Disusun Oleh :
0961050202
Pembimbing :
Jakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun
negara yang sedang berkembang. Berdasarkan SUSENAS, prevalensi obesitas (>120%
medianbaku WHO/NCHS) pada balita mengalami peningkatan baik di perkotaan maupun
pedesaan. Diperkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% laki-laki dan 5,9% perempuan,
meningkat menjadi 6,3% laki-laki dan 8% perempuan pada tahun 1992 dan di pedesaan pada
tahun 1989 didapatkan 2,3% laki-laki dan 3,8% perempuan, meningkat menjadi 3,9% laki-
laki dan4,7%perempuan pada tahun 1992.
Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa
danberpotensimengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari.
Profillipid darah pada anak obesitas menyerupai profil lipid pada penyakit kardiovaskuler
dan anak yang obesitas mempunyai risiko hipertensi lebih besar. Penelitian Syarif
menemukan hipertensi pada 20 – 30% anak yang obesitas, terutama obesitas tipe abdominal.
Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian yang serius dan penanganan
yang sedini mungkin,dengan melibatkan peran serta orang tua.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120%6 atau Z-score = +2SD.1
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit / TLK ). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.6
d. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsbdan
sebagainya. Yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA
adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.4
e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.6
B. Indeks Massa Tubuh (BMI)
Perawatan kesehatan profesional mendefinisikan obesitas atau kelebihan berat badan
dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI), yang merupakan metode yang sangat baik
untuk pengukuran langsung lemak tubuh. BMI = adalah perbandingan berat badan dalam kg
kilogram / dengan (tinggi badan dalam meter) 2 persegi. Orang dewasa dengan BMI ≥ 30
memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI antara 25-30 mengalami
kelebihan berat badan. Selama masa kanak-kanak, tingkat perubahan lemak tubuh dimulai
dengan penyimpanan jaringan adiposa yang tinggi. selama masa kanak-kanak. Kadar lemak
tubuh menurun menjelang usia 5,5 tahun sampai periode yang disebut "adiposity rebound",
yaitu ketika lemak tubuh biasanya berada pada tingkat terendah. Adipositas kemudian
meningkat sampai awal masa dewasa (Gbr. 44-1). Akibatnya, obesitas dan kelebihan berat
badan didefinisikan ditentukan dengan menggunakan persentil BMI, anak usia diatas 2 tahun
dengan persentil BMI ≥ 95 memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI
antara persentil ke-85 dan ke-95 mengalami kelebihan berat badan.
3
Gambar 1. Kurva CDC Persentil Indeks Massa Tubuh per Umur Untuk Anak Wanita
Gambar 1. Kurva CDC Persentil Indeks Massa Tubuh per Umur Untuk Anak Laki-Laki
4
C. PerjalananPerkembanganObesitas
Menurut Dietz terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam
kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu: periode pranatal, terutama trimester 3
kehamilan, periode adiposity rebound pada usia 6–7 tahun dan periode adolescence 6 Pada
bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas untuk 2 dekade berikutnya
dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.7 Menurut Taitz, 50%
remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas sejak bayi.4 Sedang penelitian di Jepang
menunjukkan 1/3 dari anak obesitas tumbuh menjadi obesitas dimasa dewasa1 dan risiko
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan
orang tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14
tahun dengan salah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa.9
D. Faktor-faktorPenyebabObesitas.
lemak.3,4 Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor
eksogen / nutrisional (obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat
Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit
multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi
dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada
bayi.3,4
FaktorGenetik.
Parental fatness merupakan faktor genetik7 yang berperanan besar. Bila kedua orangtua
5
obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas
menjadi 40% dan bila kedua orangtua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.5
Fakto r lingkungan.
1. Aktifitas fisik.
Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-
50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara
aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang
rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg.10 Penelitian di Jepang
menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai
kebiasaan olahraga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan
dengan jogging (OR:0,57), aerobik (OR:0,59), tetapi untuk olahraga tim dan tenis tidak
Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama
menunjukkan bahwa mereka yang menonton TV televisi = selama 5 jam per hari
mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton
2. Faktor nutrisional.
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan, dimana jumlah lemak tubuh
dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak
6
dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari
karbohidrat dan lemak5 serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi
tinggi.3,5
konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali.8 Keadaan ini
disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih
tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan
makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga
mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi
oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.1
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi.5 Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya
perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah
dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan
rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih
7
senang bermain komputer / games, menonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas
fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junkfood yang mudah terjangkau akan
12
berisiko menimbulkan obesitas.
Sinyal pendek (situasional) yang mempengaruhi porsi makan dan waktu makan
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal adalah
kolesistokinin (CCK). , yaitu kKolesistokinin (CCK) yang mempunyai peranan paling
penting dalam menurunkan porsi makan dibanding glukagon, bombesin dan somatostatin.
Sinyal panjang yang diperankan oleh fat-derived hormon leptin, dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi. Di dalam system sistem ini, leptin memegang peran
utama sebagai pengendali berat badan. Sumber utama leptin adalah jaringan adiposa, yang
disekresi langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menembus sawar darah otak
menuju ke hipotalamus. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan maka massa
jaringan adiposa meningkat, disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah.
8
makanan. Pada sebagian besar orang obesitas, mekanisme ini tidak berjalan walaupun kadar
leptin di dalam darah tinggi dan disebut sebagai resistensi leptin.
9
Gambar 4. Kontrol Nafsu Makan
Leptin dan insulin yang bekerja pada nukleus arcuatus (ARC), merangsang neuron
proopi melano cortin / cocain andamphetamine-regulated transcript (POMC/CART) dan
menimbulkan efek katabolik (menghambat nafsu makan, meningkatkan pengeluaran energi)
dan pada saat yang sama menghambat neuron NPY/AGRP (agouti related peptide) dan
menimbulkan efek anabolik (merangsang nafsu makan,menurunkan pengeluaran energi).
Pelepasan neuro peptida – neuropeptida NPY / AGRP dan POMC / CART oleh neuron-
neuron tersebut kedalam nukleus PVN dan LHA, yang selanjutnya akan memediasi efek
insulin dan leptin dengan cara mengatur respon neuron-neuron dalam nukleus traktus
solitarius (NTS) di otak belakang terhadap sinyal rasa kenyang (oleh kolesistokinin dan
distensi lambung) yang timbul setelah makan. Sinyal rasa kenyang ini menuju NTS
terutama melalui nervus vagus. Jalur descending anabolik dan katabolik diduga
mempengaruhi respon neuron di NTS yang mengatur penghentian makan. Jalur katabolik
meningkatkan dan jalur anabolik menurunkan efek sinyal kenyang jalur pendek, sehingga
menyebabkan penyesuaian porsi makan yang mempunyai efek jangka panjang pada
perubahan asupan makan dan berat badan.
rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi.15 Anak obesitas cenderung mengalami
10
peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi.5
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala
mengorok.5 Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan
perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi
penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot
pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai
penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang
mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring
yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah,
sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini
4. Gangguan ortopedik
menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.5
Pseudo tumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas
disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang menyebabkan peningkatan kadar
CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papiledema, diplopia, kehilangan lapangan
11
G. TatalaksanaObesitasPadaAnak
Tabel 2. Rekomendasi Intake Kalori Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (Nelson, 2011)
12
fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup.5,12
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2-7
tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta / komplikasi.
Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan
mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia
dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat
badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5-5kg atau dengan kecepatan 0,5-2kg
perbulan.5
2. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA,
hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.5 Intervensi diet
harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta.
Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori
dengan pengurangan asupan kalori sebesar30%. Sedang pada obesitas berat
(IMT>97persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat
13
Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit perhari.5
Golf 180
Berenang 350
660
Tabel 3. Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan
Bersepeda
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen
intervensi, dengan cara: Pengawasan pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan
makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya. Dalam Mengontrol
mengontrol rangsangan untuk makan. , Orang orang tua diharapkan dapat menyingkirkan
rangsangan di sekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan. Mengubah perilaku
makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi
makanan camilan. Memberikan penghargaan dan hukuman. Pengendalian diri, dengan
menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan
berkalori rendah.5
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli
gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai
14
komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet
berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah. Indikasi
terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan >140% BB Ideal atau IMT>97
persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal perhari dan protein hewani 1,5-
2,5gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum>1,5L perhari.
Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan >200% BB Idealideal. Prinsip terapi ini
adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung
dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat
gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak
penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.
H. Pencegahan
Pencegahan obesitas anak dan remaja sangat penting bagi kesehatan masyarakat di
Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara lain (Tabel 44-7 dan 44-8). National
Institutes of Health (NIH) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
merekomendasikan berbagai inisiatif untuk memerangi lingkungan obesigenic saat ini,
termasuk promosi menyusui, akses ke buah dan sayuran, dan 60 menit / hari aktivitas untuk
anak-anak. USDA mensponsori program 5,5 cangkir buah-buahan dan sayuran per hari.
Insentif bagi industri makanan untuk mempromosikan konsumsi makanan sehat harus
dipertimbangkan. Pemasaran makanan sehat kepada anak-anak sudah mulai diatur.
Fase Saran
Kehamilan Menormalkan indeks massa tubuh sebelum hamil.
Jangan merokok.
Melakukan olahraga ringan yang dapat ditolerir
Pada penderita diabetes gestasional, mengontrol glukosa dengan
teliti.
15
Postpartum Dan Menyusui minimal 3 bulan.
Bayi Menunda pengenalan makanan padat dan cairan manis.
Keluarga Makan bersama keluarga di tempat yang tetap dan waktu yang
tetap.
Jangan melewatkan makan, khususnya sarapan.
Jangan menonton televisi selama makan.
Gunakan piring kecil.
Hindari makanan manis atau berlemak yang tidak perlu dan
minuman ringan.
Jangan menaruh televise di kamar tidur anak-anak, membatasi
waktu menonton televisi, permainan dan video
Sekolah Hilangkan penjual permen dan kue.
Tinjau isi mesin penjual otomatis dan mengganti dengan pilihan
makanan sehat.
Mendidik guru tentang gizi dasar dan manfaat dari aktivitas fisik.
Mendidik anak dari prasekolah sampai SMA mengenai diet yang
tepat dan gaya hidup yang sehat.
Olahraga 30-45 menit, 2-3 kali seminggu.
Masyarakat Meningkatkan fasilitas bermain untuk anak-anak dari segala usia.
Mencegah penggunaan lift dan eskalator.
PenyediaLayanan Jelaskan pengaruh biologis dan kontribusi genetik untuk obesitas.
Kesehatan Jelaskanberat badan idela sesuai usia pada anak-anak.
Bekerja kearah mengklasifikasikan obesitas sebagai penyakit
untuk meningkatkan pengakuan, penggantian untuk perawatan,
dan kemauan dan kemampuan untuk memberikan pengobatan.
Industri Mandat sesuai usia nutrisi pelabelan untuk produk yang ditujukan
untuk anak-anak (misalnya, lampu merah / lampu hijau makanan,
dengan ukuran porsi).
Mendorong pemasaran video game interaktif di mana anak-anak
harus berolahraga dalam bermain.
Gunakan iklan yang mengarahkan anak-anak untuk makanan
sehat untuk mempromosikan sarapan dan makan secara teratur.
.Dari Speiser PW, Rudolf MCJ, Anhalt H, et al: Konsensus Pernyataan: obesitas, J Clin
Endocrinol Metabol 90:1871-1887, 2005.
Peran orang tua dalam penentuan preferensi makanan anak-anak untuk mencegah obesitas
antara lain :
16
Panduan Antisipatif: Membangun Kebiasaan Makan Sehat Pada Anak (Diadaptasi
dari Benton D: Peran orang tua dalam penentuan preferensi makanan anak-anak dan
perkembangan obesitas, Int J OBEs Relat Metab Disord 28:858-869, 2004)
Jangan menghukum anak selama waktu makan dan berkaitan dengan makan.
Suasana emosional makan sangat penting. Interaksi saat makan harus menyenangkan
dan bahagia.
Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah.
Orang tua, saudara, dan rekan-rekan harus memodelkan makan yang sehat, mencicipi
makanan baru, dan makan makanan yang seimbang.
Anak-anak harus terkena berbagai makanan, selera, dan tekstur.
Makanan harus ditawarkan beberapa kali. Paparan berulang untuk awalnya tidak
menyukai makanan akan memecah resistensi.
Menawarkan berbagai makanan dengan kepadatan energi yang rendah membantu
anak asupan keseimbangan energi.
Membatasi akses ke makanan akan meningkat ketimbang menurunkan preferensi
anak untuk makanan itu.
Memaksa anak untuk makan makanan tertentu akan menurunkan preferensi nya
untuk makanan itu. Kewaspadaan anak-anak makanan baru adalah normal dan harus
diharapkan.
Anak-anak cenderung lebih sadar kenyang dibandingkan orang dewasa, sehingga
memungkinkan anak-anak untuk merespon kenyang, dan membiarkan yang mendikte
porsi. Jangan memaksa anak-anak untuk "membersihkan piring mereka."
17
DAFTAR PUSTAKA
3. Heird, W.C. Parental Feeding feeding Behavior behavior and Children’s children’s
Fat fat Massmass. Am J Clin Nutr, 2002; 75:451–452.
4. Taitz, L.S. Obesity, . Dalam: Textbook Of Pediatric Nutrition, IIIrd ed, McLaren,
D.S., Burman, D., Belton, N.R., Williams A.F. (Eds), penyunting. Textbook of Pediatric
Nutrition. Edisi ketiga. London: Churchill Livingstone, ; 1991; . h. 485–509.
18
J.,2001;44:97-102.
11. Newnham, J., P. Nutrition and the early origins of adult disease, Asia Pacific
JClinNutr2002;11(Suppl):S537-42.
13. Surasmo, R., Taufan H .Penanganan obesitas dahulu, sekarang dan masa depan.
Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium I, Editor:
TjokroprawiroA.,dkk.Surabaya,2002;53 –65.
14. Candrawinata,J., (2003), When Your Patients Start To Do The Popular Diets. Dalam
Naskah Lengkap National Obesity SymposiumII, Editor: Tjokroprawiro A., dkk. Surabaya,
2003;29 –39.
15. Freedman,D.,S. Childhood Obesity and Coronary Heart Disease. Dalam Obesity in
Childhood and Adolescence, Kiess W.,MarcusC.,WabitschM.,(Eds).Basel:KargerAG,
2004;160-9.
16. Bluher, S., etal. Type2 Diabetes Mellitus in Children and Adolescents: The European
Perspective, Kiess W., MarcusC.,WabitschM.,(Eds).Basel:KargerAG,2004;170-180
17. Nelson. 2011. Nelson Textbook of Pediatric 19th Edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders.
19