Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI KASUS

DERMATITIS KONTAK ALERGI

DISUSUN OLEH:
Zulfanizar

DOKTER PENDAMPING :
dr. Andrian Wulur
dr.Dzikri Shofa

LAPORAN KASUS
RSUD LEUWILIANG
BOGOR

LAPORAN KASUS

0
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 44 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : cigudeg

Status Perkawinan : Menikah

Agama : islam

Suku : sunda

Tanggal Pemeriksaan : 19 Oktober 2017

No. MR : 192902

I. ANAMNESIS Autoanamnesis, 19 Oktober 2017

Seorang pasien perempuan berumur 44 tahun datang ke poliklinik kulit & kelamin

RSUD leuwiliang

KELUHAN UTAMA

Bercak kehitaman yang gatal di kedua punggung kaki sejak ± 2 bulan yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

- Pasien datang ke Poliklinik umum rsud leuwiliang dengan keluhan

bercak kehitaman yang gatal di kedua punggung kaki muncul sejak

± 2 bulan yang lalu. Gatal dirasakan hilang timbul dan tidak

bertambah jika berkeringat.

1
- Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada bagian punggung

kaki yang berkontak dengan sendal karet. Kemerahan pada kulit

tidak langsung muncul melainkan setelah berkontak ulang dengan

sendal karet. Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa

gatal dan mulai menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki

yang berkontak dengan sendal karet.

- Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk

kedua kaki ± 2 bulan kemudian.

- Os merasa panas, tidak terasa nyeri, tidak pedih.

- Tidak ada bercak kehitaman pada bagian tubuh yang lain.

- Selama ini pasien sudah berobat ke bidan dan mendapat obat yang
diminum (nama obat lupa). Setelah minum obat tersebut pasien
mengaku gatal hilang pada telapak kaki, ibu jari dan jari telunjuk
berkurang. Bercak kehitaman masih ada. Tapi setelah obat habis
gatal kembali terasa dan pasien berobat ke dokter Poliklinik umum
rsud leuwiliang

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Pasien tidak pernah mengalami bercak kehitaman seperti ini

sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

- Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki bercak

kehitaman pada tubuhnya.

RIWAYAT ATOPI

- Riwayat alergi makanan terhadap telur dan ikan asin tidak ada

2
- riwayat bersin-bersin ± 5x di pagi hari tidak ada

- riwayat mata merah, berair dan gatal tidak ada

- riwayat alergi obat-obatan tidak ada

- riwayat asma tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : tampak sehat

Kesadaran : composmentis

Tekanan Darah : Tidak Dilakukan

Nadi : Tidak Dilakukan

Suhu : Tidak Dilakukan

Pernapasan : Tidak Dilakukan

STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : kedua punggung kaki, kedua ibu jari dan kedua jari telunjuk kaki

Distribusi : terlokalisir dan simetris

Bentuk : tidak khas

Susunan : tidak khas

Batas : tegas

Ukuran : plakat

3
Efloresensi : plak hiperpigmentasi dengan skuama kasar diatasnya dan

terdapat likenifikasi

Gambar 1
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji tempel (tidak dilakukan)

DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis kontak alergi ec sendal karet

DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis kontak iritan ec sendal karet

4
PENATALAKSANAAN

TERAPI

a. Terapi Umum

- hentikan pemakaian sendal karet

- Jaga kebersihan kaki

- Jaga kaki tetap kering

b. Terapi Khusus

Sistemik : loratadine 10 mg, 1 x 1 tab / hari

Topikal : Krim pelembab : Urea 10% 40 g

PROGNOSIS

- quo ad sanam : bonam

- quo ad vitam : bonam

- quo ad kosmetikum : dubia et bonam

- quo ad functionam : bonam

Resep

R/ tab loratadine 10 mg No. X

∫ 1dd tab 1

R/ cream urea 10 % 40 g tube No. I

∫ Sue (2x sehari, terutama jika kulit kering)

5
1. Definisi
Dermatitis merupakan epido-dermitis dengan gejala subyektif pruritus.
Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikulsi, eksudasi dn pembentukan sisik.
Tanda-tanda polimorfi tersebut tidk selalu timbul pda saat yang sama. Penyakit
bertendensi resisif dan menjadi kronis(Arief Mansjoer : 86. 2002)
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi(R.S. Siregar : 109.
2002). Dermatitis kontak alergi merupakan dermatitis kontak karena sensitasi
alergi terhadap substansi yang beraneka ragam yang menyebabakan reaksi
peradangan pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap
alergen sebagai suatu akibat dari pajanan sebelumnya(Dorland, W.A. Newman :
590. 2002)

2. Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergi adalah alergen, paling sering berupa


bahan kimia dengan berat kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan
kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi
alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
Dermatitis kontak alergik terjadi bila alergen atau senyawa sejenis
menyebabkan reaksi hipersensitvitas tipe lamat pada paparan berulang. Dermatitis
ini biasnaya timbul sebagai dermatitis vesikuler akut dalam beberapa jam sampai
72 jam setelah kontak. Perjalanan penyakit memuncak pada 7 sampai 10 hari, dan
sembuh dalam 2 hari bila tidak terjadi paparan ulang. Reaksi yang palning umum
adalah dermatitis rhus, yaitu reaksi alergi terhadap poison ivy dan poison cak.
Faktor predisposisi yang menyebabakn kontak alergik adalah setiap keadaan yang
menyebabakan integritas kulit terganggu, misalnya dermatitis statis(Baratawijaya,
Karnen Garna. 2006)
3. Patogenesis
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi
adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune
respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensititas di kullit timbulnya lambat

6
(delayed hipersensivitas), umumnya dlam waktu 24 jam setelah terpajan dengan
alergen.
Sebelum seseorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.
Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang
disebut hapten yang terikat dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen
ini ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, selanjutnya
dipresentasekan oleh sel T. Setelah kontak dengan ntigten yang telh diproses ini,
sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdiferensisi dan
berploriferasi memebneetuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan
sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga
sistem limfoid, sehingga menyebabkab keadaan sensivitas yang sama di seluruh
kulit tubuh. Fase saat kontak pertama sampai kulit menjdi sensitif disebut fase
induksi tau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.
Pada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu,
sifat sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi.
Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lemah
seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya
kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa
bulanan atau tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan
alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi
umumnya berlangsung antara 24-48 jam(Djuanda, Adhi. 2004)

4. Gejala

Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut


dimulai dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema,
papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi(basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama,
papul, likenifikasi dan mungkin jugga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit

7
dibedaknn dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga
campuran.
Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan
seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa
eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas
tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan
mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada
tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan distribusinya sering dapat meiiunjukkan
kausanya,misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan shampo atau cat
rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak
dan berbagai jenis kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis
menyebar luas ke seluruh tubuh.
5. Diagnosis

Diagnosis didasarakan pada hasil diagnosis yang cermat dan pemeriksan


klinis yang teliti.Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya ada kelainan kulit berupa lesi numularis
disekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifiksi, dengan papul dan erosi,
maka perlu ditanyakan apakah penderita memeakai kancing celana atau kepala
ikat pinggan yang terbuat dari logam(nikel). Data yang berrsal dari anamnesis
juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat
sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui dapat menimbulkan alergi,
penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya
(misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalissasssi dan
pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemugnkinan penyebabnya.
Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di
kedua kaki oleh sepatu. Pemerikassaan hendaknya dilakukan pada seluruh
permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-
sebab endogen.
Diagnosis didasarkan pada riwayat paparan terhadap suatu alergen atau
senyawa yang berhubungan, lesi yang gatal, pola distribusi yang mengisyaratkan
dermatitits kontak. Anamnesis harus terpusat kepada sekitar ppaparan tehadap

8
alergen yan gumum. Untuk mengidentifikasi agen penyebab mungkin diperlukan
kerja mirip detektif yang baik.

6. Diagnosis Banding

Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran


morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermtitis numularis,
dermtitis seboroik, atau psoriris. Diagnosis banding yang utama ialah dengan
dermatitits kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksn uji tempel perlu
dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena kontak
alergi(Goldstein, Adam. 1998)
a. Eksema numularis, yaitu ditandai dengan plak diakret, terskuama,
kemerahan, berbentuk uanga logam, dan gatal, serupa dengan dermtitis
kontak tetapi tanpa riwayat paparan terhadap alergen dan lesinya bundar,
tidak ada konfigurasi lainnya.
b. Eksema pada tangan, yaitu tidak ada alergen yang dapt dikenali. Sering
keadaan ini hanya dapat dibedakan dari dermatitis kontak alergi dengna uji
tempel. Dermatitis kontak dapat memperparah eksema tangan yang sudah ada
sebelumnya
c. Dermatofitosis, yaitu biasanya berbatas tegas pinggir aktif dan bagian tengah
agak menyembuh
d. Kandidiasis, yaitu biasanya dengan lokalisasi yang khas. Efloresensi berupa
eritema, erosi, dan ada lesi satelit.

7. Pengobatan

Hal yang perlu diperhatikan pada dermatitis kontak adalah upaya pencegahn
terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan
kulit yang timbul. Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk
mengatasi peradangan pada dermtitis kontak alergik akut yang ditandai dengan
eritema, edema. Bula atau vesikel, serta ekskluatif, misalnya predinson 30

9
mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan
kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.
Untuk deramatitis kontka alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang
telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikesteroid sistemik), cukup
diberikan kortikosteroid topikal. Secara bertahap, dpat diakukan hal-hal dibawah
ini :
a. Identifikasi agen-agen penyebab dan jauhlan pasien dari paparan, walaupun
seringkal hal ini sukar, khususnya pada kasus kronik.
b. Tindakan simtomatik untuk mengontrol rasa gatal degan penggunaaan
tunggal atau dalam bentuk kombinasi:
1) Kompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran dingin atau
larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan basah. Kenakan selama 20 menit tiga
kali sehari. Hindari panas disekitar lesi.
2) Antihistamin oral
Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.
3) Lasio topikal yang mengandung menol, fenol, atau premoksin sangat berguna
untuk meringankan rasa gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak seperti
benzokain dan difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat digunakan antara
lain lasio atau obat semprot sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25%
dan fenol 0,25% dapat dibeli dengan resep dokter.
4) Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas atau bila
kortikosteroid oral merupakn kontraindikasi. Kortikosteroid topikal poten
diperlukan untuk mengurangu reaksi dermatitis kontak alergi.
a. Mengenai tubuh seperti krim, atau salap bermetasson dipropionat 0,05 % dua
kali sehari, atau krim atau selap flusinonid dua samapi tiga kali sehari ke
daerah-daerah yang terken selama dua minggu.
b. Jangan gunakan lebih dari atau 2 hari pada wajah, lipat paha atau aksila
c. Salap kortikosteroid topikal poten sangat mahal .
5) Kortikosteroid oral : berguna untuk dermatitis kontak alergik sistemik atau
yang mengenai wajah atau pada kasus di man rasa gatal tidak dapat dikontrol
dengan tindakan-tindakan lokal.
6) Obati setiap infeksi bakteri sekunder.

10
7) Perintahkan pasien untu ktidak menggunakan obat bebas, misalnya benadril
topikal atau benzokain topikal. Obat-obat tersebut dapat menyebabkan reaksi
alergi atau iritasi tambahan.
8) Pasien dengan penyakit kronik yang tidak membrikan respons terhadap terapi dan
penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke ahli kulit atau ahli
lergi untuk tes tempel.

8. Pemeriksaan Pembantu
Adapun pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan eosinofil darah tepi
b. Pemeriksaan imminoglobulin E
1). Uji tempel (patch test)
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang),
bila memungkinkan setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di
punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahn uji diletakkan pada
sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan
bahan impermeabel, kemudian ditrekat degan plester. Setelah 48 jam dibuka.
Reaksi dibuka setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam atau 96 jam. Untuk
bahan tertentu bahkan baru memebrri reaksi setelah satu minggu. Hasil positif
dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan,
apakah reakssi karena alergi kontak atau krena iritasi, reaksi akan menurun setelah
48 jam( reksi tipe decresendo), sedangkan reaksi alergik kontak makin meningkat.
2). Uji tusuk (prick test)
3). Uji gores (scratch test)

9. Prognosis

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan


kontaknya dapat didingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila
bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen.

11
DAFTAR PUSTAKA
Baratawijaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: FKUI.
Djuanda, Adhi. 2004. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta FKUI.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC.
Goldstein, Adam. 1998. Dermatologi Praktis. Jakarta : Hipokrates.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: FKUI. 2005.
Siregar, R.S, Prof.Dr. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 2002.

12

Anda mungkin juga menyukai