Anda di halaman 1dari 4

Konversi, Volume 6 No.

1, April 2017, 7 – 10

PEMANFAATAN KULIT SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU ARANG


AKTIF DENGAN VARIASI KONSENTRASI NaOH DAN SUHU
Ariyani, Putri A. R.*), Eka R. P., Fathoni R.
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
Jl. Sambaliung No. 9 Samarinda, Indonesia 75119

*Email : adep27626@gmail.com

Abstrak- Arang aktif dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku salah satunya adalah kulit singkong
karena kulit singkong memiliki kandungan karbon sebesar 59,31%. Salah satu pemanfaatan arang aktif
adalah sebagai adsorben pada pemurnian air sungai. Tujuan dari pebelitian ini yaitu mengetahui
kemampuan kulit singkong sebagai bahan baku arang aktif, mengetahui faktor yang mempengaruhi
proses adsorbsi, serta mengetahui suhu karbonasi dan konsentrasi NaOH yang paling optimum dalam
menyerap logam Fe dan Mn pada air sungai. Arang aktif kulit singkong dibuat dengan proses
karbonisasi pada suhu yaitu 300°C, 500°C, dan 700°C di dalam furnace. Arang aktif yang telah
dikarbonisasi akan diaktifkan dengan variasi konsentrasi NaOH yaitu 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N dengan
waktu perendaman selama 24 jam. Kemudian dikontakkan dengan air sungai selama 30 menit dan
dianalisa penyerapan logam Fe dan Mn pada air sungai. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
hasil terbaik untuk penyerapan logam Fe yaitu pada suhu 700°C dan konsentrasi NaOH 0,3 N
didapatkan konsentrasi penyerapan sebesar 0 mg/mL (tidak terdeteksi), sedangkan untuk logam Mn pada
suhu 300°C dan konsentrasi NaOH 0,3 N didapatkan konsentrasi penyerapan sebesar 0,213 mg/mL.

Kata kunci: arang aktif, kulit singkong, Fe, Mn

Abstract- Active charcoal can be made from a variety of raw materials, one of which is the cassava skin
because the skin has a carbon content of cassava 59,31%. One of the utilization of active charcoal is as
adsorbents on purification of river water. This research aims to knowing the ability of cassava peel as
material of activate charcoal, knowing the factors that affect the adsorbtion process, and knowing the
optimum temperature and NaOH concentration to adsorb the Fe and Mn metal in river. Active charcoal
cassava peels are made with the process of carbonization temperature 300ºC, 500ºC, and 700ºC in the
furnace. Active charcoal that has been in the carbonization is enabeld NaOH concentrations variations 0,1
N; 0,2 N; and 0,3 N with a time of immersion for 24 hours. Then in contact with river water right for 30
minutes and analyzed metal absorption of Fe and Mn in the river water. This research it can be concluded
that the best results for the absorption of metals Fe, namely at a temperature 700ºC and rhe concentration
of NaOH 0,3 N obtained concentration absorption of 0 mg/mL (not detected), while for metal Mn at
temperatures of 300ºC and the concentration of NaOH 0,3 N obtained concentration absorption of 0,213
mg/mL.

Keywords: active charcoal, cassava peels, Fe, Mn

PENDAHULUAN industri tepung tapioka, industri fer mentasi, dan


Singkong (Manihot utillisima) merupakan industri pokok makanan. Komponen kimia dan zat
makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung gizi pada kulit singkong adalah protein 8,11 gram,
bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat serat ksasar 15,2 gram, pektin 0,22 gram, lemak
tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis dan 1,29 gram, dan kalsium 0,63 gram.
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap Kulit singkong merupakan salah satu
kondisi berbagai tanah. Tanaman ini memiliki limbah padat yang dihasilkan pada pembuatan
kandungan gizi yang cukup lengkap. Kandungan keripik singkong hasil olahan industri rumah
kimia dan zat gizi pada singkong adalah tangga. Limbah ini mengandung unsur karbon
karbohidrat, lemak, protein, serat makanan, yang cukup tinggi sebesar 59,31% [8].
vitamin (B1, C), mineral (Fe, F, Ca), dan zat non Karbon aktif adalah bentuk umum dari
gizi, air. Selain itu, umbi singkong mengandung berbagai macam produk yang mengandung karbon
senyawa non gizi tanin [7]. yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas
Kulit singkong merupakan limbah permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal
agroindustri pengolahan ketela pohon seperti mikro karbon grafit dengan pori-pori yang telah

7
Konversi, Volume 6 No. 1, April 2017, 7 – 10

berkembang kemampuannya dalam mengadsorpsi kristalit dan memisahkan permukaan yang


gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang mula-mula tertutup. Dengan demikian, saat
tidak larut atauyang terdispersi dalam cairan. pemanasan dilakukan, senyawa kontaminan
Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif yang berada dalam pori menjadi lebih
tergantung dari jumlah senyawa karbonnya. Daya mudah terlepas. Hal ini menyebabkan luas
serap karbon aktif ditentukan oleh luas permukaan permukaan yang aktif bertambah besar dan
partikel. Dan kemampuan ini dapat menjadi lebih meningkatkan daya serap karbon aktif [7].
tinggi, jika karbon aktif tersebut telah dilakukan Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
aktivasi dengan faktor bahan-bahan kimia ataupun kemampuan penyerapan arang aktif dari kulit
dengan pemanasan pada temperatur tinggi. singkong pada Fe dan Mn dari sample air sungai,
Dengan demikian, karbon akan mengalami untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi dari
perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Karbon aktif proses penyerapan (lama waktu karbonisasi,
yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa konsentrasi aktivator, lama waktu perendaman,
dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar lama waktu pengontakkan) dan untuk mengetahui
dibandingkan dengan karbon aktif yang belum suhu karbonisasi (300°C, 500°C, dan 700°C) dan
menjalani proses aktivasi, serta mempunyai konsentrasi NaOH (0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N) yang
permukaan yang luas, yaitu memiliki luas antara paling baik menyerap logam Fe dan Mn pada air
300 – 200 m2/gram. Luas permukaan yang luas sungai. Sehingga dari penelitian ini diharapkan
disebabkan karbon mempunyai permukaan dalam dapat memanfaatkan kulit singkong secara optimal
(internal surface) yang berongga, sehingga sebagai bahan baku arang aktif untuk proses
mempunyai kemampuan menyerap gas dan uap penyerapan logam dalam air.
atau zat yang berada di dalam suatu larutan.
Secara garis besar, ada 3 tahap pembuatan METODE PENELITIAN
karbon aktif, yaitu: Alat dan Bahan
1) Proses Dehidrasi adalah proses penghilangan Peralatan yang digunakan di dalam
air pada bahan baku. Bahan baku dipanaskan penelitian ini yaitu gelas ukur, erlenmeyer, corong
sampai temperatur 170°C. kaca, gelas kimia, hot plate, magnetic stirrer,
2) Proses Karbonisasi adalah proses pembakaran spatula, kaca arloji, oven, neraca analitik, furnace,
bahan baku dengan menggunakan udara labu ukur, batang pengaduk, termometer,
terbatas dengan temperatur udara antara 300ºC stopwatch, mortal dan alu, ayakan, pipet tetes,
sampai 900ºC sesuai dengan kekerasan bahan pipet volume, bulp, dan AAS.
baku yang digunakan. Proses ini menyebabkan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
terjadinya penguraian senyawa organik yang yaitu kulit singkong, air sungai, aqudest, NaOH
menyusun struktur bahan membentuk metanol, dengan konsetrasi 0,1 N; 0,2 N; 0,3 N, HCl 0,1 N,
uap asam asetat, tar, dan hidrokarbon. Material aluminium foil, kertas saring whatman 42.
padat yang tertinggal setelah proses karbonisasi
adalah karbon dalam bentuk arang dengan Prosedur Percobaan
permukaan spesifik yang sempit. Dikupas terlebih dahulu kulit singkong dari
3) Proses Aktivasi dibedakan menjadi 2 bagian, kulit luarnya, kemudian dicuci kulit singkong
yaitu: tersebut dengan menggunakan air bersih dan
a. Proses Aktivasi Fisika, biasanya karbon dipotong kecil-kecil menyerupai batang korek api.
dipanaskan didalam furnace pada Lalu kulit singkong yang telah dipotong akan
temperatur 800°C-900°C. Beberapa bahan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100°C
baku lebih mudah untuk diaktifasi jika selama 3 jam. Kulit singkong yang telah kering
diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dibakar menggunakan furnace dengan variasi suhu
dikarbonisasi untuk menghilangkan yaitu 300°C, 500°C, dan 700°C sampai menjadi
hidrokarbon yang terklorinasi dan akhinya arang. Setelah itu dihaluskan menggunakan mortal
diaktifasi dengan uap. dan alu yang kemudian diayak untuk mendapatkan
b. Proses Aktivasi Kimia merujuk pada serbuk arang aktif.
pelibatan bahan-bahan kimia atau reagen Diaktifkan arang aktif dengan
pengaktif. Menurut Kirk and Othmer menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi
(1978), bahan kimia yang dapat digunakan yang berbeda yaitu 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N selama
sebagai pengaktif diantaranya CaCl2, 24 jam. Kemudian disaring menggunakan kertas
Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3, HCl, saring, lalu dinetralisasikan menggunakan HCl
Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, dan sebagainya. 0,1N dan aquadest sampai pHnya netral atau
Hessler (1951) dan Smith (1992) mencapai pH 7. Kemudian dikeringkan
menyatakan bahwa unsur-unsur mineral menggunakan oven dengan suhu 100°C selama 3
aktivator masuk diantara plat heksagon dari jam. Ditimbang 1 gram arang aktif yang telah

8
Konversi, Volume 6 No. 1, April 2017, 7 – 10

dikeringkan untuk dikontakkan dengan sample mg/mL. Hasil analisa pada gambar 1 dapat
yaitu air sungai selama 30 menit menggunakan dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
magnetic stirrer. Setelah dikontakkan sample NaOH maka semakin besar penyerapan arang aktif
tersebut disaring lalu diuji kandungan logam Fe pada logam Fe, sedangkan untuk logam Mn
dan Mn menggunakan AAS. penyerapan yang didapatkan semakin kecil. Untuk
logam Mn konsentrasi penyerapan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN didapatkan setelah dikontakkan dengan arang aktif
Jumlah Fe dan Mn yang terkandung dalam mengalami kenaikan.
sampel air sungai dalam analisa awal yang telah 0,4
dilakukan adalah untuk Fe sebesar 0,384 mg/mL

Penyerapan (mg/mL)
dan untuk Mn sebesar 0,239 mg/mL. Hasil 0,3
Penelitian proses karbonisasi kulit singkong
dengan suhu 300°C, 500°C, dan 700°C 0,2
menggunakan aktivator NaOH dengan konsentrasi Fe
0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N dengan waktu perendaman 0,1
Mn
yaitu 24 jam diperoleh hasil sebagai berikut :
0
Penyerapan Arang Aktif dari Kulit
Singkong Pada Air Sungai (Logam Fe dan Mn) 0,1 0,2 0,3
Dengan Variasi Konsentrasi NaOH dan Suhu Konsentrasi NaOH (N)
0,4
Gambar 2. Penyerapan Arang Aktif Dengan Suhu
Penyerapan (mg/mL)

0,3 500°C Pada Konsentrasi 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N

0,2 0,4
Fe
Penyerapan (mg/mL)

0,1
Mn 0,3
0
0,1 0,2 0,3 0,2
Fe
Konsentrasi NaOH (N) 0,1 Mn
Gambar 1. Penyerapan Arang Aktif Dengan Suhu 0
300°C Pada Konsentrasi 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N 0,1 0,2 0,3
Pada Gambar 1 penyerapan arang aktif Konsentrasi NaOH (N)
dari kulit singkong dengan suhu 300°C didapatkan
hasil analisa penyerapan pada logam Fe dengan Gambar 3. Penyerapan Arang Aktif Dengan Suhu
konsentrasi NaOH 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N yaitu 700°C Pada Konsentrasi 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N
0,305 mg/mL, 0,253 mg/mL, dan 0,238 mg/mL.
Pada Gambar 3 penyerapan arang aktif
Untuk hasil analisa penyerapan pada logam Mn
dari kulit singkong dengan suhu 700°C didapatkan
dengan konsentrasi NaOH 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N
hasil analisa penyerapan pada logam Fe dengan
yaitu 0,274 mg/mL, 0,246 mg/mL, dan 0,213
konsentrasi NaOH 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N yaitu
mg/mL. Hasil analisa pada gambar 1 dapat
0,009 mg/mL, 0,006 mg/mL, dan 0 mg/mL. Untuk
dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
hasil analisa penyerapan pada logam Mn dengan
NaOH maka semakin besar penyerapan arang aktif
konsentrasi NaOH 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N yaitu
pada logam Fe dan Mn. Untuk logam Mn
0,306 mg/mL, 0,299 mg/mL, dan 0,296 mg/mL.
konsentrasi penyerapan yang didapatkan setelah
Hasil analisa pada gambar 1 dapat dinyatakan
dikontakkan dengan arang aktif mengalami
bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH maka
kenaikan dan konsentrasi NaOH 0,3 N terjadi
semakin besar penyerapan arang aktif pada logam
penurunan.
Fe dan Mn. Untuk logam Mn konsentrasi
Pada Gambar 2 penyerapan arang aktif
penyerapan yang didapatkan setelah dikontakkan
dari kulit singkong dengan suhu 500°C didapatkan
dengan arang aktif mengalami kenaikan.
hasil analisa penyerapan pada logam Fe dengan
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh
konsentrasi NaOH 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N yaitu
Prabarini (2013) dinyatakan bahwa makin banyak
0,084 mg/mL, 0,084 mg/mL, dan 0,019 mg/mL.
konsentrasi aktivator dan waktu perendaman
Untuk hasil analisa penyerapan pada logam Mn
makin lama, impurities karbon aktif semakin
dengan konsentrasi NaOH 0,1 N; 0,2 N; dan 0,3 N
berkurang yang ditandai dengan menurunnya
yaitu 0,274 mg/mL, 0,264 mg/mL, dan 0,314
konsentrasi akhir larutan Fe. Semakin

9
Konversi, Volume 6 No. 1, April 2017, 7 – 10

meningkatnya konsentrasi aktivator yang terdeteksi), sedangkan untuk logam Mn didapatkan


digunakan maka area permukaan pori akan penyerapan yang paling baik pada suhu
menjadi lebih besar sehingga lebih optimum karbonisasi 300°C dengan konsentrasi NaOH 0,3
melakukan penyerapan pada proses adsorpsi [6]. N sebesar 0,213 mg/mL.
Hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang
kami lakukan bahwa semakin tinggi konsentrasi UCAPAN TERIMAKASIH
yang digunakan dan waktu perendamannya juga Terimakasih kepada seluruh pihak terkait
semakin lama maka arang aktif yang digunakan yang telah membantu hingga terlaksananya
untuk menyerap logam Fe pada air sungai akan penelitian ini.
lebih optimum melakukan penyerapan pada proses
adsorpsi sehingga konsentrasi Fe mengalami DAFTAR PUSTAKA
penurunan pada setiap konsentrasi NaOH. [1] Apriliani, A., 2010, Pemanfaatan Arang
Adsorben dapat menyerap ion logam besi Ampas Tebu sebagai Adsorben Ion Logam
(Fe) lebih baik dibandingkan menyerap logam Cd, Cr, Cu dan Pb dalam Air
mangan (Mn). Hal ini diakibatkan karena polaritas Limbah.Skripsi,Fakultas Sains dan
ion logam besi (Fe) yang lebih besar jika Teknologi.UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
dibandingkan dengan mangan (Mn) sehingga ion [2] Baker, F.S., Miller, C.E., Repik A.J., dan
logam ini akan lebih mudah berikatan dengan Tollens, E.D., 2007, Activated carbon, Di
adsorben yang bersifat polar [1]. Dari pernyataan dalam : Ruthven DM, editor. Encyclopedia of
tersebut dapat dinyatakan bahwa penyerapan Mn Separation Technology, Volume 1 (A kirk-
pada air sungai tidak sepenuhnya mengalami Othmer Encyclopedia) J Wiley, New York.
penurunan konsentrasi karena dari semua analisa [3] Dian, A.R., Unggul, P.J., Lailatin N., 2015,
pada logam Mn yang terjadi penurunan konsentrasi Pengukuran Efektivitas Kulit Singkong, Kulit
terdapat pada suhu 300°C dengan konsentrasi Ubi Jalar, Kulit Pisang, dan Kulit Jeruk
NaOH yaitu 0,3 N, selain itu semuanya mengalami Sebagai Bahan Penyerap Besi (Fe) dan
kenaikan kadar dari logam Mn. Mangan (Mn) Pada Air Lindi TPA,
Universitas Brawijaya, Malang.
KESIMPULAN [4] Fuadi, R., Halim, A., Mirah, dan Handi, Jo.,
Kemampuan penyerapan arang aktif dari 2008, PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI
kulit singkong lebih baik pada saat menyerap PELEPAH KELAPA (Cocus nucifera),
logam Fe dibandingkan dengan logam Mn yang Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
terkandung dalam air sungai dikarenakan polaritas Universitas Sriwijaya, Sumatra Selatan.
ion logam besi (Fe) yang lebih besar jika [5] Maulinda, L., Z.A., Nasrul, dan Nurfika S.,
dibandingkan dengan mangan (Mn) sehingga ion D., 2015, Pemanfaatan Kulit Singkong
logam ini akan lebih mudah berikatan dengan Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif,
adsorben yang bersifat polar. Universitas Malikussaleh, Aceh.
Hal-hal yang mempengaruhi dari proses [6] Prabarini, N., Okayadnya, D.G., 2013,
penyerapan yaitu lama waktu karbonisasi, Penyisihan Logam Besi (Fe) Pada Air Sumur
konsentrasi aktivator, lama waktu perendaman, Dengan Karbon Aktif dari Tempurug Kemiri,
lama waktu pengontakkan. Universitas Pembangunan Nasional
Pada penelitian ini didapatkan suhu “Veteran”, Jawa Timur.
karbonisasi dan konsentrasi NaOH yang paling [7] Suherman, I., Melati, 2009, Pembuatan
baik menyerap logam Fe dan Mn pada air sungai. Karbon Aktif Dari Limbah Kulit Singkong,
Untuk logam Fe didapatkan penyerapan yang UKM Tapioka Kabupaten Pati, Seminar
paling baik pada suhu karbonisasi 700°C dengan Nasional Teknik Kimia Indonesia, Bandung.
konsentrasi NaOH 0,3 N sebesar 0 mg/mL (tidak

10

Anda mungkin juga menyukai