PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan,
agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang
memuaskan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan azas-azas
yang mendasari tugas-tugas pembimbingan. Keberhasilan tugas pembimbingan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam memenuhi azas-azas tersebut. Seorang
konselor yang tidak memperhatikan azas-azas bimbingan dan konseling akan menemui
banyak hambatan atau bahkan akan menemui kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas
kepembibingannya (Satori, dkk, 2007: 4.8-4.11).
Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik, sangat diharapkan
proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila
asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu
justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan
orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan konseling itu
sendiri.
2
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik
jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada umumnya
dalam rangka memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai, akan
menimbulkan perilaku menyimpang. Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa
memahami berbagai kebutuhan siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling
diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis seperti
memperolah kasih sayang, memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam
belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok,
kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.
3
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan
yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri).
Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi dan sosial.
Pelayanan bimbingan dan konseling kepada para siswa di sekolah atau madrasah
harus berorientasi kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang
sesuai dengan kecenderungannya.
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada
pula individu yang tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa)
yang sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda
adalah kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa; artinya ada siswa
yang mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya
setiap individu (siswa) mempunyai dorongan-dorongan untuk memecahkan
masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus diarahkan dalam
rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalahyang
dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan
yang ada pada setiap siswa.
1. Asas Kerahasiaan
4
Asas-asas kerahasian yaitu menuntun dirahasiakanya segenap data dan
keterangan peserta didik yang menjadi sasaran layanan , yaitu data atau keterangan
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu konselor
harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari konselinya.
Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data
yang diperoleh dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong
dalam bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data
informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin
kerahasiaannya. Asas ini bisa dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat
menimbulkan rasa aman dalam diri konseli. Segala sesuatu yang dibicarakan klien
(peserta didik) kepada konselor (guru pembimbing) tidak boleh disampaikan kepada
orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak
diketahui oleh orang lain. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara
atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama
penerima bimbingan klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan
dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, sehingga
akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien.
Mereka takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi
bahan gunjingan. Apabila hal terakhir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan
dan konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli baik itu
isi pembicaraan atau pun sikap konseli, kerahasiaanya perlu dihargai dan dijaga
dengan baik. Demikian pula catatan-catatan yang dibuat sewaktu atau pun sesudah
wawancara atau konseling perlu disimpan dengan baik dan kerahasiaanya dijaga
dengan cermat oleh konselor.
Contoh:
5
harus bisa menjaga kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui oleh
orang banyak .
2. Asas Kesukarelaan
Contoh :
Ada seorang peserta didik yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka
pada pada salah satu mata pelajaran di sekolahnya , sebagai guru konselor seharusnya
kita harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata
pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkanya.
3. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik yang menjadi sasaran layanan atau kegiataan bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya .
6
Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru
pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan
pertemuan bathin tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat
ditumbuhkan kecenderungan pada konseli untuk membuka dirinya, untuk membuka
kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.Konselor
yang sukses adalah konselor yang bisa memudahkan konseli untuk membuka dirinya
dan berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri.Truax dan Carkhuff
menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang erat antara keterbukaan konselor dan
kemampuan klien membuka diri (self exploration).”
Asas ini menghendaki agar konseling bersifat terbuka dan tidak berpura-pura
dalam memberikan keterangan maupun informasi.Dalam hal ini konselor/ guru
pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Agar konseli dapat
terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-
pura. Hal demikian akan mendorong konseli mengekspresikan pengalaman
pribadinya.
Keterusterangan dan kejujuran klien akan terjadi jika klien tidak lagi
mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesukarelaan. Maksudnya, klien telah betul-
betul mempercayai konselornya dan benar-benar mengharapkan bantuan dari
konselornya. Lebih jauh keterbukaan akan semakin berkembang apabila klien tahu
bahwa konselornya terbuka.
Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan
pertama-tama mau membuka diri sendiri, sehingga apa yang ada pada dirinya dapat
diketahui oleh orang lain (konselor) dan keduanya mau membuka diri dalam arti mau
menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor,
keterbukaan terwujud dengan ketersediaan konselor menjawab pertanyaan-pertanyaan
klien dan mengungkapkan diri konselor sendiri jika hal itu dikehendaki oleh klien.
Dalam hubungan yang bersuasana seperti itu masing-masing pihak bersifat transparan
(terbuka) terhadap pihak lain.
Contoh :
7
Ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup sebagai konselor kita harus
dapat mengubah konseli untuk bicara secara terbuka dan tidak berpura-pura dalam
menceritakan maslah pribadinya sendiri ,sehingga konseli dapat berbicara jujur dan
merasa nyaman dalam menyampaikan masalahhnya.
4. Asas Kekinian
Asas kekinian yaitu asas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran
layanan BK ialah permasalahan peserta didik dalam kondisi masa sekarang. Layanan
yang berkenan dengan masa depan atau masa lamoau dilihat dampak atau kaitan
dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang .Pada umumnya
pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan konseli
saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu
sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang, dan
masa yang akan datang.
Contoh :
Konselor tidak banyak fokus pada masalah yang telah di hadapi , tetapi
konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikisnya.
5. Asas Kemandirian
Asas kemandirian yaitu asas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,yaitu :
peserta didik sebagai sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu –individu yang
mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan ,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
8
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar
konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli.Ciri-ciri
kemandirian tersebut yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru
pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli. Agar
dapat tumbuh sikap kemandirian tersebut, maka konselor harus memberikan respon
yang cermat terhadap konseli atas keluhan-keluhan yang diungkapkan.Individu yang
terbimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
Contoh :
Ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita dia menceritakan bahwa
dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan hidupnya, sebagai konselo yang
profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara
memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya dan
lingkungan ,dan mampu mengambil sebuah keputusan agar konseli tersebut menjadi
diri yang mandiri.
6. Asas Kegiatan
9
Asas kegiatan yaitu asa BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang
menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan
atau kegiatan BK.
Contoh :
Seorang konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan seperti ospek
maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat mengenali lingkungan
yang baru serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.
7. Asas Kedinamisan
10
yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-
hasil nya.
Contoh :
8. Asas Keterpaduan
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama
antara konselor dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/
kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Contoh :
11
pemahaman yang lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat dalam
pergaulan besar.
9. Asas Kenormatifan
Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan
dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami
masalah melanggar norma tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan
konselinglah tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan kepada lebih
bersesuaian dengan norma. Lebih jauh, layanan meningkatkan kemampuan klien
memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
Contoh :
Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan
BK diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.Untuk menjamin
keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan
pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil
12
konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini
harus benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain
adalah profesional.
Contoh :
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan jika
konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu,
tetapi individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang
diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu kepada petugas atau badan yang
lebih ahli. Disamping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling hanya mengenai masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan
petugas yang bersangkutan dan setiap masalah ditangani oleh ahli yang berwenang
untuk itu.Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu kepada bimbingan dan
konseling hanya memberikan kepada individu-individu yang pada dasarnya normal
(tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas
dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.Konselor dapat menerima alih tangan
kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/ praktik dan
lain-lain.
13
Contoh :
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada klien untuk maju.Demikian juga segenap layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus
dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah,
asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar pelayanan
bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah
dan menghadap pada konselor saja, tetapi diluar hubungan proses bantuan bimbingan
dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya manfaat pelayanan bimbingan dan
konseling itu.
14
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.(Anas Salahudin.
Contoh :
Seorang konselor harus menjadi guru teladan ,dan menyenangkan agar peserta
didik/ konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita dan mampu
mengayomi paserta didik.
Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan
atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga
dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan
pelayanan bimbingan dan konseling.Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan
baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendat-sendat atau
bahkan berhenti sama sekali.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta
mendapatkan hasil yang memuaskan.
2. Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Tiap-tiap Individu (siswa) membutuhkan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dikarenakan :
a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
b. Ada perbedaan di antara siswa (asa perbedaan siswa)
c. Tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan dorongan untuk
menyelesaikannya.
4. Menurut Prayitno asas-asas BK yaitu :
1) Asas Kerahasiaan
2) Asas Kesukarelaan
3) Asas Keterbukaan
4) Asas Kekinian
5) Asas Kemandirian
6) Asas Kegiatan
7) Asas Kedinamisan
8) Asas Keterpaduan
9) Asas Kenormatifan
10) Asas Keahlian
11) Asas Alih Tangan
12) Asas Tut Wuri Handayani
16
B. Saran
Dari uraian di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan yaitu asas
bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat penting yang harus dipegang
teguh oleh para konselor/ guru pembimbing dalam memberikan pelayanan pada
konseli/ siswa, agar tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling tersebut berjalan
dengan sukses dan dapat mencetak siswa/konseli memiliki kepribadian yang luhur.
17
DAFTAR PUSTAKA
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.
18