Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK


dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling
yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya
pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan
masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut Konselor haruslah memenuhi Asas


Bimbingan dan Konseling. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar
pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan
pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan,
serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
itu sendiri.

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan


sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas-asas ini dijalankan dengan tidak baik, penyelenggaraan bimbingan dan
konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Pelayanann bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh


sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kadah atau asas-asas tertentu.
Dengan mengikuti kaidah-kaidah asas-asas tersebut diharapkan efektivitas dan
efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari makalah yang akan dibahas yaitu;

1. Apa yang dimaksud dengan azas BK?


2. Bagaimana asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa?
3. Apa sajakah asas-asas dan peranan BK di sekolah ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah yang akan dibahas yaitu;

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan azas BK


2. Untuk mengetahui asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa
3. Untuk mengetahui asas-asas peranan BK di sekolah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Azas-Azas Bimbingan dan Konseling

Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan,
agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang
memuaskan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan azas-azas
yang mendasari tugas-tugas pembimbingan. Keberhasilan tugas pembimbingan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam memenuhi azas-azas tersebut. Seorang
konselor yang tidak memperhatikan azas-azas bimbingan dan konseling akan menemui
banyak hambatan atau bahkan akan menemui kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas
kepembibingannya (Satori, dkk, 2007: 4.8-4.11).

Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus


diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan
bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional itu harus
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu.

Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik, sangat diharapkan
proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila
asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu
justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan
orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan konseling itu
sendiri.

B. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa

Tiap-tiap Individu (siswa) membutuhkan layanan bimbingan dan konseling di


sekolah dikarenakan :

a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan

2
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik
jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada umumnya
dalam rangka memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai, akan
menimbulkan perilaku menyimpang. Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa
memahami berbagai kebutuhan siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling
diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis seperti
memperolah kasih sayang, memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam
belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok,
kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.

b. Ada perbedaan di antara siswa (asas perbedaan siswa)

Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda.


Demikian halnya siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-tiap siswa
mempunyai karakteristik yang berbeda baik fisik maupun psikisnya. Setiap siswa
berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau
pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut
harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari pembimbing atau konselor di
sekolah dan madrasah sehungga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristik
pribadinya masing-masing.

c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri

Relevan dengan asas perbedaan individu di atas, tiap-tiap individu ingin


menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik pribadinya masing-
masing. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah harus dapat
mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri. Guru pembimbing atau
konselor di sekolah dan madrasah tidak boleh mengarahkan perkembangan siswa ke
arah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam kaitan dengan peran siswa di
tengah masyarakat, pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan agar siswa
menjadi baik menurut ukuran masyarakat tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri.

d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang

3
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan
yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri).
Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi dan sosial.
Pelayanan bimbingan dan konseling kepada para siswa di sekolah atau madrasah
harus berorientasi kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang
sesuai dengan kecenderungannya.

e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk


menyelesaikannya

Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada
pula individu yang tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa)
yang sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda
adalah kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa; artinya ada siswa
yang mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya
setiap individu (siswa) mempunyai dorongan-dorongan untuk memecahkan
masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus diarahkan dalam
rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalahyang
dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan
yang ada pada setiap siswa.

C. Azas-Azas Peranan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling


selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut
untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas – asas bimbingan itu
akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan,
sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan
pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling itu sendiri. Menurut Prayitno ada dua belas asas yang harus menjadi
dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling. Adapun asas
– asas dari bimbingan dan konseling tersebut adalah :

1. Asas Kerahasiaan

4
Asas-asas kerahasian yaitu menuntun dirahasiakanya segenap data dan
keterangan peserta didik yang menjadi sasaran layanan , yaitu data atau keterangan
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu konselor
harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari konselinya.

Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data
yang diperoleh dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong
dalam bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data
informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin
kerahasiaannya. Asas ini bisa dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat
menimbulkan rasa aman dalam diri konseli. Segala sesuatu yang dibicarakan klien
(peserta didik) kepada konselor (guru pembimbing) tidak boleh disampaikan kepada
orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak
diketahui oleh orang lain. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara
atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama
penerima bimbingan klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan
dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, sehingga
akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien.
Mereka takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi
bahan gunjingan. Apabila hal terakhir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan
dan konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli baik itu
isi pembicaraan atau pun sikap konseli, kerahasiaanya perlu dihargai dan dijaga
dengan baik. Demikian pula catatan-catatan yang dibuat sewaktu atau pun sesudah
wawancara atau konseling perlu disimpan dengan baik dan kerahasiaanya dijaga
dengan cermat oleh konselor.

Contoh:

Ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa seorang


konseli itu memiliki penyakit HIV yang didapatnya sejak lama maka seorang konselor

5
harus bisa menjaga kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui oleh
orang banyak .

2. Asas Kesukarelaan

Asas kesukarelaan yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki adanya


kesukaaan dan kerelaan peserta didik mengikuti atau menjalankan layanan atau
kegiatan yang di peruntukan baginya . Telah dikemukakan bahwa bimbingan
merupakan proses membantu individu.

Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan


merupakan suatu paksaan, akan tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu dalam
kegiatan bimbingan dan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis
antara konselor/ guru pembimbing dengan konselinya. Kerjasama akan terjalin
bilamana konseli dapat dengan suka rela menceritakan serta menjelaskan masalah
yang dialaminya kepada konselor. Klien diharapkan secara sukarela dan rela tanpa
ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya serta
mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya
itu kepada konselor. Konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak
terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.

Contoh :

Ada seorang peserta didik yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka
pada pada salah satu mata pelajaran di sekolahnya , sebagai guru konselor seharusnya
kita harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata
pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkanya.

3. Asas Keterbukaan

Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik yang menjadi sasaran layanan atau kegiataan bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya .

6
Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru
pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan
pertemuan bathin tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat
ditumbuhkan kecenderungan pada konseli untuk membuka dirinya, untuk membuka
kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.Konselor
yang sukses adalah konselor yang bisa memudahkan konseli untuk membuka dirinya
dan berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri.Truax dan Carkhuff
menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang erat antara keterbukaan konselor dan
kemampuan klien membuka diri (self exploration).”

Asas ini menghendaki agar konseling bersifat terbuka dan tidak berpura-pura
dalam memberikan keterangan maupun informasi.Dalam hal ini konselor/ guru
pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Agar konseli dapat
terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-
pura. Hal demikian akan mendorong konseli mengekspresikan pengalaman
pribadinya.

Keterusterangan dan kejujuran klien akan terjadi jika klien tidak lagi
mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesukarelaan. Maksudnya, klien telah betul-
betul mempercayai konselornya dan benar-benar mengharapkan bantuan dari
konselornya. Lebih jauh keterbukaan akan semakin berkembang apabila klien tahu
bahwa konselornya terbuka.

Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan
pertama-tama mau membuka diri sendiri, sehingga apa yang ada pada dirinya dapat
diketahui oleh orang lain (konselor) dan keduanya mau membuka diri dalam arti mau
menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor,
keterbukaan terwujud dengan ketersediaan konselor menjawab pertanyaan-pertanyaan
klien dan mengungkapkan diri konselor sendiri jika hal itu dikehendaki oleh klien.
Dalam hubungan yang bersuasana seperti itu masing-masing pihak bersifat transparan
(terbuka) terhadap pihak lain.

Contoh :

7
Ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup sebagai konselor kita harus
dapat mengubah konseli untuk bicara secara terbuka dan tidak berpura-pura dalam
menceritakan maslah pribadinya sendiri ,sehingga konseli dapat berbicara jujur dan
merasa nyaman dalam menyampaikan masalahhnya.

4. Asas Kekinian

Asas kekinian yaitu asas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran
layanan BK ialah permasalahan peserta didik dalam kondisi masa sekarang. Layanan
yang berkenan dengan masa depan atau masa lamoau dilihat dampak atau kaitan
dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang .Pada umumnya
pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan konseli
saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu
sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang, dan
masa yang akan datang.

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh


menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas
terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah
segera memberikan bantuan. Konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi
bantuan dengan berbagai dalih. Konselor harus mendahulukan kepentingan klien
daripada yang lain-lain. Jika dia benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak
memberikan batuannya kini, maka konselor harus dapat mempertanggungjawabkan
bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.

Contoh :

Konselor tidak banyak fokus pada masalah yang telah di hadapi , tetapi
konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikisnya.

5. Asas Kemandirian

Asas kemandirian yaitu asas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,yaitu :
peserta didik sebagai sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu –individu yang
mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan ,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.

8
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar
konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli.Ciri-ciri
kemandirian tersebut yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru
pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli. Agar
dapat tumbuh sikap kemandirian tersebut, maka konselor harus memberikan respon
yang cermat terhadap konseli atas keluhan-keluhan yang diungkapkan.Individu yang
terbimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:

1. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.


2. Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis.
3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuaikan dengan


tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian
sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling dan hal itu
disadari baik oleh konselor maupun klien.

Contoh :

Ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita dia menceritakan bahwa
dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan hidupnya, sebagai konselo yang
profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara
memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya dan
lingkungan ,dan mampu mengambil sebuah keputusan agar konseli tersebut menjadi
diri yang mandiri.

6. Asas Kegiatan

9
Asas kegiatan yaitu asa BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang
menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan
atau kegiatan BK.

Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor


memberikan beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus
mampu melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai
tujuan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan.Asas ini menghendaki agar
konseli bisa berpartisipasi secara aktif atas kegiatan yang diselenggarakan oleh
konselor. Di pihak lain konselor harus berusaha/ mendorong agar konseli mampu
melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.

Contoh :

Seorang konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan seperti ospek
maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat mengenali lingkungan
yang baru serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.

7. Asas Kedinamisan

Asas kedinamisan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar isi layanan


terhadap sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak
monoton,dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembanganya dari waktu ke waktu .

Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan


terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik. Untuk
mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses
dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi
konseli. Isi layanan bimbingan dan konseling dari asas ini adalah selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.Konselor dan pihak-
pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan
bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan
dalam sikap dan tingkah laku konseli.Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru

10
yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-
hasil nya.

Contoh :

Seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman , agar konselor


dapat menyelesaikan suatu permasalahn yang pada seorang konseli yang semakin
kompleks misalnya keluarga broken serta pergaulan bebas dikalangan pemuda.

8. Asas Keterpaduan

Asas keterpaduan yaitu asas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan


dan kegiatan BK , baik yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak lain
,saling menunjang ,harmonis dan terpaduan .

Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan


berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama
dengan orang-orang yang diharap kan dapat membantu penanggulangan masalah
yang dihadapi konseli. Dalam hal ini peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa yang
lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang
saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya konseli yang mengalami
masalah.

Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama
antara konselor dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/
kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Contoh :

Seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang psikologi seks mupun


dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki pengetahuan dan

11
pemahaman yang lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat dalam
pergaulan besar.

9. Asas Kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-


norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/
negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan
terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi
dan layanan harus sesuai dengan norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik,
dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan.
Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan jika isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma
yang dimaksudkan itu.

Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan
dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami
masalah melanggar norma tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan
konselinglah tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan kepada lebih
bersesuaian dengan norma. Lebih jauh, layanan meningkatkan kemampuan klien
memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.

Contoh :

Seorang konselor dalam menjalankan tugasnya , harus sesui dengan norma,


hukum , adat istiadat sehingga terciptanya suasana yang harmonis diantara konseli
dan konselor karena seorang konselor yang profesional harus bisa menciptakan
suasana yang nyaman bagi seorang konseli.

10. Asas Keahlian

Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan
BK diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.Untuk menjamin
keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan
pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil

12
konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini
harus benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain
adalah profesional.

Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya


pendidikan sarjana bidang bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman.Teori
dan praktek bimbingan dan konseling perlu dipadukan.Oleh karena itu, seorang
konselor ahli harus benar-benar menguasai teori dan praktek konseling secara
baik.Keprofesionalan konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan
dan konseling.

Contoh :

Apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang pada seorang


konselor, seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap seperti dokter
maupun yang lainya yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli .

11. Asas Alih Tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan jika
konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu,
tetapi individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang
diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu kepada petugas atau badan yang
lebih ahli. Disamping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling hanya mengenai masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan
petugas yang bersangkutan dan setiap masalah ditangani oleh ahli yang berwenang
untuk itu.Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu kepada bimbingan dan
konseling hanya memberikan kepada individu-individu yang pada dasarnya normal
(tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas
dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.Konselor dapat menerima alih tangan
kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/ praktik dan
lain-lain.

13
Contoh :

Ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami tidak lulus sekolah ,


seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini ,seorang konselor
harus melakuakn kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini
seperti membawa konseli tersebut pada seorang psikiater maupun dokter.

12. Asas Tut Wuri Handayani

Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada klien untuk maju.Demikian juga segenap layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus
dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah,
asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar pelayanan
bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah
dan menghadap pada konselor saja, tetapi diluar hubungan proses bantuan bimbingan
dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya manfaat pelayanan bimbingan dan
konseling itu.

Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling


bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan.Oleh
karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya
pada saat konseli mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor/ guru
pembimbing saja.Kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara
terus menerus dan aktif sampai sejauh mana konseli telah berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.Asas ini menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling
secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),

14
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.(Anas Salahudin.

Contoh :

Seorang konselor harus menjadi guru teladan ,dan menyenangkan agar peserta
didik/ konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita dan mampu
mengayomi paserta didik.

Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan
atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga
dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan
pelayanan bimbingan dan konseling.Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan
baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendat-sendat atau
bahkan berhenti sama sekali.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta
mendapatkan hasil yang memuaskan.
2. Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Tiap-tiap Individu (siswa) membutuhkan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dikarenakan :
a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
b. Ada perbedaan di antara siswa (asa perbedaan siswa)
c. Tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan dorongan untuk
menyelesaikannya.
4. Menurut Prayitno asas-asas BK yaitu :
1) Asas Kerahasiaan
2) Asas Kesukarelaan
3) Asas Keterbukaan
4) Asas Kekinian
5) Asas Kemandirian
6) Asas Kegiatan
7) Asas Kedinamisan
8) Asas Keterpaduan
9) Asas Kenormatifan
10) Asas Keahlian
11) Asas Alih Tangan
12) Asas Tut Wuri Handayani

16
B. Saran

Dari uraian di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan yaitu asas
bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat penting yang harus dipegang
teguh oleh para konselor/ guru pembimbing dalam memberikan pelayanan pada
konseli/ siswa, agar tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling tersebut berjalan
dengan sukses dan dapat mencetak siswa/konseli memiliki kepribadian yang luhur.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar M. Luddin.2011. Dasar – dasar konseling.Bandung: Citapustaka Media Printis.

Anonim. 2011.Tujuan dan Asas Bimbingan Konseling. http://www.mengejarasa


.com/2011/09/tujuan-dan-asas-bimbingan-konseling.html. di unduh pada tanggal 03
Oktober 2015.

Aris. 2014. Bimbingan Konseling http://tholearies.blogspot.co.id/2014/02 /bimbingan-


konseling-pengertian-tujuan.html. di unduh pada tanggal 03 Oktober 2015.

Sari,Parezana. 2015. Asas-Azas Bimbingan dan Konseling. http://parezanasari.


blogspot.co.id/2015/01/makalah-asas-asas-bimbingan-konseling.html. di unduh pada
tanggal 03 Oktober 2015.

Satori, Djam’an, dkk, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka.

Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.

18

Anda mungkin juga menyukai