Tugas 1
Kunjungan Lapangan RSJ
Oleh :
Pembimbing : dr. Agustine Mahardika, M.Kes. Sp.KJ
Kelompok : C
Anggota :
- Eggi Dian Syafraini (H1A015019) - Khaerul Anam (H1A016047)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
TELAAH KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ibu Sahadati
Usia : 50 tahun
Alamat : Dusun Berembeng Pengenjek, Kec.
Jonggat Kab. Lombok Tengah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Cerai hidup
Agama : Islam
1. Gambaran Umum
Ada beberapa gambaran umum yang dapat diperhatikan pada pasien Ibu Sahadati
yaitu meliputi:
a. Penampilan fisik: Pasien memiliki penampilan yang cukup rapi, roman muka
sesuai dengan umur, postur tubuh baik, perawatan dan kebersihan diri yang
cukup dan tampak bugar
b. Penampilan psikis: Pasien terlihat tenang, sedikit lambat bereaksi dan tidak
tampak adanya rasa permusuhan
c. Sikap: Pasien kooperatif terhadap pemeriksa.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan
seseorang. Perilaku dan psikomotor pasien Ibu Sahadati tampak aktif serta tidak
ditemukan adanya kelambanan maupun peningkatan psikomotor.
3. Bicara
Penilaian bicara yang dinilai meliputi karakteristik fisik dari pembicaraan. Pasien
Ibu Sahadati berbicara dengan spontan serta memiliki karakteristik kecepatan bicara
yang cukup dan artikulasi yang cukup jelas.
4. Suasana Perasaan
Mood merupakan perasaan atau suasana hati yang mewarnai kehidupan
seseorang. Sedangkan afek adalah respon emosional pasien yang tampak. Pasien Ibu
Sahadati tidak mengatakan mengenai mood/perasaan yang sedang dirasakan, namun
jika dilihat pasien memiliki perasaan dalam rentang normal (mood eutimia).
Sedangkan untuk afek pasien dinilai terbatas.
5. Pikiran
Ada beberapa hal yang dapat dinilai dari aspek pikiran, antara lain:
a. Proses berpikir: Pada pasien Ibu Sahadati mengalami gangguan proses berpikir
yang non realistik yang merupakan suatu keadaan tidak mampu membedakan
kenyataan dari fantasi. Hal ini dapat dibuktikan dari pengakuan Ibu Sahadati
yang pernah merasakan neraka dan menyatakan bahwa hal itu merupakan
pengalaman yang nyata.
b. Arus berpikir: Pasien Ibu Sahadati memiliki arus berpikir yang relevan karena
dapat menjawab sesuai dengan konteks pertanyaan yang diajukan pemeriksa.
Selain itu tampak sedikit adanya asosiasi longgar yang dimana terdapat adanya
kalimat-kalimat yang dikatakan oleh pasien yang tidak berhubungan satu sama
lain.
c. Isi pikiran: Pasien memiliki waham bizzare dan waham kebesaran. Hal ini
dapat dilihat dari pengakuan pasien yang pernah merasakan neraka secara
nyata serta mengaku merasa memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang
lain.
6. Persepsi
Pada pasien Ibu Sahadati memiliki gangguan persepsi yang berupa halusinasi
auditorik. Hal ini dibuktikan dari pengakuan pasien yang mengaku mendengar suara
yang hanya dirinya sendiri yang dapat mendengar suara tersebut. Pasien mengaku
pernah mendengar suara seperti suara anjing dan suara laki-laki yang diumpamakan
seperti suara petir.
7. Fungsi Kognitif
Ada beberapa hal yang dinilai pada fungsi kognitif pasien Ibu Sahadati, antara
lain:
a. Orientasi: Pasien memiliki orientasi orang, waktu dan tempat yang cukup baik
b. Daya konsentrasi: Pasien memiliki daya konsentrasi yang kurang. Hal ini
dikarenakan pasien tidak dapat melakukan lima pengurangan secara berturut-
turut dengan benar, sehingga dapat dikatakan daya konsentrasi pasien
berkurang.
c. Memori: Daya ingat pasien cukup baik. Hal ini dikarenakan pasien masih
dapat mengingat nama anaknya dan nama sekolah semasa pendidikan.
d. Kemampuan visuospasial: Pasien diminta menggambar jam dan hasilnya
pasien tidak dapat menggambarkan jam dengan benar, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan visuospasial pasien menurun.
e. Kemampuan membaca dan menulis: Pasien diminta membaca sebuah kalimat
dan menulis namanya. Didapatkan hasil pasien dapat membaca dengan baik
dan menulis namanya dengan benar, sehingga dapat dikatakan pasien memiliki
kemampuan membaca dan menulis cukup baik.
f. Kemampuan berpikir abstrak: Pasien ditanya mengenai persamaan apel dan
jeruk namun pasien memberikan jawaban yang terlalu umum, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan berpikir abstrak pasien terganggu.
9. Tilikan (Insight)
Tilikan merupakan derajat kesadaran dan pengertian pasien akan gangguannya.
Pada pasien Ibu Sahadati dinilai pasien sadar bahwa dirinya sakit namun
menyalahkan faktor eksternal sebagai penyebabnya.
Differential Diagnosis
Secara umum, keluhan pasien tersebut mengarah pada gejala Skizofrenia. Adapun
jenis-jenis skizofrenia yang mungkin sesuai dengan gejala tersebut diantaranya:
Skizofrenia paranoid
- Mengarah pada skizofernia paranoid bila telah memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia disertai gejala tambahan berupa: (1) adanya halusinasi dan/atau waham
yang harus menonjol (2) gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak menonjol/tidak nyata.
Skizofrenia katatonik
- Mengarah pada skizofernia katatonik bila telah memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia disertai satu atau lebih gambaran klinis berikut: (1) stupor (2) gaduh-
gelisah (3) menampilkan posisi tubuh tertentu (4) negativisme (5) rigiditas (6)
fleksibilitas cerea (7) command automatism.
Gangguan skizoafektif
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ III adalah sindrom atau pola perilaku, atau
psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) didalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi
itu adalah disfungsi dalam sei perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak
semata-mata terletak didalam hubungan antara orang dengan masyarakat.
Klasifikasi Gangguan Mental Organik Berdasarkan PPDGJ III
F02 Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
F02.0 Demensia pada penyakit Pick.
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt – Jakob.
F02.2 Demensia pada penyakit huntington.
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson.
F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
F02.8 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
F04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya
F05.0 Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainya.
F05.9 DeliriumYTT.
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik.
F06.0 Halusinosis organik.
F06.1 Gangguan katatonik organik.
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
.30 Gangguan manik organik.
.31 Gangguan bipolar organik.
.32 Gangguan depresif organik.
.33 Gangguan afektif organik campuran.
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik.
F06.6 Gangguan astenik organik.
F06.7 Gangguan kopnitif ringan.
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
YTT.
F07 Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan fungsi
otak
F07.0 Gangguan keperibadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitis
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak lainnya.
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak YTT.
F09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT 4
2.2.2 Menurut DSM IV, klasifikasi gangguan mental organik sebagai berikut:
A. Delirium
1. Delirium karena kondisi medis umum.
2. Delirium akibat zat.
3. Delirium yang tidak ditentukan (YTT)
B. Demensia.
1. Demensia tipe Alzheimer.
2. Demensia vaskular.
3. Demensia karena kondisi umum.
a) Demensia karena penyakit HIV.
b) Demensia karena penyakit trauma kepala.
c) Demensia karena penyakit Parkinson.
d) Demensia karena penyakit Huntington.
e) Demensia karena penyakit Pick
f) Demensia karena penyakit Creutzfeldt – Jakob
4. Demensia menetap akibat zat
5. Demensia karena penyebab multipel
6. Demensia yang tidak ditentukan (YTT).
C. Gangguan amnestik
1. Gangguan amnestik karena kondisi medis umum.
2. Gangguan amnestik menetap akibat zat
3. Gangguan amnestik yang tidak ditentukan ( YTT ).
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kernudian.
a. (F20) Skizofrenia
Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalanannya biasanya
menyerupai gangguan kepribadian. Untuk mendiagnosis gangguan skizotipal, individu
harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun.
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang), kesembuhan yang
sempurna biasanya terjadi dalam 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan
beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien
dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya. Tidak ada
penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak merupakan
intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.
Dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham yang sama, dan saling
mendukung dalam keyakinan waham itu. Orang yang menderita waham orisinil (gangguan
psikotik) hanya satu, namun waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan
biasanya menghilang apabila orang-orang tersebut dipisahkan. Hampir selalu orang-orang
yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alasan untuk percaya bahwa dua orang yang tinggal bersama mempunyai
gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak satupun diantaranya boleh dimasukkan dalam
kode diagnosis ini.
Gangguan psikobik yang tidak memenuhi krjteria untuk skizofrenia (F20.-) atau untuk
gangguan afektif yang bertipe psikotik (FB0-F39), dan gangguan-gangguan psikotik yang
tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap (F22).
Ciri khas gangguan ini adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sarnpai 4 - 5 bulan, episode depresi cendrung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang rnelebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam
episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental
lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari
ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk
menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar
biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi berat.
Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya
lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau
tidak berlangsung lama untuk memenuhi kriteria skilotimia dan distimia.
3. Gangguan obsesif-kompulsif
Penegakan diagnosis pasti, gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau kedua-
duanya harus ada hamper setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
Minimal ada satu pikiran atau tindakan yang tidak mampu dilawan. Meskipun
ada lagi lainnya yang tidak mapu dilawan oleh penderita
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang
member kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau anxietas)
Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Gangguan dari kategori ini selalu merupakan konsekuensi langsung dari stress
akut yang berat atau trauma yang berkelanjutan. Stress yang terjadi atau keadaan tidak
nyaman yang berkelanjutan merupakan faktor penyebab utama, dan tanpa hal itu
gangguan tersebut tidak akan terjadi.
6. Gangguan somatoform
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan. Gejala fisik yang
berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medis. Meskipun sudah
berkali kali didapatkan hasil negatif dan sudah disampaikan bahwa tidak ada kelainan
yang mendasari keluhannya. Penderita juga menolah untuk mengaitkan keluhan fisik
yang diraakannya dengan konflik dalam kehidupannya, meskipun didapatkan gejala
gejala anxietas dan depresi.
Klasifikasi gangguan Perilaku Dan Emosional dengan Onset Pada Anak dan
Remaja berdasarkan PPDGJ III
Gangguan Perilaku Dan Emosional dengan Onset Pada Anak dan Remaja
1. Gangguan Hiperkinetik
- Gangguan aktifitas dan perhatian
- Gangguan tingkah laku hiperkinetik
- Gangguan hiperkinetik lainnya
- Gangguan hiperkinetik YTT
2. Gangguan tingkah laku
- Gangguan tingkah laku yang terbatas pada keluarga
- Gangguan tingkah laku tak berkelompok
- Gangguan tingkah laku berkelompok
- Gangguan sikap menentang
- Gangguan tingkah laku lainnya
- Gangguan tingkah laku YTT
3. Gangguan campuran tingkah laku dan emosi
- Gangguan tingkah laku depresif
- Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya
- Gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT
4. Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak kanak
- Gangguan axietas perpisahan masa kanak
- Gangguan axietas fobik masa kanak
- Gangguan axietas social masa kanak
- Gangguan persaingan social antar saudara
- Gangguan emosianal masa kanak lainnya
- Gangguan emosional masa kanak YTT
5. Gangguan fungsi social dengan onset khas pada masa kanak dan remaja
- Mutisme elektif
- Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
- Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak
- Gangguan fungsi social masa kanak lainnya
- Gangguan fungsi social masa kanak YTT
6. Gangguan TIC
- Gangguan tic sementara
- Gangguan tic motoric dan vocal kronik
- Gangguan kombinasi tic vocal dan motoric multiple ( Sindrom de la
Tourette)
- Gangguan tic lainnya
- Gangguan tic YTT
7. Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset biasa pada masa kanak dan
remaja
- Enuresis non organic
- Enkopresis non organic
- Gangguan makan masa bayi dan kanak
- Pika masa bayi dan kanak
- Gangguan gerakan stereotipik
- Gagap (Stuttering/stammering)
- Berbicara cepat dan tersendat (Cluttering)
- Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya
pada masa kanak dan remaja
- Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya
pada masa kanak dan remaja
8. Gangguan mental YTT
PSYCHOSIS
A. Definisi PSIKOTIC
B. Epidemiologi PSIKOTIC
C. Etiologi PSIKOTIC
Penyebab dari psikosis masih belum dapat dipastikan hingga saat ini, namun
terdapat beberapa gangguan atau penyakit yang diduga mampu menjadi penyebab
atau meningkatkan risiko seseorang mengalami psikosis yaitu, gangguanb pada otak
seperti Parkinson’s, gangguan pada kromosom, kista pada otak, riwayat Alzheimer,
infeksi HIV, epilepsi dan stroke.
D. Pedoman Diagnostic PSIKOTIC
Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat
psikoaktif ( biasanya dalam waktu 48 jam) bukan merupakan manifestasi dari keadaan
putus zat dengan Delirium atau suatu onset lambat. Gangguan psikotik lambat (
dengan onset lebih dari 2 minggu setelah pengguanaan zat)
Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola
gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan
kepribadian penggunaan zat, diagnosis gangguan psikotik jangn hanya ditegakan
berdasarkan distorsi persepsi atau pengalama halusinasi, bila zat yang digunakan ialah
halusinogenika primer perlu dipertimbangkan kemungkinan diagnosis intoksikasi
akut.
Pedoman diagnostik untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :
Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar
suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)
Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi) Keadaan emosional yang labil dan
ekstrim (iritabel)
Pedoman diagnostik untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik, data berikut
merupakan perilaku utama yang secara umum ada :
Penarikan diri secara social
Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
1. Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
2. Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
3. Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang
hebat/terkenal
4. Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau
objek yang tak lazim di dalam tubuhnya
Mood stabilizer adalah cara utama pengobatan gangguan bipolar dan diharapkan
dapat bermanfaat pada pengobatan pasien dengan skizoafektif. Satu studi yang
membandingkan litium dengan karbamazepin memperlihatkan superioritas karbamazepin
pada gangguan skizoafektif tipe depresif tetapi tidak ada perbedaan pada kedua agen tersebut
untuk tipe bipolar. Namun, pada praktiknya pengobatan tersebut digunakan secara luas dan
tersendiri, digunakan secara bersamaan atau kombinasi dengan agen psikotik. Pada episode
manik, pasien skizoafektif sebaiknya diobati secara agresif dengan pemberian dosis mood
stabilizer dalam kisaran konsentrasi terapeutik sedang sampai tinggi di dalam darah.
Ketika pasien memasuki pase pemeliharaan, pemberian dosis dapat dikurangi sampai
rentang rendah sampai sedang untuk menghindari efek simpang dan potensial dari terhadap
system organ (contohnya tiroid dan ginjal) dan memudahkan konsumsi dan kepatuhan
pengobatan. Pemantauan laboratorium terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan
penapisan periodic tiroid, ginjal, dan fungsi hematologis harus dilakukan. Seperti pada
semua kasus mania yang sulit disembuhkan, pemakaian terapi elektrokonvulsif (ECT) harus
dipertimbangkan.
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan social,
dan rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit untuk memutuskan diagnosis dan
prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian tersebut harus dijelaskan
kepada pasien. Kisaran gejala mungkin sangat luas karena pasien mengalami keadaan
psikosis dan variasi kondisi mood yang terus berlangsung. Anggota keluarga dapat
mengalami kesulitan untuk menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut. Perlu
diberikan regimen obat yang mungkin lebih rumit, dengan banyak obat, dan pendidikan
psikofarmakologis.
Kesimpulan
Secara umum, keluhan pasien tersebut mengarah pada gejala Skizofrenia. Skizofrenia
menyerang kurang lebih 1 persen populasi, biasanya bermula di bawah usia 25 tahun,
berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas sosial. Skizofrenia
merupakan sekumpulan gangguan dengan etiologi yang heterogen dan mencakup pasien
dengan presentasi klinis, respons terhadap terapi, dan perjalanan penyakit yang bervariasi.
Daftar Pustaka
Maslinm, 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.
Jakarta : PT Nuh Jaya
Benjamin, J.S., Virginia, A.S., 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Maramis, willy F. and M. Albert A. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press