Anda di halaman 1dari 25

Blok 17 “Neuropsikiatri”

Tugas 1
Kunjungan Lapangan RSJ

Oleh :
Pembimbing : dr. Agustine Mahardika, M.Kes. Sp.KJ

Kelompok : C
Anggota :
- Eggi Dian Syafraini (H1A015019) - Khaerul Anam (H1A016047)

- Nada Nafisha Humaera (H1A016060) - Noviani Rosa Sinensis Hi (H1A016068)

- Intan Karmila (H1A016042) - Muhamad Miftahul Hadi (H1A016055)

- Ni Komang Dessy K. (H1A016063) - I Wayan Inggita Darmawan (H1A016041)

- Ni Wayan Ananda Hening M. (H1A016065) - Baiq Denda Putria Ningsih (H1A016012)

- Mochamad Bagus Ferdiawan (H1A016053) - Fitria Rizqifiera Octavia (H1A016032)

- Salsabila Fitratunnisa (H1A016077) - Nanda Umiyatun Cahaya N. (H1A016061)

- Lalu Fahril Ilham (H1A016048) - Yofani Laurintia (H1A016086)

- Nurul Hasanah Makmur (H1A016072) - Rizki Aprilia (H1A016074)

- Lalu Rizki Adipura (H1A015036)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
TELAAH KASUS

Identitas Pasien
Nama : Ibu Sahadati
Usia : 50 tahun
Alamat : Dusun Berembeng Pengenjek, Kec.
Jonggat Kab. Lombok Tengah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Cerai hidup
Agama : Islam

Keluhan Utama : Merusak barang-barang di Rumah


Riwayat Penyakit Sekarang : - Karena dengan merusak barang-barang
bisa membuat pasien senang.
- Bila berbicara kacau.
- Mudah marah sudah lama yang berasal
dari dalam diri sendiri.
- Pasien mengatakan sering mendengar
suara anjing dan laki-laki seperti petir
yang orang lain tidak bisa mendengar
suara seperti itu.
- Pasien pernah bermimpi berada di langit
melihat neraka, dan pernah merasa
kejadian tersebut nyata terjadi sekali
bahwa dilangit pasien masuk ke surga
dan neraka bertemu dengan ibu julaiha
(orang yang pasien tidak dikenal).
Keluhan penyerta : Suka keluyuran dan kesulitan tidur malam

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Penyakit Psikiatri : - Masuk rumah sakit sudah beberapa kali
sebelumnya
- Pernah kontrol di Puskesmas terkait
penyakitnya
Riwayat Penyakit Medis : - Tidak ada riwayat kejang
- Tidak ada riwayat asma
Riwayat Penggunaan NAPZA : Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA

Riwayat Personal : - Belajar agama di Sekolah:


SD 2 (pasien lupa dimana)
MTs (pasien lupa dimana)
SMA di Praya
Menikah tahun 90-an dan memiliki anak
3 (1 anak sudah meninggal dan 2 anak
masih hidup).
- Tinggal bersama ibu tiri dan saudaranya

Riwayat Psikoseksual : Tidak ada riwayat psikoseksual


Persepsi pasien terhadap diri dan
lingkungan
Riwayat Keluarga : Tidak ada yang mengalami hal serupa

Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pemeriksaan klinis yang


menggambarkan kesan tentang pasien psikiatrik saat wawancara. Adapun pemeriksaan status
mental yang dilakukan kepada pasien Ibu Sahadati antara lain:

1. Gambaran Umum
Ada beberapa gambaran umum yang dapat diperhatikan pada pasien Ibu Sahadati
yaitu meliputi:
a. Penampilan fisik: Pasien memiliki penampilan yang cukup rapi, roman muka
sesuai dengan umur, postur tubuh baik, perawatan dan kebersihan diri yang
cukup dan tampak bugar
b. Penampilan psikis: Pasien terlihat tenang, sedikit lambat bereaksi dan tidak
tampak adanya rasa permusuhan
c. Sikap: Pasien kooperatif terhadap pemeriksa.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan
seseorang. Perilaku dan psikomotor pasien Ibu Sahadati tampak aktif serta tidak
ditemukan adanya kelambanan maupun peningkatan psikomotor.

3. Bicara
Penilaian bicara yang dinilai meliputi karakteristik fisik dari pembicaraan. Pasien
Ibu Sahadati berbicara dengan spontan serta memiliki karakteristik kecepatan bicara
yang cukup dan artikulasi yang cukup jelas.

4. Suasana Perasaan
Mood merupakan perasaan atau suasana hati yang mewarnai kehidupan
seseorang. Sedangkan afek adalah respon emosional pasien yang tampak. Pasien Ibu
Sahadati tidak mengatakan mengenai mood/perasaan yang sedang dirasakan, namun
jika dilihat pasien memiliki perasaan dalam rentang normal (mood eutimia).
Sedangkan untuk afek pasien dinilai terbatas.

5. Pikiran
Ada beberapa hal yang dapat dinilai dari aspek pikiran, antara lain:
a. Proses berpikir: Pada pasien Ibu Sahadati mengalami gangguan proses berpikir
yang non realistik yang merupakan suatu keadaan tidak mampu membedakan
kenyataan dari fantasi. Hal ini dapat dibuktikan dari pengakuan Ibu Sahadati
yang pernah merasakan neraka dan menyatakan bahwa hal itu merupakan
pengalaman yang nyata.
b. Arus berpikir: Pasien Ibu Sahadati memiliki arus berpikir yang relevan karena
dapat menjawab sesuai dengan konteks pertanyaan yang diajukan pemeriksa.
Selain itu tampak sedikit adanya asosiasi longgar yang dimana terdapat adanya
kalimat-kalimat yang dikatakan oleh pasien yang tidak berhubungan satu sama
lain.
c. Isi pikiran: Pasien memiliki waham bizzare dan waham kebesaran. Hal ini
dapat dilihat dari pengakuan pasien yang pernah merasakan neraka secara
nyata serta mengaku merasa memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang
lain.
6. Persepsi
Pada pasien Ibu Sahadati memiliki gangguan persepsi yang berupa halusinasi
auditorik. Hal ini dibuktikan dari pengakuan pasien yang mengaku mendengar suara
yang hanya dirinya sendiri yang dapat mendengar suara tersebut. Pasien mengaku
pernah mendengar suara seperti suara anjing dan suara laki-laki yang diumpamakan
seperti suara petir.

7. Fungsi Kognitif
Ada beberapa hal yang dinilai pada fungsi kognitif pasien Ibu Sahadati, antara
lain:
a. Orientasi: Pasien memiliki orientasi orang, waktu dan tempat yang cukup baik
b. Daya konsentrasi: Pasien memiliki daya konsentrasi yang kurang. Hal ini
dikarenakan pasien tidak dapat melakukan lima pengurangan secara berturut-
turut dengan benar, sehingga dapat dikatakan daya konsentrasi pasien
berkurang.
c. Memori: Daya ingat pasien cukup baik. Hal ini dikarenakan pasien masih
dapat mengingat nama anaknya dan nama sekolah semasa pendidikan.
d. Kemampuan visuospasial: Pasien diminta menggambar jam dan hasilnya
pasien tidak dapat menggambarkan jam dengan benar, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan visuospasial pasien menurun.
e. Kemampuan membaca dan menulis: Pasien diminta membaca sebuah kalimat
dan menulis namanya. Didapatkan hasil pasien dapat membaca dengan baik
dan menulis namanya dengan benar, sehingga dapat dikatakan pasien memiliki
kemampuan membaca dan menulis cukup baik.
f. Kemampuan berpikir abstrak: Pasien ditanya mengenai persamaan apel dan
jeruk namun pasien memberikan jawaban yang terlalu umum, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan berpikir abstrak pasien terganggu.

8. Daya Nilai (Judgement)


Uji daya nilai pada pasien Ibu Sahadati dilakukan dengan memberikan situasi
pada pasien dan menilai apa yang akan dilakukan pasien pada situasi tersebut. Situasi
yang diberikan berupa “apa yang dilakukan ibu ketika menemui seorang anak kecil
yang tersesat di tengah pasar”. Ibu Sahadati menjawab akan mengajak anak kecil
tersebut pulang dan kemudian diberikan ASI. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa daya nilai Ibu Sahadati terganggu atau mengalami penurunan.

9. Tilikan (Insight)
Tilikan merupakan derajat kesadaran dan pengertian pasien akan gangguannya.
Pada pasien Ibu Sahadati dinilai pasien sadar bahwa dirinya sakit namun
menyalahkan faktor eksternal sebagai penyebabnya.

Differential Diagnosis

Secara umum, keluhan pasien tersebut mengarah pada gejala Skizofrenia. Adapun
jenis-jenis skizofrenia yang mungkin sesuai dengan gejala tersebut diantaranya:

Skizofrenia paranoid

- Mengarah pada skizofernia paranoid bila telah memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia disertai gejala tambahan berupa: (1) adanya halusinasi dan/atau waham
yang harus menonjol (2) gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak menonjol/tidak nyata.

Skizofrenia katatonik

- Mengarah pada skizofernia katatonik bila telah memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia disertai satu atau lebih gambaran klinis berikut: (1) stupor (2) gaduh-
gelisah (3) menampilkan posisi tubuh tertentu (4) negativisme (5) rigiditas (6)
fleksibilitas cerea (7) command automatism.

Gangguan skizoafektif

- Mengarah pada gangguan skizoafektif bila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia


dan ganggaun afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama.
- Beberapa pembagian jenis gangguan skizoafektik yang mungkin sesuai dengan gejala
pasien:
o Gangguan skizoafektif tipe manik
 Mengarah pada gangguan skizoafektif tipe manik bila: (1) afek
meningkat secara menonjol atau ada peningkatan adek yang tak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak (2) dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya
satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas.
o Gangguan skizoafektif tipe depresif
 Mengarah pada gangguan skizoafektif tipe depresif bila: (1) afek
depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik
depresif maupun kelainan perilaku terkait (2) dalam episode yang sama
harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala
skizofrenia yang khas.
o Gangguan skizoafektif tipe campuran
 Mengarah pada gangguan skizoafektif tipe campuran bila gangguan
dengan gejala-gejala berada secara bersamaan dengan gejala-gejala
afektif bipolar campuran.

Diagnosis Pada Pasien

Berdasarkan anamnesis singkat dan pemeriksaan status mental dapat disimpulkan


bahwa pasien mengalami gangguan mental psikotik tipe F2 dengan suspek gangguan
skizoafektif tipe manik.
TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi gangguan mental berdasarkan PPDGJ III

Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ III adalah sindrom atau pola perilaku, atau
psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) didalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi
itu adalah disfungsi dalam sei perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak
semata-mata terletak didalam hubungan antara orang dengan masyarakat.
Klasifikasi Gangguan Mental Organik Berdasarkan PPDGJ III

F00 Demensia pada penyakit Alzheimer


F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
F00.1 Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe
F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan (YTT).

F01 Demensia Vaskular


F01.0 Demensia Vaskular onset akut.
F01.1 Demensia multi-infark
F01.2 Demensia Vaskular subkortikal.
F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia Vaskular lainnya
F01.9 Demensia Vaskular YTT

F02 Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
F02.0 Demensia pada penyakit Pick.
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt – Jakob.
F02.2 Demensia pada penyakit huntington.
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson.
F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
F02.8 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK

F03 Demensia YTT.


Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03
sebagai berikut :
.x0 Tanpa gejala tambahan.
.x1 Gejala lain, terutama waham.
.x2 Gejala lain, terutama halusinasi
.x3 Gejala lain, terutama depresi
.x4 Gejala campuran lain.

F04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya
F05.0 Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainya.
F05.9 DeliriumYTT.

F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik.
F06.0 Halusinosis organik.
F06.1 Gangguan katatonik organik.
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
.30 Gangguan manik organik.
.31 Gangguan bipolar organik.
.32 Gangguan depresif organik.
.33 Gangguan afektif organik campuran.
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik.
F06.6 Gangguan astenik organik.
F06.7 Gangguan kopnitif ringan.
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
YTT.

F07 Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan fungsi
otak
F07.0 Gangguan keperibadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitis
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak lainnya.
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak YTT.
F09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT 4

2.2.2 Menurut DSM IV, klasifikasi gangguan mental organik sebagai berikut:
A. Delirium
1. Delirium karena kondisi medis umum.
2. Delirium akibat zat.
3. Delirium yang tidak ditentukan (YTT)

B. Demensia.
1. Demensia tipe Alzheimer.
2. Demensia vaskular.
3. Demensia karena kondisi umum.
a) Demensia karena penyakit HIV.
b) Demensia karena penyakit trauma kepala.
c) Demensia karena penyakit Parkinson.
d) Demensia karena penyakit Huntington.
e) Demensia karena penyakit Pick
f) Demensia karena penyakit Creutzfeldt – Jakob
4. Demensia menetap akibat zat
5. Demensia karena penyebab multipel
6. Demensia yang tidak ditentukan (YTT).

C. Gangguan amnestik
1. Gangguan amnestik karena kondisi medis umum.
2. Gangguan amnestik menetap akibat zat
3. Gangguan amnestik yang tidak ditentukan ( YTT ).

D. Gangguan kognitif yang tidak ditentukan.


Klasifikasi gangguan psikotik berdasarkan PPDGJ III

1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya

Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kernudian.

a. (F20) Skizofrenia

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala khas


tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase non psikotik prodromal).

b. (F21) Gangguan Skizotipal

Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalanannya biasanya
menyerupai gangguan kepribadian. Untuk mendiagnosis gangguan skizotipal, individu
harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun.

c. (F22) Gangguan Waham Menetap

Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama


(paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang
paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia
atau gangguan efektif. Waham tersebut harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan
budaya setempat. Untuk mendiagnosis gangguan waham menetap, tidak boleh ada bukti-
bukti tentang penyakit otak, serta tidak ada riwayat skizofrenia.

d. (F23) Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang), kesembuhan yang
sempurna biasanya terjadi dalam 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan
beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien
dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya. Tidak ada
penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak merupakan
intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.

e. (F24) Gangguan Waham Induksi

Dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham yang sama, dan saling
mendukung dalam keyakinan waham itu. Orang yang menderita waham orisinil (gangguan
psikotik) hanya satu, namun waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan
biasanya menghilang apabila orang-orang tersebut dipisahkan. Hampir selalu orang-orang
yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.

Jika ada alasan untuk percaya bahwa dua orang yang tinggal bersama mempunyai
gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak satupun diantaranya boleh dimasukkan dalam
kode diagnosis ini.

f. (F25) Gangguan Skizoafektif

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala defrnitif adanya


skizofrenia dan gangguan afektrf. sama-sama ntenonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama,

g. (F28) Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya

Gangguan psikobik yang tidak memenuhi krjteria untuk skizofrenia (F20.-) atau untuk
gangguan afektif yang bertipe psikotik (FB0-F39), dan gangguan-gangguan psikotik yang
tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap (F22).

2. Gangguan Suasana Perasaan

Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana


perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang
menyertainva), atau ke arah elasl (suasana perasaan yang meningkat).
a. (F30) Episode Manik

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam


jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori
ini untuk satu episode manik tunggal (yang pertama). Jika ada episode afektif (depresif,
manik, atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar
(F31.-).

b. (F31) Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek


pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan
afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

Ciri khas gangguan ini adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sarnpai 4 - 5 bulan, episode depresi cendrung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang rnelebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam
episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental
lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).

c. (F32) Episode Depresi

Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari
ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk
menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar
biasa beratnya dan berlangsung cepat.

d. (F33) Gangguan Depresif Berulang

Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi berat.
Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya
lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.

e. (F34) Gangguan Suasana Perasaan Menetap

1. Skilotimia : ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari afek(suasana


perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan,diantaranya
tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif
bipolar.
2. Distimia: ciri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang.

f. (F38) Gangguan Suasana Perasaan Lainnya

Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau
tidak berlangsung lama untuk memenuhi kriteria skilotimia dan distimia.

Klasifikasi gangguan mental neurotic

1. Gangguan anxietas fobik


Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas baik dari luar
individu itu sendiri maupun dari dalam dirinya seperti prasaan takut akan adanya
penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfofobia).
Sebagai akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam.

2. Gangguan anxietas lainnya


Gangguan anxietas dapat disertai gejala hejala depresif dan obsesif, bahkan
beberapa unsure dari anxietas fobik yang bersifat sekunder atau ringan. Diantaranya
dapat berupa gangguan panic (Anxietas Paroksismal Episodik), gangguan cemas
menyeluruh, maupun gangguan campuran anxietas dan depresi.

3. Gangguan obsesif-kompulsif
Penegakan diagnosis pasti, gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau kedua-
duanya harus ada hamper setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
 Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
 Minimal ada satu pikiran atau tindakan yang tidak mampu dilawan. Meskipun
ada lagi lainnya yang tidak mapu dilawan oleh penderita
 Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang
member kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau anxietas)
 Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

4. Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian


Reaksi ini didasarkan oleh beberapa faktor pencetus seperti :
 Suatu stress kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stress akut,
atau
 Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan situasi tidak
nyaman yang berkelanjutan, dengan akibat terjadi suatu gangguan
penyesuaian.

Gangguan dari kategori ini selalu merupakan konsekuensi langsung dari stress
akut yang berat atau trauma yang berkelanjutan. Stress yang terjadi atau keadaan tidak
nyaman yang berkelanjutan merupakan faktor penyebab utama, dan tanpa hal itu
gangguan tersebut tidak akan terjadi.

5. Ganggaun disositif (konversi)


Gajala utamanya adalah kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal
(dibawah kendali kesadaran) antara:
 Ingatan masa lalu
 Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity and
immediate sensations), dan
 Kontrol terhadap gerakan tubuh

Pada gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali


selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari jam ke jam atau
bahkan hari ke hari.

6. Gangguan somatoform
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan. Gejala fisik yang
berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medis. Meskipun sudah
berkali kali didapatkan hasil negatif dan sudah disampaikan bahwa tidak ada kelainan
yang mendasari keluhannya. Penderita juga menolah untuk mengaitkan keluhan fisik
yang diraakannya dengan konflik dalam kehidupannya, meskipun didapatkan gejala
gejala anxietas dan depresi.

7. Ganggaun neurotik lainnya


 Neurastenia
 Sindrom depersonalisasi-derealisasi.

Klasifikasi gangguan Perilaku Dan Emosional dengan Onset Pada Anak dan
Remaja berdasarkan PPDGJ III

Gangguan Perilaku Dan Emosional dengan Onset Pada Anak dan Remaja

1. Gangguan Hiperkinetik
- Gangguan aktifitas dan perhatian
- Gangguan tingkah laku hiperkinetik
- Gangguan hiperkinetik lainnya
- Gangguan hiperkinetik YTT
2. Gangguan tingkah laku
- Gangguan tingkah laku yang terbatas pada keluarga
- Gangguan tingkah laku tak berkelompok
- Gangguan tingkah laku berkelompok
- Gangguan sikap menentang
- Gangguan tingkah laku lainnya
- Gangguan tingkah laku YTT
3. Gangguan campuran tingkah laku dan emosi
- Gangguan tingkah laku depresif
- Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya
- Gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT
4. Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak kanak
- Gangguan axietas perpisahan masa kanak
- Gangguan axietas fobik masa kanak
- Gangguan axietas social masa kanak
- Gangguan persaingan social antar saudara
- Gangguan emosianal masa kanak lainnya
- Gangguan emosional masa kanak YTT
5. Gangguan fungsi social dengan onset khas pada masa kanak dan remaja
- Mutisme elektif
- Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
- Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak
- Gangguan fungsi social masa kanak lainnya
- Gangguan fungsi social masa kanak YTT
6. Gangguan TIC
- Gangguan tic sementara
- Gangguan tic motoric dan vocal kronik
- Gangguan kombinasi tic vocal dan motoric multiple ( Sindrom de la
Tourette)
- Gangguan tic lainnya
- Gangguan tic YTT
7. Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset biasa pada masa kanak dan
remaja
- Enuresis non organic
- Enkopresis non organic
- Gangguan makan masa bayi dan kanak
- Pika masa bayi dan kanak
- Gangguan gerakan stereotipik
- Gagap (Stuttering/stammering)
- Berbicara cepat dan tersendat (Cluttering)
- Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya
pada masa kanak dan remaja
- Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya
pada masa kanak dan remaja
8. Gangguan mental YTT
PSYCHOSIS

A. Definisi PSIKOTIC

Psikosis merupakan suatu bentuk gangguan yang dialami individu pada


misorientasi realita dan kehilangan batas ego yang memiliki dampak cukup besar
dalam kehidupan sehari-hari. Menururt World Health Organization (WHO)
mendefinisikan psikosis denga lingkup lebih kecul sebagai suatu gangguan yang
disertai dengan adanya halusinasi, delusi atau halusinasi dengan delusi.
Halusinasi merupakan persepsi semsorik yang timbul tanpa adanya stimulus
eksternal atau somatis. Delusi merupakan suatu keyakinan yang dipegang secara kuat
namun tidak akurat, yang terus ada walaupun bukti menunjukkan hal tersebut tidak
memiliki dasar dalam realitas.

B. Epidemiologi PSIKOTIC

Kondisi ini bisa memengaruhi individu di semua kelompok usia, dan


penelitian terhadap demografi Hong Kong menunjukkan bahwa ada 1.300 kasus
psikosis yang baru yang terjadi setiap tahunnya. Insidensi psikosis dini secara global
(persentase individu yang mengalami atau pernah mengalami keadaan mental ini)
diperkirakan sebesar 1%. Insidensi kasus baru per tahun diperkirakan sebanyak 5 per
10.000 orang yaitu 5 kasus baru per 10.000 orang setiap tahun.

C. Etiologi PSIKOTIC

Penyebab dari psikosis masih belum dapat dipastikan hingga saat ini, namun
terdapat beberapa gangguan atau penyakit yang diduga mampu menjadi penyebab
atau meningkatkan risiko seseorang mengalami psikosis yaitu, gangguanb pada otak
seperti Parkinson’s, gangguan pada kromosom, kista pada otak, riwayat Alzheimer,
infeksi HIV, epilepsi dan stroke.
D. Pedoman Diagnostic PSIKOTIC

 Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat
psikoaktif ( biasanya dalam waktu 48 jam) bukan merupakan manifestasi dari keadaan
putus zat dengan Delirium atau suatu onset lambat. Gangguan psikotik lambat (
dengan onset lebih dari 2 minggu setelah pengguanaan zat)
 Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola
gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan
kepribadian penggunaan zat, diagnosis gangguan psikotik jangn hanya ditegakan
berdasarkan distorsi persepsi atau pengalama halusinasi, bila zat yang digunakan ialah
halusinogenika primer perlu dipertimbangkan kemungkinan diagnosis intoksikasi
akut.

Pedoman diagnostik untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :
 Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar
suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)
 Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
 Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
 Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi) Keadaan emosional yang labil dan
ekstrim (iritabel)

Pedoman diagnostik untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik, data berikut
merupakan perilaku utama yang secara umum ada :
 Penarikan diri secara social
 Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
 Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
 Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
1. Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
2. Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
3. Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang
hebat/terkenal
4. Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau
objek yang tak lazim di dalam tubuhnya

E. Penegakan Diagnostic PSIKOTIC

Mood stabilizer adalah cara utama pengobatan gangguan bipolar dan diharapkan
dapat bermanfaat pada pengobatan pasien dengan skizoafektif. Satu studi yang
membandingkan litium dengan karbamazepin memperlihatkan superioritas karbamazepin
pada gangguan skizoafektif tipe depresif tetapi tidak ada perbedaan pada kedua agen tersebut
untuk tipe bipolar. Namun, pada praktiknya pengobatan tersebut digunakan secara luas dan
tersendiri, digunakan secara bersamaan atau kombinasi dengan agen psikotik. Pada episode
manik, pasien skizoafektif sebaiknya diobati secara agresif dengan pemberian dosis mood
stabilizer dalam kisaran konsentrasi terapeutik sedang sampai tinggi di dalam darah.

Ketika pasien memasuki pase pemeliharaan, pemberian dosis dapat dikurangi sampai
rentang rendah sampai sedang untuk menghindari efek simpang dan potensial dari terhadap
system organ (contohnya tiroid dan ginjal) dan memudahkan konsumsi dan kepatuhan
pengobatan. Pemantauan laboratorium terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan
penapisan periodic tiroid, ginjal, dan fungsi hematologis harus dilakukan. Seperti pada
semua kasus mania yang sulit disembuhkan, pemakaian terapi elektrokonvulsif (ECT) harus
dipertimbangkan.

Berdasarkan definisi, banyak pasien skizoafektif menderita akibat episode depresif


mayor. Pengobatan dengan antidepresan menyerupai pengobatan depresi bipolar. Perawatan
dilakukan tetapi bukan untuk mencetuskan suatu siklus pergantian cepat dari depresi menjadi
mania dengan anti depresan. Pilihan anti depresan sebaiknya memperhatikan kegagalan atau
keberhasilan antidepresan sebelumnya. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) (contoh
fluxentine [Prozac] dan sertalin [Zoloft]) sering digunakan sebagai agen lini pertama. Namun
pasien teragitasi atau insomnia dapat disembuhkan dengan anti depresan trisiklik. Seperti
pada semua kasus depresi, pemakaian ECT sebaiknya dipertimbangkan.
F. Pengobatan PSIKOTIC

Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan social,
dan rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit untuk memutuskan diagnosis dan
prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian tersebut harus dijelaskan
kepada pasien. Kisaran gejala mungkin sangat luas karena pasien mengalami keadaan
psikosis dan variasi kondisi mood yang terus berlangsung. Anggota keluarga dapat
mengalami kesulitan untuk menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut. Perlu
diberikan regimen obat yang mungkin lebih rumit, dengan banyak obat, dan pendidikan
psikofarmakologis.
Kesimpulan

Secara umum, keluhan pasien tersebut mengarah pada gejala Skizofrenia. Skizofrenia
menyerang kurang lebih 1 persen populasi, biasanya bermula di bawah usia 25 tahun,
berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas sosial. Skizofrenia
merupakan sekumpulan gangguan dengan etiologi yang heterogen dan mencakup pasien
dengan presentasi klinis, respons terhadap terapi, dan perjalanan penyakit yang bervariasi.
Daftar Pustaka

Maslinm, 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.
Jakarta : PT Nuh Jaya

Benjamin, J.S., Virginia, A.S., 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta : EGC

Maramis, willy F. and M. Albert A. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai