Anda di halaman 1dari 19

REFARAT

OBESITAS PADA ANAK DAN REMAJA

Disusun Oleh :

Samuel Efraim Runtulalo

0961050202

Pembimbing :

Dr. Keswari Aji Patriawati MSc, SpA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Keshatan Anak

Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Jakarta

1
BAB I

PENDAHULUAN

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO


menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas
sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Di Indonesia,
terutama dikota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke
westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan / konsumsi
masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan
kolesterol,terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food) yang berdampak
meningkatkan risiko obesitas.

Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun
negara yang sedang berkembang. Berdasarkan SUSENAS, prevalensi obesitas (>120%
medianbaku WHO/NCHS) pada balita mengalami peningkatan baik di perkotaan maupun
pedesaan. Diperkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% laki-laki dan 5,9% perempuan,
meningkat menjadi 6,3% laki-laki dan 8% perempuan pada tahun 1992 dan di pedesaan pada
tahun 1989 didapatkan 2,3% laki-laki dan 3,8% perempuan, meningkat menjadi 3,9% laki-
laki dan4,7%perempuan pada tahun 1992.

Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa
danberpotensimengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari.
Profillipid darah pada anak obesitas menyerupai profil lipid pada penyakit kardiovaskuler
dan anak yang obesitas mempunyai risiko hipertensi lebih besar. Penelitian Syarif
menemukan hipertensi pada 20 – 30% anak yang obesitas, terutama obesitas tipe abdominal.
Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian yang serius dan penanganan
yang sedini mungkin,dengan melibatkan peran serta orang tua.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Kriteri Obesitas


Obesitas di definisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan

penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.1 Untuk menentukan obesitas


diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan
laboratorik, pada umumnya digunakan:
a. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut

obesitas bila BB > 120% BB standar.4


b. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas

bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120%6 atau Z-score = +2SD.1
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan

kulit / TLK ). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.6
d. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsbdan
sebagainya. Yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA

adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.4
e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.6
B. Indeks Massa Tubuh (BMI)
Perawatan kesehatan profesional mendefinisikan obesitas atau kelebihan berat badan
dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI), yang merupakan metode yang sangat baik
untuk pengukuran langsung lemak tubuh. BMI = adalah perbandingan berat badan dalam kg
kilogram / dengan (tinggi badan dalam meter) 2 persegi. Orang dewasa dengan BMI ≥ 30
memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI antara 25-30 mengalami
kelebihan berat badan. Selama masa kanak-kanak, tingkat perubahan lemak tubuh dimulai
dengan penyimpanan jaringan adiposa yang tinggi. selama masa kanak-kanak. Kadar lemak
tubuh menurun menjelang usia 5,5 tahun sampai periode yang disebut "adiposity rebound",
yaitu ketika lemak tubuh biasanya berada pada tingkat terendah. Adipositas kemudian
meningkat sampai awal masa dewasa (Gbr. 44-1). Akibatnya, obesitas dan kelebihan berat
badan didefinisikan ditentukan dengan menggunakan persentil BMI, anak usia diatas 2 tahun
dengan persentil BMI ≥ 95 memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI
antara persentil ke-85 dan ke-95 mengalami kelebihan berat badan.

3
Gambar 1. Kurva CDC Persentil Indeks Massa Tubuh per Umur Untuk Anak Wanita

Gambar 1. Kurva CDC Persentil Indeks Massa Tubuh per Umur Untuk Anak Laki-Laki

4
C. PerjalananPerkembanganObesitas

Menurut Dietz terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam
kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu: periode pranatal, terutama trimester 3

kehamilan, periode adiposity rebound pada usia 6–7 tahun dan periode adolescence 6 Pada
bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas untuk 2 dekade berikutnya

dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.7 Menurut Taitz, 50%

remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas sejak bayi.4 Sedang penelitian di Jepang

menunjukkan 1/3 dari anak obesitas tumbuh menjadi obesitas dimasa dewasa1 dan risiko

obesitas ini diperkirakan sangat tinggi, dengan OR 2,0–6,7.8

Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan
orang tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14

tahun dengan salah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa.9

D. Faktor-faktorPenyebabObesitas.

Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan tidak adanya


keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan
keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan

lemak.3,4 Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor
eksogen / nutrisional (obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat

kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik hanya sekitar10%.5

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit
multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi
dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada

bayi.3,4

FaktorGenetik.

Parental fatness merupakan faktor genetik7 yang berperanan besar. Bila kedua orangtua

5
obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas

menjadi 40% dan bila kedua orangtua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.5

Hipotesis Barke rmenyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin


menyebabkan gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutama kerentanan terhadap
pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama dengan pengaruh diet dan stress
lingkungan merupakan menjadi predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian
hari. Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic
rate, thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang
10,11
jelek. Dengan demikian kerentanan terhadap obesitas ditentukan secara genetik sedang

lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.11

Fakto r lingkungan.

1. Aktifitas fisik.

Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-
50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara
aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang

rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg.10 Penelitian di Jepang
menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai
kebiasaan olahraga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan
dengan jogging (OR:0,57), aerobik (OR:0,59), tetapi untuk olahraga tim dan tenis tidak

menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.8

Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama
menunjukkan bahwa mereka yang menonton TV televisi = selama 5 jam per hari
mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton

TV=televisi 2 jam setiap harinya.10

2. Faktor nutrisional.

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan, dimana jumlah lemak tubuh
dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak

6
dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari

karbohidrat dan lemak5 serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi

tinggi.3,5

Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan


tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok
dengan asupan rendah lemak dengan OR1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan

konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali.8 Keadaan ini
disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih
tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan
makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga
mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi

konsumsi yang berlebihan.10 Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga


menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai
protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino diregulasi dengan ketat,
sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan dioksidasi; sedang karbohidrat
mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil.
Asupan dan oksidasi karbohidrat diregulasi sangat ketat dan c epat, sehingga perubahan
oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan lemak
tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat
sekitar 60 - 80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan

oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.1

3. Faktor sosial ekonomi.

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi.5 Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya
perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah
dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan
rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih

7
senang bermain komputer / games, menonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas
fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junkfood yang mudah terjangkau akan
12
berisiko menimbulkan obesitas.

E. Mekanisme Regulasi Keseimbangan Energi dan Berat Badan13,14

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses


fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran
energi dan regulasi sekresi hormon yang terlibat dalam pengaturan penyimpanan energi, .
Regulasi sekresi hormon, melalui sinyal - sinyal efferent yang berpusat di hipotalamus
setelah mendapatkan sinyal afferent dari perifer, terutama dari jaringan adipose, tetapi juga
dari usus dan jaringan otot. Sinyal - sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan asupan
makanan, menurunkan pengeluaran energi) dan katabolik (anoreksia, meningkatkan
pengeluaran energi), dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.

Sinyal pendek (situasional) yang mempengaruhi porsi makan dan waktu makan
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal adalah
kolesistokinin (CCK). , yaitu kKolesistokinin (CCK) yang mempunyai peranan paling
penting dalam menurunkan porsi makan dibanding glukagon, bombesin dan somatostatin.
Sinyal panjang yang diperankan oleh fat-derived hormon leptin, dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi. Di dalam system sistem ini, leptin memegang peran
utama sebagai pengendali berat badan. Sumber utama leptin adalah jaringan adiposa, yang
disekresi langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menembus sawar darah otak
menuju ke hipotalamus. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan maka massa
jaringan adiposa meningkat, disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah.

Leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center


di hipotalamus agar menurunkan produksi NPY, sehingga terjadi penurunan nafsu makan
dan asupan makanan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka massa jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada
orexigeniccenter di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan

8
makanan. Pada sebagian besar orang obesitas, mekanisme ini tidak berjalan walaupun kadar
leptin di dalam darah tinggi dan disebut sebagai resistensi leptin.

Beberapa neurotransmiter, yaitu norepineprin, dopamin, asetilkolin dan serotonin


berperan juga dalam regulasi keseimbangan energi, demikian juga dengan beberapa
neuropeptide dan hormon perifer yang juga mempengaruhi asupan makanan dan berperan
di dalam pengendalian kebiasaan makan. NeuropeptideNeuropeptida-neuropeptide
neuropeptida ini meliputi neuropeptide neuropeptida Y (NPY), melanin-concentrating
hormone, corticotropin releasing hormone (CRH), bombesin dan somatostatin. NPY dan
CRH terdapat di nukleus paraventrikuler (PVN) yang terletak di bagian dorsal dan rostral
ventromedial hypothalamic hipotalamus (VMH), sehingga lesi pada daerah ini akan
mempengaruhi kebiasaan makan dan keseimbangan energi. NPY merupakan neuropeptida
perangsang nafsu makan dan diduga berperan di dalam respon fisiologi terhadap starvasi
dan obesitas.

Gambar 3. Regulasi Kontrol Rasa Lapar

Nukleus VMH merupakan satiety center / anorexigenic center. Stimulasi pada


nukleus VMH akan menghambat asupan makanan dan kerusakan nukleus ini akan
menyebabkan makan yang berlebihan (hiperfagia) dan obesitas. Sedang nukleus area lateral
hipotalamus (LHA) merupakan feeding center / orexigenic center dan memberikan
pengaruh yang berlawanan.

9
Gambar 4. Kontrol Nafsu Makan

Leptin dan insulin yang bekerja pada nukleus arcuatus (ARC), merangsang neuron
proopi melano cortin / cocain andamphetamine-regulated transcript (POMC/CART) dan
menimbulkan efek katabolik (menghambat nafsu makan, meningkatkan pengeluaran energi)
dan pada saat yang sama menghambat neuron NPY/AGRP (agouti related peptide) dan
menimbulkan efek anabolik (merangsang nafsu makan,menurunkan pengeluaran energi).
Pelepasan neuro peptida – neuropeptida NPY / AGRP dan POMC / CART oleh neuron-
neuron tersebut kedalam nukleus PVN dan LHA, yang selanjutnya akan memediasi efek
insulin dan leptin dengan cara mengatur respon neuron-neuron dalam nukleus traktus
solitarius (NTS) di otak belakang terhadap sinyal rasa kenyang (oleh kolesistokinin dan
distensi lambung) yang timbul setelah makan. Sinyal rasa kenyang ini menuju NTS
terutama melalui nervus vagus. Jalur descending anabolik dan katabolik diduga
mempengaruhi respon neuron di NTS yang mengatur penghentian makan. Jalur katabolik
meningkatkan dan jalur anabolik menurunkan efek sinyal kenyang jalur pendek, sehingga
menyebabkan penyesuaian porsi makan yang mempunyai efek jangka panjang pada
perubahan asupan makan dan berat badan.

F. Dampak Obesitas pada anak


1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol


dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL-kolesterol. Risiko penyakit
Kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7-2,6. IMT mempunyai
hubungan yang kuat (r=0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99,40%
diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang

rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi.15 Anak obesitas cenderung mengalami

10
peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi.5

2. Diabetes Mellitus tipe-2

Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas.5,15 Prevalensi


penurunan glukosa toleran test pada anak obesitas adalah 25% sedang diabetes mellitus tipe-
2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT>

+ 3SD atau > persentile ke 99.16

3. Obstruktive sleep apnea

Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala

mengorok.5 Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan
perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi
penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot
pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai
penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang
mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring
yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah,
sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini

berkurang seiring dengan penurunan berat badan.5,10

4. Gangguan ortopedik

Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang


disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang

menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.5

5. Pseudo tumor serebri

Pseudo tumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas
disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang menyebabkan peningkatan kadar
CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papiledema, diplopia, kehilangan lapangan

pandang perifer dan iritabilitas.5

11
G. TatalaksanaObesitasPadaAnak

Kesuksesan dalam pengendalian obesitas paling baik dilakukan melalui pendekatan


multi dimensional untuk mencapai perubahan gaya hidup yang termodifikasi dengan baik.
Terapi kognitif untuk motivasi penurunan berat badan serta kombinasi gizi, aktivitas jasmani
serta kemauan akan menjadi hal terbaik.

Hal ini penting untuk memulai langkah-langkah yang direkomendasikan mengenai


asupan kalori yang tepat bagi anak yang obesitas. Makanan harus didasarkan pada buah-
buahan, sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak, ikan, dan unggas. Makanan siap saji harus
dipilih sesuai dengan nilai gizi mereka, dengan mengatur kalori dan lemak. Makanan yang
memberikan kalori berlebihan dan nilai gizi yang rendah diberikan sesekali. Karena anak
obesitas menkonsumsi banyak kalori diluar kebutuhan mereka. Pendekatan bertahap
dianjurkan, seperti seorang anak usia 10 tahun yang membutuhkan 2000 kkal / hari dan
mengkonsumsi 3500 kkal / hari dapat mengurangi asupan sebanyak 280 kkal dengan
menghindari 2 kaleng minuman soda dan menggantinya dengan air minum. Meskipun
perubahan diet tidak akan mengakibatkan penurunan berat badan, mungkin akan
menghasilkan pertambahan berat badan sedikit lebih lambat. Setelah perubahan ini telah
berhasil dilakukan, anak bisa membuat perubahan lain seperti mengurangi camilan, sehingga
menghilangkan sebuah kkal 300 tambahan.

Tabel 2. Rekomendasi Intake Kalori Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (Nelson, 2011)

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas


seharusnya dilaksanakan secara multi disiplin dengan mengikutsertakan keluarga dalam
proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi
serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas

12
fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup.5,12

1. Menetapkan target tpenurunan berat badan

Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2-7
tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta / komplikasi.
Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan
mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia
dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat
badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5-5kg atau dengan kecepatan 0,5-2kg

perbulan.5

2. Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA,

hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.5 Intervensi diet
harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta.
Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori
dengan pengurangan asupan kalori sebesar30%. Sedang pada obesitas berat
(IMT>97persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat

rendah (very low calorie diet).12

Dalam pengaturan diet ini, perlu diperhatikan tentang5 Menurunkan menurunkan


berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal. Diet seimbang dengan
komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh <10% dan protein 15-
20% energi total serta kolesterol <300mg per hari. Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak
usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun+ 5)
gram perhari.

3. Pengaturan aktifitas fisik

Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.


Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik ,
kemampuan fisik dan umur.nya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat
yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam.

13
Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit perhari.5

Tabel 1Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan


Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/jam
Jalan kaki 3km/jam 150
Jalan kaki 6km/jam 300
Joging8km/jm 480
Lari12km/jam 600
Tenistunggal 360
Tenisganda 240

Golf 180

Berenang 350
660
Tabel 3. Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan
Bersepeda

4. Mengubah pola hidup / perilaku

Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen
intervensi, dengan cara: Pengawasan pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan
makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya. Dalam Mengontrol
mengontrol rangsangan untuk makan. , Orang orang tua diharapkan dapat menyingkirkan
rangsangan di sekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan. Mengubah perilaku
makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi
makanan camilan. Memberikan penghargaan dan hukuman. Pengendalian diri, dengan
menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan

berkalori rendah.5

5. Peranserta orangtua, anggota keluarga,teman dan guru

Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli
gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah

perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.12

6. Terapi Intensif 5,12

Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai

14
komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet
berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah. Indikasi
terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan >140% BB Ideal atau IMT>97
persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal perhari dan protein hewani 1,5-
2,5gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum>1,5L perhari.
Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.

Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi


dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi
dengan menghambat absorbsi zat – zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan
metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan
untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.

Terapi bedah di indikasikan bila berat badan >200% BB Idealideal. Prinsip terapi ini
adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung
dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat
gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak
penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.

H. Pencegahan

Pencegahan obesitas anak dan remaja sangat penting bagi kesehatan masyarakat di
Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara lain (Tabel 44-7 dan 44-8). National
Institutes of Health (NIH) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
merekomendasikan berbagai inisiatif untuk memerangi lingkungan obesigenic saat ini,
termasuk promosi menyusui, akses ke buah dan sayuran, dan 60 menit / hari aktivitas untuk
anak-anak. USDA mensponsori program 5,5 cangkir buah-buahan dan sayuran per hari.
Insentif bagi industri makanan untuk mempromosikan konsumsi makanan sehat harus
dipertimbangkan. Pemasaran makanan sehat kepada anak-anak sudah mulai diatur.

Tabel 2 4.- Saran Untuk Mencegah Usulan Obesitas

Fase Saran
Kehamilan  Menormalkan indeks massa tubuh sebelum hamil.
 Jangan merokok.
 Melakukan olahraga ringan yang dapat ditolerir
 Pada penderita diabetes gestasional, mengontrol glukosa dengan
teliti.

15
Postpartum Dan  Menyusui minimal 3 bulan.
Bayi  Menunda pengenalan makanan padat dan cairan manis.
Keluarga  Makan bersama keluarga di tempat yang tetap dan waktu yang
tetap.
 Jangan melewatkan makan, khususnya sarapan.
 Jangan menonton televisi selama makan.
 Gunakan piring kecil.
 Hindari makanan manis atau berlemak yang tidak perlu dan
minuman ringan.
 Jangan menaruh televise di kamar tidur anak-anak, membatasi
waktu menonton televisi, permainan dan video
Sekolah  Hilangkan penjual permen dan kue.
 Tinjau isi mesin penjual otomatis dan mengganti dengan pilihan
makanan sehat.
 Mendidik guru tentang gizi dasar dan manfaat dari aktivitas fisik.
 Mendidik anak dari prasekolah sampai SMA mengenai diet yang
tepat dan gaya hidup yang sehat.
 Olahraga 30-45 menit, 2-3 kali seminggu.
Masyarakat  Meningkatkan fasilitas bermain untuk anak-anak dari segala usia.
 Mencegah penggunaan lift dan eskalator.
PenyediaLayanan  Jelaskan pengaruh biologis dan kontribusi genetik untuk obesitas.
Kesehatan  Jelaskanberat badan idela sesuai usia pada anak-anak.
 Bekerja kearah mengklasifikasikan obesitas sebagai penyakit
untuk meningkatkan pengakuan, penggantian untuk perawatan,
dan kemauan dan kemampuan untuk memberikan pengobatan.
Industri  Mandat sesuai usia nutrisi pelabelan untuk produk yang ditujukan
untuk anak-anak (misalnya, lampu merah / lampu hijau makanan,
dengan ukuran porsi).
 Mendorong pemasaran video game interaktif di mana anak-anak
harus berolahraga dalam bermain.
 Gunakan iklan yang mengarahkan anak-anak untuk makanan
sehat untuk mempromosikan sarapan dan makan secara teratur.
.Dari Speiser PW, Rudolf MCJ, Anhalt H, et al: Konsensus Pernyataan: obesitas, J Clin
Endocrinol Metabol 90:1871-1887, 2005.

Peran orang tua dalam penentuan preferensi makanan anak-anak untuk mencegah obesitas
antara lain :

16
Panduan Antisipatif: Membangun Kebiasaan Makan Sehat Pada Anak (Diadaptasi
dari Benton D: Peran orang tua dalam penentuan preferensi makanan anak-anak dan
perkembangan obesitas, Int J OBEs Relat Metab Disord 28:858-869, 2004)

 Jangan menghukum anak selama waktu makan dan berkaitan dengan makan.
Suasana emosional makan sangat penting. Interaksi saat makan harus menyenangkan
dan bahagia.
 Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah.
 Orang tua, saudara, dan rekan-rekan harus memodelkan makan yang sehat, mencicipi
makanan baru, dan makan makanan yang seimbang.
 Anak-anak harus terkena berbagai makanan, selera, dan tekstur.
 Makanan harus ditawarkan beberapa kali. Paparan berulang untuk awalnya tidak
menyukai makanan akan memecah resistensi.
 Menawarkan berbagai makanan dengan kepadatan energi yang rendah membantu
anak asupan keseimbangan energi.
 Membatasi akses ke makanan akan meningkat ketimbang menurunkan preferensi
anak untuk makanan itu.
 Memaksa anak untuk makan makanan tertentu akan menurunkan preferensi nya
untuk makanan itu. Kewaspadaan anak-anak makanan baru adalah normal dan harus
diharapkan.
 Anak-anak cenderung lebih sadar kenyang dibandingkan orang dewasa, sehingga
memungkinkan anak-anak untuk merespon kenyang, dan membiarkan yang mendikte
porsi. Jangan memaksa anak-anak untuk "membersihkan piring mereka."

17
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO . Obesity: Preventing an d Managing managing The the Global global


Epidemicepidemic. ,WHO Technical Report Series. 2000; 894.,Geneva.

2. Satoto, Karjati, S, Darmojo, B., Tjokroprawiro, A., Kodyat, BA. Kegemukan,


Obesitas obesitas dan Penyakit penyakit Degeneratifdegeneratif: Epidemiologi dan Strategi
strategi Penanggulangannyapenanggulangannya, . Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VI: tahun 1998. Jakarta: LIPI, ; hal.787–808.

3. Heird, W.C. Parental Feeding feeding Behavior behavior and Children’s children’s
Fat fat Massmass. Am J Clin Nutr, 2002; 75:451–452.

4. Taitz, L.S. Obesity, . Dalam: Textbook Of Pediatric Nutrition, IIIrd ed, McLaren,
D.S., Burman, D., Belton, N.R., Williams A.F. (Eds), penyunting. Textbook of Pediatric
Nutrition. Edisi ketiga. London: Churchill Livingstone, ; 1991; . h. 485–509.

5. Syarif, D.R. Childhood Obesityobesity: Evaluation evaluation and


Managementmanagement, . Dalam: Adi S, dkk, penyunting: Naskah Lengkap National
Obesity Symposium II; , Editor: AdiS., dkk.Surabaya,;2003;. H. 123–139.

6. Dietz,W.,H.Childhood Obesity. Dalam Textbook of Pediatric Nutrition, IInd ed,


Suskind, R.,M., Suskind,L.,L.(Eds). New York: Raven Press, 1993;279-84.

7. Pi-Sunver,F.X.Obesity,Dalam Modern Nutrition In Health and Disease,VIIIthed,


Shils,M.E., Olson,J.A.,Shike,M.(Eds).Tokyo:Lea&Febiger,1994;984–1006.

8. Fukuda,S.,Takeshita ,T.,Morimoto,K.Obesity and Lifestyle. Asian Med.

18
J.,2001;44:97-102.

9. Whitaker,R.C.,etal.Predicting Obesity in Young Adulthood from Childhood and


Parental Obesity, NenglJ Med,1997;337:869-73

10. Kopelman,G.D.Obesity as a Medical Problem, NATURE,2000;404:635-43.

11. Newnham, J., P. Nutrition and the early origins of adult disease, Asia Pacific
JClinNutr2002;11(Suppl):S537-42.

12. KiessW.,etal.Multidisciplinary Management of Obesity in Children andAdolescents-


Why and How Should It Be Achieved?. Dalam Obesity in Childhood and Adolescence,
KiessW., MarcusC.,WabitschM.,(Eds).Basel:KargerAG,2004;194-206

13. Surasmo, R., Taufan H .Penanganan obesitas dahulu, sekarang dan masa depan.
Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium I, Editor:
TjokroprawiroA.,dkk.Surabaya,2002;53 –65.

14. Candrawinata,J., (2003), When Your Patients Start To Do The Popular Diets. Dalam
Naskah Lengkap National Obesity SymposiumII, Editor: Tjokroprawiro A., dkk. Surabaya,
2003;29 –39.

15. Freedman,D.,S. Childhood Obesity and Coronary Heart Disease. Dalam Obesity in
Childhood and Adolescence, Kiess W.,MarcusC.,WabitschM.,(Eds).Basel:KargerAG,
2004;160-9.

16. Bluher, S., etal. Type2 Diabetes Mellitus in Children and Adolescents: The European
Perspective, Kiess W., MarcusC.,WabitschM.,(Eds).Basel:KargerAG,2004;170-180

17. Nelson. 2011. Nelson Textbook of Pediatric 19th Edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders.

19

Anda mungkin juga menyukai