Anda di halaman 1dari 79

BAB III

HASIL ANALISA MASALAH DAN FAKTOR DETERMINAN

3.1 HASIL ANALISIS SITUASI MASALAH KESEHATAN

3.1.1 Fasility Based

a. Demografi

Tabel 3.1
Tingkat Pendidikan MasyarakatDesa Sui Ambangah

No Pendidikan Jumlah %
1. Tidak Sekolah dan Tidak 1,453 47,47%
tamat SD
2. SD 788 25,74%
3. SMP 516 16,86%
4. SMA 284 9,27%
5. Perguruan Tinggi 20 0,73%
Jumlah 3061 100%
Sumber : Profil Desa Sungai Ambangah 2013

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa tingkat pendidikan masyarakat

desa parit banjar paling bnayak adalah tingkat Sekolah Dasar yaitu sebesar

47,47%, sedangkan yang paling sedikit adalah Tingkat Pendidikan Perguruan

tinggi yaitu sebesar 0,73%.

Tabel 3.2
Jenis PekerjaanMasyarakat Desa Parit Banjar

No Jenis Pekerjaan Jumlah %


1. Petani 170 56,7
2. Swasta 89 29,7
3. PNS/TNI/POLRI 41 13,6
Jumlah 300 100
Sumber : Profil Desa Parit Banjar, 2012
Berdasarkan tabel 3.2, jenis pekerjaan masyarakat Desa Sui Ambangah

sebagian besar adalah petani dengan Persentase sebesar 65,7%.

b. Derajat Kesehatan

 Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

Tabel 3.3
Distribusi dan Frekuensi PenyakitMasyarakat Desa Sui Ambangah

Penyakit 2011 % 2012 % 2013 %


Alergi 1 9 2,6% 5 4,5%
Asma 3 11 3,2% 6 5,4%
Bronkhitis 0 0 0% 1 0,9%
Cunjungtivitis 0 4 1,2% 1 0,9%
Demam Thipoid 1 8 2,3% 1 0,9%
Dermatitis 2 37 10,7% 5 4,5%
Diare 56 25 7,2% 6 5,4%
Disentri 0 6 1,7% 3 2,7%
Gastritis 5 15 4,3% 4 3,6%
Hipertensi 5 11 3,2% 3 2,7%
ISPA 45 164 47,5% 42 37,5%
Kecelakaan 30 0 0% 1 0,9%
Penyakit Gigi Dan Mulut 28 20 5,8% 9 8,0%
Penyakit Lain 12 17 4,9% 18 16,1%
Penyakit Tulang Dan 1 13 3,8% 3 2,7%
Sendi
Tinea 0 0 0% 2 1,8%
Tb Paru 1 2 0,6% 2 1,8%
Campak 0 2 0,6% 0 0%
Cacingan 0 1 0,3% 0 0%
DBD 5
Malaria 1
Filariasis 0
Kusta 0

Total 82 100% 345 100% 112 100%

Sumber : Register Puskesmas Sungai Bakau (2011, 2012, 2013)


Berdasarkan tabel 3.3 untuk kelompok penyakit infeksi yang tertinggi di

Desa Parit Banjat adalah ISPA, dengan proporsi pada tahun 2011 sebesar

64,9%,pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 47,6%, dan pada tahun

2013 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 37,5%.

Diare berada pada urutan kedua setelah ISPA dengan proporsi pada tahun

2011 sebesar 6,1%, mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 1,1%

menjadi 7,2%, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 5,4%.

Jenis penyakit infeksi tertinggi setelah ISPA dan Diare adalah demam

typhoid, dimana proporsi pada tahun 2011 sebesar 1,2 %, mengalami peningkatan

pada tahun 2012 menjadi 2,4%, dan pada tahun 2013 sebesar 2,2%.

Kejadian disentri tidak terjadi pada tahun 2011, namun pada tahun 2012

terjadi kasus disentri yang tercatat di Puskesmas Sungai Bakau Kecil dengan

proporsi sebesar 1,7%, dan mengalami peningkatan kasus pada awal tahun 2013

dengan proporsi sebesar 2,7%.

Kasus tuberkulosis paru pada tahun 2011 dan 2012 tidak terdapat kasus,

namun pada tahun 2013 terdapat 2 kasus tuberkulosis paru yang sedang berobat di

puskesmas Sungai Bakau Kecil.

Untuk kelompok penyakit tidak menular di Desa Parit Banjar berdasarkan

data register pasien di Puskesmas Sungai Bakau Kecil yang paling tinggi adalah

Dermatitis dengan proporsi penyakit pada tahun 2011 sebesar 2,4%, mengalami

peningkatan lebih dari 4 kali lipat pada tahun 2012 yaitu menjadi 10,7%, namun

mengalami penurunan pada awal 2013 dengan proporsi menjadi 4,5%.


Penyakit tidak menular kedua adalah penyakit gigi dan rongga mulut,

dengan proporsi pada tahun 2011 sebesar 2,4%, tahun 2012 mengalami

peningkatan dengan proporsi sebesar 5,8%, dan awal tahun 2013 kembali

mengalami peningkatan dengan proporsi menjadi 8%.

Tabel 3.4
Persentase Bayi BGM, ASI Eksklusif, dan Kematian PerinatalDesa Parit
Banjar2010, 2011, 2012

No Tahun bayi BGM % ASI % Kematian %


ditimbang Eksklusif perinatal
1. 2010 363 32 8,8 285 78,5 0 0
2. 2011 87 0 0,8 3 6,12 1 0,4
3. 2012 187 2 1,0 49 26,2 0 0
Sumber : Laporan Bulanan (LB) Polindes Parit Banjar 2011, 2012, 2013.

Berdasarkan tabel 3.4, proporsi bayi dengan BGM Pada tahun 2010

sebesar 8,8%, tahun 2011 sebesar 0,8% dan tahun 2012 sebesar 1,0%. Cakupan

Pemberian ASI eksklusif di Desa Parit Banjar mengalami penurunan setiap tahun.

Pada tahun 2010 cakupan pemberian ASI eksklusif di Desa Parit Banjar sebesar

78,5%, pada tahun 2011 menurun menjadi 70,2%, dan mengalami penurunan yang

cukup drastis pada tahun 2012 dimana persentasenya hanya 26,2%.

Tabel 3.5
Rasio Bumil Risti Ditangani, persalinan oleh Nakes, dan Angka Kematian
IbuDesa Parit Banjar

Tahun K1, K4 Bumil % Persalinan AKI %


Risti di Nakes % Duku %
tangani
n
2010 102 1 0,9 24 23,5 21 20,5 0 0
2011 71 5 13 87 47,3 97 52,7 0 0
2012 65 4 6,1 29 44,6 2 3,7 0 0
Sumber : Laporan Bulanan (LB) Polindes Parit Banjar 2011, 2012, 2013.
Berdasarkan tabel di atas angka persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2010 angka

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan hanya sebesar 23,5%, meningkat

pada tahun 2011 menjadi 36,6%, dan pada tahun 2012 kembali meningkat

menjadi 44,6%. Namun cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan ini masih jauh

dari indicator didalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 90%.

c. Lingkungan

Tabel 3.6
Persentase Keluarga dengan Akses Air BersihDesa Parit Banjar

No Sumber Air Jumlah Rumah Memiliki %


Rumah tangga
tangga diperiksa
1 PDAM 608 400 54 13,5
2 Sumur Gali 608 400 325 81,2
3 PAH 608 400 328 82
4 Air Kemasan 608 400 115 28,7
5 Lainnya 608 400 43 10,7
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Sungai Bakau Kecil, 2012)

Berdasarkan tabel 3.5, keluarga yang memiliki akses air bersih di Desa

Parit Banjar dari 400 rumah tangga yang diperiksa yang memiliki akses sumber

air PDAM sebesar 13,5%, sumur gali sebesar 81,2%, air kemasan sebesar 28,7%,

air hujan sebesar 82%, dan sumber air lainnya seperti air sungai atau parit sebesar

10,7%.
Tabel 3.7
Kepemilikan Sarana Sanitasi DasarDesa Parit BanjarTahun 2012

No Sarana sanitasi Jumlah RT diperiksa RT %


dasar Rumah Memiliki
tangga
1 Jamban 608 400 247 62
2 Tempat Sampah 608 400 207 51,7
3 SPAL 608 400 0 0
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Sungai Bakau Kecil, 2012)

Berdasarkan tabel 3.6, dari 400 rumah yang dilakukan pemeriksaan, rumah

tangga yang memiliki sarana sanitasi dasar berupa jamban di Desa Parit Banjar

sebesar 62%. Kepemilikan tempat penampungan sampah rumah tangga sebesar

51,7%. Sedangkan untuk sarana pengolahan air limbah (SPAL) tidak ada rumah

tangga yang memiliki.

d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga

Tabel 3.8
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah TanggaDesa Parit Banjar

No Sarana sanitasi Jumlah RT diperiksa RT %


dasar Rumah Memiliki
tangga
1 Ber PHBS 608 400 264 66
2 Tidak Ber PHBS 608 400 136 44
400 100
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Sungai Bakau Kecil, 2012)

Berdasarkan tabel 3.7, Pesentase Rumah Tangga yang berperilaku hidup

bersih dan sehat di Desa Parit Banjar sebesar 66% dari 400 Rumah Tangga yang

dilakukan pemantauan.
e. Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.9
Sarana Pelayanan Kesehatandi Desa Parit Banjar

No Sarana Kesehatan Jumlah Letak


1 Puskesmas Pembantu 1 Dusun Tengah
2 Polindes 1 Dusun Laut
Posyandu 3 Dusun Laut
Dusun Tengah
Dusun Darat
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Sungai Bakau Kecil, 2012)

Berdasarkan tabel 3.8. sarana pelayanan kesehatan di Desa Parit Banjar

berupa puskesmas Pembantu berjumlah 1 buah, Polindes 1 buah, dan posyandu 3

buah.

Tabel 3.10
Cakupan Imunisasi DasarDi wilayah kerja Puskesmas Sungai Bakau
KecilTahun 2012

IMUNISASI DASAR
SASAR
NO DESA AN HB0 PO DPT/ PO DPT DPT CA
BC POL POLI
BAYI (<7 LIO HB LIO /HB /HB MP
G IO3 O4
HR) 1 (1) 2 (2) (3) AK
Parit
1 51 49.0 86.3 86.3 88.2 88.2 68.6 68.6 56.9 56.9 68.6
Banjar
Sei. Bakau
2 102 42.2 87.3 87.3 96.1 96.1 91.2 91.2 84.3 84.3 80.4
Kecil
Pasir Wan
3 59 33.9 79.7 79.7 79.7 79.7 74.6 74.6 74.6 74.6 76.3
Salim

PUSKESM
212 41.5 84.9 84.9 89.6 89.6 81.1 81.1 75.0 75.0 76.4
AS
Sumber: Laporan Program Imunisasi Puskesmas bakau Kecil, 2012.
Berdasarkan tabel diatas dikatehui bahwa cakupan Imunisasi Dasar di

puskesmas Sungai Bakau Kecil masih di bawah target tahunan puskesmas. Jenis

imunisasi yang cakupannya paling rendah adalah HB 0 hanya sebesar 49%.

3.1.2 Community Based

3.1.2.1 Hasil Survey Cepat

a. Demografi

Tabel 3.12
Distribusi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sungai Ambangah

No Pekerjaan Jumlah %
1 Petani
2 Swasta
3 IRT
Jumlah
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa pekerjaan masyarakat desa parit

banjar paling banyak adalah petani yaitu sebesar 55,68% sedangkan yang paling

sedikit adalah PNS yaitu sebesar 1,14%.

Tabel 3.13
Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa Parit Banjar

No Pendapatan Jumlah %
1 Di bawah 500 ribu 9 9,18
2 500.000 - 1.000.000 28 28,57
3 diatas 1 juta - 1,5 juta 25 25,51
4 diatas 1,5 juta - 2 juta 21 21,43
5 diatas 2 juta - 2,5 juta 7 7,14
6 2,5 juta - 3 juta 8 8,16
Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa pendapatan masyarakat desa

sungai ambangah paling banyak adalah 500.000 – 1.000.000 yaitu sebesar

28,57% sedangkan yang paling sedikit adalah 2 juta – 2,5 juta yaitu sebesar 7,14

%.

b. Derajat Kesehatan

Tabel 3.14
Persentase Kematian dalam Keluarga diMasyarakatDesa Sui Ambangah

No Kematian ART Jumlah %


1 Ada Kematian 8 8,16%
2 Tidak ada kematian 92 91,84%
Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Ravid Survey desa Sungai Ambangah

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa adanya kematian masyarakat

desa Sungai Ambangah adalah sebanyak 8,16 % sedangkan tidak adanya

kematian adalah sebanyak 91,84%.

Tabel 3.15
Penyakit Penyebab Kematian Anggota Rumah TanggaDesa Sui Ambangah
Sumber : Data Ravid Survey desa sungai ambangah tahun 2015

Gambar 3.15 menunjukkan terdapat delapan kasus kematian dalam tiga tahun

terakhir. Dari 8 kasus kematian yang terjadi penyebab kematian antara lain Diare

1 kasus, ISPA/Pneumonia 2 kasus, Thypus 1 kasus, Stroke 1 kasus, Kencing

Manis 2 kasus, kanker / tumor 1 kasus.

Tabel 3.16
Penyakit menular di desa sungai ambangah tahun 2015

No Penyakit tidak menular Jumlah %

1 ISPA 11 15,71
2 Pneumonia 4 5,71
3 Typhoid 3 4,28
4 TBC 4 5,71
5 Diare 48 68,57
6 DBD 0 0
7 Filariasis 0 0
8 Penyakit menular lainnya 0 0
Total 70 100

Sumber : Data Rapid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015


Berdasarkan tabel di atas di dapat angka kejadian diare menduduki

peringkat teratas yaitu sebesar 68,57%, sedangkan penyakit menular terendah

adalah typhoid yaitu sebesar 4,28%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan PUSTU Sungai Ambangah

yang dilakukan pada hari jumat tanggal 23 januari 2015 di dapat bahwa masalah

kesehatan yang dominan di Desa Sungai Ambangah adalah diare dan batuk, pilek

(ISPA). Sedangkan menurut kader kesehatan di desa Sungai Ambangah penyakit

yang dominan di wilayah tersebut adalah asma dan diare. Menurut Kepala Desa

kejadian diare meningkat bila musim kemarau hal ini karena sumber air yang

digunakan oleh warga pada musim kemarau adalah air dari air sungai, PAH dan

air sumur yang bila musim kemarau kualitasnya tidak bagus selain itu karena ada

kebiasaan masyarakat yang meminum langsung air tanpa dimasak terlebih dahulu.

Sedangkan untuk Penyakit ISPA kasusnya meningkat pada musim kemarau,

menurut kades hal ini terjadi karena kondisi jalan ke wilayah desa sungai

ambangah terutama akses ke Dusun Kampung Baru, Dusun Parit Karya Desa,

Dusun Karya Sari, Dusun Kumpai dan Dusun Mekar Sari yang masih jalan tanah

yang bila musim kemarau kondisi jalan berdebu. Selain Diare dan ISPA Penyakit

lain yang pernah diderita masyarakat desa parit banjar adalah DBD yang berada di

dusun parit banjar laut, TB Paru, malaria, stroke, dan tiphus. (Sumber: Hasil

Indept Interview)

Tabel 3.17
Penyakit tidak menular di Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

No Penyakit Tidak Jumlah %


Menular
1 Hipertensi 25 58,14
2 DM 9 20,93
3 Jantung 1 2,32
4 Stroke 8 18,61
5 Penyakit Tidak Menular 0 0
Lain (Tumor,rematik,dan
Usus Buntu)
Jumlah 43 100 %
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa penyakit tidak menular yang

diderita masyarakat desa parit banjar paling banyak adalah hipertensi yaitu

sebesar 58,14%. Sedangkan yang paling sedikit adalah jantung yaitu 2,32%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Parit Banjar yang

dilakukan pada hari rabu tanggal 6 maret 2013 di dapat bahwa masalah kesehatan

yang dominan di Desa Parit Banjar adalah diare dan batuk, pilek (ISPA). Menurut

Kepala Desa kejadian diare meningkat bila musim kemarau hal ini karena sumber

air yang digunakan oleh warga pada musim kemarau adalah air dari hutan, air

sungai, dan air sumur yang bila musim kemarau kualitasnya tidak bagus selain itu

karena ada kebiasaan masyarakat yang meminum langsung air tanpa dimasak

terlebih dahulu. Sedangkan untuk Penyakit ISPA kasusnya meningkat pada musim

kemarau, menurut kades hal ini terjadi karena kondisi jalan ke wilayah desa parit

banjar terutama akses ke Dusun Parit Banjar Tengah, Dusun Parit Banjar darat dan

Dusun Parit Baru yang masih jalan tanah yang bila musim kemarau kondisi jalan

berdebu. Selain Diare dan ISPA Penyakit lain yang pernah diderita masyarakat
desa parit banjar adalah DBD yang berada di dusun parit banjar laut, TB Paru,

malaria, stroke, tiphus, dan usus buntu. (Sumber: Hasil Indept Interview)

Tabel 3.18
Proporsi Bayi yang Ditimbang pada MasyarakatDesa Sungai Ambangah

No Bayi Jumlah %
1. Bayi yang ditimbang 72 100
2. Bayi yang Tidak 0 0
Ditimbang
Jumlah 72 100
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa proporsi bayi yang ditimbang

pada masyarakat Desa Sungai Ambangahadalah sebesar 100%. Sedangkan bayi

yang tidak ditimbang adalah sebesar 0 %.

Tabel 3.19
Proporsi Persalinan Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan ProfessionalDesa
Sungai Ambangah

No Persalinan Jumlah %
1 Persalinan yang ditolong 69 95,83
TK
2 Persalinan yang tidak 3 4,17
ditolong TK
Jumlah 72 100
Sumber : Data Ravid SurveyDesa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa proporsi persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan professional adalah sebesar 95,83%. Sedangkan proporsi

persalinan yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan adalah sebesar 4,17%.
Tabel 3.20
Proporsi Bayi yang Diberi ASI EksklusifPada Masyarakat Desa Sungai
Ambangah

No Asi Ekslusif Jumlah %


1 Bayi yang diberi ASI 33 45,83
eksklusif
2 Bayi Tidak diberikan 39 44,17
ASI eksklusif
Jumlah 72 100
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa proporsi bayi yang diberikan ASI

eksklusif adalah sebesar 45,83%. Sedangkan proporsi bayi yang tidak diberikan

ASI eksklusif adalah sebesar 44,17%.


c. Lingkungan

Tabel 3.21
Sumber Air Keperluan Rumah Tangga pada
MasyarakatDesa Sungai Ambangah

No Sumber Air Jumlah %


1. PDAM 0 0
2. PAH 5 5,10
3. Air sumur 37 37,76
4. Air sungai 56 57,14
Jumlah 98 100
sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa sumber air untuk

keperluan rumah tangga pada masyarakat desa Sungai

Ambangah paling banyak digunakan adalah air sungai yaitu

sebesar 57,14%, dan yang paling sedikit sumber air yang

digunakan adalah air hujan yaitu sebesar 5,10 %


Tabel 3.28
Sumber air untuk keperluan masak dan minum rumah tangga di Desa
Sungai Ambangah

No Sumber air minum dan Jumlah %


masak
1. PDAM 0 0

2. PAH 98 100

3. Sumur 0 0

4. Sungai 0 0
jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa sumber air masak dan minum

masyarakat Desa Sungai Ambangah yang menggunakan air hujan sebesar 100%,

serta tidak di dapat yang menggunakan sumber air lainnya.

Tabel 3.26

Sumber Pencemaran Kurang Dari 10 Meter dari Sumber Air pada


Masyarakat Di Desa Sungai Ambangah

Sumber Cemar Jumlah %


No
1 Ada sumber pencemaran 2 2,04
2 Tidak ada sumber 0 97,96
pencemaran
Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa adanya sumber pencemaran

kurang dari 10 meter dari sumber air pada masyrakat Desa Sungai

Ambangahadalah sebesar 2,94 %. Sedangkan yang tidak ada sumber

pencemarannya adalah sebesar 97,96 %.


Tabel 3.27
Kemudahan Mendapatkan AirDesa Sungai Ambangah

No Kemudahan Jumlah %
Mendapatkan Air
1 Mudah 17 17,35
2 Sulit di musim kemarau 81 82,65
3. Sulit sepanjang tahun 0 0
Jumlah 98
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa kemudahan mendapatkan air pada

masyarakat di Desa Sungai Ambangah yang menjawab mudah didapat sebesar

17,35%, sulit dimusim kemarau sebesar 82,65% dan sulit sepanjang tahun sebesar

0%.

Tabel 3.29
Kualitas Air Masak Dan Minum Desa Sungai Ambangah

No Kualitas air minum Jumlah %


1. Keruh 0 0

2. Berwarna 0 0

3. Berasa 0 0

4. Berbusa 0 0

5. Berbau 0 0

Jumlah 98 100
Sumber : rapid survey di Desa Sungai Ambangah tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas di dapat bahwa air yang digunakan oleh warga

untuk keperluan masak dan minum memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 3.29
Cara Mengolah Air Desa Sungai Ambangah

No Cara Mengolah Air Jumlah %


1 Langsung minum 2 2,04

2 Di masak 96 97.96

3 Disaring 0 0

4 Di beri bahan kimia 0 0


Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa pada masyarakat di desa Sungai

Ambangahyang mengolah air dengan cara dimasak adalah sebesar 97,96 %.

Sedangkan yang langsung diminum adalah sebesar 2,04 %.

Tabel 3. 30
Tempat Penampungan Limbah dari kamar mandi/ tempat cuci/dapur Pada
Masyarakat Di desa Sungai Ambangah

No Tempat Penampungan Jumlah %


Limbah
1. Tertutup di pekarangan/ 2 2,04
SPAL
2. Terbuka di pekarangan 12 12,25

3. di luar pekarangan 6 6,12

4. Tanpa penampungan 40 40,82

4. Langsung ke got / sungai 38 38,77


Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Ravid Survey desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa tempat penampungan limbah dari kamar

mandi/ tempat cuci/dapur pada masyarakat di Desa Sungai Ambangahpada

terbanyak yaitu tanpa penampungan sebesar 40,82%, sedangkan penampungan

limbah rumah tangga yang tertutup hanya sedikit yaitu sebesar 2,04 %.

Tabel 3.31
Saluran Pembuangan air limbah di kamar mandi Desa Sungai Ambangah

No Saluran pembuangan Jumlah %


air limbah
1 Terbuka 73 74,49

2 Tertutup 7 7,14

3 Tanpa saluran 18 18,37

Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey di Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat Desa Sungai

Ambangah yang memiliki saluran pembuangan air limbah di kamar mandi yang

terbuka sebesar 74,49 %, sedangkan yang tertutup adalah sebesar 7,14 %.

Tabel 3.32
Ketersediaan Pembuangan Sampah diluar rumah di Desa Sungai Ambangah

No Tempat Pembuangan Jumlah %


Sampah di luar rumah
1 Memilki 67 68,37
2 Tidak memiliki 31 31,63
Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey desa sungai ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat yang memiliki tempat

pembuangan sampah di luar rumah adalah sebesar 68,37%. Dan yang tidak

memiliki tempat sampah di luar rumah adalah sebesar 31,63 %

Tabel 3.33

Tempat Pengumpulan/Penampungan Sampah Rumah Tangga di Luar


Rumah di Desa Sungai Ambangah
No Tempat penampungan Jumlah %
sampah
1. Terbuka 64 95,52
2. Tertutup 3 4,48
Jumlah 67 100
Sumber : rapid survey di Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar masyarakat di desa sunagi ambangah

memilijki tempat penampungan sampah rumah tangga yang terbuka yaitu sebesar

95,52 %, sedangkan sisanya memiliki tempat sampah tertutup yaitu sebesar 4,48

Tabel 3.34
Ketersediaan Tempat Penampungan Sampah Basah (Organik)
Di Dalam Rumah
Di Desa Sungai Ambangah
No Tempat penampungan Jumlah %
sampah basah/organik
1. Ya 31 31,63
2. Tidak 67 68,37
Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey Parit Banjar
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat yang mempunyai

tempat sampah organik sebesar 31,63 %, lebih sedikit bila dibandingkan dengan

yang tidak mempunyai tempat sampah organik yaitu sebesar 68,37 %.

Tabel 3.35
Jenis Tempat Pengumpulan/ Penampungan Sampah Basah (Organik) Di
Dalam Rumah di Desa Sungai Ambangah

No Tempat penampungan Jumlah %


sampah organik
1. Terbuka 30 93,65
2. Tertutup 1 6,35
Jumlah 31 100
Sumber : Data Ravid Survey di Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat yang mempunyai

tempat pengumpulan/ penampungan sampah basah (organik) di dalam rumahyang

terbuka di Desa Sungai Ambangah sebesar 93,65%, lebih besar dari yang tertutup

yaitu hanya sebesar 6,35 %.

Tabel 3.36
Memelihara Ternak Di Desa Sungai Ambangah

No Memelihara ternak Jumlah %


1. Ya 42 42,86
2. Tidak 56 57,14
98 100
Sumber : Data Ravid Survey di Desa Sungai Ambangah tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat yang memelihara

ternak sebesar 42,86 % lebih sedikit dibandingkan yang tidak memelihara ternak

yaitu sebesar 57,14 %.

Tabel 3.37
Jenis Ternak Yang Dipelihara
Masyarakat Desa Sungai Ambangah

No Jenis ternak Jumlah %


1. Unggas 31 31,63
2. Ternak sedang 2 2,04
3. Ternak besar 2 2,04
4. lainnya 7 7,14
Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa jenis ternak yang paling banyak

dipelihara oleh masyarakat Desa Sungai Ambangah adalah unggas yaitu sebesar

31,63 % sedangkan yanng terkecil yaitu ternak sedang dan besar yaitu sebesar

2,04 %.

Tabel 3.38
Tempat Memelihara Ternak Masyarakat Desa Sungai Ambangah

No Tempat memelihara Jumlah %


ternak
1. Kandang dalam rumah 1 1,02

2. Kandang luar rumah 26 26,53


3. Rumah tanpa kandan 6 6,12
4. Luar rumah tanpa 9 9,18
kandang

Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa tempat pemeliharaan ternak

masyarakat desa ambangah yang paling besar berada di kandang luar rumah 26,53

%, sedangkan yang kandangnya dalam rumah 1,02 %.

Tabel 3.39
Kondisi Ventilasi Rumah Masyarakat Desa Sungai Ambangah

No Ventilasi Rumah Jumlah %


1. tertutup 61 62,24
2. Terbuka 37 37,76
Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa kondisi ventilasi rumah pada

masyarakat di desa Sungai Ambangahtertutup kasa adalah sebesar 62,24%, lebih

banyak dibandingkan dengan terbuka yaitu 37,76 %.

Tabel 3.40
Kondisi Ventilasi Kamar Rumah TanggaDesa Sungai Ambangah

No Ventilasi Kamar Jumlah %


1. Memenuhi syarat ( > 75 79,59
15% luas ruangan)
2. Tidak memenuhi syarat 23 20,41
(< 15% luas ruangan)
Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa kondisi ventilasi kamar

masyarakat di Desa Sungai Ambangah yang memenuhi syarat (>15% luas

ruangan) adalah sebesar 79,59%, lebih besar dibandingkjan dengan yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebesar 20,41 %

Tabel 3.41
Jamban Yang Dimiliki Masyarakat Desa Sungai Ambangah

No Jamban Jumlah %
1. Ada 83 84,69
2. Tidak ada 15 15,31
Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat di desa parit banjar

yang memiliki jamban adalah sebesar 84,69% lebih besar dibandingkan dengan

yang tidak memiliki jamban yaitu sebesar 15,31 %.

Tabel 3.42
Kondisi Jamban MasyarakatDesa Sungai Ambangah

No Kondisi Jamban Jumlah %


1. Memenuhi syarat 65 78,31
2. Tdk memenuhi syarat 18 21,69
Jumlah 83 100
Sumber : Data Ravid Survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat di Desa Sungai

Ambangah yang memiliki jamban dengan kondisi yang memenuhi syarat adalah

sebesar 84,69% lebih besar dibandingkan

Tabel 3.43
Keberadaan Jentik Nyamuk di Tempat Penampungan Air Desa Parit Banjar

No Jentik Jumlah %
1. Ada 95 96,94
2. Tidak ada 3 3,06
Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey Parit Banjar

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat di desa parit banjar

yang pada tempat penampungan airnya terdapat jentik nyamuk adalah sebesar

78,4%. Sedangkan yang tidak ada jentik nyamuk didalam tempat penampungan

airnya adalah sebesar 21,6%.

Tabel 3.44
Kondisi Tempat Penampungan Air Masyarakat di Desa Parit Banjar

No Kondisi Tempat Penampungan Jumlah %


Air
1. Terbuka 23 23,47
2. Tertutup rapat 75 76,53
Jumlah 98 100
Sumber : Data Ravid Survey Parit Banjar

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat di desa parit banjar

yang kondisi tempat penampungan airnya tertutup adalah sebesar 23,9%.

Sedangkan tempat penampungan airnya yang tertutup rapat adalah sebesar 76,1%.

Tabel 3.45
Sampah Yang Dapat Menampung Air Di Sekitar Rumah Desa Parit Banjar

No Sampah Jumlah %
1. Terdapat sampah 11 11,22%
menampung air
2. Tidak terdapat sampah 87 88,78 %
menampung air
Jumlah 98 100 %
Sumber : Data Rapid Survey Parit Banjar

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa masyarakat di desa parit banjar

yang terdapat sampah, yang dapat menampung air di sekitar rumah masyarakat

adalah sebesar 55,7%. Sedangkan yang tidak terdapat sampah yang menampung

air adalah sebesar 44,3%.

d. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Tabel 3.46
Proporsi persalinan masyarakatDesa Parit Banjar

No Persalinan Jumlah %
1. Ya 69 70,41
2. tidak 29 29,59
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa proporsi persalinan dalam rumah

tangga masyarakat desa parit banjar yang ditolong oleh tenaga kesehatan hanya

sebesar 26,1% dan sebagian besar di tolong oleh dukun sebesar 72,9%.

Tabel 3.47
Proporsi pemberian ASI eksklusifDesa Sungai Ambangah

No Bayi dan Balita Asi eksklusif Jumlah %


1. 18 ASI eksklusif 5 27,78
2. Tidak ASI 13 72,22
eksklusif
Jumlah 18 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rumah tangga yang memiliki

balita rumah tangga. Proporsi pemberian ASI eksklusif dari rumah tangga yang

mempunyai bayi dan balitadi desa Parit Banjar hanya sebesar 5% dan yang tidak

ASI eksklusif sebesar 95%.

Tabel 3.48
Proporsi balita ditimbang masyarakatDesa Parit Banjar

No Balita Balita ditimbang Jumlah %


1 Balita yang
4 20
. ditimbang
23
2 Balita tidak
16 80
. ditimbang
Jumlah 20 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa proporsi balita dalam

rumah tangga yang ditimbang setiap bulan hanya sebesar 20% dan balita yang

tidak ditimbang sebesar 80%.

Tabel 3.49
Proporsi Air Minum Dimasak Desa Parit Banjar

Air minum dimasak Jumlah %


No
1.Air minum dimasak 43 49
Air minum tidak
2. 45 51
dimasak
Jumlah 88 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013
Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa proporsi rumah tangga yang air

minum dimasak terlebih dahulu sebesar 49% dan proporsi air minum yang tidak

dimasak terlebih dahulu sebesar 51%.

Tabel 3.50
Proporsi menguras bak mandi sekali seminggu Desa Parit Banjar

No Menguras bak mandi Jumlah %


1. Kuras bak mandi 14 16
2. Tidak kuras bak mandi 74 84
Jumlah 88 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa proporsi rumah tangga yang

menguras bak mandi seminggu sekali adalah sebesar 16% dan yang tidak

menguras bak mandi seminggu sekali sebesar 84%.

Tabel 3.51
Proporsi kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun Desa Sungai
Ambangah

No Cuci Tangan Pakai Jumlah %


Sabun
1. Sebelum makan 70 71,43
2. Setelah buang air 4 4,08
besar/menceboki bayi
3. Sebelum menyiapkan 21 21,43
makanan
4. Setelah memegang 3 3,06
binatang
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa proporsi kebiasaan mencuci

tangan menggunakan sabun di Desa Sungai Ambangah sebelum makan sebesar

71,43 %, setelah buang air besar sebesar 4,08%, setelah memegang binatang

sebesar 3,06% .

Tabel 3.52
Proporsi Tempat Buang Air Besar (BAB) masyarakatDesa Sungai
Ambangah

No BAB Jumlah %
1 Jamban 83 84,69
.
2 Sungai/parit 15 15,31
.
3 Kebun/halaman 0 0
.
4 Selokan 0 0
.
5 Lubang tanah 0 0
.
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa sungai ambangah tahun2015

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebagian masyarakat desa Sungai

Ambangah mempunyai kebiasaan BAB di jamban yaitu sebesar 84,69 %,

sementara kebiasaan BAB lainnya seperti di sungai sebesar 15,31 %. Tidak

terdapat masyarakat yang BABS di kebun, selokan maupun di lubang tanah.

Tabel 3.53
Proporsi Menggosok Gigi Setiap Hari Masyarakat Desa Sungai Ambangah

No Gosok gigi Jumlah %


1. Gosok gigi 98 100
2. Saat mandi pagi dan/ 98 100
sore
3. Sesudah bangun pagi 0 0

4. Sesudah makan pagi 0 0


5. Sebelum tidur malam
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa sungai ambangahproporsi

waktu menggosok gigi saat mandi pagi dan sore sebesar 100%.

Tabel 3.54
Proporsi anggota rumah tangga yang merokokDesa Sungai Ambangah

No Konsumsi rokok Jumlah %


1. Ya, setiap hari 70 71,43
2. Ya, kadang-kadang 3 3,60
3. Tidak, sebelumnya 2 32,65
pernah
4. Tidak pernah sama 23 23,47
sekali
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambagah 2015

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa sungai ambangahproporsi

anggota rumah tangga yang merokok setiap hari sebesar 71,43%, kadang-kadang
3,60%, tidak tapi sebelumnya pernah sebesar 32,65% dan yang tidak pernah sama

sekali sebesar 23,47%.

Tabel 3.55
Proporsi kelompok umur yang merokokDesa Sungai Ambangah

No Kelompok umur 3Jumlah %


merokok
1. 6 - 10 tahun 0 0
2. 11 – 15 tahun 2 2,86
3. 16 – 20 tahun 65 92,86
4. 21 – 25 tahun 3 4,29
5. 26 - 30 tahun 0 0
Jumlah 70 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa sungai ambangahproporsi

kelompok umur yang merokok umur 6 – 10 tahun sebesar 0%, 11-15 tahun

sebesar 2,86%, 16-20 tahun sebesar 92,86%, 21-25 tahun sebesar 4,29%, dan 26-

30 tahnu sebesar 0 %.

Tabel 3.56
Proporsi banyaknya konsumsi rokok Anggota KeluargaDesaSungai
Ambangah

No Banyak konsumsi Jumlah %


rokok
1. <10 batang perhari 24 34,28
2. ≥ 10 batang perhari 46 65,72

Jumlah 70 100
Sumber :data rapid survey Desa sungai ambangah tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa sungai ambangahproporsi

banyaknya konsumsi rokok <10 batang perhari sebesar 34,28%, lebih sedikit

dibandingkan ≥ 10 batang perhari sebesar 65,72%.

Tabel 3.57
Proporsi jenis rokok yang dihisap masyarakatDesa Sungai Ambangah

No Jenis rokok Jumlah %


1. Rokok filter 70 100
2. Rokok linting 0 0

3. Tembakau Kunyah 0 0
4. Rokok kretek tanpa 0 0
filter
5. lainnya 0 0
Jumlah 70 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas penduduk Desa Sungai Ambangah

merokok dengan menggunakan rokok filter yaitu dengan proporsi sebesar 100

%.

Tabel 3.58
Proporsi Anggota Keluarga yang merokok dalam rumahDesa Sungai
Ambangah

No Merokok dalam Jumlah %


rumah
1. Ya 40 57,14
2. Tidak 30 42,86
Jumlah 70 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa sungai ambangahproporsi

yang merokok dalam rumah sebesar 57,14%, lebih banyak dibandingkan yang

tidak tidak merokok sebesar 42,86%.

e. Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.59
Proporsi jarak rumah ke Pelayanan kesehatan terdekatDesa Parit Banjar

No Jarak tempuh yankes Jumlah %


1. <1 KM 43 43,88
2. 1-2 KM 35 35,71
3. >2 KM 20 20,41
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di Desa Sungai Ambangah

proporsi jarak rumah ke pelayanan kesehatan yang berjarak <1 km sebesar

43,88%, 1-2 km sebesar 35,71 % dan >2 km sebesar 20,41%.

Tabel 3.60
Proporsi waktu tempuh rumah ke pelayanan kesehatanDesa Sungai
Ambangah

No waktu tempuh yankes Jumlah %


1. < 15 menit 39 39,80
2. 15-30 menit 58 59,18
3. > 30 menit 1 1.02
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah 2015
Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa sungai ambangah proporsi

waktu rumah ke pelayanan kesehatan terdekat dengan waktu <15 menit sebesar

39,80%, 15-30 menit sebesar 59,18% dan >30 menit sebesar 1.02%.

Tabel 3.61
Proporsi keberadaan Angkutan Umum ke pelayanan kesehatanDesa Sungai
Ambangah

No Angk_umum Jumlah %
keyankes
1. Ya 0 0
2. Tidak 98 100
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di Desa Sungai

Ambangahresponden menjawab tidak ada angkutan umum ke pelayanan

kesehatan sebesar 100 %.

Tabel 3.62
Rasio pemanfaatan pelayana KesehatanDesa Sungai Ambangah

No Pemanfaatan yankes Jumlah %


1. Ya 88 89,79
2. Tidak 10 10,21
Jumlah 98 100
Sumber :data rapid survey Desa sungai ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa masyarakat Desa Sungai

Ambangah yang menggunakan peleyanan kesehatan lebih banyak dibandingkan

yang tidak menggunakan pelayanan kesehatan yaitu sebesar 89,79 %, sedangkan

yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu sebesar 10,21 %.


Tabel 3.63
Layanan kesehatan yang digunakan MasyarakatDesa Parit Banjar

jumlah %

1. Penimbangan 8 13,11

2. Penyuluhan 1 1,64

3. Imunisasi 22 36,07

4. KIA 1 1,64

5. KB 26 42,62

6. Pengobatan 26 42,62

7. PMT 0 0

8. Suplementasi Gizi 0 0

9. Konsultasi risiko 0 0
penyakit
10. Pemeriksaan 1 1,64
Kehamilan
11. Persalinan 1 1,64

12. Pemeriksaan ibu nifas 1 1,64

13. Pemeriksaan neonatus 0 0

14. Pemeriksaan bayi 0 0

Jumlah 61 100
Sumber :data rapid survey Desa Sungai Ambangah tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di Desa Sungai Ambangah

proporsi dalam pelayanan kesehatan yang digunakan pada penimbangan dan

imunisasi sebesar 3%, penimbangan, imunisasi dan KB sebesar 3%,


penimbangan, imunisasi, dan pengobatan sebesar 4%, penyuluhan dan imunisasi

sebesar 2%, imunisasi, pengobatan dan bersalin sebesar 2%, KIA, KB,

pengobatan dan pemeriksaan kehamilan sebesar 1%, KB sebesar 6%, KB dan

pengobatan 10%, KB, pengobatan dan pemeriksaan kehamilan sebesar 1%, KB

dan pemeriksaan kehamilan 1%, pengobatan sebesar 60%, konsultasi risiko

penyakit sebesar 3%, dan pemeriksaan kehamilan sebesar 4%.

Sedangkan hasil wawancara dengan Bidan Desa pada hari Kamis tanggal 7

Maret 2013, didapat informasi bahwa di Desa Parit Banjar terdapat 3 posyandu,

namun yang aktif hanya 2 posyandu yaitu di Dusun Parit Banjar Laut dan Dusun

Parit Banjar Tengah. Pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan, imunisasi,

KB, dan juga pemeriksaan kehamilan. Selain informasi tentang Posyandu

informasi yang didapat adalah informasi tentang persalinan di Desa Parit banjar.

Persalinan yang ditolong oleh bidan lebih banyak dari dusun parit banjar laut,

sedangkan untuk parit banjar tengah dan darat lebih banyak ke dukun, mereka

anak membawa ke bidan atau pelayanan kesehatan bila dukun sudah tidak mampu

menolongnya. Informasi lain yang didapat adalah di Desa Parit Banjar pernah

terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2 kali.

Pertama KLB dipteri dan KLB campak. (Sumber : Indept Interview)

Tabel 3.64
Proporsi alasan tidak menggunakan pelayanan kesehatan pada
masyarakatDesa Parit Banjar

No Alasan tidak yankes Jumlah %


1. Letak yankes jauh 1 6
Pelayanan yang
2. 1 6
diberikan tidak lengkap
3. Tidak ada alas an 2 13
4. Tidak ada petugas 11 69
Tidak cocok berobat ke
5. 1 6
pelayanan kesehatan.
Jumlah 16 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa parit banjaralasan tidak

menggunakan pelayanan kesehatan dengan alasan karena letak pelayanan

kesehatan jauh sebesar 6%, pelayanan yang diberikan tidak lengkap sebesar 6%,

tidal ada alasan sebesar 13%, tidak ada petugas sebesar 69%, tidak cocok berobat

ke ke pelayanan kesehatan sebesar 6%.

Tabel 3.65
Proporsi penyuluhan kesehatan pada masyarakat Desa Parit Banjar

No Penyuluhan kesehatan Jumlah %


1. Ya 1 1
2. Tidak 87 99
Jumlah 88 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa parit banjarproporsi pada

penyuluhan kesehatan yang pernah diberikan hanya sebesar 1% dan yang tidak

sebesar 99%.

Tabel 3.66
Proporsi pelayanan kesehatan tradisional pada masyarakat Desa Parit
Banjar

No Penyuluhan kesehatan Jumlah %


1. Ya 46 52
2. Tidak 42 48
Jumlah 88 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa parit banjarproporsi yang

menggunaan pelayanan kesehatan tradisional sebesar 52% dan yang tidak sebesar

48%.

Tabel 3.67
Proporsi jenis pelayanan kesehatan tradisional pada masyarakat Desa Parit
Banjar

No Penyuluhan kesehatan Jumlah %


1. Jampi/air penawar 19 40,4
Jampi/air penawar dan
2. 2 4,3
jamu
Jampi/air penawar dan
3. 1 2,1
param
4. Jamu 9 19,1
5. Param 12 25,5
6. Param dan urut 1 2,1
7. Ramuan alam 2 4,3
8. Urut 1 2,1
Jumlah 88 100
Sumber :data rapid survey Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, didapat bahwa di desa parit banjarproporsi jenis

pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan jampi/air penawar sebesar

40,4%, jampi/air penawar dan jamu sebesar 4,3%, jampi/air penawar dan param

sebesar 2,1%, jamu 19,1%, param sebesar 25,5%, param dan urut sebesar 2,1%,

ramuan alam sebesar 4,3%, dan urut sebesar 2,1%.


3.1.2.2 Hasil Analisa Data Sekunder

Hasil analisa dari data yang dikumpulkan dari data sekunder yang didapat

dari Puskesmas Sungai Bakau Kecil, hasil Survey Cepat, dan Hasil Indeph

Interview dengan Kepala Desa dan Bidan Desa Parit Banjar maka dapat

disimpulkan bahwa masalah kesehatan yang ada di Desa Parit Banjar adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.68
Matriks masalah kesehatan di Desa Sungai Ambangah

No Permasalahan Alasan
1. Diare Berdasarkan hasil rapid survey, diare merupakan Penyakit
yang paling banyak diderita masyarakat Desa Sungai
Ambangah. Dimana proporsi penyakit diare sebesar 68,57
%, dari seluruh penyakit yang ada di masyarakat.
Data dari register puskesmas Desa Sungai Ambangah,
penyakit yang paling banyak diderita Trend penyakit diare
selama 3 tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan
yang signifikan yang dimana npada tahun 2012 terdapat
78,95%, tahun 2013 41,48%, sedangkan 2014 terjadi
lonjakan kasus yaitu sebesar 95,45%. Dari hasil wawancara
dengan Bidan PUSTU di Desa Sungai Ambangah, diare
merupakan penyakit yang rutin diderita oleh masyarakat
sungai ambangah. Faktor pemicu yang mungkin menjadi
diterminan diare adalah rendahnya angka bayi yang
diberikan asi eksklusif sebesar 45,83%, masih jauh dari
target yaitu sebesar 80%. Rendahnya angka ASI eksklusif
mungkin dipengaruhi oleh masih terdapatnya masyarakat
yang melahirkan di dukun yaitu sebesar 29,99%, yang
berpengaruhi terhadap kurangnnya pengetahuan ibu
terhadap pentingnya pemberian ASI terhadap balitanya. ASI
sangat penting diberikan karena merupakan nutrisi yang
paling sempurna yang terkait dengan zat gizinya yang
lengakap dan seimbang serta mengandung zat kekebalan
tubuh yang berfungsi sebagai protektif tubuh terhadap
penyakit. Selain faktor diatas masih terdapat ibu-ibu tidak
mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan yaitu sebesar
21,43%, hal tersebut dikhawatirkan menjadi sumber
penularaan penyakit diare.
2. ISPA Berdasarkan hasil Rapid surveyISPA merupakan penyakit
tertinggi kedua setelah Diare yaitu sebesar 15,21 % dari
seluruh penyakit menular. Data dari register puskesmas
Sungai Durian kasus ISPA tidak terlaporkan. Berdasarkan
wawancara dengan bidan PUSTU, menyebutkan bahwa
kasus ISPA merupakan penyakit yang dominan yang diderita
oleh masyarakat Desa Sungai Ambangah.Hasil survey
menemukan beberapa faktor risiko yang diduga pemicu
munculnya permasalahan ISPA adalah banyaknya
masyarakat yang memlihara ternak yaitu sebesar 42,86 %,
serta membiarkan hewan ternak tersebut tanpa kandang
yaitu sebesar 9,18 %. Selain itu masih terdapat masyarakat
yang tidak mencuci tangan pakai sabun setelah memegang
unggas yaitu sebesar 3,06 %, tempat penampungan sampah
yang masih terbuka yaitu sebesar 95,52 %, sehingga
kemungkinan terjadinya penyebaran virus penyakit lebih
cepat yang berasal dari tempat penampungan sampah yang
tidak memenuhi syarat.
3. Hipertensi Berdasarkan hasil Rapid survey, Proporsi kejadian hipertensi
58,14% Sedangkan dari data register Puskesmas Sungai
Durian data tidak terlaporkan.Hasil rapid survey
menemukan beberapa faktor yang diduga mejadi pemicu
munculnya penyakit hipertensi seperti kebiasaan merokok
yaitu sebesar 76,53%. Dari jumlah tersebut yang merokok
setiap hari sebesar 71,43% dengan rata-rata jumlah hisapan
rokok perhari diatas 10 batang sebesar 65,72%. Hal tersebut
sangat berhubungan dengan kejadian hipertensi karena
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan
perlebgketan kepingan darah dan menumpuknya kolesterol
sehingga dapat terjadinya hipertensi. Selain itu rata-rata
perokok tersebut sudah mengkonsumsi rokok dalam waktu
yang lama dimana jumlah perokok diatas 10 tahun 92,86%.
Hipertensi juga terkait dengan kebiasaan merokok
masyarakat dimana jumlah perokok didalam rumah sebesar
57,14%, hal tersebut meungkinkan banyaknya perokok pasif
yang menghisap asap sampingan/ sidestream.
4. Diabetes Militus Berdasarkan hasil rapid survey diabetes Militusmepunyai
Proporsi sebesar 20,93% dari penyakit tidak menular
lainnya.Dari data register Puskesmas Sungai Durian tidak
terlaporkan atau tidak tersedia.Hasil wawancara dengan
bidan PUSTU tidak menyebutkan adanya penyakit Diabetes
Militus yang diderita warga. Kemungkinan masyarakat tidak
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di desa sungai
ambangah tetapi langsung ke Rumah Sakit terdekat karena
penyakit merupakan penyakit kronis. Faktor pemicu
mungkin menjadi penyebab kejadian diabetes militus adalah
tingginya kebiasaan merokok yaitu sebesar 76,53%. Dari
jumlah tersebut yang merokok setiap hari sebesar 71,43%
dengan rata-rata jumlah hisapan rokok perhari diatas 10
batang sebesar 65,72%. Tingginya angka kejadian hipertensi
juga merupakan faktor resiko angka kejadian diabetes
melitus dimana proporsi Hipertensi sebesar 58,14% di
bandingkan dengan penyakit menular lainnya. Hubungan
antara diabetes melitus dengan hipertensi karena terjadinya
resistensi insulin.

3.2 HASIL PENETAPAN PRIORITAS

Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Parit

Banjar maka menggunakan metode MCUA. Kriteria penilaian untuk menentukan

prioritas masalah berdasarkan metode MCUA adalah sebagai berikut:

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga

menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam

kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai

berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,
maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun

angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.

2. Greetes member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang

terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa

penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence

rate.Sedangkan untuk masalah lain, maka greetes member ditentukan

dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah

program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor

lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah

seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah

penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor

kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.

4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa

mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah

ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,

fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta

ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.

5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah

kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah

masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta

apakahkebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah

tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau

kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut,

apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap

permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di

berbagai media.

Tabel 3.69
Matriks Penentuan Prioritas masalah berdasarkan metode MCUA
Desa Parit banjar

No Permasalahan Emer Greete Eksp Feasi Policy Juml


gency s Scope bility ah
Memb
er
1. ISPA 1 5 2 2 1 11
2. Diare 3 4 3 2 3 15
3. Demam Thypoid 3 3 3 2 2 13
4. Tuberkulosis Paru 4 2 4 2 2 14
5. Campak 3 1 2 3 4 13

Berdasarkan hasil analisa menggunakan metode MCUA maka didapat

prioritas masalah utama adalah diare dengan skor sebesar 15. Terpilihnya diare

menjadi prioritas mjasalah utama karena kejadian diare tertinggi kedua setelah

ISPA berdasarkan hasil survey dan juga dari register pasien di puskesmas.

Sedangkan untuk kegawatannya diare berada di posisi ke dua setelah TB paru

dimana berdasarkan hasil survey cepat ditemukan 1 kematian dalam 3 tahun


terakhir yang disebabkan oleh diare, dan kelompok umur yang berisiko adalah

bayi dan balit karena sistem kekebalan tubuh masih rendah.

3.3 HASIL PENETAPAN FAKTOR DETERMINAN MASALAH

3.3.1 Analisis Faktor Determinan Masalah Kesehatan

a. Definisi Diare

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia penyakit diare adalah bila tinja

mengandung air lebih banyak dari pada normal. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

(1984) dalam Widoyono (2011) mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali

atau lebih dalam sehari semalam (24 jam), sedangkan menurut Depkes RI diare

adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja

yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam

sehari). Secara klinis diare disebabkan oleh 6 faktor utama yaitu infeksi (bakteri,

virus, parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab lain.

Menurut hasil Riskesdas 2007, distribusi penyakit diare berdasarkan

kelompok umur lebih banyak pada kelompok umur bayi dan balita dengan

prevalensi masing-masing sebesar 16,6% dan 16,7%. Sedangkan distribusi

menurut tempat berdomisili, kejadian penyakit diare lebih banyak di daerah

pedesaan dibandingkan daerah perkotaan, dan cenderung lebih banyak terjadi


pada keluarga yang tingkat pendapatan perkapita rendah bila dibandingkan yang

tingkat pendapatan tinggi.

Tabel 3.70
Distribusi dan Frekuensi Diare Berdasarkan Kelompok UmurDi Desa Parit
Banjar

DIARE
KELOMPOK
2011 2012 2013
UMUR
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
BAYI 3 2.7 10 2.9 2 2.4
BALITA 3 2.7 9 2.6 2 2.4
ANAK-ANAK 1 0.9 3 0.9 0 0
REMAJA 0 0 4 1.2 0 0
DEWASA 1 0.9 4 1.2 0 0
LANSIA 1 0.9 1 0.3 1 1.2
MANULA 0 0 0 0 0 0
9 8.1 31 9.1 5 6
Sumber : Data Register Puskesmas Sungai Bakau Kecil 2011, 2012, 2013.

Data dari Register Puskesmas Sungai Bakau Kecil di ketahui bahwa

kelompok umur yang berisiko terkena diare adalah kelompok umur bayi dan

balita. Pada tahun 2011 kasus diare pada bayi dan balita sebesar 5,4%, pada tahun

2012 sebesar 5,5% dan pada tahun 2013 sebesar 4,8%.

Menurut H.L Blum penyebab utama suatu masalah kesehatan ada 4 faktor

yaitu faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
keturunan. Berdasarkan teori H.L Blum tersebut, faktor determinan dari masalah

diare dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Faktor Perilaku

1. Pengetahuan ibu tentang diare

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). tingkat

pengetahuan dalam menimbulkan masalah kesehatan tidak bisa lepas dari

komponen sikap dan perilaku. Pengetahuan berfungsi sebagai stimulus

yang membuat seseorang akan bersikap menerima atau menolak, sikap

seseorang menerima maka akan terjadilah sebuah tindakan untuk

melakukan upaya-upaya preventif terhadap masalah kesehatan. Penelitian

yang dilakukan oleh Sulistioratih (2002) di Desa Bedono kecamatan

Jambu Kabupaten Semarang menemukan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada

balita ( p value = 0,001).

2. Sikap ibu

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap akan

cenderung akan mendorong seseorang untuk berperilaku sesuai dengan

apa yang dia persepsikan. Sikap ibu balita tentang penyakit diare

berpengaruh terhadap upaya preventif terhadap diare yang akan ibu

lakukan. Bila ibu mendukung terhadap upaya-upaya pencegahan diare


maka seorang ibu akan melakukan upaya untuk mencegah diare pada

balita.

3. Kebiasaan ibu mencuci tangan menggunakan sabun

Beberapa penelitian menyatakan bahwa mencuci tangan

menggunakan sabun dapat mencegah timbulnya berbagai masalah

kesehatan salah satunya adalah diare. Anti septik yang terkandung di

dalam sabun akan membunuh agent penyebab penyakit yang menempel di

tangan diwaktu melakukan aktivitas. Penelitian dari Kusumaningrum dkk

yang dilakukan di Kelurahan Gandus Palembang menemukan bahwa ada

hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare (v value

= 0,00 dengan OR = 7,667). Penelitian lain yang dilakukan oleh Abdullah,

dkk di Kota Makasar menemukan bahwa kebiasaan ibu balita mencuci

tangan berhubungan dengan kejadian diare pada balita ( p value = 0,00,

OR = 2,77). Hasil survey cepat yang dilakukan pada masyarakat di Desa

Parit Banjar, dari 88 responden yang di survey ditemukan sebesar 28,4%

tidak mencuci tangan menggunakan sabun setelah melakukan aktifitas

seperti sebelum makan, setelah buang air besar, setelah memegang ternak,

dan aktifitas lain.

4. Pemberian ASI eksklusif

Menurut Widoyono (2011), faktor yang dapat meningkatkan risiko

diare antara lain adalah karena pada usia 4 bulan bayi sudah tidak ASI

eksklusif lagi, karena hal tersebut akan meningkatkan risiko kematian dan
kesakitan karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan

terhadap infeksi penyakit. Penelitian Wijayanti (2010) menemukan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI dengan kejadian

diare di puskesmas gilingan, Surakarta (p value = 0,00), penelitian tersebut

sejalan dengan hasil penelitian dari Abdullah, dkk (2011) yang dilakukan

di kota Makassar menemukan bahwa balita yang tidak ASI eksklusif

berisiko 5,64 kali terkena diare dibandingkan yang ASI eksklusif ( p value

= 0,00, OR = 5,64). Hasil survey cepat yang dilakukan di Desa Parit

Banjar, dari 88 rumah tangga yang disurvey ditemukan sebesar 92% bayi

dalam rumah tangga tidak diberi ASI eksklusif.

5. Cara pengolahan air minum.

Diare merupakan penyakit yang ditularkan melalui fecal oral. Sumber

penularan utama yaitu melalui makanan dan minuman. Penularan melalui

minuman disebabkan oleh berbagai faktor seperti kualitas air yang

diminum, kondisi wadah penampungan air minum dan juga cara

pengolahan air minum. Cara pengolahan air minum yang paling umum di

masyarakat adalah dengan cara di masak. Tujuan dari memasak air minum

tersebut adalah agar agent penyebab penyakit terutama agent biologis mati

dan tidak virulens. Hasil dari survey cepat yang dilakukan di Desa Parit

Banjar dari 88 rumah tangga yang disurvey terdapat 51% rumah tangga

yang tidak memasak terlebih dahulu air yang digunakan untuk minum.

6. Perilaku buang air besar di jamban


Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakaat khususnya

dalam rumah tangga Departemen Kesehatan Repubik Indonesia

menganjurkan untuk menerapkan 10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga. Salah satu PHBS dalam rumah tangga

adalah buang air besar di jamban. Jamban adalah suatu ruangan yang

mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air

untuk membersihkannya. Perilaku tidak buang air besar di jamban akan

meningkatkan risiko terkena diare. Tinja yang dihasilkan oleh manusia

mengandung berbagai agent penyebab penyakit, bila dibuang sembarangan

maka akan memungkinkan masuk kembali ke manusia melalui vector

seperti lalat, kecoa, tikus atau vektor lainnya, atau secara langsung melalui

air yang tercemar oleh kotoran manusia. Dari hasil survey yang dilakukan

di Desa Parit Banjar pada 88 rumah tangga ditemukan hanya 55%

responden yang buang air besar di jamban, sisanya buang air besar di

sungai/ parit, kebun, lubang tanah dan tempat lain.

b. Faktor Lingkungan

1. Kepemilikan jamban sehat

Menurut Notoatmodjo (2003),syarat pembuangan kotoran

yangmemenuhi aturan kesehatan adalahtidak mengotori permukaan tanah

disekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak


mengotoriair dalam tanah di sekitarnya, kotorantidak boleh terbuka

sehingga dapatdipakai sebagai tempat vektor bertelurdan berkembang

biak. Hasil penelitian dari umiati dkk (2009) menemukan bahwa ada

hubungan antara kepemilikan jamban sehat dengan kejadian diare pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari. (p value = 0,018) hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum dkk (2011)

yang dilakukan di Kelurahan Gandus Palembang menyatakan terdapat

hubungan antara kepemilikan jamban sehat dengan kejadian diare( v-value

= 0,024, OR = 3,043). Dari hasil survey yang dilakukan di Desa Parit

Banjar, dari 88 rumah tangga yang dilakukan observasi sebesar 42% tidak

memiliki jamban dan 51,1% rumah tangga kondisi jamban tidak

memenuhi syarat.

2. Jenis jamban keluarga

Jamban merupakan sarana sanitasi yang harus di miliki oleh setiap rumah

tangga. Jamban berfungsi sebagai sarana pencegahan penyakit yang sering

menyerang keluarga. Jamban yang berfungsi dengan baik harus memenuhi

syarat secara kesehatan, salah satunya adalah tertutup dan memiliki septic

tank yang memenuhi syarak kesehatan, sehingga bisa memberikan

kenyamanan dan keamanan bagi keluarga. Hasil analisa SDKI 1994 yang

dilakukan oleh Irianto, dkk (1996) menemukan bahwa terdapat hubungan

antara jamban yang tidak memiliki septic tank dengan kejadian diare ( p

value = 0,00, OR = 1,73).


3. Jarak sumber air dari tempat penampungan tinja.

Septic tank merupakan tempat penampungan kotoran manusia dimana

didalam septic tank terkandung berbagai agent penyebab penyakit antara

lain diare, oleh karena itu letak setic tank harus jauh dari sumber air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari. Menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jarak sumber air bersih dari septic tank harus di atas

10 meter, agar sumber air tidak tercemar oleh rembesan air dari septic

tank. Jarak yang kurang dari 10 meter antara sumber air bersih dengan

septic tank akan memungkinkan air rembesan dari septic tank akan

mencemari sumber air bersih. Dalam menentukan jarak antara septic tank

dengan sumber air juga harus memperhatikan jenis dan tekstur tanah,

karena setiap jenis tanah mempunyai daya resapan yang berbeda. Hasil

analisa lanjutan dari SDKI 1994 yang dilakukan oleh Irianto dkk (1996),

mendapatkan bahwa jarak sumber air bersih < 10 meter dari septic tank

berpengaruh terhadap munculnya masalah diare ( p value = 0,00, OR =

1,33).

4. Sumber air minum

Air minum merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi

manusia. Namun tidak semua air minum yang di konsumsi aman bagi

manusia. Salah satu ciri air minum yang aman bagi manusia adalah tidak

tercemar secara fisik, kimia, biologi. Sumber air minum yang tercemar

atau tidak terlindungi akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan


salah satunya adalah diare. Hasil penelitian yang dilakukan umiati dkk di

wilayah kerja Puskesmas Nogosari ditemukan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara sumber air minum yang tidak terlindungi dengan

kejadian diare pada balita (p value = 0,01).

5. Jarak kandang ternak dari rumah.

Kotoran ternak mengandung berbagai agent penyebab penyakit seperti

parasit, virus, dan bakteri. Dari agent penyebab penyakit yang terdapat di

kotoran ternak tersebut salah satunya adalah agent penyebab penyakit

diare seperti salmonella dan E. coli. Proses berpindahnya agent penyebab

penyakit tersebut tidak lepas dari peran vektor seperti lalat yang sangat

suka pada tempat-tempat kotor seperti kotoran ternak. Jarak kandang

ternak dari rumah disinyalir akan mempengaruhi proses penularan

penyakit diare ke manusia, karena menurut beberapa penelitian luas

wilayah jelajah dari lalat tidak lebih dari 100 meter. Semakin dekat jarak

kandang ternak dari rumah penduduk maka akan semakin besar

kemungkinan penularan panyakit diare ke manusia.

c. Sosiodemografi

1. Tingkat Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap keterpaparan

informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Bila seseorang

berpendidikan tinggi maka keterpaparan akan informasi yang bekaitan

dengan kesehatan akan semakin banyak, sehingga akan berpengaruh


terhadap perilaku pencegahan penyakit khususnya yang berkaitan dengan

perilaku pencegahan diare. Penelitian yang dilakukan oleh Yulisa (2008)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pendidikan Ibu dengan kejadian pada balita Suku Dayak di Kelurahan

Kasongan, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan, Kalimantan

Tengah (p value = 0,001, OR = 5,6). Data dari profil Desa Parit banjar

(2012) di ketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Parit

Banjar sebagian besar adalah pendidikan SD (45,6%) dan tidak sekolah/

tidak tamat SD (42,5%).

2. Jenis Pekerjaan Ibu

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya

(Notoatmodjo, 2010).

3. Tingkat pendapatan orang tua

Menurut WHO kondisi sosial ekonomi erat kaitannya dengan masalah

kesehatan. Salah satu indikator tingkat sosial ekonomi adalah tingkat

pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga berhubungan dengan akses

pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga dan juga kebutuhan

asupan zat gizi keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk

(2011) yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit di Kota Makasar

menemukan bahwa keluarga yang pendapatan perbulan dibawah UMR

berisiko 3,38 kali terkena diare ( p value = 0,00, OR = 3,38), penelitian


tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistioratih

(2002), menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pendapatan dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,010).

Hasil dari survey cepat di Desa Sungai Deras mendapatkan bahwa tingkat

pendapatan Kepala Rumah Tangga sebesar 88,6% dengan pendapatan

dibawah 1 juta.

KERANGKA KONSEP

1. Pengetahuan ibu tentang diare

2. Sikap Ibu

3. Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan

4. Pemberian ASI Ekslusif

5. Prilaku Memasak Air Minum

6. Perilaku Buang Air Besar Di Jamban


7. Kepemilikan Jamban Sehat

8. Jenis Jamban keluarga Kejadian Diare Pada


Balita
9. Jarak Sumber Air dengan Tempat
penampungan tinja

10. Sumber Air Minum

11. Jarak Kandang Ternak Dari Rumah

12. Tingkat Pendidikan Ibu

13. Jenis Pekerjaan Ibu

14. Tingkat Pendapatan Orang Tua

3.3.2 Penetapan Faktor Determinan Masalah Kesehatan

3.3.2.1. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

a. Umur Responden

Tabel 3.71
Distribusi dan Frekuensi umur respondenDi Desa Parit Banjar 2013
Jumlah Responden Mean Median Minimum Maksimu
m
51 26,7 25 18 42

Rata-rata umur responden adalah 26,7 tahun, dengan umur paling muda

adalah 18 tahun dan yang paling tua adalah 42 tahun.

b. Pendidikan Responden

Tabel 3.72
Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pendidikan RespondenDi Desa Parit
Banjar 2013
No Pendidikan F (%)
1 Tidak Sekolah dan tidak tamat SD 7 13,7
2 SD 20 39,2
3 SMP 14 27,5
4 SMA 8 15,7
5 Perguruan Tinggi 2 3,9
Jumlah 51 100

Berdasarkan tabel 3.70, tingkat pendidikan responden yang paling banyak

adalah tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 39,2%, dan yang paling sedikit

adalah Perguruan Tinggi yaitu sebesar 3,9%.

c. Pekerjaan

Tabel 3.73
Distribusi dan Frekuensi status pekerjaan RespondenDi Desa Parit Banjar
2013
No Pekerjaan F (%)
1 Bekerja 15 29,4
2 Tidak Bekerja 36 70,6
Jumlah 51 100

Berdasarkan tabel 3.71, responden yang tidak bekerja lebih banyak

daripada yang bekerja yaitu yang bekerja sebesar 29,4%, sedangkan yang tidak

bekerja sebesar 70,6%.

d. Pendapatan Keluarga

Tabel 3.74
Distribusi dan FrekuensiTingkat Pendapatan RespondenDi Desa Parit
Banjar 2013
No Pendapatan Keluarga F (%)
1 Dibawah UMR 20 39,2
2 Diatas atau sama dengan UMR 31 60,8
Jumlah 51 100

Berdasarkan tabel 3.72, tingkapendapatan responden yang paling banyak

adalah diatas atau sama dengan UMR ( Rp. 1.060.000) yaitu sebesar 60,8% dan

yang dibawah UMR sebesar 39,2%.

2. Pengetahuan ibu

Tabel 3.75
Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Di Desa Parit
Banjar 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persen (%)
1 Kurang baik 24 47,1
2 Baik 27 52,9
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.73, tingkat pengetahuan responden yang paling

banyak adalah Baik yaitu sebesar 52,9%, dan yang sedikit adalah sedikit adalah

47,1%%.

3. Sikap ibu

Tabel 3.76
Distribusi dan Frekuensi Sikap RespondenDi Desa Parit Banjar 2013
No Sikap Frekuensi Persen (%)
1 Tidak mendukung 19 37,3
2 Mendukung 32 62,7
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.74, Sikap responden yang paling banyak adalah

mendukung terhadap kejadian diare yaitu sebesar 62,7%. Sedangkan yang tidak

mendukung adalah sebesar 37,3%.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah tangga

a. Cuci Tangan Sebelum Makan

Tabel 3.77
Distribusi dan Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan Menggunakan Sabun
RespondenDi Desa Parit Banjar 2013
No Kebiasaan Cuci Tangan Frekuensi Persen (%)
1 Tidak mencuci tangan 17 33,3%
menggunakan sabun
2 Mencuci tangan menggunakan 34 66,7%
sabun
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.75, kebiasaan responden yang paling banyak adalah

mencuci tangan sebelum makan yaitu sebesar 66,7%. Sedangkan yang tidak

mencuci tangan adalah sebesar 33,3%.

b. Memasak Air Minum

Tabel 3.78
Distribusi dan Frekuensi responden berdasarkan Kebiasaan Memasak Air
MinumDi Desa Parit Banjar 2013
No Memasak Air Minum Frekuensi Persen (%)
1 Tidak Memasak Air Minum 16 31,4
2 Memasak Air Minum 35 68,6
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.76, kebiasaan responden yang paling banyak adalah

memasak air minum yaitu sebesar 68,6%. Sedangkan yang tidak memasak air

minum adalah sebesar 31,4%.

c. ASI Ekslusif

Tabel 3.79
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan status PemberianASI
EkslusifDi Desa Parit Banjar 2013
No ASI Ekslusif Frekuensi Persen (%)
1 Tidak Ekslusif 23 45,1
2 ASI Ekslusif 28 54,9
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.77, Ibu yang memberikan ASI Ekslusif adalah sebesar

54,9%. Sedangkan yang tidak memberikan ASI Ekslusif adalah sebesar 45,1%.

d. Buang Air Besar Di Jamban yang Tertutup

Tabel 3.80

Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Tempat Buang


Air BesarDi Desa Parit Banjar 2013
BAB di Jamban yang Tertutup Frekuensi Persen (%)
No
1 Tidak BAB di Jamban yang tertutup 15 29,4
2 BAB di Jamban yang tertutup 36 70,6
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.78, yang Buang air besar di jamban yang tertutup

adalah sebesar 70,6%, Sedangkan yang tidak buang air besar di jamban yang

tertutup adalah sebesar 29,4%.

5. Kondisi Lingkungan

a. Kepemilikan Jamban

Tabel 3.81
Distibusi dan Frekuensi Kepemilikan Jamban Keluarga RespondenDi Desa
Parit Banjar 2013
No Kepemilikan Jamban Frekuensi Persen (%)
1 Tidak memiliki Jamban 17 33,3
2 Memiliki Jamban 34 66,7
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.79, responden yang memiliki jamban adalah sebesar

66,7%, sedangkan yang tidak memiliki jamban adalah sebesar 33,3%.

b. Kondisi Jamban Keluarga

Tabel 3.82
Distribusi dan Frekuensi Kondisi Jamban Keluarga RespondenDi Desa Parit
Banjar 2013
No Kondisi Jamban Keluarga Frekuensi Persen (%)
1 Tidak memenuhi syarat 19 37,3
2 Memenuhi syarat 32 62,7
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.80, responden yang kondisi jamban yang memenuhi

syarat adalah sebesar 62,7%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat adalah

sebesar 37,3%.

c. Jarak Sumber Air dengan Tempat Penampungan Tinja

Tabel 3.83
Distribusi dan Frekuensi Jarak Sumber Air dengan Tempat Penampungan
Tinja RespondenDi Desa Parit Banjar 2013
No Jarak Sumber Air dgn Tempat Frekuensi Persen (%)
Penampungan Tinja
1 Tidak memenuhi syarat 26 51
2 Memenuhi Syarat 25 49
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.81, jarak sumber air dengan tempat penampungan

tinja responden yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 51%, sedangkan yang

memenuhi syarat adalah sebesar 49%.

d. Sumber Air Minum

Tabel 3.84
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Air MinumDi
Desa Parit Banjar 2013
No Sumber Air Minum Frekuensi Persen (%)
1 Tidak Terlindungi 36 70,6
2 Terlindungi 15 29,4
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.82, sumber air responden yang tidak terlindungi lebih

besar yaitu 70,6%, Sedangkan yang terlindungi lebih kecil yaitu 29,4%.

e. Jarak Kandang Ternak dari Rumah

Tabel 3.85
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kandang Ternak
Dari RumahDi Desa Parit Banjar 2013
No Jarak Kandang Ternak Dari Rumah Frekuensi Persen (%)
1 Tidak Memenuhi Syarat 35 68,6
2 Memenuhi Syarat 16 31,4
Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 3.83, Jarak kandang ternak dari rumah responden lebih

banyak tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 68,6%. Sedangkan yang memenuhi

syarat adalah sebesar 31,4%.

3.3.2.2. Analisa Bivariat

1. Pengetahuan ibu dengan kejadian diare

Tabel 3.86
Hubungan pengetahuan dengan Kejadian DiareDi Desa Parit Banjar 2013
Pengetahuan Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%) 0,074 2.96
Kurang baik 11 64,7 13 38,2 (0,88 - 9,95)
Baik 6 35,3 21 61,8
Jumlah 43 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang pengetahuannya kurang, lebih

banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar 64,7%, dibandingkan yang

pengetahuan baik.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan

kejadian diare pada balita dengan p value = 0,074. Ibu yang berpengetahuan

kurang baik berisiko 2,9 kali balitanya terkena diare dibandingkan yang

berpengetahuan baik.
2. Sikap ibu dengan kejadian diare

Tabel 3.87
Hubungan Sikap ibu dengan Kejadian DiareDi Desa Parit Banjar 2013
Sikap Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%) 0,024 3,968
Tidak mendukung 10 58,8% 9 26,5% (1,160-13,58)
Mendukung 7 41,2% 25 73,5%
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang sikapnya tidak mendukung,

lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar 58,8%, dibandingkan yang

sikapnya mendukung yaitu 41,2%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian diare pada

balita dengan p value = 0,024. Ibu yang sikapnya tidak mendukung berisiko 3,9

kali balitanya terkena diare dibandingkan yang sikapnya mendukung.

3. Perilaku ibu mencuci tangan dengan kejadian diare

Tabel 3.88
Hubungan Perilaku ibu mencuci tangan dengan Kejadian DiareDi Desa Parit
Banjar 2013
Perilaku Ibu Penyakit Diare P Value OR
Mencuci Tangan Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak cuci Tangan 9 52,9% 8 23,5 0,036 3,66
Cuci Tangan 8 47,1 26 76,5 (1,06-12,62)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tidak mencuci tangan

menggunakan sabun sebelum memberikan makanan dan minuman pada balita,

lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar 52,9%, dibandingkan yang

mencuci tangan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu mencuci tangan sebelum

memberikan makanan dan minuman dengan menggunakan sabun dengan kejadian

diare pada balita (p value = 0,036). Ibu yang tidak mencuci tangan menggunakan

sabun sebelum member makan dan minum balita berisiko 3,6 kali balitanya

terkena diare dibandingkan yang mencuci tangan menggunakan sabun.

4. Perilaku ibu memasak air minum dengan kejadian diare


Tabel 3.89
Hubungan Perilaku ibu memasak air minum dengan Kejadian DiareDi Desa
Parit Banjar 2013
Perilaku Ibu memasak Penyakit Diare P Value OR
air minum Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak memasak air 10 58,8 6 17,6 0,003 6,67
minum (1,80-24,65)
Memasak air minum 7 41,2 28 82,4
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tidak memasak air minum

terlebih dahulu, lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar 58,8%,

dibandingkan yang memasak air minum terlebih dahulu.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu memasak air sebelum

diminum dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,003). Ibu yang tidak

memasak air minum terlebih dahulu, berisiko 6,67 kali balitanya terkena diare

dibandingkan yang memasak air minum terlebih dahulu.

5. Perilaku ibu memberi ASI dengan kejadian diare


Tabel 3.90
Hubungan Perilaku ibu memberi ASI dengan Kejadian DiareDi Desa Parit
Banjar 2013
Perilaku Ibu Memberi Penyakit Diare P Value OR
ASI Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak ASI Ekslusif 8 47,1 15 44,1 0,84 1,126
ASI Ekslusif 9 52,9 19 55,9 (0,35-3,62)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tidak memberikan ASI , lebih

sedikit balitanya menderita diare yaitu sebesar 47,1%, dibandingkan yang tidak

memberikan ASI Ekslusif.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaremenyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu memberikan ASI

Ekslusif dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,84). Ibu yang tidak

memberikan ASI Ekslusif, berisiko 1,12 kali balitanya terkena diare dibandingkan

yang tidak memberikan ASI Ekslusif.

6. Perilaku Buang Air Besar di Jamban Tertutup dengan kejadian diare

Tabel 3.91
Hubungan Perilaku Buang Air Besar di Jamban Tertutup dengan Kejadian
DiareDi Desa Parit Banjar 2013
Perilaku Buang Air Penyakit Diare P Value OR
Besar di jamban Diare Tidak (CI 95%)
Tertutup N (%) N (%)
Tidak BAB di jamban 10 58,8 5 14,7 0,001 8,29
BAB di jamban 7 41,2 29 85,3 (2,14-32,09)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013
Berdasarkan tabel diatas, responden yang tidak Buang air besar di jamban,

lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar 58,8%, dibandingkan yang

Buang air besar di jamban yaitu 41,2%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku buang air besar di jamban

dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,001). Rumah tangga yang tidak

Buang air besar di jamban yang tertutup, berisiko 8,29 kali balitanya terkena diare

dibandingkan keluarga yang buang air besar di jamban tertutup.

7. Kepemilikan jamban dengan kejadian diare

Tabel 3.92
Hubungan kepemilikan Jamban dengan Kejadian DiareDi Desa Parit Banjar
2013
Kepemilkan jamban Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak memiliki jamban 11 64,7 6 17,6 0,001 8,56
memiliki jamban 6 35,3 28 82,4 (2,26-32,32)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tidak memiliki jamban yang

memenuhi syarat, lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar 64,7%,

dibandingkan yang memiliki jamban.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban dengan kejadian

diare pada balita (p value = 0,001). Rumah tangga yang tidak memiliki jamban

yang memenuhi syarat, berisiko 8,56 kali balitanya terkena diare dibandingkan

yang memiliki jamban yang memenuhi syarat.


8. Kondisi jamban keluarga dengan kejadian diare

Tabel 3.93
Hubungan kondisi Jamban keluarga dengan Kejadian DiareDi Desa Parit
Banjar 2013
Kondisi jamban keluarga Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak memenuhi syarat 11 64,7 8 23,5 0,004 5, 96
Memenuhi syarat 6 35,3 26 76,5 (1,67-21,25)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang kondisi jamban keluarganya

tidak memenuhi syarat, lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar

64,7%, dibandingkan kondisi jambannya yang memenuhi syarat.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi jamban keluarga dengan

kejadian diare pada balita (p value = 0,004). Keluarga yang kondisi jamban tidak

memenuhi syarat, berisiko 5,96 kali balitanya terkena diare dibandingkan keluarga

yang kondisi jambannya yang memenuhi syarat.

9. Jarak sumber air dari Tempat penampungan tinja dengan kejadian diare

Tabel 3.94
Hubungan jarak sumber air dari Tempat penampuan tinja dengan Kejadian
DiareDi Desa Parit Banjar 2013
Jarak sumber air dari Penyakit Diare P Value OR
septi tank Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak memenuhi syarat 11 64,7 15 44,1 0,166 2,32
Memenuhi syarat 6 35,3 19 55,9 (0,69-7,73)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013
Berdasarkan tabel diatas, responden yang jarak sumber air dari septi tank

yang tidak memenuhi syarat, lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar

64,7%, dibandingkan jarak sumber air dari septi tank yang memenuhi syarat.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jarak sumber air dari tempat

penampungan tinja dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,116). Rumah

tangga yang jarak sumber air dari tempat pemampungan tinja atau jamban cubluk

kurang dari 10 meter, berisiko 2,32 kali balitanya terkena diare dibandingkan

rumah tangga yang jarak sumber air dari tempat penampungan tinja atau jamban

cubluk lebih dari atau sama dengan 10 meter.

10. Sumber air minum dengan kejadian diare

Tabel 3.95
Hubungan sumber air minum dengan Kejadian DiareDi Desa Parit Banjar
2013
Sumber air minum Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak terlindungi 13 76,5 23 67,6 0,514 1,55
terlindungi 4 23,5 11 32,4 (0,41-5,88)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang sumber air minumnya tidak

terlindungi, lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar 76,5%,

dibandingkan sumber air minum yang terlindungi.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sumber air minum dengan

kejadian diare pada balita (p value = 0,514). Rumah tangga yang sumber air
minumnya berasal dari air hujan, air sumur, dan air sungai berisiko 1,55 kali

balitanya terkena diare dibandingkan rumah tangga yang sumber air minum

berasal dari air PDAM atau air kemasan.

11. Jarak rumah dari kandang ternak dengan kejadian diare

Tabel 3.96
Hubungan jarak rumah dari kandang ternak dengan Kejadian DiareDi Desa
Parit Banjar 2013
Jarak kandang ternak Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
< 100 meter 15 88,2 20 58,8 0,033 5,25
≥ 100 meter 2 11,8 14 41,2 (1,03-26,68)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang jarak rumah dari kandang ternak

kurang dari 100 meter, lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar

88,2%, dibandingkan responden yang jarak rumah dari kandang ternak lebih dari

100 meter.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squaredinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara jarak rumah dari kandang ternak dengan

kejadian diare pada balita (p value = 0,033). Responden yang jarak rumah dari

kandang ternak kurang dari 100 meter berisiko 5,25 kali balitanya terkena diare

dibandingkan responden yang jarak rumah dari kandang ternak lebih dari 100

meter.
12. Tingkat Pendidikan ibu dengan kejadian diare

Tabel 3.97
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada balitaDi
Desa Parit Banjar 2013
Tingkat pendidikan Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Tidak sekolah dan SD 10 58,8 17 50 0,55 1,42
SMP, SMA dan 7 41,2 17 50 (0,44 – 4,63)
Perguruan Tinggi
Jumlah 17 100 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tingkat pendidikannya tidak

sekolah dan Sekolah dasar lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar

58,8%, dibandingkan yang tingkat pendidikannya SMP, SMA, dan Pergurua tinggi

yaitu sebesar 41,2%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan

kejadian diare pada balita dengan OR = 0,55. Responden yang tingkat pendidikan

tidak sekolah dan SD berisiko 1,42 kali balitanya terkena diare dibandingkan

responden yang tingkat pendidikannya SMP, SMA, dan perguruan tinggi.


13. Status Pekerjaan ibu dengan kejadian diare

Tabel 3.98
Hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada balitaDi
Desa Parit Banjar 2013
Status Pekerjaan Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
Bekerja 6 35,3 9 29,4 0,514 1,51
Tidak bekerja 11 64,7 25 70,6 (0,42 – 5,30)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang bekerja lebih sedikit balitanya

menderita diare yaitu sebesar 35,3%%, dibandingkan yang tidak bekerja yaitu

sebesar 64,7%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan

kejadian diare pada balita dengan p value = 0,514. Ibu yang berkerja berisiko 1,51

kali balitanya terkena diare dibandingkan ibu yang tidak berkerja.

14. Tingkat Pendapatan dengan kejadian diare

Tabel 3.99
Hubungan antara Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga dengan kejadian
diare pada balitaDi Desa Parit Banjar 2013
Tingkat Pendapatan Penyakit Diare P Value OR
Diare Tidak (CI 95%)
N (%) N (%)
< 1 Juta 9 52,9 11 39,2 0.15 2,35
≥ 1 Juta 8 47,1 23 60,8 (0,71 – 7,75)
Jumlah 17 100 34 100
Sumber : data Primer Desa Parit Banjar 2013

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tingkat pendapatan Kepala

Keluarga dibawah 1 juta lebih banyak balitanya menderita diare yaitu sebesar
52,9%, dibandingkan dengan responden yang tingkat pendapatan Kepala Keluarga

di atas atau sama dengan 1 juta yaitu sebesar 47,1%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan Kepala

keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,15. Keluarga yang

tingkat pendapatan Kepala Keluarga di bawah 1 juta berisiko 2,35 kali balitanya

terkena diare dibandingkan keluarga dengan pendapatan Kepala Keluarga di atas 1

juta.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa statistik, maka dapat disimpulkan faktor

determinan yang berpengaruh terhadap diare di Desa Parit Banjar adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.100
Matriks Penentuan Faktor determinanDesa Parit banjar

Faktor determinan Penjelasan


Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan antara kepemilikan jamban dengan
1. Kepemilikan jamban kejadian diare pada balita (p value = 0,001). Rumah Tangga
yang tidak memiliki jamban yang memenuhi syarat berisiko
8,56 balitanya menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan antara kebiasaan BAB di jamban dengan
2. Perilaku BAB di
kejadian diare pada balita (p value = 0,001). Keluarga yang
jamban tertutup
tidak Buang Air Besar di jamban berisiko 8,29 balitanya
menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan antara kebiasaan memasak air minum
3. Kebiasaan memasak
dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,003). Ibu
air minum
yang tidak memasak air minum berisiko 6,67 kali balitanya
menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi jamban
4. Kondisi jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita (p value =
0,004). Rumah tangga yang kondisi jambannya tidak
memenuhi syarat berisiko 5,96 balitanya menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan antara jarak rumah dari kandang ternak
5. Jarak rumah dari
dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,033). Rumah
kandang ternak
tangga yang jarak dari kandang ternak kurang dari 100
meter berisiko 5,25 balitanyanya menderita diare.
6. Sikap ibu Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan
kejadian diare pada balita (p value = 0,024). Ibu yang
sikapnya tidak mendukung berisiko 3,96 kali balitanya
menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan
7. Kebiasaan mencuci mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita (p value =
tangan 0,036). Ibu yang tidak mencuci tangan menggunakan sabun
sebelum memberi makan dan minum balita berisiko 3,66
kali balitanya menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada


8. Pengetahuan
balita dengan p value = 0,074. Ibu yang

berpengetahuan kurang baik berisiko 2,9 kali balitanya

terkena diare dibandingkan yang berpengetahuan baik


Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pendapatan Kepala keluarga dengan kejadian

diare pada balita dengan p value = 0,15. Keluarga yang


9. Tingkat Pendapatan
tingkat pendapatan Kepala Keluarga di bawah 1 juta

berisiko 2,35 kali balitanya terkena diare dibandingkan

keluarga dengan pendapatan Kepala Keluarga di atas 1

juta.
10. Jarak Sumber Air Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
dengan Tempat
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
Penampungan Tinja
jarak sumber air dari tempat penampungan tinja dengan

kejadian diare pada balita (p value = 0,116). Rumah


tangga yang jarak sumber air dari tempat

pemampungan tinja atau jamban cubluk kurang dari 10

meter, berisiko 2,32 kali balitanya terkena diare

dibandingkan rumah tangga yang jarak sumber air dari

tempat penampungan tinja atau jamban cubluk lebih

dari atau sama dengan 10 meter.


Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

sumber air minum dengan kejadian diare pada balita (p

11. Sumber Air value = 0,514). Rumah tangga yang sumber air
Minum minumnya berasal dari air hujan, air sumur, dan air

sungai berisiko 1,55 kali balitanya terkena diare

dibandingkan rumah tangga yang sumber air minum

berasal dari air PDAM atau air kemasan.


Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

12. Status Pekerjaan status pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada balita
Ibu dengan p value = 0,514. Ibu yang berkerja berisiko

1,51 kali balitanya terkena diare dibandingkan ibu yang

tidak berkerja.
13. Tingkat Hasil survei penentuan faktor determinan dinyatakan
Pendidikan Ibu
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada balita

dengan OR = 0,55. Responden yang tingkat pendidikan

tidak sekolah dan SD berisiko 1,42 kali balitanya


terkena diare dibandingkan responden yang tingkat

pendidikannya SMP, SMA, dan perguruan tinggi.


Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

perilaku ibu memberikan ASI Ekslusif dengan kejadian


14. Perilaku ibu
diare pada balita (p value = 0,84). Ibu yang tidak
memberi ASI
memberikan ASI Ekslusif, berisiko 1,12 kali balitanya

terkena diare dibandingkan yang tidak memberikan

ASI Ekslusif.

Anda mungkin juga menyukai