ammonia.
6) Evaporator
Alat ini digunakan untuk menguapkan fluida cair dengan menggunakan
suatu media pemanas (steam) atau media pemanas lainnya.
7) Cooling tower
Alat ini digunakan untuk mendinginkan fluida dengan menggunakan
hembusan udara.
8) Furnace
Alat ini digunakan bertujuan untuk menaikan suhu feed sampai temperatur
tertentu sebelum diproses dikolom CDU, HVU, dan RFFU.

3.7.5 Klasifikasi Heat Exchanger Berdasarkan Bentuk

a. Double Pipe Exchanger


66

Heat Exchanger ini adalah jenis yang paling sederhana yang hanya terdiri
atas pipa besar dan kecil yang disusun secara konsentris. Jenis ini biasanya
digunakan untuk mendinginkan atau memanaskan fluida proses.

b. Shell and Tube Exchanger


Merupakan Heat Exchanger yang terdiri dari suatu pipa besar yang berisi
sejumlah tube yang lebih kecil. Jenis ini dapat dugunakan untuk mendinginkan
atau memanaskan fluida proses.

c. Flate and Fram Exchanger


Merupakan Heat Exchanger yang terdiri atas plate-plate yang dipasang
sebagai penyekat antara fluida dingin dan ffluida panas.

d. Air Cooled Exchanger


Alat ini digunakan untuk mendinginkan suatu cairan dengan udara sebagai
fluida pendinginnya. Cairan disalurkan kedalam pipa dan udara dialirkan kebagian
luar pipa tersebut.

e. Box Cooler
Merupakan alat pendingin yang terdiri dari suatu coil pipa yang direndam
dalam sebuah tangki terbuka ( segi empat ).

3.7.6 Jenis-jenis Aliran

Berdasarkan konfigurasi arah aliran, maka alat penukar panas dapat


dikategorikan pada tiga jenis konfigurasi aliran yaitu :

1. Aliran Sejajar (Co – current flow)


Kedua jenis fluida masuk dari satu sisi secara bersamaan, mengalir pada arah
yang sama dan keluar dari sisi lainnya yang sama.

Gambar 3.1 Co Current flow


67

Sumber:jurnal rekayasa mesin vol.13 no.1 maret 2013(UnSri)

2. Aliran berlawanan arah (Counter – current flow)


Dua jenis fluida masuk dari arah yang berlawanan dan keluar dari sisi yang
berlawanan pula.

Gambar 3.2 Counter current flow


Sumber:jurnal rekayasa mesin vol.13 no.1 maret 2013(UnSri)

3. Aliran kombinasi (gabungan)


Satu fluida masuk dari satu sisi kemudian berbagi arah ke arah sisi masuk,
sedangkan fluida lainnya masuk dan keluar dari sisi yang berlainan.

Aliran panas

Aliran dingin

Gambar 3.3 Aliran kombinasi


Sumber:https://artikel-teknologi.com/macam-macam heat exchanger-alat-penukar-panas-bagian-
5/amp/

Shell dan Tube Exchanger sejauh ini paling umum digunakan untuk proses
perpindahan panas di industri kimia. Keuntungan yang diperoleh dari heat
exchanger jenis ini adalah :
68

- Konfigurasinya - Lebih mudah dibersihkan


memberikan luas - Prosedur perancangannya
permukaan yang besar mudah
dengan volume yang kecil - Dapat digunakan untuk
- Secara mekanis, bentuknya berbagai jenis bahan proses
cocok untuk proses - Dapat dibuat dari berbagai
bertekanan jenis bahan
- Teknik pembuatannya lebih
mudah
3.7.7 Fouling factor (Rd)
Fouling factor adalah suatu angka yang menunjukkan hambatan akibat
adanya kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam heat exchanger,
yang melapisi bagian dalam dan luar tube. Fouling factor sangat berpengaruh
terhadap proses perpindahan panas, karena pergerakannya terhambat oleh deposit.
Fouling factor ditentukan berdasarkan harga koefisien perpindahan panas
menyeluruh untuk kondisi bersih maupun kotor pada alat penukar panas yang
digunakan.Nilai fouling factor didapat dari perhitungan dan desain yang dapat
dilihat dari Tabel 12 Kern. Apabila nilai fouling factor hasil perhitungan lebih
besar dari nilai fouling factor desain maka perpindahan panas yang terjadi di
dalam alat tidak memenuhi kebutuhan prosesnya dan harus segera dibersihkan.
Nilai fouling factor dijaga agar tidak melebihi nilai fouling factor desainnya agar
alat heat exchanger dapat mentransfer panas lebih besar untuk keperluan
prosesnya. Perhitungan fouling factor berguna dalam mengetahui apakah terdapat
kotoran di dalam alat dan kapan harus dilakukan pencucian.

Fouling dapat terjadi dikarenakan adanya :


1. Pengotor berat / Hard Deposit, yaitu kerak keras yang berasal dari hasil
korosi atau coke keras.
2. Pengotor berpori / Porous Deposit, yaitu kerak lunak yang berasal dari
dekomposisi kerak keras.
3. Loss deposit, yaitu berasal dari deposit, seperti lumpur dan materi lunak.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fouling pada alat heat


exchanger adalah :
1. Kecepatan aliran fluida
2. Temperatur fluida
3. Temperatur permukaan dinding tube

3.7.8 Pressure Drop

Pressure drop merupakan penurunan tekanan yang terjadi pad tubedan


shell. Pressure drop sangat penting pada alat penukar panas (Reboiler) karena
berhubungan dengan erat pada laju alir fluida dingin maupun fluida panas.
Semakin tinggi Pressure Drop mengindikasikan banyak terjadinya fouling dan hal
ini membuat laju alir fluida yang mengalir pada tube atau shell akan menurun dari
kondisi desain. Dengan menurunnya laju alir fluida pada Reboiler memerlukan
lebih banyak pompa untuk meningkatkan flow ratenya, hal ini sangat tidak
diinginkan dari segi ekonomi.

3.7.9 Pengertian Reboiler


Reboiler merupakan peralatan perpindahan panas yang berfungsi untuk
mendidihkan kembali (reboil) atau menguapkan sebagian produk bottom dari
kolom distalasi sehingga fraksi-fraksi ringan yang terikut bottom produk dapat
diuapkan kembali. Biasanya alat ini dihubungkan dengan dasar kolom fraksinasi
atau stripper untuk melengkapi panas pendidihan yang diperlukan untuk distilasi.
Sebagai media pemanas dapat berupa steam yang berasal dari uitlitas. Fluida
panas berupa steam digunakan pada Reboiler LS – E6 Depropanizer Unit
RFCCU.

Reboiler dapat berupa heat exchanger atau peralatan lainnya dengan


tujuan untuk melengkapi kebutuhan panas pendidihan sebelum diteruskan ke
kolom. Reboiler yang berupa shell and tube exchanger terdiri dari selongsong
(shell) dan saluran-saluran kecil yang menyerupai pipa (tube) yang tersusun di
dalam selongsong. Baik shell maupun tube merupakan tempat mengalirkan media
pemanas ataupun fluida dingin. Ada 2 jenis aliran yang dijumpai pada heat
exchanger, yaitu aliran searah (co-current) dan aliran berlawanan arah (counter
current). Jenis aliran yang sering dipakai di industri adalah aliran berlawanan arah
(Counter Current).

Gambar 3.4 Reboiler berupa Shell and Tube Exchanger


Sumber:https://artikel-teknologi.com/macam-macam heat exchanger-alat-penukar-panas-bagian
5/amp/

Aliran Berlawanan Arah

Tipe reboiler dapat diklasifikasikan berdasarkan sirkulasi dan posisi


reboiler. Aliran reboiler dapat disirkulasikan secara alami dengan head yang
cukup. Aliran “Forced Circulation” dilakukan dengan memakai pompa sebagai
alat pensirkulasi. Posisi reboiler pun dapat diletakkan secara horizontal ataupun
vertikal.

3.7.9.1 Klasifikasi Reboiler


Dari cara sirkulasi cairan sari reboiler dan kembali lagi ke reboiler maka
alat ini dibagi menjadi dua bagian,yaitu :
1. Termocyphon Reboiler/Natural Circulation Reboiler
2.Forced Circulation Reboiler

1. Thermosiphon Reboiler

Thermosiphon reboiler adalah salah satu alat penukar kalor. Alat penukar kalor
adalah perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturenya lebih tinggi
kepada fluida lain yang temperaturenya lebih rendah. Proses perpindahan panas
tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, yakni : (Subagjo,
1991)

a. Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan tertentu.
b. Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak berhubungan
langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas itu mempunyai
media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnnya.
Aliran yang terjadi pada thermosiphon reboiler berlangsung tanpa adanya
bantuan dari pompa melainkan terjadi secara alami akibat perbedaan suhu pada
inlet dan outlet. Seperti yang tampak pada Gambar 3.5, thermosiphon reboiler
terhubung secara langsung dengan kolom fraksinasi. Propan dan propilen dalam
kondisi cair mengalir melalui shell inlet, kemudian dipanaskan dengan bantuan
steam yang mengalir melalui tube. Propan dan propilen yang berubah fase
menjadi uap mengalir melalui shell outlet menuju kolom fraksinasi
Gambar 3.5 Thermosiphone Reboiler
Sumber:https://artikel-teknologi.com/macam-macam heat exchanger-alat-penukar-panas-bagian-
5/amp/

2. Forced Circulation Reboiler


Forced Circulation Reboiler adalah salah satu jenis Reboiler di mana
fluida yang di handle dipompakan melewati reboiler dan uap yang terbentuk
dipanaskan di dalam kolom. Pada Forced Circulation Reboiler cairan mengalir
dari reboiler dan kembali reboiler karena bantuan pompa.
Seperti pada pump through exchanger dan furnace reboiler, Forced
Circulation reboiler cocok untuk digunakan untuk menghandle proses dengan
fluida yang kental (viskos) dan proses yang dapat menyebabkan fouling, juga
untuk tekanan operasi vaccum dengan kecepatan penguapan.
Reboiler jenis adalah kita membutuhkan pompa untuk proses laju penguapan
rendah. Kerugian menggunakan reboiler jenis adalah kita membutuhkan pompa
untuk mensirkulasikan fluida ke reboiler dan biaya instalasi pipa yang dibutuhkan
sangat tinggi. Sedangkan bahaya yang mungkin timbul dari penggunan jenis
reboiler ini adalah keretakan pada seal pompa yang di akibatkan oleh fluida proses
panas yang melalui pompa saat fluida tersebut digunakan ke reboiler. Namun hal
ini dapat ditanggulangi dengan mengganti jenis pompa yang sesuai dengan
lingkungan tersebut yaitu jenis Canned Rotor Pump. Pompa jenis ini dapat
memperkecil resiko kebocoran pada seal pompa.

3.7.9.2 Dasar-dasar pemilihan reboiler


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau menjadi dasar penentuan
jenis reboiler yang paling tepat untuk digunakan dalam suatu proses tertentu.
Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Sumber fluida
Sumber fluida sangat berpengaruh pada pemilihan jenis reboiler yang
sesuai untuk proses tersebut. Seperti tingkat kekentalan, fouling factor dan
lain-lain

2. Tekanan operasi
Tekanan operasi sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis reboiler yang
akan digunakan dalam proses tertentu. Jenis reboiler akan berbeda untuk
proses bertekanan tinggi, rendah atau vakum.

3. Susunan peralatan
Susunan atau rangkaian reboiler pada kolom distalasi dapat menentukan
dalam pemilihan jenis reboiler yang sesuai untuk suatu proses.

3.7.10 Stabilizer III

Fungsi dari stabilizer III adalah untuk memisahkan fraksi C3 dengan C4.
Liquid dari accumulator D-103 akan masuk ke stabilizer feed drum D-1 di area
stab-III. Bottom D-1 akan dialirkan oleh P-1 menuju ke tiga buah exchanger
secara seri yaitu E-1, E-3, dan E-2. Liquid C3 dan C4 yang sudah panas akan
masuk ke stabilizer column T-1 pada tray nomor 25. Untuk mempertajam
pemisahan liuid pada bagian bottom stabilizer akan dipompakan oleh P-2 untuk
dipanaskan dengan reboiler E-6 menggunakan media pemanas steam.
Sebagian liquid bottom stabilizer akan dialirkan menuju E-3, E-1 dan E-5
sebelum ditampung di drum D-753 LPG Treater. C4 yang sudah bebas impurities
kemudian dialirkan menuju storage tank, C4 dari storage tank kemudian akan
dialirkan menuju Kilang Gas Plant sebagai alkyfeed.
Overhead stabilizer berupa gas C3 dan komponen yang lebih ringan akan
didinginkan di condenser E-4 sebelum ditampung di Drum D-2. Gas – gas yang
tidak terkondensasi ex. D-2 akan dialirkan ke fuel gas system sebagai off gas,
sedangkan liquid C3 akan dipompakan oleh P-3 ke storage tank untuk kemudian
dialirkan menuju Kilang Polypropilen sebagai Raw PP.
Sistem Stabilier dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut:
Gambar 3.6 sistem stabilizer III unit RFCCU PT.Pertamina Plaju-Sei Gerong

3.8 Pemecahan Masalah


3.8.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan mulai dari tanggal 30 Juli 2018 sampai 3
Augustus 2018 pada jam 10.00 WIB. Pengambilan data dilakukan di control room
serta meninjau langsung kelokasi alat. Pada saat pengambilan data dicatat kondisi
operasi dari Reboiler LS-E6 tersebut.

3.8.2 Tahap Pemecahan Masalah


1. Mencatat flowrate inlet untuk butan butilen di control room
2. Mencatat flowrate inlet untuk steam di control room
3. Mencatat specific gravity inlet untuk butan butilen di control room
4. Mencatat temperature inlet dan outlet untuk butan butilen di control
room
5. Mencatat temperatur inlet dan outlet untuk steam di lapangan

3.8.3 Metode Perhitungan


Untuk menghitung nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc),overall design
coefficient of heat transfer (Ud),fouling factor(Rd), pressure drop pada reboiler
LS-E6 dilakukan dengan beberpa tahap penyelesaian berdasarkan buku Kern,1983
yaitu mengambil data-data yang diperlukan seperti yang terdapat pada tahapan
pemecahan masalah dengan mengerjakan perhitungan dengan urutan sebagai
berikut :
Data operasi yang di butuhkan berupa :

a. Laju alir fluida panas (steam) dan laju alir fluida dingin (butan butilen)
b. Temperatur fluida panas (T1) dan suhu keluar fluida panas (T2)
c. Suhu masuk fluida dingin (t1) dan suhu keluar fluida dingin (t2)

Dasar desain yang di butuhkan :


a. Lewatan shell and tube
b. Spesifikasi tube meliputi outside diameter, BWG, Panjang tube, Jarak tube,
dan jumlah tube.
c. Spesifikasi shell meliputi insiden diameter, jarak antar buffle dan jumlah
buffle.
Data yang di peroleh dilakukan pengolahan data melalui perhitungan dengan
menggunakan menggunakan beberapa referensi terutama buku Process Heat
Transfer oleh D.Q. Kern :
a. Perhitungan Neraca Panas (Heat Balance)
Panas yang diberikan oleh steam :
Q = M x Δh (Sumber ; Kern.,1983)

Panas yang diterima oleh butan butilen :


Q = A x U x LMTD (Sumber ; Kern., 1983)

Dimana :

Q = kalor jenis (Btu/hr)


M = laju alir fluida panas (lb/hr)
U = design overall coefficient (Btu/hr.ft2.0F)
A = Luas perpindahan panas (ft2)
Δh = entalphi panas (Btu/lb) (Kern,1983 table.7 hal 817)

b. Log Mean Teamperature Different (LMTD)


Untuk aliran penukar panas aliran counter flow , beda temperatur rata-
rata dihitung dengan beda temperature rata-rata logaritmik.
( T 1−t 2 )−(T 2−t 2)
LMTD=
(T 1−t 2) (Sumber ; Kern.,1983 hal.89 eq.5.14)
ln
(T 2−t 1)

Dimana :
LMTD = Log Mean Temperature Different
T1 = Temperatur fluida panas masuk (of)
T2 = Temperatur fluida panas keluar (of)
t1 = Temperatur fluida dingin masuk (of)
t2 = Temperatur fluida dingin keluar (of)

c. Menghitung Faktor Koreksi dengan Menghitung R dan S


Suatu koreksi LMTD dinyatakan dengan faktor koreksi (Ft), oleh sebab
itu untuk tujuan tersebut di butuhkan besaran R dan S. S menyatakan
efisiensi temperature dan R merupakan pembanding daya tampung
kalor fluida dingin dan fluida panas.
T 1−T 2
R=
t 2−t 1

(Sumber ; Kern., 1983 hal 828)

t 2−t 1
S=
T 1−t 2

(Sumber ; Kern., 1983 hal 828)

Dengan besaran R dan S tersebut di dapat Ft menggunakan kurva pada


Kern., 1983 hal. 828 Fig.18 sehingga didapat :

∆ t=LMTD × F T
(Sumber ; Kern., 1983 hal 828 fig.18)
d. Perhitungan Temperatur Colorific (Tc dan tc)

Dari fig. 17 Kern, didapat harga Kc dan Fc dengan perbandingan

∆ t c T 2−t
= 1

∆ t h T 1−t 2
(Sumber ; Kern, 1983 Hal 827. Fig.17)
Temperatur rata – rata fluida (Tc dan tc) yang terlibat dalam pertukaran
panas.

T c =T 2 + F c ( T 1−T 2 )
(Sumber ; Kern,1983 hal 827 fig.17)
t 2−t 1
)
t c =T 1−F c ¿
(Sumber ; Kern, 1983, Hal 827 fig.17)

e. Perhitungan Flow Area


Flow area merupakan luas penampang yang tegak lurus arah aliran

 Tube side
N t ×a ' t
at=
141× n
(Sumber ; Kern, 1983 Hal 150. Eq ; 7.48)
Dimana :
Nt = Jumlah Tube
a’t = Internal area (Kern.,1983 hal 843 Table 10)
n = Jumlah Tube Passes

 Shell side
ID × B
as=
141× P T
(Sumber ; Kern.,1983, Hal 138. Eq ; 7.1)

Dimana :
ID =Inside diameter (in)
C = Jarak antara Tube (in)
B = Jarak baffle (in)
C = Tube Pitch (in)

f. Perhitungan Mass Velocity


Kecepatan massa merupakan perbandingan laju alir dengan Low area
 Tube Side
Wt
¿=
at
(Sumber ; Kern, 1983, Hal 138. Eq ; 7.2)
Dimana :
Wt = laju alir fluida dingin (lb/hr)
Gt = mass velocity fluida pada tube side

 Shell side
Ws
Gs=
as
(Sumber ;Kern,.1983, Hal 138. Eq ; 7.2)
Dimana :
Ws = laju alir fluida panas (lb/hr)
Gs = mass velocity fluida pada shell side

g. Perhitungan reynold number

a. Tube Side
D× Gt
ℜt =
μ
(Sumber ; Kern,. 1983, Hal 150)
Dimana :
D = Inside diameter (Ft) (Kern.,1983 hal 843 tabel 10)
Gt = Mass velocity (lb/hr ft2)
µ = Viskositas fluida pada suhu Tc(Kern.,1983 hal.825 fig.15)

b. Shell side
De ×Gs
ℜ s=
μ
(Sumber ; D.Q.Kern, Process Heat Transfer, Hal 150)

Dimana :
De = Equivalent diameter (ft) (Kern.,1983 hal 138 eq.7.4 )
Gs = Mass velocity (lb/hr ft2)
µ = Viskositas fluida pada suhu tc ( J.B Maxwell Databook On
Hydrocarbon hal.165)

h. Perhitungan Heat Transfer Factor (JH)

 Tube side
Nilai Jh untuk sisi Tube dapat diketahui dari Kern.,1983 fig. 24 hal.834

 Shell side
Nilai Jh untuk sisi Tube dapat diketahui dari Kern.,1983Fig. 28 hal 838

i. Menentukan Thermal Function


Pada tiap suhu, yaitu Tc (Hot fluida) untuk Tube dan tc (Cold fluid)
untuk Shell di peroleh masing – masing nilai c, µ (viscosity) dan K
(konduktivitas Termal) (Kern.,1983 hal 826 fig. 16).
1
c×μ 3
K( )
K
(Sumber ; Kern,.1983, Hal 826, Fig ; 16)
Dimana :
C = Panas Spesifik (Btu/lbof)
K = konduktivitas Termal (Btu/hr.ftof)

j. Menentukan Nilai Outside Film Coefficient (ho) dan Inside Film


Coefficient (hi)

a. Tube Side
k Cμ 13
i=¿ jH
D k ( ) ∅t
h¿
(Sumber ; Kern,.1983, Hal 111, Eq ; 6.15a)
hIo h i ID
= ×
∅ t ∅t OD
(Sumber ; Kern,.1983, Hal 105, Eq ; 6.5)

b. Shell side
k cμ 13
hO = jH
De k ( )∅s
(Sumber ;Kern,.1983, Hal 112, Eq ; 6.15b)
Dimana :
hi = Inside film coefficient (Btu/hr.ft of)
ho = outside film coefficient (Btu/hr.ft of)

k. Menentukan tube wall temperature (tw)

ho
∅s
tw=tc+ x (Tc−tc)
hio ho
+
∅t ∅s

(sumber: Kern.,1983 hal 98 eq 5.31)

l. Perhitungan Corrected Coefficient ho dan hio pada tw

a. tube side
∅t= ( μwμ )❑ 0,14
(sumber :Kern .,1983 hal 168)

hio
hio= x ∅t (sumber : Kern .,1983 hal 168)
∅t

Dimana:

µw = Viskositas fluida pada suhu

tw = ( J.B Maxwell Databook On Hydrocarbon hal.165)

b. shell side

∅ s= ( μwμ )❑ 0,14
(sumber: Kern.,1983 hal 168)

ho
ho= x ∅s (sumber : Kern .,1983 hal 168)
∅s

Dimana:
µw = Viskositas fluida pada suhu
tw = (Kern.,1983 hal.825 fig.15)

m. Perhitungan Clean Overall Coefficient, Uc


Uc merupakan heat transfer coefficient jika tidak terjadi fouling / kerak.

hio ×ho
Uc=
hio + ho
(Sumber :Kern.,1983, Hal. 121. Eq ; 6.38)
Dimana :
Uc = Overall heat transfer coefficient (Btu/hr. Ft2 oF)

n. Perhitungan dirty overall coefficient, UD

UD merupakan overall heat transfer coefficient jika terjadi fouling / kerak

A=a ”× L × N T

(Sumber ; Kern.,1983 Hal. 150)

Dimana :
A = Heat transfer surface (ft2)
Nr = Jumlah Tube
a” = luas area (ft2/in ft) ( Tabel 10 D.Q Kern hal 843)
L = Panjang Tube
Q
U D=
A ×∆ t

(Sumber ; Kern.,1983 Hal 86 Eq :5.3)

Dimana :
UD = Overall heat transfer coefficient (Btu/hr. ft2of)

o. Perhitungan Dirt Factor (Rd)

U C−U
Rd= D

U C ×U D
(Sumber : Kern.,1983 Hal 105 Eq :6.13)
Dimana :
Rd = Fouling Factor (hr.ft2.oF/Btu)

p. Perhitungan Pressure drop

a. Tube Side
f × ¿2 × L ×n
∆ Pt =
5,22 ×1010 × D × s × Dt
(Sumber : Kern.,1983 Hal 148 Eq :7.45)
Dimana :

ΔPt = Pressure drop pada tube (psi)


f = Friction factor Tube (ft2/in2) (Kern.,1983 fig.29 hal 839)
Gt = Mass velocity (lb/hr.ft2)
s = Spec. Gravity (Kern.,1983 fig 6 hal 809)
D = insiden diameter (ft)
n = jumlah pas Tube
Mengingat bahwa fluida itu mengalami belokan pada saat pass nya, maka
akan terdapat kerugian tambahan penurunan tekanan.

4 n v2
∆ Pr= ×
s 2g
(Sumber : Kern.,1983 Hal 148 ; Eq : 7.46)
Dimana :

Δ Pr = return pressure drop (psi)


n = number of tube passes
s = Spec. Gravity (sumber:Kern.,1983 fig 6 hal 809)
2
v
= velocity head (psi) (sumber:Kern.,1983 fig 27 hal 837)
2g
Total pressure drop pada tube

∆ Pr=∆ Pt +∆ Pr
(Sumber ; Kern.,1983,Hal 148 ; Eq : 7.47)
b. Shell Side
f × Gs2 × Ds ( N +1 )
∆ Ps=
5,22 ×1010 × De ×∅ s
(Sumber :Kern.,1983 Hal 147 ; Eq : 7.46)
Dimana :
ΔPs = total pressure drop pada shell (psi)
F = Friction Factor Shell (ft2/in2) (sumber:Kern.,1983 fig 29 hal
839)
Gs = Mass velocity (lb/hr.Ft2)
s = Spec. Gravity (D.Q Kern fig 6 hal 809)
N+1 = Jumlah lintasan aliran melalui baffle

q. Penentuan % Effisiensi

Q s h ell
η= x 100
Qtube
(sumber: Kern.,1983)

Anda mungkin juga menyukai