ABSTRAK
Korupsi merupakan fenomena sosial yang sudah tua, seiring bersama dengan peradaban masyarakatnya.
Semakin luasnya kekuasaan negara dalam mengatur kehidupan bermasyarakat-negara seperti sekarang ini,
menyebabkan semakin kompleks pula bentuk dan modus korupsi. Dalam rangka pemberantasan korupsi,
berbagai upaya telah dilakukan, mulai di era Orde Lama, Orde Baru, maupun Orde Reformasi. Berbagai
model kebijakan pemberantasan telah dilakukan termasuk pembentukan Lembaga Ektra (Extra Ordinary
Bodies) sebagaimana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sampai pada tataran pembentukan budaya
anti korupsi melalui Pacta Integritas. Namun demikian masih saja korupsi tetap menggurita, sehingga
pemberantasan korupsi dianggap saja Quo Vadis. Perilaku antikorupsi hanya akan terwujud manakala
setiap individu masyarakat maupun pejabat lebih takut kepada Tuhan Yang Maha Tahu dibandingkan takut
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
Kata Kunci: akuntabilitas kebijakan, korupsi, budaya anti korupsi
ABSTRACT
Corruption represent the old social phenomenon, along along its society civilization. Progressively
broadness of state power in arranging life go into society the state of like this time, causing complex
progressively also form and corruption modus. In order to corruption eradication, various effort have been
conducted, start in Old Order era, New Order, and also Reform Order. Various model of eradication policy
have been conducted by the inclusive of forming Extra Ordinary Bodies as Commission of Corruption
Eradication, come up with forming the anti corruption culture through Integrity Pacta. But that way just still
be corruption remain to baby-abdominal belt, so that assumed it the just by corruption eradication of Quo
Vadis. Anti corruption behavior will only be existed when every individual of society and also functionary
more fear to God Which The most Know compared to fear to Commission of Corruption Eradication.
Keywords: policy accountability, corruption, anti corruption
105
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 2 Tahun 2011 Edisi April
nama-nama pegawai yang menerima suap termasuk problema “law in action” bukan pada “law in the
nama-nama pejabat tinggi dan nama seorang putri books”.
Assyria (dikutip dari buku panduan Transparency Pada saat ini kita dapat mengamati, melihat dan
International, 2002). merasakan bahwa penegakan hukum berada dalam
Label korupsi tidak semata-mata diperuntukkan posisi yang tidak menggembirakan. Masyarakat
bagi Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI dan Polri, mempertanyakan kinerja aparat penegak hukum
Pegawai BUMN/BUMD atau Anggota Parlemen dalam pemberantasan korupsi, merebaknya mafia
Pusat dan Daerah, atau Pejabat dan Pelaku Fungsi peradilan, pelanggaran hukum dalam pengelolaan
Yudikatif atau konglomerat dan badan usaha APBN dan APBD, maupun pembentukan kebijakan
swasta, namun juga dapat ditempelkan pada semua yang dilakukan secara sewenang-wenang untuk
lembaga dan anggota masyarakat dengan pekerjaan menguntungkan pihak tertentu. Korupsi telah
tertentu yang secara langsung atau tidak langsung men-jadi isu sentral dalam praktik hukum dan
berhubungan dengan kepentingan publik, seperti pemerintahan di Indonesia. Diagnosis perilaku
misalnya Pengacara, Akuntan Publik, Notaris, dan korupsi tampaknya semakin endemis dan seakan-
lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan munculnya akan membudaya dan menjadi epidemis yang
sinisme bahwa korupsi sudah menjadi budaya, merambah dalam segala aspek kehidupan (IGM
sehingga dikatakan korupsi itu ”hal yang biasa”, Nurjana, 2010: 11). Upaya pemberantasan korupsi
karena terjadi nyaris di semua sektor dan lapisan menjadi sangat problematis yang dipengaruhi
masyarakat. Perbuatan korupsi menimbulkan in- dengan berbagai faktor ekonomi dan politik,
efisiensi dan pemborosan dalam ekonomi, karena sosial dan kemasyarakatan, dan meminjam istilah
dampaknya pada alokasi dana pada produksi, Lawrence Friedmann, problematikanya bersumber
konsumsi, yang mana keuntungan yang diperoleh pada aspek substansi hukum, struktur hukum dan
dari korupsi sudah pasti digunakan untuk budaya hukum masyarakatnya serta sarana dan
keuntungan/kekayaan pribadi. prasarana yang tersedia.
Pada awalnya penyebab korupsi adalah Dari uraian di atas, maka yang menjadi masalah
kemiskinan, sehingga kemiskinan menjadi adalah: 1. Apakah yang dimaksud dengan tindak
akar dari masalah korupsi. Hal ini terlihat dari pidana korupsi? 2. Apakah perlunya akuntabilitas
ketidakseimbangan pendapatan dan pengeluaran kebijakan dalam kerangka tata kelola pemerintahan
konsumtif dari para penyelenggara negara. Namun yang baik? 3.Bagaimana upaya-upaya pemberan-
paradigma tersebut telah bergeser karena ternyata tasan korupsi?, dan 4. Bagaimana peran Pakta
perbuatan korupsi itu sendiri telah mengarah pada Integritas dalam memerangi tindak pidana korupsi?
sektor swasta (konglomerat) dan birokrat tinggi
yang level kehidupannya telah bergelimang dengan PEMAHAMAN DASAR TINDAK PIDANA
kekayaan. KORUPSI
Penegakan hukum sebagai pusat dari seluruh Secara umum dan sederhana korupsi dapat
“aktivitas kehidupan” hukum yang dimulai diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasan atau
dari perencanaan hukum, pembentukan hukum, kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Pengertian
penerapan hukum dan evaluasi hukum. Penegakan korupsi juga mencakup perilaku pejabat-pejabat
hukum pada hakikatnya merupakan interaksi sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
antara berbagai perilaku manusia yang mewakili yang memperkaya diri mereka secara tidak pantas
kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam dan melanggar hukum, atau orang-orang yang dekat
bingkai aturan yang telah disepakati bersama. Oleh dengan pejabat birokrasi dengan menyalahgunakan
karena itu, penegakan hukum tidak dapat semata- kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka.
mata dianggap sebagai proses menerapkan hukum Kehidupan korupsi dalam konteks pelayanan
sebagaimana pendapat kaum legalistik. Namun publik ini merupakan perbuatan ”korupsi
proses penegakan hukum mempunyai dimensi administrasi” dengan fokus pada perbuatan
yang lebih luas daripada pendapat tersebut, karena perorangan yang memegang kontrol dalam
dalam penegakan hukum akan melibatkan dimensi kedudukannya sebagai pejabat publik, sebagai
perilaku manusia. Dengan pemahaman tersebut pembuat kebijakan atau sebagai pegawai birokrasi
maka kita dapat mengetahui bahwa problema- pemerintah, atas berbagai kegiatan dan keputusan.
problema hukum yang akan selalu menonjol adalah Semakin meluasnya proyek swastanisasi
106
Akuntabilitas Kebijakan dan Pembudayaan Perilaku Antikorupsi
perusahaan negara dan pengalihan kegiatan yang Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, tentang
selama ini dipandang masuk dalam lingkup tugas Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
pemerintah ke sektor swasta, dan monopoli penuh Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
atau setengah penuh penyediaan barang publik oleh Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
sektor swasta (misalnya air, listrik, telkom), maka Nomor 4150) sepanjang frasa yang berbunyi, “Yang
perbuatan korupsi telah merambah juga pada sektor dimaksud dengan ‘secara melawan hukum’ dalam
swasta di luar dan di dalam hubungan kerja sektor Pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum
swasta dengan sektor publik, sehingga perbuatan dalam arti formil maupun dalam arti materiel, yakni
korupsi kedua sektor ini membawa dampak ne-gatif meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam
terhadap kepentingan publik. peraturan perundang-undangan, namun apabila
Dalam Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak
(selanjutnya disebut UUTPK), pengertian korupsi sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma
tidak secara tegas dinyatakan, namun diberi istilah kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan
“penyimpangan keuangan negara atau pereko- tersebut dapat dipidana” bertentangan dengan
nomian negara” sehingga meliputi perbuatan- Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain Tahun 1945; Menyatakan Penjelasan Pasal 2 ayat
atau suatu korporasi secara ”Melawan Hukum” (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31
dalam pengertian formal dan materiil, sehingga Tahun 1999, ten-tang Pemberantasan Tindak Pidana
juga mencakup perbuatan tercela yang menurut Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
perasaan keadilan masyarakat harus dituntut dan undang Nomor 20 Tahun 2001, tentang Perubahan
dipidana walau tidak diatur sebagai perbuatan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999,
kejahatan dalam suatu perundang-undangan. Wujud tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
perbuatan korupsi terlihat dalam pasal 2 ayat (1) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
dan ayat (2), pasal 3 s.d. pasal 16, pasal 21 s.d. pasal Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
24 UUTPK. Indonesia Nomor 4150) sepanjang frasa yang
Kesulitan yang acap kali muncul ketika berbunyi, “Yang dimaksud dengan ‘secara me-
menyangkut pemahaman terhadap unsur “melawan lawan hukum’ dalam pasal ini mencakup perbuatan
hukum” (weder-rechtelijk). Mengenai unsur melawan hukum dalam arti formil maupun dalam
“melawan hukum”, Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU arti materiel, yakni meskipun perbuatan tersebut
Antikorupsi menegaskan bahwa : tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan,
“Yang dimaksud dengan ‘secara melawan namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela,
hukum’ dalam pasal ini mencakup perbuatan karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau
melawan hukum, dalam arti formil maupun dalam norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat,
arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut maka perbuatan tersebut dapat dipidana” tidak
tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, mempunyai kekuatan hukum mengikat.
namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut
karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau hanya mencabut Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU
norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, Antikorupsi, yang pada dasarnya merupakan
maka perbuatan tersebut dapat dipidana......” dasar dapat diterapkannya sifat melawan hukum
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU Antikorupsi dalam arti materiel positif. Putusan Mahkamah
tersebut telah dinyatakan “tidak mempunyai Konstitusi tersebut sama sekali tidak menyinggung
kekuatan hukum mengikat oleh Mahkamah berlakunya sifat melawan hukum dalam pengertian
Konstitusi. Mahkamah Konstitusi melalui materiel negatif, yang telah menjadi yurisprudensi
Putusannya Nomor 003/PUU-IV/2006 yang Mahkamah Agung. Berdasarkan hal tersebut,
diputuskan pada hari Senin, 24 Juli 2006, di maka berlakunya sifat melawan hukum dalam arti
antaranya memutuskan bahwa: Menyatakan materiel negatif terhadap tindak pidana korupsi juga
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang problematis.
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999, Secara teoritis atau dalam doktrin hukum pidana,
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di damping dibedakan antara sifat melawan hukum
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang formal (formele wederrechtelijkheid) dan materiil
Nomor 20 Tahun 2001, tentang Perubahan atas (materiele wederrechtelijkheid), juga dibedakan
107
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 2 Tahun 2011 Edisi April
antara sifat melawan hukum dalam pengertian pegawai negeri atau penyelenggara negara (pasal
materiil yang negatif dan positif. Dianutnya sifat 1 sub a); (2) PNS/Penyelenggara Negara yang
melawan hukum materiil berarti melibatkan menerima pemberian (pasal 1 sub a2); (3) memberi
penilaian berdasarkan “perasaan hukum” warga atau menjanjikan kepada hakim/advokat (pasal 6
masyarakat, di samping secara formal memenuhi ayat 1 sub a); (4) Hakim/advokat yang menerima
semua unsur yang tercantum dalam rumusan pemberian (pasal 6 ayat 2); (5) perbuatan curang
tindak pidana. “Perasaan hukum” masyarakat yang oleh pemborong/ahli bangunan (pasal 7 ayat 1 sub
dimaksud adalah anggapan masyarakat perbuatan a,b,c); (6) menerima perbuatan curang (pasal l7
tersebut sebagai perbuatan yang tercela karena ayat 2), (7) PNS/orang lain yang menggelapkan
menimbulkan kerugian negara dan masyarakat uang atau surat berharga yang disimpan karena
(fungsi positif) atau sebaliknya perbuatan tersebut jabatannya (pasal 8). (8) PNS atau orang lain yang
dianggap memberi manfaat pada masyarakat (salah dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar
satu kategori fungsi negatif). khusus untuk pemeriksaan administrasi (pasal
Sifat melawan hukum dalam pengertian materiil 9); (9) PNS atau orang lain yang menggelapkan,
yang negatif, berarti apabila secara materiil menghancurkan, merusak barang, akta, surat atau
perbuatan tersebut tidak bertentangan dengan daftar yang dipakai untuk pembuktian (pasal 10
hukum (kendati perbuatan tersebut masuk dalam sub a,b,c); (10) PNS/Penyelenggara Negara yang
perumusan undang-undang). Sebaliknya, sifat menerima hadiah yang berhubungan dengan
melawan hukum dalam pengertian materiil yang kekuasaan dan jabatannya (pasal 11).
positif berarti, tidak dilarang oleh undang-undang, Secara teoritik, Syed Husein Alatas membagi
tetapi berdasarkan “perasaan hukum” masyarakat korupsi dalam 7 (tujuh) tipologi atau bentuk jenis
perbuatan tersebut dianggap keliru. Rumusan UU korupsi, yaitu (Mulyana W. Kusuma, 2001: 141);
Antikorupsi yang semula mengesankan dianutnya (1) Korupsi transaktif (transactive corruption),
ajaran sifat melawan hukum materiil dalam merupakan jenis korupsi yang menunjukan adanya
fungsinya yang positif dan dengan demikian kesepakatan timbal balik antara pemberi dan
memberi ruang interpretasi yang lebih luas lagi, penerima demi keuntungan kedua belah pihak.
yang memunculkan kekhawatiran membahayakan Biasanya korupsi ini terjadi antara pelaku usaha
kepastian hukum, kini tidak lagi setelah muncul dengan aparatur pemerintah melalui kebijakan yang
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU- dibuatnya; (2) Korupsi perkerabatan (nepotistic
IV/ 2006 tersebut. corruption), merupakan korupsi yang menyangkut
Ini berarti ruang yang semula longgar bagi penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan untuk
penyidik, penuntut umum, dan hakim kembali berbagai keuntungan bagi kerabat dan teman-
dipersempit oleh Mahkamah Konstitusi. Sebaliknya, temannya; (3) Korupsi yang memeras (extortive
sifat melawan hukum materiil dalam fungsinya yang corruption), adalah korupsi yang dipaksakan
negatif masih terbuka untuk dipakai oleh terdakwa kepada pihak tertentu yang biasanya disertai
sebagai alasan pembenar. Artinya, sifat melawan dengan ancaman, tekanan ataupun bentuk paksaan
hukum materiil yang dianut oleh UU Antikorupsi lainnya; (4) Korupsi investif (investive corruption),
dimaknai dalam sifatnya yang negatif, di samping merupakan korupsi dalam membentuk memberikan
sifat melawan hukum dalam pengertian formal. barang dan jasa kepada pihak lain demi keuntungan
Dalam UU nomor 20 tahun 2001, paradigma di masa depan; (5) Korupsi defensif (defensive
pengertian korupsi bergeser kepada: pemberian corruption) adalah korupsi dimana pihak yang
suap (gratifikasi); yang menerima suap; perbuatan dirugikan terpaksa ikut terlibat di dalamnya
curang dari pemborong/ahli bangunan yang sehingga yang bersangkutan justru menjadi korban
membahayakan keamanan orang. Sedangkan Modus perbuatan korupsi; (6) Korupsi otogenik (otogenic
Tidak Pidana Korupsi dapat berupa penggunaan corruption) yaitu korupsi yang dilakukan seorang
anggaran yang tidak sesuai peruntukan; markup diri, tanpa ada pihak lain yang terlibat; (7) Korupsi
pembiayaan anggaran; pemalsuan anggaran/fiktif; suportif (supportive corruption), adalah korupsi
gratifikasi; dan pemberian hadiah. yang terjadi dalam bentuk dukungan dengan cara
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 secara mendiamkan atau berpura-pura tidak tahu atau ikut
spesifik mengatur tindak pidana korupsi dalam bersama-sama menikmati hasil korupsi.
bentuk: 1) memberi atau menjanjikan kepada
108
Akuntabilitas Kebijakan dan Pembudayaan Perilaku Antikorupsi
109
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 2 Tahun 2011 Edisi April
kasus kriminal, usaha mendapatkan berkas laporan peraturan perundang-undangan, perencanaan dan
suatu perkara pengadilan, penerimaan calon-calon penganggaran, perbendaharaan, dan auditing.
mahasiswa di suatu universitas, pemilihan calon- Keberadaan beberapa undang-undang ini diharapkan
calon jabatan pemerintahan dan persetujuan kontrak dapat mengubah dan memperbaiki infrastruktur
serta pelaksanaan segala sesuatu (Muchtar Lubis, perencanaan dan penganggaran dan pengelolaan
et. all, 1995: 95-96). keuangan negara, antara lain perencanaan dan
Awal dari terjadinya korupsi adalah adanya penganggaran pemerintah, penyatuan anggaran dan
penyimpangan-penyimpangan yang dimulai penerapan medium term expenditure framework
dari perencanaan anggaran sampai dengan dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan sistem
pertanggung-jawaban anggaran. Bentuk-bentuk penganggaran berbasis kinerja, perubahan
penyimpangan dapat bermacam-macam, baik klasifikasi anggaran, penegasan peran lembaga
yang berupa penyimpangan administrasi maupun legislatif dan pemerintah dalam proses penyusunan
yang berindikasi pidana. Kamus Besar Bahasa dan penetapan anggaran, dan penegasan pengaturan
Indonesia (KBBI) mendefinisikan penyimpangan kekuasaan atas pengeloaan keuangan negara.
berarti proses, cara, perbuatan menyimpang atau Sasaran akhir adalah perwujudan good governance
menyimpangkan. BPK menyatakan penyimpangan dan clean government.
keuangan sebagai segala sesuatu yang menimbulkan Secara riel, fenomena korupsi di Indonesia dapat
perbedaan antara yang seharusnya dengan realisasi digambarkan sebagai berikut: (1) Indeks Persepsi
angka yang ada dalam laporan keuangan. Pengertian Korupsi (IPK) Indonesia dari 2003 ke 2004 dan
lain, “penyimpangan adalah suatu perbuatan 2005 menunjukkan perbaikan, yaitu dari 1,9 ke
yang tidak wajar yang disengaja dengan maksud 2,0 dan 2,2. Urutan berubah dari 12 ke 10 dan 20,
mempengaruhi kepercayaan orang lain untuk sedangkan berdasarkan kelompok negara-negara
menyerahkan beberapa hal yang berharga.” terkorup beranjak naik menjadi ke-5 dan ke-6.
Jenis-jenis Penyimpangan yang terjadi antara Pada 2005, IPK Indonesia berada pada urutan 137
lain: (a) penyimpangan terhadap ketertiban dan dari 159 negara dengan skor IPK 2,2. Tahun 2004
ketaatan pada peraturan perundang-undangan; (b) tercatat 1,9 dan tahun 2002 tercatat 1,9. Jika IPK
penyimpangan terhadap kehematan dan efisiensi; dianggap nilai, maka perolehan nilai kita saat ini
dan (c) penyimpangan terhadap efektivitas. masih MERAH atau E. IPK dari Transparency
Penyimpangan pada proses pengelolaan keuangan International (TI) di Berlin merupakan peringkat
daerah, antara lain pada berbagai kegiatan negara-negara yang disurvei berdasarkan tingkat
musrenbang. Titik rawan penyimpangan, antara korupsi yang melibatkan pejabat publik dan politisi.
lain dalam tahap perencanaan (penyusunan IPK merupakan indeks gabungan, menggambarkan
anggaran), tahap pembahasan, tahap pelaksa-naan, aneka data tentang korupsi berdasarkan survai yang
tahap pengawasan dan evaluasi. Panduan Praktis dilakukan oleh berbagai institusi terpercaya. Survei
Monitoring Keuangan merupakan salah satu alat ini mencerminkan persepsi masyarakat (pebisnis)
atau instrumen pemantauan keuangan. Korupsi sulit dan analis dari seuruh dunia, termasuk para pakar
diberantas jika sistem pengelolaan keuangan masih yang tinggal di negara-negara yang dievaluasi;
belum diubah atau diperbaiki. Akuntabilitas dan (2) Lembaga yang harus dibersihkan lebih dahulu
transparansi harus menjadi ”roh” untuk melakukan pertama ditujukan kepada pembersihan lembaga
perubahan dalam pengelolaan keuangan, menuju peradilan, diikuti instansi pajak, polisi dan DPRD.
good governance dan clean govenment. Ini menunjukkan harapan terbesar pebisnis
Eksistensi UU nomor 17 tahun 2003 tentang dalam memberantas korupsi dalam penegakan
Keuangan Negara, UU nomor 1 tahun 2004 tentang hukum. Artinya, kalau lembaga peradilan bersih,
Perbenda-haran Negara, UU nomor 25 tahun maka di mata responden, penegakan hukum dan
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan pemberantasan korupsi dapat berjalan dengan baik,
Nasional, dan UU nomor 32 tahun 2004 tentang dan hal itu akan mengurangi korupsi. Pengawasan
Pemerintahan Daerah harus dipahami dan dicermati DPRD juga penting, sehingga pembersihan DPRD
dalam kaitannya dengan penyelenggaraan dari situasi korup merupakan prioritas yang harus
pemerintahan dan pembangunan di pusat dan dilakukan (Survai TII, 2004).
daerah. Beberapa kelemahan sistem pengelolaan
keuangan pemerintah selama ini adalah masalah
110
Akuntabilitas Kebijakan dan Pembudayaan Perilaku Antikorupsi
111
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 2 Tahun 2011 Edisi April
pemberantasan tindak pidana korupsi (Menhukham), bahwa korupsi merupakan kejahatan yang harus
implementasi prinsip tata kelola perusahaan yang dibasmi. Korupsi merupakan ancaman yang besar
baik (MenBUMN), pendidikan substansi semangat bagi transisi politik dan ekonomi di Indonesia
dan perilaku anti korupsi (Mendiknas), sosialisasi karena korupsi melemahkan kemampuan negara
pendidikan anti korupsi dan kampanye anti korupsi untuk menyediakan barang-barang publik dan
(Menkominfo), mengoptimalkan penyidikan, sanksi mengurangi kredibilitas negara di mata rakyat.
tegas, dan kerjasama penegakan hukum dan pe- Dalam jangka panjang korupsi merupakan ancaman
ngembalian kerugian keuangan negara akibat tindak bagi keberlangsungan demokrasi.
pidana korupsi (Jaksa Agung dan Kapolri), serta Survei nasional yang dilaksanakan oleh
menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan Partnership For Governance Reform in Indonesia
yang baik, pelayanan publik, meniadakan pungutan menyajikan sumber informasi yang kaya tentang
liar, dan bersama DPRD melakukaan pencegahan persepsi 2.300 rumah tangga, pejabat publik dan
kebocoran keuangan negara, APBN/APBD pengusaha. Hasil survey mengungkapkan bahwa
(Gubernur dan Bupati/Walikota). Sejalan dengan 75% responden berpendapat bahwa korupsi
itu, tingkatkan akuntabilitas, transparansi, jangan sangat lazim di sektor publik. Di samping itu, 65%
menyalahgunakan wewenang, tegakkan hukum, rumah tangga melaporkan telah mengalami secara
hilangkan kesempatan dan niat berbuat korupsi. langsung dan 70% responden melihat korupsi
sebagai “penyakit yang harus diberantas. Survei
MEMBUDAYAKAN PERILAKU ANTI juga mengungkapkan tingkat kemarahan publik
KORUPSI DAN KOMITMEN MORAL dan kemuakan terhadap korupsi. 80% responden
DENGAN PAKTA INTEGRITAS menghendaki agar pejabat-pejabat yang korup
Dalam 10 tahun terakhir, gelombang dipenjarakan dan disita kekayaannya. Sebagian
perubahan yang menakjubkan telah terjadi di kecil dari responden menghendaki pejabat tersebut
Indonesia. Pemerintah telah memilih jalan untuk dipermalukan di depan umum. Nyaris tidak
melaksanakan program desentralisasi secara besar- ada dukungan untuk memberikan amnesti atau
besaran dan telah melaksanakan pemilihan umum pengampunan bagi pelaku korupsi di masa lalu
secara langsung untuk memilih presiden, gubernur, (World Bank, 2001: 47).
bupati dan walikota. Hal ini haruslah dilihat Survei tersebut menawarkan tiga temuan yang
sebagai proses transisi secara damai dari rezim signifikan. Pertama, orang tidak terlalu percaya
otoriter kepada rezim demokrasi yang diikuti pula pada lembaga-lembaga negara. Lembaga-lembaga
dengan perubahan-perubahan kelembagaan dan yang dianggap paling korup termasuk di sektor
transformasi regulasi. peradilan (Kepolisian, Pengadilan, Kejaksaan
Dalam konteks inilah masalah korupsi di dan Departemen Kehakiman), instansi-instansi
Indonesia perlu untuk dikaji. Korupsi bukanlah pendapatan (Dinas Pabean dan instansi Perpajakan),
sesuatu yang khas Indonesia. Hampir dikebanyakan Departemen Pekerjaan Umum dan Bank Indonesia.
negara korupsi selalu terjadi. Korupsi merebak Kedua, lembaga-lembaga yang dirangking
hampir di semua negara di dunia baik negara industri paling korup juga dianggap kurang efisien
maupun negara berkembang. Survei yang dilakukan dalam penyampaian jasa. Ketiga, survei tersebut
oleh Transparansi Internasional menunjukan bahwa memberi wawasan terhadap penyebab-penyebab
Indonesia merupakan salah satu negara terkorup aktual dari korupsi di Indonesia. Walaupun hasil
di dunia. Dalam bidang pemberantasan korupsi, survey menunjukan kepercayaan yang kuat bahwa
skor Indonesia hanya sejajar dengan Nigeria dan korupsi disebabkan oleh gaji pegawai yang rendah,
Banglades dan tertinggal jauh apabila dibandingkan rendahnya moral perorangan, serta tidak adanya
dengan Philipina maupun Malaysia (World Bank, pengendali-pengendali dan akuntabilitas, namun
2004: 17). analisis data yang cermat menunjukan bahwa empat
Hasil survey ini mencerminkan transparansi variabel tersebut berkorelasi dengan manajemen
yang lebih besar mengenai korupsi di Indonesia dan bermutu tinggi, nilai-nilai organisasi yang anti
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menjadi korupsi, manajemen kepegawaian bermutu tinggi
salah satu masyarakat yang terbuka. Masyarakat dan manajemen pengadaan barang bermutu tinggi
mengakui bahwa Korupsi secara obyektif terjadi di (World Bank, 2001: 47).
berbagai sektor dan masyarakat juga berpendapat Sebagai warisan yang sudah berkembang sejak
112
Akuntabilitas Kebijakan dan Pembudayaan Perilaku Antikorupsi
jaman VOC, pemberantasan korupsi diyakini akan hati karena masyarakat menuntut akuntabilitas
sulit dilakukan karena akan menentang kepentingan- yang lebih besar sebagai imbalan dari suara yang
kepentingan kelompok yang kuat, terorganisir diberikan pada saat pemilihan kepala negara dan
secara rapi dalam kelompok-kelompok yang saling kepala daerah.
menguntungkan. Terjadinya distorsi-distorsi secara Pergeseran dalam pemilihan kepala daerah di
sistematis dalam struktur yang menghalalkan sistem Indonesia haruslah dilihat sebagai peluang untuk
insentif tidak resmi (komisi, suap, uang pelicin) membangun perilaku baru dalam dalam penciptaan
telah memungkinkan korupsi tumbuh dengan subur. keadilan dan pemberantasan korupsi melalui
Untuk membangun budaya anti-korupsi, diperlukan kontrak politik antara calon kepala daerah dan
penataan ulang struktur-struktur dan sistem insentif konstituennya. Dari tahun 2005 sampai dengan
sehingga mampu mengubah cara pengambilan tahun 2009 telah terjadi pemilihan 33 Gubernur,
keputusan masyarakat sehingga mengubah pula 349 Bupati dan 91 Walikota (Kompas, 2004: 8).
perilaku masyarakat dan aparatur birokrasi. Pada tahun 2010 akan dilakukan 244 pilkada.
Dalam suatu masyarakat yang bebas korupsi akan Oleh karena itu, perubahan sistem ketatanegaraan
tergambar suasana sebagai berikut: (1) Birokrasi ini haruslah dijadikan sebagai momentum untuk
sebagai Pelayan publik merasa bertanggung membangun peningkatan akuntabilitas publik.
jawab atas pelayanan mereka, merasa takut untuk Perubahan dalam kerangka akuntabilitas juga
memungut biaya tidak resmi dan akan mendapatkan tercermin dalam kelengkapan pranata hukum
insentif resmi karena bertindak jujur; (2) yang disiapkan oleh pemerintah untuk memerangi
Masyarakat menganggap aturan-aturan akan ditaati korupsi dan membangun perilaku anti-korupsi.
sehingga masyarakat memposisikan perilakunya Pranata hukum ini bersumber dari Ketetapan
dalam kerangka peraturan tersebut; (3) Masyarakat MPR bulan Oktober tahun 1999 yang menetapkan
tidak perlu membayar insentif tidak resmi (komisi, sebagai tujuan reformasi yaitu suatu aparat negara
suap, uang pelicin) karena mengetahui bahwa tanpa yang berfungsi dalam penyelenggaraan jasa
membayarpun akan dilindungi hak-haknya untuk kepada rakyat yang professional, efisien, produktif,
mendapatkan pelayanan public yang berkualitas. transparan dan bebas dari kolusi, korupsi dan
Pengalaman di negara maju menunjukan bahwa nepotisme. Pranata hukum lainnya adalah UU
upaya untuk membangun perilaku antikorupsi nomor 28 tahun 1999 tentang Pemerintahan yang
memerlukan waktu yang lama dan komitmen yang bersih dan bebas KKN yang mengharuskan pejabat-
kuat dari para pemimpinnya serta pengawasan pejabat publik mengumumkan harta kekayaannya
terus menerus dari masyarakat dan media massa. dan menyetujui audit secara berkala, UU nomor 31
Oleh karena itu mengharapkan Indonesia mampu tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
memberantas korupsi dan membudayakan perilaku Korupsi yang mendefinisikan secara lebih luas
antikorupsi dalam waktu singkat, adalah harapan tentang pidana korupsi dan menetapkan gugatan dan
yang berlebihan. Dibutuhkan waktu yang lama prosedur penuntutan, dan amandemen UU tersebut
melalui proses yang disebut oleh Peter L Berger melalui UU nomor 20 tahun 2001 yang meletakan
sebagai proses Internalisasi yang dimulai dari beban pembuktian kepada terdakwa. Selain itu juga
bangku-bangku sekolah dasar. sudah diundangkan UU tentang Pencucian Uang
Indonesia menemukan momentum untuk dan UU nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Anti
memulai perang melawan korupsi dengan dilakukan Korupsi. Dari segi pengelolaan Keuangan Negara
perubahan mendasar dalam bidang ketatanegaraan telah pula diundangkan UU nomor 17 tahun 2003
yang memungkinkan dilaksanakannya pemilihan tentang Keuangan Negara, UU nomor 1 tahun 2004
umum yang jujur, bebas, adil dan pemilihan tentang Perbendaharaan Negara dan UU nomor
langsung Presiden pada tahun 2004. Hal ini 15 tahun 2004 tentang Tatacara Pemeriksaan dan
membuat Presiden dan anggota parlemen lebih Pertanggungjawaban Keuangan Negara. Dari uraian
bertanggung jawab kepada rakyat. Pemilihan di atas, dapat diketahui bahwa pranata hukum di
Kepala Daerah secara langsung sebagai amanat Indonesia sudah cukup memadai untuk melakukan
UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan pemberantasan korupsi dan membangun perilaku
Daerah akan meningkatkan akuntabilitas di tingkat anti korupsi.
lokal. Pergeseran ini diyakini akan membuat Dari segi kelembagaan, selain lembaga-lembaga
para pemegang kekuasaan publik lebih berhati- konvensional dalam penegakan hukum seperti
113
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 2 Tahun 2011 Edisi April
Kejaksaan dan Kepolisian, telah pula dibentuk jasa, manajemen SDM, sanksi dan penghargaan,
Komisi Ombusman Nasional yang bertugas pengelolaan keuangan, akuntabilitas, pengawasan,
menangani pengaduan-pengaduan, Komisi pelayanan, dan kebijakan); (6) Pembentukan
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bertugas Forum Independen Pemantau Pelaksanaan Pakta
secara khusus untuk menangkap dan memeriksa Integritas atau Forum untuk Keberhasilan Pakta
pelaku korupsi dan Pusat Pelaporan dan Analisis Integritas (FKPI), bersama dengan TI Indonesia,
Transaksi Keuangan (PPATK) yang bertugas ICW, dan MTI; (7) Rencana Aksi (jangka pendek,
untuk memantau transaksi yang mencurigakan dan aksi nyata: perumusan modul, penerbitan SE
melaporkan transaksi tersebut kepada Jaksa Agung. Menpan agar tidak memberi atau menerima sesuatu
Upaya untuk mencegah tindak pidana korupsi di dalam berurusan dengan Kementerian PAN,
berbagai Departemen dan Lembaga Pemerintah Non penerbitan Permenpan tentang berlaku efektifnya
Departemen dibangun melalui proses pembudayaan Pakta Integritas Kementerian PAN, 1 April 2006,
perilaku antikorupsi yang di ”bungkus” melalui pencetakan dan penempatan atribut pakta inegritas
Pakta Integritas. Pakta Integritas merupakan di tempat strategis Kempan, pengoperasian kotak
Keinginan Bersama menciptakan kepemerintahan suara atau saran Pakta Integritas dan penyediaan
yang baik, bersih, dan berwibawa, mendambakan formulir dukungan pelaksanaan pakta integritas)
penegakan hukum, pelaksanaan reformasi birokrasi dan jangka panjag (menuju birokrasi yang bersih,
menyeluruh, pelaksanaan prinsip-prinsip good jujur, akuntabel, transparan, dan pelayanan prima).
governance, dan meningkatnya pelayanan publik Rencana Aksi Pakta Integritas dapat menggunakan
ke arah pelayanan prima. Banyak faktor penyebab Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi
korupsi, antara lain tingkat kesejahteraan pegawai (RAN-PK) yang dibuat Bappenas berkoordinasi
masih rendah, sistem pemberantasan KKN belum dengan lembaga terkait, sebagai acuan atau
sempurna, komitmen semua pihak belum kuat, referensi.
penanganan masih diskriminatif, sanksi tidak Selain Kementerian Pendayagunaan Aparatur
tegas, budaya malu makin menipis, dan kepedulian Negara, Departemen yang juga sudah membangun
masyarakat rendah. Pakta Integritas adalah Departemen Keuangan.
Tujuan, strategi pelaksanaan dan langkah- Departemen Keuangan memberi nama dengan
langkah pelaksanaan Pakta Integritas menurut ”Konsep pulau Intergritas Departemen Keuangan”
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara yang di dalam mengandung prinsip-prinsip
adalah se-bagai berikut: (1) Tujuan; (a) memperkuat (Komarudin, 2006: 1). Prinsip Konvensi Zero
komitmen bersama dalam pencegahan dan Corruption dengan membangun Performance of
pemberantasan korupsi melalui langkah-langkah Public Official, melalui: (a) pemetaan area korupsi
yang efektif); (b) menjadikan Kementerian PAN berdasarkan resiko tinggi setiap kegiatan (a risk
sebagai Role Model pemberantasan korupsi map); (b) perencanaan pemberantasan korupsi
di lingkungan lembaga pemerintah; dan (c) pada setiap area yang beresiko (an anti corruption
memberikan konribusi terhaap upaya peningkatan public agenda); (c) keterbukaan agenda kegiatan
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia, mencapai pejabat secara langsung oleh masyarakat (an
5,0 pada 2010. 2). Strategi: (a) meningkatkan online public agenda perangkat elektronik); (d)
disiplin dan melaksanakan kode etik, sumpah data base yang dapat diakses oleh masyarakat (data
jabatan, serta sumpah dan janji PNS yang dilakukan base for public officers - keleluasaan mengetahui
secara bertahap dimuai dari hal-hal yang sederhana; performance pejabat pemerintah); (e) website atas
(b) menurunkan perilaku koruptif melalui perbaikan informasi pajak yang lebih transparan (website on
berbagai sistem secara bertahap; (c) memfungsikan tax transparency); (f) program akses informasi dan
forum pemantau independen; (3) Inventarisasi aplikasi (a program on access to information and
perilaku dan sistem yang menimbulkan peluang application); dan (g) penegakan hukum kepada
korupsi; (4) Peningkatan disiplin pegawai (absensi, pegawai. Penting, transparansi dan tanggungjawab
pakaian seragam, penggunaan prasarana dan sarana setiap pejabat kepada masyarakat secara permanen;
kerja, pengelolaan anggaran, pengadaan barang dan (2) Harus disusun rencana aksi pulau integritas yang
jasa pemerintah, dan tidak memberi atau menerima terintegrasi setiap departemen. Area Depkeu adalah
uang di luar aturan yang berlaku); (5) Pembenahan anggaran, perbendaharaan, pajak, dan bea cukai.
sistem (sistem dan prosedur, pengadaan barang dan Perlu perhatian mulai perencanaan, penganggaran,
114
Akuntabilitas Kebijakan dan Pembudayaan Perilaku Antikorupsi
implementasi budget, pengawasan dan pengendalian terhadap pelanggaran dan penyimpangan, hilangnya
dan diupayakan pencairan anggaran lebih banyak ketaatan, panutan dan keteladanan, masyarakat sulit
di semester I (front loading spending); (3) Pulau diatur dan diarahkan, partisipasi masyarakat rendah,
Integritas Departemen Keuangan difokuskan pada: ketidakjelasan hak dan kewajiban, kesadaran
(a) Penyusunan peta kegiatan rawan korupsi oleh dan tanggung-jawab berbangsa rendah, sistem,
masing-masing unit kerja, kemudian dibuat recana mekanisme dan prosedur tidak jalan, adanya mafia
tindak menyeluruh; (b) Perbaikan sistem informasi kecil-kecilan, aturan tidak dilaksanakan, aturan
teknologi yang terintegrasi dengan koordinasi hanya formalitas dan diskriminatif, karakter dan jati
terpusat, sehingga informasi terbuka; (c) Penerapan diri hancur.
pakta inegritas dilakukan bertahap, mulai pejabat/ Pakta Integritas Pejabat Pemerintah Daerah
pegawai tertentu yang melakukan hubungan kerja Kabupaten Solok berisi komitmen-komitmen untuk
dengan ma-syarakat, antara lain pengurus keuangan tidak akan melakukan praktik KKN, tidak meminta/
instansi, wajib pajak, dan importir. Peran dan menerima/memberi sesuatu yang bersangkutan
fungsi pengawas intern sangat menentukan dalam dengan jabatan dan pekerjaan, tidak memberi/
pengembangan dan penerapan kegiatan antikorupsi. menjanjikan akan memberikan sesuatu berkaitan
Aparat dan kondisi lingkungan pengawasan yang dengan jabatan/pekerjaan, menjamin tidak mela-
bersih, merupakan prasyarat utama berjalannya kukan pelangggaran atas aturan, menegakkan
upaya pemberantasan korupsi. transparansi, menciptakan lingkungan kondusif,
Upaya membangun Pakta Integritas juga tidak diskriminatif, memberikan informasi
sudah berkembang sampai ke tingkat Pemerintah selengkap mungkin, memberikan bantuan/dukungan
Daerah. Salah satu pemda yang dengan cepat atas upaya pengungkapan praktik suap dan KKN,
mengadopsi konsep tersebut adalah Kabupaten dan membangkitkan sikap dan perilaku bersih
Solok. Pakta Integritas Pemerintah Kabupaten dan anti KKN. Contoh lainnya, Pakta Integritas
Solok dikembangkan dengan diawali identifikasi pengadaan barang dan jasa pemerintah, sosialisasi
masalah, faktor penyebab KKN, akibat KKN, internal dan eksternal, dan ajakan kepada semua
solusi berupa komitmen Pemda, komitmen Swasta pihak untuk jujur, adil, akuntabel, transparan, dan
dalam pengadaan barang dan jasa pe-merintah, tidak melakukan perbuatan tindak pidana.
pemantauan pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa pemerintah yang bersendikan pakta integritas, PENUTUP
mekanisme pengaduan, resolusi konflik, dan Korupsi diyakini secara sungguh-sungguh oleh
perlindungan saksi, insentif dan penerapannya, seluruh bangsa di dunia sebagai penyakit yang
penerapan sanksi. harus dihadapi bersama. Upaya pencegahan dan
Gamawan Fauzi saat menjadi Bupati Solok pemberantasan korupsi harus dilakukan secara
mengidentifikasi penyebab KKN antara yaitu gaji sistematik, menyeluruh, melibatkan seluruh
dan tingkat kesejahteraan masih rendah, sistem masyarakat dengan membangun budaya malu
pem-berantasan KKN belum terbangun dengan apabila melakukan korupsi.
sempurna, belum ada kesungguhan komitmen Secara konsep, norma dan rencana, Pemerintah
yang kuat untuk memberantas KKN, sanksi atas telah mempunyai perangkat yang cukup untuk
pelanggaran masih ringan, budaya malu makin mencegah dan memberantas korupsi. Karena telah
menipis, dan kepedulian masyarakat atas penegakan menjalar kedalam seluruh sektor kehidupan, kita
hukum masih rendah. Akibat dari KKN antara lain semua meyakini bahwa memberantas korupsi pasti
yaitu: motivasi kerja rendah, ”ada meja mata air akan menghadapi hambatan. Namun demikian, agar
dan air mata”, sumpah jabatan hanya ucapan, kehidupan bangsa ini dapat menjadi lebih sejahtera,
disiplin dan tanggungjawab rendah, tidak bermoral, tidak ada lagi alasan untuk menerima perilaku yang
diskriminatif, tidak ada niat berprestasi, hilangnya koruptif. Kita harus membangun budaya hukum
kejujuran, sulit mendaptkan aparat potensial, tidak baru agar tidak melakukan perbuatan yang bersifat
ada penegakan hukum, tidak transparan, dan tidak korupstif baik yang bersifat aktif maupun bersifat
ada lagi kepercayaan terhadap pimpinan. Muncul pasif dengan mendiamkan terjadinya perbuatan
kejadian-kejadian aturan yang diperjualbelikan, koruptif di sekelilingnya.
pengusaha mempengaruhi pejabat, pemanfaatan
kekuasaan, kesenjangan, ketidakadilan, pembenaran
115
PERSPEKTIF
Volume XVI No. 2 Tahun 2011 Edisi April
116