PEMERIKSAAN AKUNTANSI 2
Disusun oleh:
FAKULTAS EKONOMI
2019
PEMBAHASAN
Aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat di identifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik.
Entitas mengukur aset tidak berwujud pada awalnya sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan aset tidak berwujud yang diperoleh secara berpisah terdiri atas
:
1. Harga beli, termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat
dikreditkan,setelah diskon dan potongan dagang.
2. Biaya – biaya yang dapat di atribusikansecara langsung dalam mempersiapkan
aset sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuannya.
Entitas harus mengakui pengeluaran internal yang terjadi atas aset tidak
berwujud, termasuk semua pengeluaran untuk aktivitas riset dan
pengembangan sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali pengeluaran
tersebut merupakan bagian dari biaya perolehan aset lainnya yang memenuhi
kriteria pengakuan dalam SAK ETAP.
Pengertian dan Sifat Aset Tak Berwujud menurut PSAK No.10 (revisi 2015)
1. Biaya Perolehan adalah, jumlah kas atau setara kas yang di bayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh aset pada saat
perolehan atau kontruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang di
atribusikan ke aset saat pertama kali di akui sesuai dengan persyaratan
tertentu dalam PSAK lain.
2. Amortisasi, adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak berwujud
selama umur manfaatnya.
3. Jumlah tersusutkan adalahbiaya perolehan aset.
4. Jumlah tercatat aset adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan posisi
keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi
rugi penurunan nilai.
5. Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas yang di harapkan
entitas akan timbul dari penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari
pelepasan aset tersebut pada akhir umum manfaatnya atau yang
diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas.
6. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
7. Pengembangan adalah penerapan temuan penelitian atau pengentahuan
lain pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk,
proses, sistem, atau jasa yang baru.
8. Penelitian adalah, penyelidikan asli dan terencana yang dilaksanakan
dengan harapan memperoleh pembaruan pengentahuan dan pemahaman
teknis atau ilmu yang baru.
Contoh :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup atas asset
tak berwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan asset
takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang..
3. Untuk memeriksa apakah asset takberwujud yang dimiliki perusahaan
masih mempunyai kegunaan di masa yang akan datang (manfaat lebih dari
satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi asset takberwujud dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari asset
takberwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian asset takberwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.
Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak
berwujud.
a. penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset
tidak berwujud yang material bagi laboran keuangan entitas;
b. keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang hak
penggunaannya dibatasi dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang
ditentukan sebagai jaminan atas uang;
c. jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud.
Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2010) 19.40
a. umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat
terbatas diungkapkan, tingkat amortisasi yang digunakan atau umur
manfaatnya;
d. pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang mana amortisasi aset
takberwujud termasuk di dalamnya;
e. rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
4) rugi penurunan nilai yang diakui dalam rugi laba selama periode
sesuai dengan PSAK 48 (jika ada);
a. nama merek;
b. kepala surat kabar dan judul publisitas;
c. peranti lunak komputer;
d. lisensi dan waralaba;
e. hak cipta, paten, dan hak kekayaan intelektual industri lain, serta hak
operasional dan penyediaan jasa lain
f. resep, formula, model, desain, dan purwarupa; dan
g. aset takberwujud dalam pengembangan.
Klasifikasi tersebut dipisah (atau digabung) menjadi kelompok lebih kecil (atau
lebih besar) jika hal tersebut menghasilkan informasi yang relevan bagi pengguna
laporan keuangan.
c. nilai residu.
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu checkfooting
dan cross footing.
Jika ada aset tak berwujud yang di hapuskan misalnya goodwill. Karena tidak lagi
mempunyai kegunaan, maka harus di periksa otorisasi dari pejabat entitas yang
berwenang.
Selain itu auditor harus memeriksa buku penerimaan kas (bank) untuk
mengetahui apakah pendapatan dari penjualan/penyewaan tersebut sudah
diterima oleh perusahaan dan dicatat di buku perusahaan.
6. Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan
sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
ETAP/PSAK/IFRS. Dalam hal ini entitas harus mencatat
perolehan/penambahan aset takberwujud sebesar harga perolehannya. Di
laporan posisi keuangan (neraca) aset takberwujud disajikan sebesar nilai
netonya, setelah diamortisasi. Sedangkan di catatan atas laporan keuangan
harus dijelaskan antara lain: saldo aset takberwujud terdiri dari apa saja,
dengan mencantumkan nilai neto dari masing-masing jenis aset
takberwujud, dan metode serta periode amortisasinya.