DISUSUN OLEH:
Zulfanizar
DOKTER PENDAMPING :
dr. Andrian Wulur
dr.Dzikri Shofa
LAPORAN KASUS
RSUD LEUWILIANG
BOGOR
LAPORAN KASUS
0
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : cigudeg
Agama : islam
Suku : sunda
No. MR : 192902
Seorang pasien perempuan berumur 44 tahun datang ke poliklinik kulit & kelamin
RSUD leuwiliang
KELUHAN UTAMA
Bercak kehitaman yang gatal di kedua punggung kaki sejak ± 2 bulan yang lalu.
1
- Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada bagian punggung
- Selama ini pasien sudah berobat ke bidan dan mendapat obat yang
diminum (nama obat lupa). Setelah minum obat tersebut pasien
mengaku gatal hilang pada telapak kaki, ibu jari dan jari telunjuk
berkurang. Bercak kehitaman masih ada. Tapi setelah obat habis
gatal kembali terasa dan pasien berobat ke dokter Poliklinik umum
rsud leuwiliang
sebelumnya
RIWAYAT ATOPI
- Riwayat alergi makanan terhadap telur dan ikan asin tidak ada
2
- riwayat bersin-bersin ± 5x di pagi hari tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran : composmentis
STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : kedua punggung kaki, kedua ibu jari dan kedua jari telunjuk kaki
Batas : tegas
Ukuran : plakat
3
Efloresensi : plak hiperpigmentasi dengan skuama kasar diatasnya dan
terdapat likenifikasi
Gambar 1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
4
PENATALAKSANAAN
TERAPI
a. Terapi Umum
b. Terapi Khusus
PROGNOSIS
Resep
∫ 1dd tab 1
5
1. Definisi
Dermatitis merupakan epido-dermitis dengan gejala subyektif pruritus.
Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikulsi, eksudasi dn pembentukan sisik.
Tanda-tanda polimorfi tersebut tidk selalu timbul pda saat yang sama. Penyakit
bertendensi resisif dan menjadi kronis(Arief Mansjoer : 86. 2002)
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi(R.S. Siregar : 109.
2002). Dermatitis kontak alergi merupakan dermatitis kontak karena sensitasi
alergi terhadap substansi yang beraneka ragam yang menyebabakan reaksi
peradangan pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap
alergen sebagai suatu akibat dari pajanan sebelumnya(Dorland, W.A. Newman :
590. 2002)
2. Etiologi
6
(delayed hipersensivitas), umumnya dlam waktu 24 jam setelah terpajan dengan
alergen.
Sebelum seseorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.
Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang
disebut hapten yang terikat dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen
ini ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, selanjutnya
dipresentasekan oleh sel T. Setelah kontak dengan ntigten yang telh diproses ini,
sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdiferensisi dan
berploriferasi memebneetuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan
sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga
sistem limfoid, sehingga menyebabkab keadaan sensivitas yang sama di seluruh
kulit tubuh. Fase saat kontak pertama sampai kulit menjdi sensitif disebut fase
induksi tau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.
Pada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu,
sifat sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi.
Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lemah
seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya
kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa
bulanan atau tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan
alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi
umumnya berlangsung antara 24-48 jam(Djuanda, Adhi. 2004)
4. Gejala
7
dibedaknn dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga
campuran.
Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan
seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa
eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas
tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan
mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada
tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan distribusinya sering dapat meiiunjukkan
kausanya,misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan shampo atau cat
rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak
dan berbagai jenis kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis
menyebar luas ke seluruh tubuh.
5. Diagnosis
8
alergen yan gumum. Untuk mengidentifikasi agen penyebab mungkin diperlukan
kerja mirip detektif yang baik.
6. Diagnosis Banding
7. Pengobatan
Hal yang perlu diperhatikan pada dermatitis kontak adalah upaya pencegahn
terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan
kulit yang timbul. Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk
mengatasi peradangan pada dermtitis kontak alergik akut yang ditandai dengan
eritema, edema. Bula atau vesikel, serta ekskluatif, misalnya predinson 30
9
mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan
kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.
Untuk deramatitis kontka alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang
telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikesteroid sistemik), cukup
diberikan kortikosteroid topikal. Secara bertahap, dpat diakukan hal-hal dibawah
ini :
a. Identifikasi agen-agen penyebab dan jauhlan pasien dari paparan, walaupun
seringkal hal ini sukar, khususnya pada kasus kronik.
b. Tindakan simtomatik untuk mengontrol rasa gatal degan penggunaaan
tunggal atau dalam bentuk kombinasi:
1) Kompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran dingin atau
larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan basah. Kenakan selama 20 menit tiga
kali sehari. Hindari panas disekitar lesi.
2) Antihistamin oral
Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.
3) Lasio topikal yang mengandung menol, fenol, atau premoksin sangat berguna
untuk meringankan rasa gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak seperti
benzokain dan difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat digunakan antara
lain lasio atau obat semprot sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25%
dan fenol 0,25% dapat dibeli dengan resep dokter.
4) Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas atau bila
kortikosteroid oral merupakn kontraindikasi. Kortikosteroid topikal poten
diperlukan untuk mengurangu reaksi dermatitis kontak alergi.
a. Mengenai tubuh seperti krim, atau salap bermetasson dipropionat 0,05 % dua
kali sehari, atau krim atau selap flusinonid dua samapi tiga kali sehari ke
daerah-daerah yang terken selama dua minggu.
b. Jangan gunakan lebih dari atau 2 hari pada wajah, lipat paha atau aksila
c. Salap kortikosteroid topikal poten sangat mahal .
5) Kortikosteroid oral : berguna untuk dermatitis kontak alergik sistemik atau
yang mengenai wajah atau pada kasus di man rasa gatal tidak dapat dikontrol
dengan tindakan-tindakan lokal.
6) Obati setiap infeksi bakteri sekunder.
10
7) Perintahkan pasien untu ktidak menggunakan obat bebas, misalnya benadril
topikal atau benzokain topikal. Obat-obat tersebut dapat menyebabkan reaksi
alergi atau iritasi tambahan.
8) Pasien dengan penyakit kronik yang tidak membrikan respons terhadap terapi dan
penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke ahli kulit atau ahli
lergi untuk tes tempel.
8. Pemeriksaan Pembantu
Adapun pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan eosinofil darah tepi
b. Pemeriksaan imminoglobulin E
1). Uji tempel (patch test)
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang),
bila memungkinkan setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di
punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahn uji diletakkan pada
sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan
bahan impermeabel, kemudian ditrekat degan plester. Setelah 48 jam dibuka.
Reaksi dibuka setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam atau 96 jam. Untuk
bahan tertentu bahkan baru memebrri reaksi setelah satu minggu. Hasil positif
dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan,
apakah reakssi karena alergi kontak atau krena iritasi, reaksi akan menurun setelah
48 jam( reksi tipe decresendo), sedangkan reaksi alergik kontak makin meningkat.
2). Uji tusuk (prick test)
3). Uji gores (scratch test)
9. Prognosis
11
DAFTAR PUSTAKA
Baratawijaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: FKUI.
Djuanda, Adhi. 2004. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta FKUI.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC.
Goldstein, Adam. 1998. Dermatologi Praktis. Jakarta : Hipokrates.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: FKUI. 2005.
Siregar, R.S, Prof.Dr. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 2002.
12