Anda di halaman 1dari 103

DESAIN ARTWORK PADA TAMAN PULAU DAN MEDIAN JALAN

DI JALAN MEDAN MERDEKA JAKARTA

SIGIT MULYANSYAH EFFENDY

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Artwork pada
Taman Pulau dan Median Jalan di Jalan Medan Merdeka Jakarta adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013

Sigit Mulyansyah E
NIM A44090081
ABSTRAK
SIGIT MULYANSYAH EFFENDY. Desain Artwork pada Taman Pulau dan
Median Jalan di Jalan Medan Merdeka Jakarta. Dibimbing oleh DEWI
REZALINI ANWAR.

Ruang terbuka merupakan bagian dari kebutuhan masyarakat untuk


bersantai. Ruang terbuka dapat memiliki banyak bentuk dan fungsi, diantaranya
adalah taman pulau dan median jalan. Taman pulau dan median jalan memiliki
potensi sebagai media display untuk membentuk karakter dan memberikan mental
map bagi suatu kawasan. Karakter suatu kawasan dapat dibentuk dengan unsur-
unsur di dalamnya, salah satunya dengan penempatan artwork. Artwork dapat
menjadi elemen mental map yang berfungsi untuk menavigasi seseorang untuk
berpindah dari satu titik ke titik lain, terutama di kota besar seperti Jakarta.
Kawasan Medan Merdeka dikelilingi oleh taman pulau dan median jalan, hingga
saat ini masih belum memiliki karakter dan daya tarik untuk membentuk mental
map bagi penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain artwork
yang dapat membentuk karakter dan mental map di kawasan jalan Medan
Merdeka. Kegiatan ini dilakukan di kawasan Medan Merdeka selama 16 minggu
dengan metode observasi langsung dan wawancara. Output dari penelitian ini
meliputi desain artwork di taman pulau dan median jalan.
Kata kunci: artwork, median jalan, mental map, ruang terbuka, taman pulau

ABSTRACT

SIGIT MULYANSYAH EFFENDY. Artwork Design on The Traffic Island and


Street Median on Medan Merdeka Road Jakarta. Supervised by DEWI REZALINI
ANWAR.

Open space is a part of the community's needs for leisure. Open space can
have many forms and functions. One of them is the traffic island and street
median. Traffic Island and street median has potential as a media of display to
form character and give a mental map for an area. Character of a region can be
shaped with elements inside, one of these with the placement of the artwork.
Artwork can be a an element mental map to guide a person to move from one
point to other, especially in big cities such as Jakarta. The Medan Merdeka road
is surrounded by traffic islands, up to now still not have character and appeal to
form a mental map of its users. This study aims to create the artwork design can
shape the character and attitudes docket in the Medan Merdeka Area. This
activity is carried out on the grounds of The Medan Merdeka region in 16 weeks
with the method of direct observation and interviews. The Output from this
research includes the design artwork on the traffic Island.

Key words: artwork, mental map, open space, traffic island


DESAIN ARTWORK PADA TAMAN PULAU DAN MEDIAN JALAN
DI JALAN MEDAN MERDEKA JAKARTA

SIGIT MULYANSYAH EFFENDY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Desain Artwork pada Taman Pulau dan Median Jalan di Jalan
Medan Merdeka Jakarta
Nama : Sigit Mulyansyah Effendy
NIM : A44090081

Disetujui oleh

Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Desain Artwork pada
Taman Pulau dan Median Jalan di Jalan Medan Merdeka Jakarta ini berhasil
diselesaikan. Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Atas perhatian, bimbingan bantuan dan dukungannya yang telah diberikan,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu, Bapak, Kakak, Adik serta keluarga besar lainnya atas kesabaran dan
dukungan yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.
2. Ibu Dewi Rezalini Anwar SP, MADes selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan semangat dalam penyusunan tugas akhir
ini.
3. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Arsitektur Lanskap atas bimbingan dan
bantuannya selama penulis menjadi Mahasiswa.
4. Pihak yang terkait dalam penelitian ini atas kesediannya dalam menyediakan
waktu dan tenaganya dalam membantu penulis dalam pengumpulan data.
5. Keluarga besar Arsitektur Lanskap khususnya Angkatan 46 atas kenangan yang
telah dilalui bersama.
Penelitian membahas mengenai desain artwork yang dapat membentuk
karekter dan identitas sehingga memiliki fungsi sebagai elemen mental map.
Pentingnya suatu artwork untuk membentuk identitas suatu kawasan, dan dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Sigit Mulyansyah E
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pikir 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Desain/Perancangan 3
Artwork 3
Taman Pulau dan Median Jalan 6
Jalan Medan Merdeka 7
METODE 8
Lokasi dan Waktu 8
Alat dan Bahan 8
Metode Penelitian 8
Tahapan Penelitian 10
Proses Desain 12
Batasan Penelitian 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Kondisi Umum 13
Aspek Fisik dan Biofisik 13
Lokasi dan Batas Tapak 13
Topografi dan Kemiringan 13
Tanah dan Hidrologi 14
Iklim 15
Vegetasi 15
Aksesibilitas dan Sirkulasi 18
Visual 19
Fasilitas dan Utilitas 19
Elemen Seni 21
Aspek Sosial 23
Pengguna 23
Pengelola 23
Aspek Seni 23
Hasil Wawancara Arsitek Lanskap dan Seniman 23
Artwork sebagai Elemen Lanskap 24
Artwork Medan Merdeka 25
Analisis dan Sintesis 25
Aspek Fisik dan Biofisik 25
Lokasi dan Batas Tapak 25
Topografi dan Kemiringan 26
Iklim 26
Vegetasi 27
Aksesibilitas dan Sirkulasi 28
Visual 34
Aspek Sosial 35
Fungsi Artwork sebagai Elemen Mental map 35
Elemen Artwork sebagai Fungsi Aktif 38
Aspek Seni 40
Konsep 40
Konsep Dasar 40
Konsep Desain 40
Konsep Ruang dalam Kosmologi Jawa 41
Pengembangan Konsep 42
Konsep Warna 42
Konsep Vegetasi 43
Konsep Sirkulasi 43
Konsep Visual 44
Konsep Suasana 44
Block Plan 45
Desain 45
Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Utara 45
Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Timur 51
Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Selatan 51
Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Barat 52
Artwork sebagai Elemen Mental Map 68
Singularity 68
Form Simplicity 68
Continuity 69
Dominance 69
Directional Differeniation 69
Motion Awareness 70
Time Series 70
Detil Desain Artwork 71
Detil Desain Artwork Medan Merdeka Utara 71
Detil Desain Artwork Medan Merdeka Timur 71
Detil Desain Artwork Medan Merdeka Selatan 72
Detil Desain Artwork Medan Merdeka Barat 72
SIMPULAN DAN SARAN 83
Simpulan 83
Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 83
RIWAYAT HIDUP 84
LAMPIRAN 85
KUISIONER PENELITIAN 85
Desain Artwork pada Taman-Taman Pulau dan Median Jalan di Jalan Medan
Merdeka Jakarta Pusat 85
DAFTAR TABEL
1. Ukuran standar median jalan 6
2. Standar jalan kolektor 7
3. Jenis, sumber, dan kegunaan data 10
4. Jenis, sumber, dan kegunaan data (Lanjutan) 11
5. Data iklim rata-rata tahun 2012 15
6. Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak 15
7. Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak (Lanjutan) 16
8. Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak (Lanjutan) 17
9. Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak (Lanjutan) 18
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir 2
2. Gaya dan aliran seni rupa dalam public art 5
3. Tipe persimpangan bercabang 3 6
4. (a) Tipe persimpangan bercabang banyak (b) Bundaran (Rottary) 7
5. Peta lokasi penelitian. 8
6. Proses desain menurut Simonds 1996 (modifikasi) 12
7. Orientasi dan batas tapak 13
8. Kondisi topografi pada tapak 14
9. Drainase pada tapak 14
10. Aksesibilitas meuju tapak 19
11. Kondisi jalan dan median Jalan Medan Merdeka 20
12. Fasilitas dan utilitas pada tapak 21
13. Elemen seni pada tapak 21
14. Kondisi umum tapak 22
15. Kualitas bentuk tapak 26
16. Elemen vertikal memberikan kontras dengan bentukan tapak 26
17. Vegetasi dapat memberi penekanan pada artwork 27
18. Fungsi vegetasi sebagai latar (a) (Foreground) (b) (Background)
artwork 28
19. Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Utara 29
20. Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Timur 30
21. Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Selatan 31
22. Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Barat 32
23. Jarak pandang pejalan kaki 33
24. Jarak pandang untuk menginterpretasi artwork 34
25. Sudut pandang horizontal (a) kendaraan (b)pedestrian 34
26. Sudut pandang vertikal dan ketinggian mata normal dari pejalan kaki
dan pengendara kendaraan bermotor 35
27. Analisis sirkulasi 36
28. Analisis sirkulasi 36
29. Analisis visual 37
30. Bangunan menjadi landmark lawasan yang mudah dikenali 38
31. Fungsi artwork yang diinginkan oleh pengguna 38
32. Konsep yang diinginkan oleh pengguna 39
33. Konsep artwork yang diinginkan oleh pengguna 39
34. Konsep desain 41
35. Konsep ruang kosmologi jawa (modifikasi) 42
36. Konsep warna 42
37. Konsep vegetasi 43
38. Konsep sirkulasi 44
39. Konsep visual 44
40. Aplikasi elemen air pada tapak 45
41. Aplikasi jarak pandang antara pengamat dan artwork 46
42. Block plan Medan Merdeka Utara 47
43. Block plan Medan Merdeka Timur 48
44. Block plan Medan Merdeka Selatan 49
45. Block plan Medan Merdeka Barat 50
46. Aplikasi elemen angin pada tapak 51
47. Aplikasi elemen api pada tapak 52
48. Aplikasi elemen tanah pada tapak 52
49. Siteplan Medan Merdeka Utara 53
50. Perspektif Medan Merdeka Utara 54
51. Siteplan Medan Merdeka Timur 55
52. Perspektif Medan Merdeka Selatan 56
53. Perspektif Medan Merdeka Timur 56
54. Siteplan Medan Merdeka Selatan 57
55. Perspektif Medan Merdeka Selatan 58
56. Siteplan Medan Merdeka Barat 59
57. Siteplan Medan Merdeka Barat 60
58. Siteplan Medan Merdeka Barat 61
59. Perspektif Medan Merdeka Barat 62
60. Potongan tampak Medan Merdeka Utara 63
61. Potongan Tampak Medan Merdeka Timur 1 64
62. Potongan tampak Medan Merdeka Timur 2 65
63. Potongan tampak Medan Merdeka Selatan 66
64. Potongan tampak Medan Merdeka Barat 67
65. Aplikasi fungs singularity pada artwork 68
66. Aplikasi fungsi form simplicity pada artwork 68
67. Aplikasi fungsi continuity pada artwork 69
68. Aplikasi fungsi dominance pada artwork 69
69. Aplikasi directional differentation pada tapak 70
70. Aplikasi motion awarness pada tapak 70
71. Aplikasi time series pada artwork 70
72. Contoh LED artwork 71
73. Detil artwork Medan Merdeka Utara 73
74. Perspektif malam Medan Merdeka Utara 74
75. Detil artwork Medan Merdeka Timur 75
76. Perspektif malam Medan Merdeka Timur 76
77. Detil artwork Medan Merdeka Selatan 77
78. Detil artwork Medan Merdeka Selatan 78
79. Perspektif malam Medan Merdeka Selatan 79
80. Detil artwork Medan merdeka Barat 80
81. Detil artwork Medan merdeka Barat 2 81
82. Perspektif malam Medan Merdeka Barat 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian 85
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ruang terbuka yang ada di kota merupakan bagian dari ruang-ruang yang dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat. Ruang terbuka baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur biasanya berfungsi sebagai
kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, pemakaman, pertanian, jalur hijau
kota, dan kawasan hijau pekarangan (Hakim dan Utomo 2004). Fungsi dari karakter
suatu ruang terbuka dapat membantu seseorang dalam melakukan pergerakan dari satu
titik ke titik lainnya. Sistem tersebut dapat memandu orientasi seseorang, maka elemen-
elemen di dalam suatu ruang perlu memperhatikan jarak dan arah agar tidak terjadi
disorientasi. Sistem tersebut biasa dikenal dengan mental map (Porteus 1977).
Taman pulau dan median jalan merupakan bentuk pemanfaatan ruang terbuka
dalam skala mikro pada satu area. Taman pulau dan median jalan dapat dimanfaatkan
sebagai ruang sosial ataupun komersial. Taman pulau dan median jalan berfungsi juga
untuk mengatur lalu lintas, pemisah, pembatas, dan pengatur kecepatan kendaraan.
Menurut Lynch (1981) taman pulau dan median jalan juga harus dapat memberi
karakter suatu area/kawasan atau disebut juga sebagai identitas kawasan. Selain itu
karakter dari taman pulau dan median jalan dapat menjadi elemen mental map yang
dapat dikenali oleh penggunanya.
Perancangan taman pulau dan median jalan biasanya kurang menampilkan visual
yang menarik dan tidak memiliki karakter elemen mental map sehingga sulit bagi
seseorang untuk menavigasi dirinya. Taman pulau dan median jalan juga memiliki
potensi untuk dijadikan media untuk menampilkan artwork yang menarik sebagai
identitas kawasan dan elemen mental map bagi penggunanya.
Artwork adalah salah satu bagian dari elemen lanskap, pembentuk karakter dari
ruang publik/identitas kawasan. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau
diciptakan, sehingga semua elemen lanskap yang banyak variasinya dapat menjadi satu
kesatuan yang harmonis (Simonds dan Starke 2006). Pentingnya suatu artwork dapat
menjadi landmark dan dapat memberi daya tarik secara visual. Menurut Porteus (1977)
suatu landmark harus memiliki legibility/sense of place, dengan memperhatikan atribut
bentuk, atribut visibilitas, dan atribut dari makna dan penggunaan suatu artwork maka
diperlukan desain yang dapat memenuhi fungsi tersebut.
Monumen Nasional (Monas) merupakan salah satu landmark dan menjadi icon
Indonesia yang sudah cukup dikenal. Kawasan Monas juga dikelilingi oleh Jalan Medan
Merdeka yang merupakan pusat pemerintahan dan area perkantoran. Kawasan Medan
Merdeka memiliki taman pulau dan median jalan yang masih belum memiliki daya tarik
dan karakter yang kuat untuk membentuk mental map bagi penggunanya. Untuk
memberikan daya tarik tersebut maka diperlukan studi desain artwork pada taman pulau
dan median jalan di Jalan Medan Merdeka.
2

Kerangka Pikir

Permasalahan sering terjadinya disorientasi terhadap ruang dikarenakan


kurangnya pemanfaatan ruang-ruang terbuka di kota sebagai area publik yang
memperhatikan fungsi dan karakter ruang, sehingga menyebabkan tidak adanya
identitas sebuah kawasan yang dapat digunakan sebagai elemen mental map. Dengan
penambahan artwork sebagai bagian dari elemen lanskap diharapkan dapat memberikan
karakter yang kuat dengan memperhatikan elemen-elemen pembentuknya
Untuk membentuk elemen mental map maka perlu memperhatikan aspek aspek
yang dapat membentuk fungsi tersebut. Aspek-aspek tersebut akan membentuk konsep
artwork yang sesuai pada kawasan Jalan Medan Merdeka. Kerangka penelitian dapat
dilihat di Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan pengguna akan artwok serta elemen-
elemen pembentuk artwork pada taman pulau dan median jalan di Jalan Medan
Merdeka sebagai pembentuk kawasan untuk pembentuk mental map,
2. membuat konsep artwork pada taman pulau dan median jalan di Jalan Medan
Merdeka, dan
3. membuat desain artwork yang memiliki nilai fungsional dan estetika juga dapat
diaplikasikan pada taman pulau dan median jalan di Jalan Medan Merdeka.
3

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah;


1. menambah karya baru di bidang Arsitektur Lanskap,
2. dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak terkait dalam merancang/desain artwork,
3. menjadi referesi perancangan taman pulau yang lebih menarik, dan
4. menambah fungsi ruang terbuka.

TINJAUAN PUSTAKA

Desain/Perancangan

Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur dan berbagai


pencapaian kreatif lainnya. Desain dalam arsitektur lanskap diterjemahkan juga sebagai
proses dari penggabungan seni dan ilmu pengetahuan dalam menata ruang untuk
menghasilkan nilai yang estetika dan fungsional. American Society of Landscape
Architects (ASLA) mendefinisikan arsitektur lanskap sebagai seni dalam
mendesain/menata dengan mengkombinasikan elemen lunak (softscape) dan elemen
keras (hardscape) dengan memperhatikan sumberdaya alam untuk menghasilkan
lingkungan yang fungsional dan menyenangkan. Merancang adalah membentuk,
kreativitas bertujuan untuk mengembangkan bentuk (koneksi, koherensi) seperti proyek
seni rupa (misalnya patung), yang biasanya dikelola dan ditangani dengan secara
langsung (1:1), skala (landscape) proyek arsitektur fundamental membutuhkan
persiapan langkah menengah dari representasi simbolis (desain dalam tanda) sebagai
sebuah abstraksi dari realitas yang akan datang (Loidl dan Bernard 2003). Simonds
(1983) mengatakan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi dimana
ditujukan pada volume ruang, pada setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan,
warna, tekstur dan kualitas lainnya. Semuanya dapat mengekspresikan dan
mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Loidl dan Bernard dalam
Nugraha (2011) menyatakan bahwa perancangan adalah membuat bentuk, sebuah
kreativitas yang ditujukan untuk mengembangkan bentuk, merancang tidak seperti
pekerjaan seni.
Dalam melakukan perancangan perlu memperhatikan prinsip-prinsip desain.
Menurut Kartika (2004) menyatakan bahwa prinsip desain merupakan bagian dasar
dalam mendesain untuk menghasilkan suatu komposisi yang baik. Prinsip desain
menurut Kartika (2004) meliputi harmoni (harmony), kesatuan (unity), kontras
(contras), repetisi (repetition), keseimbangan (balance) dan emphasis (accentuation).

Artwork

Artwork atau diterjemahkan sebagai karya seni menurut KBBI (Kamus Besar
Berbahasa Indonesia), merupakan hasil dari sebuah pemikiran dalam bentuk visual yang
nyata untuk mengkomunikasikan suatu maksud tertentu. Bentuk dari hasil karya seni
dapat berupa lukisan, gambar, bentuk patung atau bentuk visual lainnya (Kemendikbud,
2013). Menurut Suzanne dalam Kartika (2004), mengatakan seni merupakan simbol
dari perasaan. Komunikasi/informasi yang disampaikan oleh seniman tercermin melalui
lambang/simbol tertentu melalui media yang digunakannya.
4

Perbedaan medium dan material perlu penghayatan dalam memahami sebuah


karya seni. Penghayatan dihadirkan melalui nilai estetika atau perasaan sensitivitas.
Menurut Read dalam Kartika (2004) seni itu tidak harus indah. Terdapat tiga tingkatan
dasar untuk menikmati estetis/artistika:
1. Tingkatan pertama: pengamatan terhadap kualitas material, warna, suara, gerak dan
reaksi fisik lainnya.
2. Tingkatan kedua: pengamatan terhadap penyusunan bentuk yang menyenangkan
dengan pertimbangan harmoni, kontras, balance dan unity.
3. Tingkatan ketiga: Pengamatan yang dihubungkan dengan perasaan atau emosi,
tergantung tingkat kepekaan penikmat seni.
Karya seni dalam fungsi seni rupa ditinjau berdasarkan segi fungsi terhadap
masyarakat atau kebutuhan manusia terbagi atas seni murni (fine art) dan seni terapan
(applied art) (Kartika, 2004). Secara teoritis terbagi juga menjadi fungsi sosial yaitu
kecenderungan untuk mempengaruhi tingkah laku masyarakat. Karya seni sebagai
fungsi sosial merupakan karya seni yang diciptakan sebagai karya yang dipakai untuk
kehidupan sehari-hari. Seni arsitektur merupakan bagian dari seni terapan dengan
mempertimbangkan pengguna sebagai tujuan utama sesuai dengn filosofi “design must
be for people”.
Pada era modern muncullah aliran-aliran seni rupa modern yang dihasilkan oleh
seniman. Seni rupa modern merupakan hasil kreativitas untuk menciptakan karya yang
baru. Seni rupa modern lahir karena seniman tidak ingin terikat oleh tradisi seni yang
lampau yang berlaku pada era sebelumnya. Menurut Kartika (2004) seni rupa modern
lahir di abad ke-20 gerakan ini disebut sebagai masa transisi dari konvensi realis
kebentuk kebebasan seniman. Seni rupa Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan seni
rupa di Eropa hal tersebut juga mempengaruhi senimannya dalam berkarya. Perubahan
corak seni rupa tradisional ke seni rupa modern adalah corak karya seni rupa yang
sudah mengalami kemajuan, perubahan, dan pembaruan. Gaya seni rupa ini dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu gaya representatif, gaya deformatif dan gaya
abstraksionisme.
Pengertian representatif adalah nyata atau sesuai dengan keadaannya. Gaya seni
rupa yang termasuk dalam gaya representatif adalah realisme, yaitu aliran seni rupa
yang penggambarannya sesuai dengan kenyataan hidup, gaya ini dengan aliran ini
berkembang di Indonesia pada zaman reformasi hal tersebut terlihat pada beberapa
karya artwork yang ada di Jakarta.
Seni rupa modern yang berkembang di Eropa memiliki gaya deformatif, yaitu
perubahan bentuk dari aslinya, sehingga menghasilkan bentuk baru namun tidak
meninggalkan bentuk dasar aslinya. Menurut Kartika (2004), yang termasuk gaya
deformatif yaitu;
1. ekspresionisme: merupakan pengembangan dari realisme dengan memberikan
ekspresi seniman kedalam karyanya,
2. fauvisme: merupakan ekspresi seniman yang lebih bebas sehingga objek seni dibuat
kontras dengan aslinya, pada aliran ini sudah memperkenalkan gaya-gaya abstrak,
3. kubisme: karya ini banyak menggunakan bentuk-bentuk geometris,
4. futurisme: karya ini dipengaruhi oleh gerak, pencahayaan dari bentuk yang bergerak,
dan
5. surrealisme: Aliran ini banyak dipengaruhi analisis psikologis. Aliran ini sering
tampil tidak logis dan penuh fantasi, seakan akan melukis dalam mimpi.
5

Gaya abstraksionisme adalah suatu bentuk yang sulit untuk dikenali. Bentuk dasar
dari gaya ini sudah meninggalkan bentuk aslinya. Gaya yang tergolong dalam gaya
abstrak adalah abstrak ekspresionisme memandang bahwa ekspresi jiwa tidak dapat
dihubungkan dengan objek apapun, aliran ini berpendapat bahwa melukis adalah
memadukan unsur-unsur gambar berupa garis, warna, bidang, tekstur dan abstrak
geometris, aliran ini menonjolkan bidang yang diisi dengan warna dan dipilah dengan
garis-garis tegas.
Banyak seniman yang kini mengekspresikan karya seninya pada ruang terbuka
atau ruang publik dalam menampilkan hasil karya seninya. Dalam beberapa tahun
terakhir, seni publik telah semakin berkembang dalam lingkup dan aplikasi baik ke
daerah-daerah yang lebih luas dan menantang lainnya dari bentuk seni (artform), dan
juga di berbagai tempat, jauh lebih luas dari apa yang bisa disebut sebagai ranah publik.
Hasil karya seni tersebut dapat menambah fungsi ruang dan memberikan karakter pada
kawasan tersebut. Dalam menciptakan karya seni di ruang publik perlu adanya
pemahaman antara seniman karya seni dan penghayat (masyarakat). Gambar 2
merupakan contoh dari gaya dan aliran seni rupa yang digunakan pada patung sebagai
public art (seni publik).

Sumber gambar: Dokumentasi pibadi, google.com/image


Gambar 2 Gaya dan aliran seni rupa dalam public art
6

Taman Pulau dan Median Jalan

Seiring perkembangan suatu kota taman pulau dan median jalan menjadi bagian
yang penting untuk mengatur lalu lintas dan keamanan jalan. Taman pulau dan median
jalan merupakan bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dapat berupa
marka jalan atau bagian jalan yang ditinggikan. Taman pulau dan median jalan
berfungsi untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas pada ruas jalan ataupun di
persimpangan jalan melalui pemisahan arus (PU, 2013).
Pengembangan fungsi taman pulau dan median jalan saat ini sangat pesat terkait
dengan memenuhi kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang sudah semakin menyempit.
Disamping fungsi standar seperti jalur hijau jalan, pemisah jalan, pengatur lalu lintas,
meningkatkan keselamatan lalu lintas pada ruas jalan ataupun di persimpangan jalan.
Taman pulau dan median jalan juga dapat berfungsi sebagai fungsi sosial dan fungsi
komersial. Fungsi sosial yang digunakan seperti media display, ruang tunggu
penyebrangan dan shelter bus. Sedangkan sebagai media komersial pemasangan iklan-
iklan digital ataupun papan reklame yang dipasang pada median ataupun taman pulau.
Ukuran dari median dan taman pulau itu sendiri tergantung jenis jalan tersebut.
Ukuran dari median jalan dan taman pulau tergantung dari kelas jalan tersebut.
Berikut Tabel 1 merupakan ukuran standar dari median jalan.
Tabel 1 Ukuran standar median jalan
Lebar Median Jalan Lebar Jalur Tepian
Kelas Jalan
Minimum *Minimum Khusus Minimum
I, II 2.50 1.00 0.25
1.00
IIIA, IIIB 1.50 0.25
0.40 median datar
Ket: *) digunakan pada jembatan bentang ≥ 50 m
Sumber: Dir. Bintek dan Binamarga (2004)

Taman pulau yang berada pada persimpangan jalan biasanya tergantung lebar atau
luas persimpangan jalan. Menurut Hariyanto (2004), berdasarkan bentuk dan ukurannya
ada beberapa macam jenis persimpangan yaitu persimpangan bercabang 3 (Pertigaan)
(Gambar 3), persimpangan bercabang 4 (perempatan), persimpangan bercabang banyak,
dan bundaran (Rotary Interrsection)(Gambar 4).

Gambar 3 Tipe persimpangan bercabang 3


7

(a) (b)
Gambar 4 (a) Tipe persimpangan bercabang banyak (b) Bundaran (Rottary)
Jalan Medan Merdeka

Lanskap jalan perlu didesain secara khusus dengan memperhatikan standar dan
atribut-atribut jalan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.
Menurut Nasarudin (1994) dalam jalur hijau jalan sebagai bagian dari ruang terbuka
hijau (RTH) merupakan kawasan hijau sebagai bagian kota yang dinikmati secara
umum dan pembentuk wajah kota. Lanskap yang terbentang sepanjang jalan harus
memberikan kesan menyenangkan dengan menyatukan keharmonisan dan keselarasan
sehingga fungsional secara fisik dan visual (Simonds, 1983).
Jalan Medan Merdeka berada pada core area atau area inti yaitu pusat
pemerintahan dan kawasan perkantoran. Menurut Arie Bastaman1 (2013) Jalan Medan
Merdeka merupakan white area atau lingkar satu Indonesia, maka diperlukan
perencanaan dan perancangan yang tepat. Menurut Rosen 2 (2004) Medan Merdeka
Barat, Utara, Timur dan Selatan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan maka
diperlukan perancangan yang harmoni. Jalan Medan Merdeka juga menghubungkan
pusat kota yaitu istana pemerintahan (Istana Merdeka) istana rakyat (Tugu Monas) dan
istana umat (Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral). Lanskap jalan dapat membentuk
karakter dari suatu kawasan. Klasifikasi jalan menurut Direktorat Jenderal Binamarga
terbagi atas jalan lokal, jalan kolektor, jalan arteri, dan jalan primer. Berdasarkan
fungsinya dan karakter jalan, Jalan Medan Merdeka termasuk dalam jalan
kolektor/protokol. Tabel 2 merupakan standar untuk jalan kolektor.
Tabel 2 Standar jalan kolektor
Jenis Fungsi dan Jarak Lebar Lebar Kemiringan Kecepatan Unsur lainnya
Fasilitas Unsur desain D-M-J Perkerasan maksimal

Jalan Jalan Utama Tidak boleh Tidak 44 kaki (2- 5% Minimum min 4 kaki
Kolektor dalam kota. lebih pendek Kurang 12 kaki) 40 trotoar
(protokol) Tanda dari 400 m dari 7 jalur LL, 2- Km/Jam terpisah,
berhenti meter 10 parkir sempadan 30
dipinggir jalan kaki untuk
tanaman
Sumber: Eismon dan Gallion (1994) Modifikasi.

1
Wakil Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia)
2
Pemilik Newseum Jl. Veteran I/26, Jakarta
8

METODE

Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di taman pulau dan median jalan yang berada di Jalan
Merdeka, Jakarta. Taman pulau dan median jalan yang menjadi lokasi penelitian
meliputi taman pulau dan median jalan di Jalan Merdeka Utara, Timur, Selatan dan
Barat. Lokasi penelitian (Gambar 5) ini berbatasan dengan pusat perkantoran, pusat
pemerintahan dan kawasan landmark Indonesia yaitu Monas. Penelitian ini
dilaksanakan mulai Januari sampai Mei 2013.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terbagi atas alat dan bahan
untuk kegiatan survei lapang dan kegiatan studio. Alat yang digunakan untuk survei
lapang seperti kamera, alat tulis dan peralatan lainnya yang digunakan saat di lapang.
Pada kegiatan studio digunakan PC/laptop dengan software AutoCAD, Sketchup,
Photoshop, Microsoft Office Word dan Microsoft Office Excel. Sedangkan bahan yang
diperlukan adalah peta dasar sebagai acuan, daftar pertanyaan untuk wawancara dan
kuisioner.

Sumber: wikimapia.com, googlemaps


Gambar 5 Peta lokasi penelitian.
Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian desain artwork pada taman
pulau dan median jalan ini yaitu adalah sebagai berikut.
1. Inventarisasi
1.1. Observasi atau pengamatan secara langsung terhadap tapak pada waktu-waktu
tertentu dengan kondisi yang berbeda-beda. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendapatkan data fisik dan biofisik seperti bentukan-bentukan elemen lanskap
dan intensitas cahaya matahari pada bagian tertentu di dalam tapak yang akan
mempengaruhi bentukan artwork yang akan didesain.
1.2. Wawancara dalam bentuk kuesioner tertutup (purposive sampling) dengan
pengguna tapak yang dipilih secara sengaja sebanyak 30 responden yang
disebar ke dalam empat lokasi untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai
9

pentingnya suatu artwork, dan wawancara dalam bentuk kuisoner terbuka


(indepth interview) ditunjukan kepada pengelola, seniman dan arsitek lanskap
untuk mendapatkan persepsi dan sudut pandang mengenai desain artwork yang
menjadi pertimbangan dalam mendesain.
2. Analisis dan Sintesis
2.1. Aspek Seni dan Sosial
Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan desain artwork yang memiliki
nilai estetik dan fungsional dengan melakukan analisis secara spasial dan
deskriptif.
2.2. Aspek Pengguna
2.2.1. Pendekatan psikologis: pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui
fungsi artwork nantinya terhadap emosional user/pengguna untuk
membentuk elemen mental map.
2.2.2. Pendekatan keamanan dan kenyamanan: pendekatan ini dilakukan untuk
mempertimbangkan arah dan arus sirkulasi dalam menentukan titik
peletakan artwork untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna jalan. Menurut Harris dan Dines (1998) perlu memperhatikan
jarak pandang pengguna terhadap objek didepannya. Untuk menghitung
jarak pandang antara pengguna dan artwork maka diketahui rumus
berikut.

Pr= 1.47(t)(v)

Persepsi dan reaksi (Pr):


Pr = Untuk menghitung jarak ketika pengemudi bereaksi dan memberi
persepsi terhadap objek didepannya (m).
t = Waktu yang dibutuhkan ketika bereaksi dan memberi persepsi
terhadap objek (2.5 detik).
v = Kecepatan kendaraan (Jalan Medan Merdeka termasuk jalan
protokol dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam).

Jarak berhenti (d):

D =

d = Jarak untuk menginterpretasi objek (m).


v = Kecepatan kendaraan (Jalan Medan Merdeka termasuk jalan
protokol dengan kecepatan rat-rata 40 km/jam).
f = Nilai koefisien 0.60 (dipengaruhi psikologi pengguna jalan dan
jenis
perkerasan).
Jarak pandang minimum (D):

D = Pr + d
10

Tahapan Penelitian
Penelitian ini merupakan kegiatan proses desain artwork pada taman pulau dan
median jalan di kawasan Jalan Medan Merdeka Jakarta, dengan memperhatikan atribut-
atribut penting untuk membentuk karakter suatu kawasan agar dapat menjadi elemen
mental map. Atribut-atribut tersebut dipelajari melalui masyarakat yang berpotensi
sebagai pengguna. Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu:
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, tujuan penelitian, penyusunan
literatur, studi literatur, penyusunan proposal penelitian dan makalah kolokium.
2. Pengumpulan Data
Tahapan ini merupakan kegiatan pengambilan data yang dilakukan dengan
survei langsung dan kegiatan studio berupa studi literatur. Pengumpulan data
dilakukan setelah penetapan lokasi. Pengambilan data survei berupa data fisik tapak,
biofisik dan persepsi pengguna dan pihak yang terkait untuk pertimbangan desain.
Data yang diperoleh kemudian diidentifikasi berdasarkan jenis data yang diperoleh.
Tabel 3 merupakan jenis, sumber dan kegunaan data yang akan di gunakan.
Tabel 3 Jenis, sumber dan kegunaan data
Jenis/Aspek data Unit data Kategori Cara Sumber data Kegunaan data
data pengambilan
Biofisik
1. Lokasi
Kondisi - Sekunder Wawancara Pengelola Mengetahui
lokasi dan primer kawasan kondisi umum
lokasi
Luas m2 Primer Survei Pengelola Mendesain
tapak kawasan artwork
2. Topografi mdpl Primer dan Survei lapang Data Analisis
sekunder kawasan drainase,
sekitar struktur dan
Jalan fasilitas
Medan
Merdeka
3. Iklim
0
Suhu C Primer dan - BMG Penggunaan
sekunder material
Intesintas Primer - Data
Penyinaran kawasan
matahari sekitar
Monas
Curah hujan mm/tahun Sekunder - BMKG Menentukan
penempatan
drainase
Kecepatan km/jam Sekunder - BMKG Struktur
angin artwork
Kelembaban - Sekunder - BMKG
4. Jenis Tanah Satuan Sekunder - Puslitan Pengembangan
kesuburan sturktur dan
menentukan
kemampuan
tumbuh tanaman
11

Tabel 3 Jenis, sumber, dan kegunaan data (Lanjutan)

Jenis/Aspek data Unit data Kategori Cara Sumber data Kegunaan data
data pengambilan
Biofisik
5. Vegetasi Satuan unit Primer Survei lapangan - Menentukan
jenis vegetasi
untuk
mendukung
desain
6. Aksesibilitas Jalur Primer Survei lapangan - Menentukan
pencapaian desain sirkulasi

7. Sirkulasi Primer Survei lapangan - Arah


interpretasi
pengguna tapak
8. Utilitas Primer Survei lapangan -

9. Fasilitas Primer Survei lapangan -

Sosial
1. Pengguna Jumlah, Primer dan Wawancara - Mengetahui
m2/orang sekunder pengelola dan daya dukung
profil pengguna Mengakomodasi
pengguna keinginan&
kebutuhan
pengguna
2. Seniman - Primer Wawancara, - Persepsi untuk
kuisioner pertimbangan
dalam
mendesain

3. Pengelola - Primer dan Wawancara Dinas Pertimbangan


sekunder Pertamanan untuk
dan pemilihan
Pemakaman material yang
DKI Jakarta minim
4. Aktivitas Survei lapangan pemeliharaan
- Primer
& wawancara Mengetahui
kebutuhan
ruang bagi
pengguna
5. Waktu jam Primer Survei lapangan - Mengetahui
aktivitas & wawancara kebutuhan
ruang bagi
pengguna
12

3. Pengolahan data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan spasial yang
akan menjadi pertimbangan dalam sintesis. Tahap selanjutnya merupakan proses
desain. Proses desain merupakan bagian penting dalam penelitian ini. Proses desain
yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti teori Simonds 1996 meliputi
commissioning, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep desain, konstruksi dan
pelaksanaan (Gambar 6).

Gambar 6 Proses desain menurut Simonds 1996 (modifikasi)


Proses Desain
Proses mendesain pada penelitian ini menggunakan model Simonds (1996) yang
dimodifikasi. Proses desain dimodifikasi pada tahap inventarisasi.
1. Inventarisasi, merupakan tahapan setelah penerimaan kerja/proyek dengan
mengambil data fisik, visual dan sosial yang berupa data primer dan sekunder.
Dengan modifikasi pada tahap ini penyebaran kuesioner pada pengguna dan pihak-
pihak terkait untuk mendapatkan preferensi dan informasi mengenai tapak.
2. Analisis-sintesis dapat dilakukan secara bersama, menganalisis potensi, kendala dan
preferensi pengguna dengan melakukan penyebaran kuisioner dan wawancara yang
akan menjadi pertimbangan mendesain nantinya.
3. Hasil analisis-sintesis dari data yang diperoleh akan dikembangkan menjadi konsep
dasar, konsep desain dan konsep pengembangan. Pada tahap ini hasil preferensi
mengenai bentuk dan fungsi artwork sangat menjadi pertimbangan.
4. Konstruksi, pada tahap ini merupakan pengembangan dari tahap sebelumnya.
Penggambaran secara detil, bentuk, struktur, bahan dan material yang digunakan
sehingga dapat diterapkan pada tapak.
Batasan Penelitian
Batasan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui pentingnya suatu artwork
bagi pengguna dan elemen-elemen pembentuk artwork di kawasan Jalan Medan
Merdeka Jakarta. Desain artwork dan gambar kerja berupa gambar detil, potongan dan
perspektif.
13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Aspek Fisik dan Biofisik

Aspek fisik dan biofisik yang diinventarisasi meliputi aspek-aspek yang terkait
dalam perancangan artwork diantaranya;
Lokasi dan Batas Tapak
Lokasi taman pulau dan median jalan ini berada di daerah Jakarta Pusat tepatnya
berada di Jalan Medan Merdeka Utara, Selatan, Barat dan Timur. Jalan di Kawasan
Medan Merdeka merupakan jalan utama yang mengelilingi kawasan Monas dan
berbatasan dengan wilayah pusat perkantoran dan pusat pemerintahan nasional
(Gambar 7). Berdasarkan letak geografisnya lokasi yang berada di Jakarta Pusat berada
di antara 106°.22’.42’’ BT sampai dengan 106°.58’.18’’ BT dan 5°.19’.12’’ LS sampai
dengan 6°.23’.54’’ LS.

Sumber gambar: google.com


Gambar 7 Orientasi dan batas tapak
Topografi dan Kemiringan
Menurut Riyanto Indra (2009) Wilayah DKI terbagi atas tiga tingkat ketinggian
yang dominan, Jakarta Pusat termasuk dalam kategori dengan ketinggian permukaan
tanah kurang dari 10 mdpl dan termasuk dalam kategori topografi relatif datar dengan
kemiringan 0-8% dan berada pada dataran rendah. Kondisi topografi dan kemiringan
pada Gambar 8.
14

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi


Gambar 8 Kondisi topografi pada tapak
Tanah dan Hidrologi
Kawasan Medan Merdeka dengan curah hujan yang rendah maka pemeliharaan
tanaman dilakukan dengan sumber air berasal dari PDAM. Kondisi drainase tapak
cukup baik karena tidak ada genangan air dan sirkulasi air dalam tapak mengarah ke
aliran drainase terdekat, namun jika curah hujan tinggi drainase pada tapak akan
menggenang bahkan banjir akibat penutupan dengan beton dan kurangnya resapan air
ke dalam tanah.
Jenis tanah pembentuk di Jakarta Pusat termasuk jenis tanah alluvial atau disebut
dengan inseptisol dengan tingkat kesuburan yang tinggi (Ballittanah, 2013). Jenis tanah
ini merupakan jenis tanah yang berada di dataran rendah atau lembah, Jakarta Pusat
termasuk dalam dataran rendah. Dengan kondisi yang sekarang jenis tanah pada lokasi
dapat dikategorikan sebagai tanah urugan karena tingkat pembangunan yang tinggi
sehingga menutup tanah asli. Kondisi tanah dan hidrologi pada Gambar 9.

Sumber gambar : Dokumentasi pribadi


Gambar 9 Drainase pada tapak
15

Iklim
Lokasi tapak berada pada dataran rendah sehingga memiliki iklim yang sedikit
panas dengan suhu rata-rata pada tahun 2012 sebesar 28°C. Curah hujan rata-rata di
tahun 2012 sebesar 136.2 mm/bulan dan kelembaban sebesar 73.9%. Data rata-rata
perubahan iklim setiap bulannya terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data iklim rata-rata tahun 2012

Bulan
Jenis Data
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Rata-Rata
Suhu
27.6 28.3 28.3 28.7 28.9 28.8 28.4 28.6 28.9 28.2 26.2 28.2 28.3
Bulanan (°C)
Jumlah Curah
Hujan
259.2 110.5 177.5 195.7 78.9 66.9 21.0 ─ 19.5 20.2 314.7 234.3 136.2
Bulanan
(mm)
Kelembaban
Udara 79.7 77.6 75.9 76.9 74.0 67.0 70.0 68.6 69.5 71.3 78.0 78.5 73.9
Bulanan (%)
Lama
Penyinaran
32.4 52.4 58.0 68.7 57.8 49.9 60.6 87.6 81.1 63.6 42.0 40.5 57.9
Matahari
Bulanan (%)
Kecepatan
Angin
5.1 4.5 5.7 4.9 5.2 4.9 4.6 4.9 4.5 4.6 4.5 5.5 4.9
Bulanan
(knot)
Arah Angin
W W W E N E NE E E E E NW ─
Bulanan
Sumber: BMKG Pusat, 2012
Vegetasi
Pada umumnya struktur dan vegetasi yang digunakan pada jalan merupakan
vegetasi yang berfungsi untuk mengarahkan dan vegetasi estetika untuk membentuk
karakter jalan. Fungsi utama vegetasi di perkotaan untuk menanggulangi penurunan
kualitas lingkungan dan berkaitan langsung dengan kehidupan penghuni kota serta
sebagai satu kesatuan sistem ekologi kota (Wungkar, 2005). Berikut jenis vegetasi yang
ada di dalam tapak (Tabel 5).
Tabel 5 Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak
Nama
No Nama Latin Famili Lokasi Gambar Fungsi
Lokal
Pengisi
Medan ruang
Acalypha
1. Teh-tehan Euphorbiaceae Merdeka
macrophylla
Selatan

Medan Pengisi
Merdeka Timur ruang dan
2. Agave Agave sp Agaveceae
dan Merdeka Estetik
Selatan
16

Tabel 5 Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak (Lanjutan)


Nama
No Nama Latin Famili Lokasi Gambar Fungsi
Lokal
Medan Pengisi
Merdeka Timur ruang dan
3. Bromelia Bromelia sp Bromeliaceae
dan Merdeka Estetik
Barat
Medan Pengisi
Talas Merdeka Timur ruang dan
4. Calathea Luthea Marantaceae Estetik
Hias dan Merdeka
Selatan
Pengisi
Medan ruang
Merdeka
5. Kana Canna sp Cannaceae
Selatan dan
Merdeka Barat

Medan Pengisi
Merdeka ruang
6. Kucai Carex morowii Liliaceae
Selatan dan
Merdeka Barat
Pengisi
Medan ruang
Cascade Chamaedorea Merdeka
7. Araceae
palm cataractarum Selatan dan
Merdeka Barat
Estetik

Medan
8 Puring Codiaeum sp Euphordiaceae
Merdeka Timur

Pengarah
Medan
9 Jatimas Cordia sebestana Boraginaceae Merdeka
Selatan

Pengisi
Medan ruang dan
Merdeka Timur Estetik
10 Hanjuang Cordyline Sp Agaveceae
dan Merdeka
Selatan
Pengisi
Medan ruang
11 Sikas Cycas revoluta Cycadaceae Merdeka
Selatan

Pengisi
ruang
Medan
12. Drasena Dracena sp Agaveceae Merdeka
Selatan
17

Tabel 5 Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak (Lanjutan)


Nama
No Nama Latin Famili Lokasi Gambar Fungsi
Lokal
Estetik
Euodia Medan
13. Zodia Rutaceae
suaveolens Merdeka Timur

Medan Pengisi
Merdeka, ruang
Pisang
14. Heliconia sp Strelitciceae Merdeka
Hias
Selatan,
Merdeka Barat
Pengisi
ruang
Medan
Sambang Hemigraphis
15. Acanthaceae Merdeka
dara alternata
Selatan

Pengisi
Lili Air Hymenocallis Medean ruang
16. Amarylidaceae
Mancur speciosa Merdeka Barat

Medean
17. Soka Ixora sp Rubiaceae
Merdeka Barat
Pengisi
ruang
Medan
18. Serdang Livistonia sp Araceae Merdeka
Selatan

Pengisi
ruang
Medan
19. Ubi Hias Lpomoea sp Convolvulaceae
Merdeka Barat

Medan Pengisi
20. Petunia Petunia Solanaceae Merdeka ruang
Selatan
Medan Pengisi
Merdeka Timur ruang dan
21. Daun Pilo Philodendrons Araceae
dan Merdeka Estetik
Selatan

Pengisi
Medan
Pritchardia ruang
22. Palem Fiji Araceae Merdeka
pacifica
Selatan

Pengarah

Pterocarpus Medan
23. Angsana Papilionaceae
indicus Merdeka Utara
18

Tabel 5 Jenis dan fungsi vegetasi dalam tapak (Lanjutan)


Nama
No Nama Latin Famili Lokasi Gambar Fungsi
Lokal
Estetik

Pisang Ravenala Medan


24. Strelitziaceae
Kipas madagascariensis Merdeka Timur

Estetik

Palem Medan
25. Rhapis excelsa Araceae
Wregu Merdeka Timur

Pengisi
ruang
Medan
Palem
26. Roystonea regia Araceae Merdeka
Raja
Selatan

Medan Pengarah
Merdeka
Swietenia
27. Mahoni Meliaceae Selatan,
mahogani
Merdeka Barat,
Merdeka Utara
Estetik
Medan
Pucuk Merdeka
28. Syzygium oleina Myrtaceae
Merah Selatan dan
Merdeka Barat

Bunga Medan Estetik


29. Tahi Tagetes patula Compositae Merdeka
Kotok Selatan

Sumber gambar : google.com

Aksesibilitas dan Sirkulasi


Jalan Medan Merdeka dapat diakses melalui Jalan M.H Thamrin, Jalan Majapahit,
Jalan Veteran, Jalan Perwira, Jalan Pejambon dan Jalan Moch Ichwan Ridwan Rais
(Gambar 10). Aksesibilitas dapat menggunakan kendaraan bermotor baik kendaraan
pribadi ataupun kendaraan umum dan dengan berjalan kaki. Sirkulasi Jalan Medan
Merdeka terbagi atas dua jalur kendaraan bermotor dan dua jalur untuk pejalan kaki
(pedestrian). Kondisi sirkulasi Jalan Medan Merdeka cukup lancar dan kondisi jalan
yang baik.
Lebar dan Panjang median jalan pada Jalan Medan Merdeka memiliki ukuran
yang berbeda sehingga mempengaruhi akses ke dalam median jalan tersebut.
Aksesibilitas ke taman pulau dan median jalan tidak semua tapak dapat diakses secara
langsung. Akses ke dalam tapak hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki untuk
menyeberang, seperti pada Jalan Medan Merdeka Utara, dan Jalan Merdeka Selatan.
Median jalan pada bagian barat ada yang digunakan sebagai shelter busway. Fungsi
19

lainnya hanya sebagai pembatas sehingga hanya terdapat sirkulasi primer yaitu sirkulasi
kendaraan bermotor dan sirkulasi sekunder yaitu sirkulasi pejalan kaki di luar maupun
di dalam tapak. Sirkulasi primer termasuk dalam kategori jalan protokol atau disebut
juga sebagai jalan kolektor. Kondisi jalan dan median jalan dapat dilihat pada Gambar
11.

Gambar 10 Aksesibilitas menuju tapak

Visual
Masing-masing visual pada tapak memiliki karakter yang berbeda, hal tersebut
dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan sekitarnya. Visual pada tapak yang baik
berada pada Medan Merdeka Barat dan Selatan karena memiliki sudut pandang yang
lebih luas dan mengarah ke Patung Arjuna Wijaya dan Patung Thamrin. Secara
keseluruhan tidak terdapat visual yang buruk pada tapak.
Fasilitas dan Utilitas
Umumnya fasilitas pada tapak tergantung dengan kondisi luas tapak masing-
masing, pada umumnya fasilitas yang tersedia adalah penerangan jalan umum (PJU).
Penanda atau marka untuk memberi tanda-tanda tertentu kepada pengguna jalan.
Marka jalan pada tapak seperti tanda berhenti dan memutar juga lampu lalu lintas untuk
kendaraan bermotor maupun manusia untuk menyeberang jalan. Utilitas dalam tapak
merupakan jaringan listrik yang digunakan untuk PJU. Kondisi fasilitas dan utilitas
pada tapak di Gambar 12.
20

Gambar 11 Kondisi jalan dan median Jalan Medan Merdeka


21

Sumber gambar: Dokumen pribadi


Gambar 12 Fasilitas dan utilitas pada tapak

Elemen Seni
Terdapat beberapa elemen seni pada tapak khususnya pada bagian Medan
Merdeka Barat dan Selatan. Elemen seni tersebut ialah Patung Arjuna Wijaya, Patung
Thamrin dan Gerombong. Elemen seni tersebut dibuat dengan material yang masiv
berupa perunggu dan tanaman yang dibentuk menjadi elemen seni. Kondisi elemen seni
cukup baik karena diletakkan pada posisi yang strategis sehingga memiliki visual yang
baik. Fungsi dari elemen seni tersebut sebagai elemen estetika kota untuk menambah
keindahan serta memanfaatkan median dan taman pulau sebagai media display.
Keberadaan elemen seni di tapak belum dapat memberikan identitas dan karakter bagi
kawasan setempat. Kondisi elemen seni pada tapak ada pada Gambar 13.

Sumber gambar: Dokumen pribadi


Gambar 13 Elemen seni pada tapak
22

Gambar 14 Kondisi umum tapak


23

Aspek Sosial

Pengguna
Penguna tapak pada umumnya adalah karyawan yang bekerja di kawasan
perkantoran di Jalan Medan Merdeka, pengguna melewati tapak untuk menyeberang
dari satu arah ke arah yang lainnya. Penggunaan tapak yang cukup padat berada pada
Jalan Medan Merdeka Barat dikarenakan dekat dengan halte busway dan letaknya
berdekatan dengan area perkantoran, sedangkan untuk pengguna tapak pada area
lainnya tergolong sepi karena merupakan area pemerintahan. Waktu penggunaan padat
pada tapak dimulai pada pukul 08.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB dikarenakan waktu
masuk bekerja dan waktu pulang bekerja. Selain pengguna di dalam tapak, ada juga
pengguna di luar tapak seperti pengguna dengan kendaraan bermotor yang
memanfaatkan tapak sebagai area berputar arah, pembatas jalan dan keamanan.
Pengelola
Tapak dikelola oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan DKI Jakarta. Pengelolaan
terbagi atas Pengelolaan Jalur Hijau dan Keindahan Kota. Jalan Medan Merdeka Jakarta
termasuk koridor hijau dengan pengelola oleh sub bidang Jalur Hijau. Pengelola
mengharapkan fungsi dari taman pulau dan median jalan dapat dimaksimalkan. Dari
segi vegetasi penanaman masih kurang ideal dan bentuk tajuk yang berantakan.
Pengelolaan oleh sub bidang jalur hijau dilakukan pada tanaman pohon, semak, dan
rumput agar tetap menampilkan fungsi fisik yang maksimal. Pengelolaan terhadap
elemen seni pada tapak dikelola oleh sub bidang keindahan kota. Pengelola mengatakan
penambahan elemen seni pada tapak perlu memperhatikan aspek lanskap pembentuknya
dari lokasi tersebut. Fungsi dari elemen tersebut harus dapat menjadi penciri/identitas
dan memperhatikan nilai monumentalitas bagi kawasannya, fungsi dari artwork
diharapkan tidak hanya menjadi elemen estetis tetapi juga, dapat menjadi fungsi mental
map bagi penggunanya. Selain itu elemen tersebut juga memperhatikan keselamatan
bagi pengguna jalan. Pengelola juga mengharapkan penggunaan material yang ramah
lingkungan, tahan lama dan pengelolaan yang minimum.

Aspek Seni

Hasil Wawancara Arsitek Lanskap dan Seniman


Untuk melakukan pendekatan seni maka dilakukan wawancara pada seniman dan
arsitek lanskap untuk mengetahui persepsi terhadap artwork. Hasil dari wawancara
diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi artwork terhadap
suatu lanskap. Dalam wawancara ini dapat diketahui fungsi artwork dalam lanskap dan
aspek-aspek yang perlu diperhatikan untuk membentuk monumentalitas sebuah artwork.

Prinsip artwork
Karya seni kini sudah tidak hanya ditampilkan dalam bangunan-bangunan/galeri
tertutup, tetapi karya seni juga sudah dapat menjadi elemen pembentuk suatu lanskap
kota. Penambahan elemen lanskap berupa artwork dapat memberi karakter pada ruang
dan perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat meningkatkan sense of place suatu
artwork dengan memperbaiki legibilitasnya ( Porteous 1977).
24

Aspek-aspek legibilitas yang perlu diperhatikan menurut Porteous (1977):


1. Struktur (form): Dalam struktur perlu memperhatikan kontur atau perbedaan level,
dengan perbedaan level dapat membuat karakter menjadi lebih kuat dibanding
dengan yang datar. Bentuk yang dibuat merupakan poin yang penting karena dapat
mejadi karakter yang imageable bagi suatu kawasan. Poin penting lainnya seperti
tekstur, kecerahan dan kualitas penggunaan atribut yang kadang kurang imageable.
2. Visual: Visual berkaitan dengan titik pandang dimana peletakan atau posisi
diletakkannya suatu elemen agar dapat terlihat jelas tanpa terhalangi oleh bangunan
lainnya. Peletakan elemen juga harus memperhatikan sirkulasi agar dapat menarik
perhatian.
3. Kegunaan dan simbolis: Penggunaan area dengan intensitas tinggi penting dalam
mental map. Penggunaan objek secara tunggal, jarak antar pengguna, aktivitas
bersama dan fasilitas, tetapi penyimbolan mengacu pada aspek politik atau sejarah
yang signifikan menjadi sangat penting. Dengan mengetahui kegunaan simbolisme
agar sesuai dengan prinsip form follow function (Louis Sullivan, 1986).
Dalam penataan ruang perlu memperhatikan elemen didalamnya agar tidak
membuat disorientasi terhadap ruang. Penambahan elemen berupa artwork dapat
memberikan identitas pada ruang dan menjadi simbol bagi masing-masing lokasi.
Menurut Arie Bastaman (2013) fungsi artwork dapat dilihat kedalam tiga aspek, fungsi
pertama artwork dilihat secara skala terbagai atas skala kota, kawasan dan komunitas;
fungsi artworks dilihat sebagai fungsi orientasi yaitu sebagai orientasi pembangunan
suatu kota dan sebagai simbol suatu lokasi; fungsi ketiga artworks dilihat sebagai fungsi
penanda yaitu sebagai penanda tempat dan penanda suasana. Dari ketiga fungsi tersebut
dapat menciptakan elemen mental map bagi penggunanya.
Untuk menciptakan fungsi-fungsi tersebut maka penambahan elemen artwork pada
ruang publik juga perlu memperhatikan aspek sosial. Menurut Tatang Ramadhan 3
(2013) artwork yang baik memiliki nilai etik dan tidak terlalu jauh dari masyarakat
sehingga masyarakat dapat mengapresiasi dengan baik. Fungsi sosial menurut Arie
Bastaman merupakan fungsi yang dapat diapresiasi oleh masyarakat. Artwork juga
sebaiknya mudah dibaca/tersirat dalam bentuk yang dapat dinikmati dan dapat
dicermati sehingga memiliki makna simbolik.

Artwork sebagai Elemen Lanskap


Menurut Umardi Zain4 (2013) artwork merupakan bagian dari elemen pembentuk
lanskap dan sebagai pengisi ruang. Artwork juga dapat menjadi aksen dalam suatu
ruang. Sebagai elemen lanskap maka dalam membentuk suatu artwork perlu
memperhatikan lingkungannya. Menurut Ketut Winata 5 (2013) artwork pada ruang
publik perlu mempertimbangkan lokasi peletakkannya, karena dapat menentukan
pengertian/makna dalam bentuk simbolik. Artwork sebagai bagian dari elemen lanskap
juga harus memiliki nilai harmonis terhadap fisik lingkungannya. Untuk itu maka
diperlukan monumentalitas sebuah artwork terhadap lingkungannya.

Monumentalitas artwork
Arie Bastaman (2013) mengatakan bahwa untuk menciptakan karya seni
(arsitektural) yang monumental perlu memperhatikan jarak pandang, dimensi
3
Sculpture artist contemporer
4
Arsitek Lanskap profesional (pemilik OemarDi Zain Landscape Consultant)
5
Sculpture artist (Adik dari Nyoman Nu Arte, Karya; Patung Thamrin di Medan Merdeka Selatan)
25

lingkungan, struktur, apakah keberadaan karya seni dapat menambah kekuatan kawasan
atau tidak, bentuk dan siluet. Menurut Ketut Winata (2013) hal yang menjadi
pertimbangan untuk menciptakan monumentalitas sebuah artwork lokasi, jarak yang
sering dilihat dan apakah artwork tersebut dekat dengan masyarakat atau tidak.
Pertimbangan tersebut dapat menentukan dimensi artwork terhadap lingkungannya.
Selain itu kepekaan terhadap lingkungan juga diperlukan, membaca ruang dan
mengetahui latar belakang suatu lokasi akan memperkuat monumentalitas sebuah
artwork. Selain fungsi sosial fungsi sebuah karya seni (arsitektur) juga dapat
meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan karakter kawasan, menjadi elemen
mental map dan memberi citra kawasan. Selain dimensi terhadap ruang material juga
dapat memberikan dan menciptakan kesan monumentalitas terhadap artwork.

Material artwork
Material ruang luar sangat peka terhadap perubahan iklim. Pemilihan material
yang tepat juga dapat memberikan karakter terhadap artwork. Karakter material dapat
memperkuat konsep estetika menurut Arie Bastaman (2013). Material juga dapat
menggunakan bahan alami seperti penggunaan tanaman untuk membentuk artwork.
Karakter artwork dapat diciptakan menggunakan material yang memiliki tekstur atau
memberikan warna pada artwork.

Artwork Medan Merdeka


Menurut Tatang Ramadhan (2013) peletakan artwork menjadi pertimbangan
dengan memperhatikan tingkat sosial masyarakat pada suatu kawasan untuk
menentukan simbol yang dihadirkan dalam bentuk artwork. Jenis seni seperti apa yang
akan dihadirkan dilokasi tersebut apakah jenis seni realis, simbolik, suerealis, abstrak
dan lain sebagainya. Jakarta sebagai ibukota negara memiliki dua wajah, apakah
sebagai wajah budaya lokal atau wajah internasional yang menentukan peradaban suatu
bangsa. Jakarta tidak hanya mewakili satu etnik, tetapi sebagai etalase suatu bangsa
yang seharusnya sejajar dengan negara-negara lain.

Analisis dan Sintesis

Aspek Fisik dan Biofisik

Aspek fisik dan biofisik dianalisis yang dapat mempengaruhi desain artwork,
aspek fisik dan biofisik yang dianalisis meliputi;

Lokasi dan Batas Tapak


Medan Merdeka merupakan kawasan perkantoran dan pusat pemerintahan.
Menurut Arie Bastaman (2013) kawasan tersebut disebut sebagai white area (area yang
disterilkan) atau lingkar satu Indonesia, maka artwork dalam kawasan tersebut perlu
memperhatikan sejarahnya. Kawasan Medan Merdeka terbagai atas empat bagian yaitu
bagian Utara, Barat, Selatan dan Timur, pada setiap sisinya memiliki luas median dan
taman pulau yang berbeda. Penetapan artwork pada Kawasan Medan Merdeka baik
Utara, Barat, Selatan dan Timur harus memiliki satu kesatuan/harmonis terhadap
lingkungannya. Medan merdeka sebagai ring satu seharusnya menampilkan artwork
kontemporer modern sebagai bentuk peradaban seni suatu bangsa menurut Tatang
26

Ramadhan (2013). Menurut Ketut Winata (2013) manusia cenderung ingin mudah dan
simple dalam mengingat dan memperhatikan bentuk khususnya artwork pada area
publik. Patung dengan bentuk nama menjadi lebih sulit diingat dan menandakan
perdaban yang tertinggal.

Topografi dan Kemiringan


Menurut Booth (1983), tapak yang memiliki topografi dengan kategori datar
merupakan tapak ideal dan dapat dikembangkan secara maksimal. Bentukan Tapak
yang datar memiliki kesan stabil, netral, istirahat dan tenang. Tapak datar memiliki
potensi sudut padang yang jauh (Gambar 15).

Sumber gambar: Booth 1983


Gambar 15 Kualitas bentuk tapak
Salah satu kelemahan dari tapak yang datar adalah memiliki visual yang monoton.
Untuk memberikan kesan kontras pada tapak yang datar maka diperlukan elemen
vertikal untuk memberikan perbedaan level dan menjadi elemen yang dominan
sehingga membentuk suatu vocal point yang atraktif.
Penambahan elemen artwork untuk memberikan perbedaan level pada tapak
sehingga tapak datar memiliki ritme sesuai dengan prinsip desain. Untuk memberikan
elemen vertikal perlu memperhatikan lingkungannya agar tidak bersaing satu sama
lainnya dan dapat menjadi vocal point (Gambar 16).

Sumber gambar: Booth 1983


Gambar 16 Elemen vertikal memberikan kontras dengan bentukan tapak

Iklim
Berdasarkan data iklim rata-rata pada tahun 2012 Kawasan Medan Merdeka
memiliki iklim yang cukup panas. Karya seni sangat peka terhadap iklim, perubahan
iklim dapat memberikan efek terhadap karya seni. Karya seni seperti sculpture perlu
memperhatikan penggunaan material yang dapat memperkuat karakter artwork yang
27

diciptakan. Iklim dapat menentukan penggunaan dan pemilihan material artwork yang
tahan lama dan minimum pengelolaan. Menurut Tatang Ramadhan (2013) pemilihan
material ruang luar perlu memperhatikan cuaca, adaptif terhadap perubahan cuaca,
tahan lama, dan kontemporer. Jenis dan material ruang luar sudah banyak dan dapat
diaplikasikan seperti perunggu, tembaga, kuningan, alumunium, granit, kaca dan lain
sebagainnya

Vegetasi
Vegetasi merupakan elemen yang penting untuk memperkuat karakter suatu
lanskap. Untuk memberikan karakter yang kuat pada suatu lanskap perlu
memperhatikan bentuk arsitektural tanaman yang berpengaruh terhadap visual tanaman
tersebut yaitu skala, ukuran, bentuk, warna dan tekstur (Halle 1998) dalam Wungkar
(2005).
Vegetasi pada tapak saat ini memiliki fungsi sebagai pengarah pada bagian
Medan Merdeka Utara, Selatan dan Barat. Fungsi lainnya sebagai pengisi ruang untuk
menambah estetika jalan. Menurut Simonds (1983) lanskap jalan harus memberikan
kesan yang menyenangkan dengan menyelaraskan keharmonisan dan kesatuan tanaman
sehingga fungsional secara fisik dan visual. Menurut Todd (1987) penggabungan
elemen desain seperti garis, bentuk, tekstur dan warna dapat menciptakan keharmonisan,
daya tarik dan mempengaruhi pengguna jalan.
Untuk menata elemen soft material ataupun hard material perlu susunan atau
komposisi yang baik untuk menciptakan nilai-nilai artistik. Komposisi kedua elemen
lanskap dapat membentuk kesan kesatuan, irama dan keseimbangan ( Reid 1993) dalam
Wungkar (2005). Fungsi estetik tanaman lainnya menurut Booth (1983) dapat memberi
penekanan terhadap benda di depannya sehingga membuat ruang menjadi mudah
dikenali. Untuk memberikan efek tersebut perlu memeperhatikan ukuran tanaman,
bentuk, warna dan tekstur (Gambar 17).

Sumber gambar: Booth 1983


Gambar 17 Vegetasi dapat memberi penekanan pada artwork
Bentuk fisik vegetasi dapat memberikan efek tertentu terhadap artwork. Menurut
Booth (1983) batang dan cabang perdu dapat menjadi latar depan (foreground) terhadap
satu ruang yang menjadi vocal point (Gambar 18). Semak yang tinggi dapat berfungsi
sebagai latar belakang (background) yang netral pada objek yang ada didepannya.
Warna pada tanaman juga dapat mempengaruhi ruang yang terbentuk. Penggunaan
warna tanaman yang lebih gelap akan memberikan visual pada ruang menjadi lebih
dekat, sedangkan penggunaan warna tanaman yang lebih terang memberikan efek visual
terhadap ruang menjadi lebih jauh. Jarak juga dapat dipengaruhi oleh tekstur yang
28

dihasilkan tanaman. Tekstur yang lebih kasar dapat memberikan efek dekat sedangkan
tekstur yang lebih halus dapat memberikan efek lebih jauh sehingga dapat
mempengaruhi ruang yang terbentuk. Analisis fungsi vegetasi secara spasial dapat
dilihat pada Gambar 19 sampai dengan Gambar 22.

a b
Sumber gambar: Booth 1983
Gambar 18 Fungsi vegetasi sebagai latar (a) (Foreground) (b) (Background) artwork
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Sirkulasi dapat menentukan interpretasi terhadap suatu ruang. Menurut Simonds
(2006) sirkulasi dapat memberi persepsi yang berbeda terhadap suatu objek dalam satu
waktu dan ruang. Persepsi yang terbentuk berdasarkan pergerakan seseorang dari satu
titik ke titik lainnya sehingga memiliki pengalaman yang berbeda dalam
menginterpretasi objek tersebut. Dalam meletakan objek pada jalan perlu
memperhatikan jarak pandang pengguna jalan agar tetap aman dan objek dapat
terinterpretasi dengan baik.
Jarak pandang adalah panjang jalan depan yang dapat terlihat oleh pengemudi.
Minimum jarak pandang yang tersedia pada setiap bentangan jalan harus cukup untuk
memungkinkan kendaraan dapat menempuh atau mendekati kecepatan yang ditentukan
untuk berhenti sebelum mencapai obyek yang terdapat di depannya (Harris C dan Dines
N, 1998).
Desain sirkulasi kendaraan yang aman dan efisien tergantung dari kemampuan
pengemudi untuk melihat jarak didepannya sambil bergerak di sepanjang jalan (Harris
C dan Dines N, 1998) maka arah dan arus sirkulasi menjadi pertimbangan dalam
menentukan titik peletakan artwork.
Jarak pandang minimal memiliki dua fungsi untuk menginterpretasi artwork.
Fungsi pertama yaitu jarak ketika pengemudi pertama kali melihat objek di depannya.
Dimana pada periode ini pengemudi akan bereaksi dan memberikan persepsi terhadap
objek. Pada jarak selanjutnya pengemudi akan memperlambat dan mulai
mengiterpretasi objek di depannya. Perhitungan untuk mengetahui jarak dan peletakan
artwork (Gambar 23).
29

Gambar 19 Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Utara


30

Gambar 20 Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Timur


31

Gambar 21 Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Selatan


32

Gambar 22 Analisis fungsi vegetasi Jalan Medan Merdeka Barat


33

Sumber gambar: Harris C dan Dines N, 1998 (Modifikasi)


Gambar 23 Jarak pandang pejalan kaki

Persepsi dan reaksi (Pr)


Pr = 1.47(t)(v)
Pr = Untuk menghitung jarak ketika pengemudi bereaksi dan member persepsi
terhadap objek didepannya (m)
t = (2.5 Detik)
v = (Jalan Medan Merdeka termasuk jalan protokol dengan kecepatan rata-rata 40
km/jam)
Pr = 1.47(2.5)(40)
= 44.1 m
Jarak Berhenti (d) :
d =
v = Jalan Medan Merdeka termasuk jalan protokol dengan kecepatan rata-rata 40
km/jam
f = Nilai koefisien (dipengaruhi psikologi pengguna jalan dan jenis
perkerasan)(0,60)

Jarak pandang minimum (D)


D = Pr + d
= 4410 + 2670 = 70.8 m

Berdasarkan perhitungan, jarak pandang yang aman bagi pengendara bermotor


terhadap artwork adalah 70.8 m dengan jarak tersebut diperkirakan pengendara
bermotor masih dapat menginterpretasi artwork dengan baik. Selain itu sirkulasi
pejalan kaki juga menjadi pertimbangan untuk meletakan atwork. Dalam berbagai hal,
skala dan ruang akan mempengaruhi perilaku pejalan kaki dan komunikasi sosial yang
terjadi. Maka jarak fisik seseorang perlu diperhatikan. Jarak yang masih dapat diterima
seseorang ialah 24 meter dengan kecepatan rata-rata orang dewasa berjalan normal
menurut Harris C dan Dines N (1998) ialah 4.3 km/jam agar dapat menginterpretasi
artwork (Gambar 24). Setelah diketahui jarak pandang minimum pengguna tapak baik
pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor maka di lakukan analisis spasial untuk
mengetahui titik peletakan artwork dapat dilihat pada Gambar 27.
34

Sumber gambar: Harris C dan Dines N, 1998 (Modifaksi)


Gambar 24 Jarak pandang untuk menginterpretasi artwork

Visual
Visibilitas pengguna jalan perlu diperhatikan untuk memberikan interpretasi dan
keamanan bagi pengguna jalan. Pengendara bermotor dan pejalan kaki memiliki sudut
dan jarak pandang yang berbeda. Kemampuan melihat seseorang menurut Loidl H dan
Bernard S (2003) terbagi atas sudut horizontal dan sudut vertikal.
Sudut pandang digunakan untuk menciptakan monumentalitas terhadap
lingkungannya. Sudut pandang horizontal (Gambar 25) pengguna jalan yang
menggunakan kendaraan bermotor dan pejalan kaki memiliki lebar sudut yang sama
yaitu 60°. Sudut pandang vertikal pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor
memiliki sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang pengendara bermotor ialah 12°
sedangkan pejalan kaki adalah 30°.

(a) (b)
Sumber gambar: Harris C dan Dines N, 1998
Gambar 25 Sudut pandang horizontal (a) kendaraan (b)pedestrian
Sudut pandang vertikal (Gambar 26) digunakan untuk membaca objek secara
spasial. Tinggi maksimum artwork agar dapat menjadi vocal point dengan
perbandingan antara jarak dan tinggi artwork yaitu 4:1. Dengan perbandingan tersebut
artwork dapat menjadi terlihat monumentalitas terhadap lingkungannya. Dengan
perhitungan yang telah diketahui bahwa jarak rata-rata pengendara bermotor dan
pejalan kaki sebesar 47.4 m maka :
4h =47.4
H =11.85 m
Rata-rata lebar median dan taman pulau sebesar 10.38 m
Maka panjang dan lebar dari artwork adalah 11.85 m/ 10.38 m = 1.38 m
35

Potensi visual pengguna tapak diarahkan ke artwork. Untuk menghasilkan visual


yang maksimal perlu memperhatikan jarak pandang pengguna kendaraan bermotor dan
pejalan kaki. Sudut pandang pengguna dipertimbangkan untuk mengetahui dimensi
artwork terhadap ruang (Gambar 27).

Sumber gambar: Harris C dan Dines N, 1998


Gambar 26 Sudut pandang vertikal dan ketinggian mata normal dari pejalan
kaki dan pengendara kendaraan bermotor

Aspek Sosial

Aspek sosial yang dianalisis berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan pada
responden yang dipilih secara sengaja pada Kawasan Jalan Medan Merdeka. Karakter
dari responden yang dipilih yaitu yaitu pengguna jalan baik pengguna kendaraan motor
maupun pejalan kaki yang melintasi kawasan tersebut dan pekerja yang berada di
sekitar lokasi. Untuk mengetahui aspek sosial yang dapat mempengaruhi desain artwork
diklasifikasin yaitu;
Fungsi Artwork sebagai Elemen Mental map
Kawasan Jalan Medan Merdeka merupakan kawasan yang cukup padat dilalui
oleh kendaraan bermotor maupun pejalan kaki, karena kawasan tersebut merupakan
pusat pemerintahan dan perkantoran dan menghubungkan beberapa kawasan penting di
Jakarta. Untuk mengetahui apakah pengguna kawasan tersebut dapat membedakan
antara Medan Merdeka Utara, Barat, Selatan dan Timur maka dilakukan penyebaran
kepada responden dari setiap lokasi yang mewakilinya.
Responden menyatakan bahwa mereka masih sulit mengenali perbedaan lokasi
antara Medan Merdeka Utara, Barat, Selatan dan Timur sehingga mereka sering
mengalami disorientasi. Pada grafik di Gambar 30 diketahui bahwa 80% dari hasil
responden mengenali masing-masing lokasi hanya dari bangunan yang sudah menjadi
landmark bagi setiap lokasinya. Elemen artwork pada Medan Merdeka Barat dan
selatan belum dapat menjadi elemen penanda yang berfungsi sebagai elemen mental
map. Maka diperlukan elemen artwork yang dapat menjadi penanda bagi setiap lokasi
sehingga dapat berfungsi sebagai elemen mental map.
36

Gambar 27 Analisis sirkulasi


37

Gambar 29 Analisis visual


38

20%

Landmark Berupa
Bangunan
Landmark Lainnya
80%

Gambar 30 Bangunan menjadi landmark lawasan yang mudah dikenali

Elemen Artwork sebagai Fungsi Aktif


Ruang publik kota kini banyak dihiasi patung-patung berskala kecil hanya
memiliki fungsi sebagai elemen estetika kota, saat zaman Soekarno patung-patung
dibuat dalam skala besar untuk menetukan struktur kota (Marco K, 2004)). Fungsi
artwork pada tapak hanya berfungsi sebagai elemen pasif. Agar elemen artwork dapat
menjadi penanda yang mudah dikenali bagi masing-masing lokasi maka perlu
memperhatikan fungsi artwork terhadap fungsi Aktif. Fungsi artwork sebagai fungsi
aktif berarti artwork tidak hanya sebagai elemen estetik/fungsi pasif tetapi masyarakat
dapat berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung pada artwork. Pada
diagram di Gambar 31 diketahui bahwa dari hasil responden menyatakan artwork perlu
berfungsi sebagai elemen taman seperti bangku taman, lampu, air mancur dan
sebagainya sehingga memiliki fungsi aktif. Fungsi aktif juga dapat memudahkan
masyarakat mengenali artwork dan menjadi elemen yang dapat digunakan sehingga
tidak hanya menjadi elemen yang pasif yang hanya dapat dilihat.
Selain fungsi aktif bentuk dari artwork tersebut juga perlu diperhatikan untuk
mempermudah pengguna mengenali masing-masing lokasi. Hasil dari kuisioner di
diagram pada Gambar 32 menyatakan bahwa pengguna menginginkan bentuk

5% Hasil Seni Patung/pahat


24%

Ornamen Taman

71%
Lainnya

Gambar 31 Fungsi artwork yang diinginkan oleh pengguna


39

kombinasi yaitu geometris dan organik agar mudah dikenali. Bentuk kombinasi dapat
memberikan kesan dinamis pada lanskap jalan sehingga dapat terlihat kontras namun
tetap harmonis terhadap lingkungannya. Bentuk merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan menurut Porteous (1977) untuk membentuk struktur kawasan. Selain itu
bentuk artwork juga perlu menjadi simbol bagi kawasannya untuk memperkuat karakter
dan memberi pembeda bagi masing masing lokasi yang menjadi salah satu syarat
pembentuk mental map. Menurut Lynch (1960) simbol dapat berupa karaktek non fisik
yang dapat memperkuat karakter artwork.

5%

Historik
35%
futuristik

60% Lainnya

Gambar 33 Konsep artwork yang diinginkan oleh pengguna


Untuk memperkuat karakter artwork agar harmonis dengan kawasannya maka
konsep yang akan diangkat di Jalan Medan merdeka juga perlu diperhatikan. Pada
diagram di Gambar 33, responden menyatakan bahwa konsep artwork yang sesuai pada
kawasan Jalan Medan Merdeka adalah konsep sejarah sebesar 60% memilih konsep
tersebut untuk diangkat di Kawasan Jalan Medan Merdeka.

0%
Organik

27%
Geometris
46%
Kombinas (Geometrik &
Organik)
27% Lainnya

Gambar 32 Konsep yang diinginkan oleh pengguna


40

Aspek Seni

Artwork sebagai elemen lanskap bukan hal yang baru, namun dalam meletakan
dan menentukan artwork sebagai elemen lanskap perlu memperhatikan aspek-aspek
pembentuknya. Menurut Porteous (1977), aspek-aspek tersebut akan memberikan
karakter yang kuat dan memperbaiki legibilitasnya terhadap lingkungannya sehingga
dapat menjadikan artwork sebagai elemen mental map. Untuk membentuk elemen
mental map artwork perlu memperhatikan monumentalitas artrwork terhadap
lingkungannya.
Monumentalitas dipengaruhi pada bentuk dan ukuran ruang maka perbedaan luas
tapak akan mempengaruhi besar atau kecilnya dimensi artwork terhadap ruang. Skala
ruang setiap tapak di lokasi memiliki luasan dan dimensi ruang yang berbeda-beda
maka hal tersebut akan mempengaruhi monumentalitas artwork. Monumentalitas
artwork juga dapat diciptakannya melalui pemilihan material yang sesuai.
Artwork atau karya seni ruang luar sangat peka terhadap perubahan iklim.
Terutama tingkat asam yang dikeluarkan oleh kendaraan yang melintas akan
mempengaruhi karakter material artwork itu sendiri. Maka pemilihan material logam
sebagai dasar pembentuk artwork merupakan pilihan yang tepat untuk menciptakan
karakter artwork, selain dapat menciptakan karakter yang kuat material logam juga
lebih tahan lama dan minimalis dalam pemiliharaan.

Konsep
Konsep Dasar
Salah satu bentuk yang perlu diingat atau diangkat kembali yaitu nilai-nilai
kepemimpinan yang diaplikasikan kedalam bentuk artwork. Konsep dasar mengangkat
filosofi berdasarkan sejarah kepemimpinan. Nilai-nilai kepemimpinan menurut Taufik
Kiemas sudah mulai luntur karena degradasi moral secara signifikan. Dalam
keprihatinan tersebut maka Taufik Kiemas mengagaskan mengenai empat pilar
kebangsaan. Dasar dari terbentuknya gagasan ini merupakan penyanggah persatuan dan
kesatuan bangsa, dan empat pilar inilah yang menjadi inspirasi kekuatan para pejuang
kemerdekaan Republik Indonesia, yang terus digelorakan sebagai penyemangat
perjuangan.
Empat pilar kebangsaan menurut Taufiq Kiemas. Empat pilar tersebut yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD dan Bhineka Tunggal
Ika. Empat pilar tersebut perlu dipahami dan dipraktikan sebagai kearifan bangsa.
Menurut Taufiq Kiemas, empat pilar kebangsaan itu merupakan prasyarat minimal bagi
bangsa untuk bisa berdiri kokoh dan meraih kemajuan berlandasan karakter kepribadian
bangsa Indonesia. Keempat pilar kebangsaan tersebut sebagai landasan dasar dan harus
diingat oleh generasi muda.

Konsep Desain
Indonesia memiliki banyak filosofi kepemimpinan salah satunya adalah filosofi
kempemimpinan dalam adat Jawa. Berdasarkan Kosmologi jawa elemen alam
digunakan sebagai makna kehidupan dan nilai-nilai kepemimpinan. Nilai-nilai
kehidupan disimbolkan berupa angin, air, tanah dan api yang diartikan sebagai
pembentuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani, sifat ini cocok
untuk raja/pemimpin (Endrswara S, 2006).
41

Simbol-simbol dari makna kehidupan bagi seorang pemimpin yaitu angin, air,
tanah dan api menjadi dasar untuk membentuk konsep desain yang ditransformasikan
kedalam bentukan artwork yang akan diaplikasikan ke dalam tapak berupa elemen
hardscape yaitu artwork (Gambar 34). Transformasi bentuk dari empat elemen tersebut
diambil untuk memperkuat karakter masing-masing area dan tetap dapat menjadi
kesatuan. Bentuk keempat elemen digunakan agar mudah diinterpretasi dan dapat
menjadi elemen mental map bagi setiap kawasannya.
Konsep Ruang dalam Kosmologi Jawa

Sumber gambar: google.com


Gambar 34 Konsep desain
Dalam kosmologi jawa konsep pembagian ruang perlu diperhatikan. Pembagian
ruang biasanya menggunakan arah mata angin sebagai acuan. Pada bagian utara
merupakan tempat pemerintahan, pada bagian timur merupakan tempat ibadah, pada
bagian selatan merupakan bagian pemakaman dan pada bagian barat ialah sebagai
tempat perdagangan dan bagian tengah merupakan area tempat berkumpul atau biasa
disebut dengan alun-alun. Konsep ruang tersebut terlihat diaplikasikan pada land use
Kawasan Medan Merdeka.
Kosmologi jawa mengenal istilah sedulur papat lima pancer yaitu penghormatan
pada orang tua, khususnya ibu yang sudah melahirkan kita di muka bumi, dimana
disimbolkan kedalam empat elemen yaitu air, tanah, api, angin dan tanah/bumi yang
satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Keempat unsur tersebut mengikuti arah mata
angin yaitu pasaran legi bertempat di Timur. Satu tempat dengan unsur udara,
memancarkan aura putih. Pasaran paing bertempat di Selatan salah satu tempat dengan
unsur api, selalu memancarkan aura sinar merah. Pasaran pon bertempat di barat karena
tempat dengan unsur air, memancarkan sinar kuning. Pasaran wage bertempat di utara,
satu tempat dengan unsur tanah, selalu memancarkan sinar hitam. Kelima yaitu kliwon,
bertempat di tengah merupakan tempat sukma atau jiwa berada, memancarkan sinar
manca warna. Semua unsur tersebut dibaca searah jarum jam. Konsep tersebut
diaplikasikan untuk memperkuat karakter pada tapak, yang kemudian dimodifikasi
berdasarkan lands use pada tapak (Gambar 35).
42

Gambar 35 Konsep ruang kosmologi jawa (modifikasi)


Pengembangan Konsep
Pengembangan konsep dari konsep dasar untuk memperkuat konsep dasar dan
memberikan karakter dan fungsi artwork sebagai mental map bagi kawasannya, konsep
dikembangan dalam elemen-elemen pembentuk seperti vegetasi, warna, sirkulasi, visual
dan suasana.
Konsep Warna
Warna yang akan digunakan merupakan warna-warna yang akan mewakili setiap
artwork. Warna yang digunakan pada bagian utara adalah warna biru dan ungu untuk
menyimbolkan warna air dan memberikan kesan formal, bagian barat menggunakan
warna cokelat dan hijau sebagai simbol tanah yang memberikan kesan sejuk, bagian
selatan menggunakan warna merah, oranye dan kuning sebagai simbol api kesan
semangat, bagian timur menggunakan warna putih, abu-abu dan hitam sebagai simbol
angin kesan ketenangan. Aplikasi warna digunakan pada material artwork maupun
vegetasi (Gambar 36).

Gambar 36 Konsep warna


43

Konsep Vegetasi
Selain hardscape penggunaan vegetasi sebagai elemen softscape dapat
memperkuat karakter terhadap artwork Jenis vegetasi yang digunakan mulai dari
groundcover, semak, perdu hingga pohon. Jenis dan warna vegetasi menjadi
pertimbangan untuk memperkuat karakter artwork. Konsep vegetasi yang
dikembangkan yaitu untuk membentuk karakter visual dan fungsi vegetasi pada lanskap
jalan (Gambar 37).

Gambar 37 Konsep vegetasi


Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi menjadi pertimbangan dalam menginterpretasi artwork secara
maksimal. Sirkulasi yang digunakan tetap menggunakan sirkulasi eksisting, namun
pada titik tertentu pengguna dapat menikmati artwork secara maksimal. Sirkulasi
terbagi atas dua yaitu sirkulasi sekunder dan sirkulasi primer. Sirkulasi sekunder yaitu
sirkulasi untuk pejalan kaki dalam menginterpretasi artwork dan sirkulasi primer
sirkulasi untuk pengendara bermotor dalam menginterpretasi artwork (Gambar 38).
44

Gambar 38 Konsep sirkulasi

Konsep Visual
Visual merupakan salah satu bentuk komunikasi secara tidak langsung. Konsep
visual dihadirkan untuk menyampaikan makna/arti dari artwork terhadap penikmat/
pengguna jalan itu sendiri. Potensi visual yang diciptakan diarahkan ke artwork
sehingga pohon-pohon yang tumbuh dirancang membentuk vista dan dapat membingkai
artwork itu sendiri (Gambar 39). Selain itu visual yang dihadirkan tidak hanya dapat
dinikmati secara penglihatan namun juga memberikan pengalaman pengguna tapak
untuk dapat berinteraksi langsung dengan artwork sehingga artwork memiliki fungsi
aktif.

Gambar 39 Konsep visual

Konsep Suasana
Perbedaan suasana merupakan salah satu bentuk untuk memberikan perbedaan
karakter satu dengan yang lainnya sehingga sesorang tidak mengalami disorientasi
terhadap ruang. Selain itu suasana diciptakan untuk memberikan ritme atau irama yang
berbeda pada pengguna tapak sehingga mereka mengalami pengalaman yang berbeda-
beda. Perbedaan Suasana dimunculkan melalui warna-warna yang dihadirkan
diharapkan dapat mempengaruhi psikologi pengguna jalan.
45

Block Plan
Hasil dari pengembangan konsep berupa konsep vegetasi, konsep warna, konsep
sirkulasi, konsep visual dan konsep suasana dikompositkan menjadi bentuk block plan.
Block plan dari masing-masing tapak terlihat perbedaanya yaitu tidak semua memiliki
sirkulasi pejalan kaki di dalam tapak hal tersebut dikarenakan perbedaan luas tapak dan
tidak memungkinkan bagi pengguna pejalan kaki untuk dapat menikmati artwork dari
dalam. Pada bagian utara sirkulasi pejalan kaki hanya untuk menyeberang sehingga
untuk menikmati artwork tidak dapat secara keseluruhan, pada bagian selatan dan barat
sirkulasi pejalan kaki dapat memasuki area sehingga dapat menikmati artwork lebih
dekat. Pada bagian timur tidak terdapat sirkulasi pejalan kaki kedalam tapak
dikarenakan ruang yang terlalu sempit sehingga pengguna hanya dapat menikmati
artwork dari luar tapak (Gambar 42-45).

Desain

Desain artwork pada taman pulau dan median jalan di Kawasan Jalan Medan
Merdeka menggunakan prinsip dan aspek-aspek telah dikemukakan oleh Porteous
(1977) dan diaplikasikan kedalam bentukan artwork untuk memberikan karakter dan
identitas kawasan sehingga dapat membentuk elemen mental map.
Selain Fungsi elemen mental map, artwork juga didesain dengan memperhatikan
jarak pandang terhadap pengguna tapak. Jarak pandang tertentu dapat memberikan
interpretasi berbeda terhadap objek di depannya. Menurut Loild H dan Bernanrd S
(2003) terdapat tiga jarak yaitu pertama architectural-painterly viewpoint yaitu dimana
jarak pengamat terhadap objek didepannya menjadi memiliki kualitas yang unik untuk
objek seni, yang kedua ialah strictly architectural view point yaitu jarak antara
pengamat dan objek yang cukup dekat dan yang ketiga view point for observing detail
yaitu jarak pengamat terhadap objek secara detil. Ketiga jarak tersebut dapat dilihat
dengan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan bermotor (Gambar 41).
Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Utara
Desain artwork di Medan Merdeka Utara menggunakan transformasi dari
bentukan elemen air. Elemen air berdasarkan kosmologi jawa merupakan salah satu
dari delapan sifat kepemimpinan dalam Hastabrata yaitu menggambarkan sifat samudra
(laut/air), seluas apapun permukaanya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Hal
tersebut menjadi filosofi untuk menyimbolkan sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin yaitu memiliki kasih sayang pada rakyatnya. Menurut Lynch (1960), arti dan
makna dapat memberikan image/gambaran yang dapat memperkuat karakter (Gambar
40).

Gambar 40 Aplikasi elemen air pada tapak


46

Gambar 41 Aplikasi jarak pandang antara pengamat dan artwork


Filosofi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk artwork. Berdasarkan teori
porteous (1977) karakter dapat diperkuat dengan memperhatikan struktur/bentuk.
Bentuk dari artwork merupakan transformasi dari proses titisan air untuk memberikan
kesan yang dinamis. Kesan dinamis juga dihadirkan dalam peletakkan artwork pada
tapak. Artwork diletakkan secara berulang (repetisi) agar pengendara mobil dari arah
timur masih dapat menginterpretasi artwork. Selain itu bentuk juga diaplikasikan pada
pola siteplan. Pola yang dibentuk didominasi dengan pola organik, untuk memecah
kemonotonan tapak dan tetap memberikan kesan formal serta luas maka dihadirkan
elemen air pada tapak.
47

Gambar 42 Block plan Medan Merdeka Utara


48

Gambar 43 Block plan Medan Merdeka Timur


49

Gambar 44 Block plan Medan Merdeka Selatan


50

Gambar 45 Block plan Medan Merdeka Barat


51

Selain itu untuk memperkuat karakter, di Medan Merdeka Utara dengan


meningkatkan kualitas visual. Visual pada tapak dihadirkan dengan mendominasi warna
yang diambil dari warna air yaitu biru. Aplikasi warna diterapkan pada artwork,
vegetasi dan menghadirkan elemen air pada tapak. Gambar siteplan dan perspektif
dapat dilihat pada Gambar 49 dan 50.
Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Timur
Desain artwork di Medan Merdeka Timur menggunakan transformasi dari
bentukkan elemen angin. Angin merupakan salah satu sifat dalam kosmologi
kepemimpinan jawa dalam Hastabrata yang berarti selalu ada dimana-mana tanpa
membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Sifat tersebut
diartikan bahwa seorang pemimpin selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan
derajat dan martabatnya (Gambar 46).
Filosfi angin ditransformasikan kedalam bentuk artwork. Bentuk yang diambil
merupakan simbol dari angin yang selalu bergerak. Karakter diperkuat dengan
mengambil warna angin yang diaplikasikan pada artwork dan vegetasi. Gambar siteplan
dan perspektif dapat dilihat pada Gambar 51 dan 52.

Gambar 46 Aplikasi elemen angin pada tapak

Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Selatan


Desain artwork di Medan Merdeka Selatan menggunakan transformasi dari
elemen api. Elemen api dalam Hastabrata/sifat kepemimpinan berupa dahana (api),
mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang
pemimpin sebaiknya memiliki semangat, berwibawa dan berani dalam menegakkan
kebenaran secara tegas (Gambar 47).
Filosofi tersebut diaplikasikan kedalam pola siteplan dan bentuk artwork. Artwork
di Medan Merdeka Selatan memiliki dua bentuk yaitu artwork dengan bentuk yang
kecil dan yang besar. Artwork yang kecil merupakan transformasi langsung dari elemen
api dan diletakkan dari sisi timur menuju sisi barat secara berulang (repetisi) dan pada
sisi paling barat dengan artwork yang lebih besar, hal tersebut untuk menggambarkan
semangat yang disimbolkan dari api yang menjalar.
Untuk meningkatkan sensibilitas digunakan warna dari api yaitu merah, kuning,
dan oranye. Warna diaplikasikan pada artwork, vegetasi dan pedestrian untuk
memperkuat karakter tapak. Gambar siteplan dan perspektif dapat dilihat pada Gambar
53 dan 54.
52

Gambar 47 Aplikasi elemen api pada tapak


Desain Artwork Jalan Medan Merdeka Barat
Desain artwork di Medan Merdeka Barat menggunakan transformasi bentuk
tanah/bumi. Filosofi dari tanah/bumi yaitu bersifat kuat dan murah hati selalu memberi
hasil kepada yang merawatnya, begitulah seharusnya seorang pemimpin memiliki sifat
bermurah hati (melayani) pada rakyatnya dan tidak mengecewakan rakyatnya. Filosofi
tersebut disimbolkan kedalam desain artwork (Gambar 48).
Desain artwork Medan Merdeka Barat memiliki dua bagian yaitu yang artwork
dengan bentuk stick dengan mounding pada sisi selatan dan stick dengan lingkaran di
atasnya diletakan secara berulang (repetisi) di sepanjang median jalan. Artwork dengan
bentukan stick dangan mounding di bawahnya memiliki arti bahwa tanah (disimbolkan
oleh mounding) dapat memberikan penghidupan dan stick tersebut merupakan simbol
bagi sebuah kehidupan baru. Artwork dengan stick dan lingkaran di atasnya
melambangkan kehidupan yang sudah mapan dan lingkaran tersebut malambangkan
kehidupan yang terus berputar dan akan kembali ke tanah. Untuk memperkuat karakter
digunakan warna alami yaitu cokelat dan hijau dan diaplikasikan pada artwork. Gambar
siteplan dan perspektif dapat dilihat pada Gambar 54 dan 55.

Gambar 48 Aplikasi elemen tanah pada tapak


53

Gambar 49 Siteplan Medan Merdeka Utara


54

Gambar 50 Perspektif Medan Merdeka Utara


55

Gambar 51 Siteplan Medan Merdeka Timur


56

Gambar 52 Perspektif Medan Merdeka Selatan


57

Gambar 54 Siteplan Medan Merdeka Selatan


58

Gambar 55 Perspektif Medan Merdeka Selatan


59

Gambar 56 Siteplan Medan Merdeka Barat


60

Gambar 57 Siteplan Medan Merdeka Barat


61

Gambar 58 Siteplan Medan Merdeka Barat


62

Gambar 59 Perspektif Medan Merdeka Barat


63

Gambar 60 Potongan tampak Medan Merdeka Utara


64

Gambar 61 Potongan Tampak Medan Merdeka Timur 1


65

Gambar 62 Potongan tampak Medan Merdeka Timur 2


66

Gambar 63 Potongan tampak Medan Merdeka Selatan


67

Gambar 64 Potongan tampak Medan Merdeka Barat


68

Artwork sebagai Elemen Mental Map

Untuk menciptakan elemen mental map pada tapak maka artwork didesain
dengan memperhatikan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Porteous (1977) dan
diperkuat dengan teori Lynch (1960) dengan memperhatikan kualitas bentuk yaitu:
Singularity
Penggunaan bentuk artwork yang berbeda-beda pada masing-masing lokasi dapat
menciptakan karakter dan memberikan elemen yang kontras dengan lingkungan
sekitarnya sehingga pengamat atau pengguna tapak dapat dengan mudah mengenali
lokasi. Aplikasi fungsi singularity pada artwork dapat dilihat pada Gambar 65.

Gambar 65 Aplikasi fungs singularity pada artwork


Form Simplicity
Penggunaan bentuk yang jelas dan sederhana juga dapat mempermudah
pengguna jalan dalam mengenali artwork. Penggunaan garis geometrik memberikan
kesan sederhana dan kuat pada artwork. Selain itu fungsi dari bentuk juga dapat
memberikan persepsi terhadap pengguna jalan. Aplikasi dari fungsi form simplicity
dapat dilihat pada Gambar 66.

Gambar 66 Aplikasi fungsi form simplicity pada artwork


69

Continuity
Penggunaan elemen artwork dengan pola yang berulang dan memperhatikan jarak
pandang pengguna kendaraan bermotor dan pejalan kaki dapat memberikan visibilitas
yang dapat mempengaruhi psikologi pengguna jalan. Karakter continuity dapat
memberikan karakter tapak, dengan memperhatikan kualitas tersebut sehingga artwork
memiliki fungsi sebagai elemen mental map. Aplikasi fungsi continuity dapat dilihat
pada Gambar 67.

Gambar 67Aplikasi fungsi continuity pada artwork

Dominance
Karakter dominance merupakan bagian yang penting untuk memberikan fungsi
elemen mental map, sehingga artwork dapat menjadi elemen utama pada kawasan.
Aplikasi fungsi dominance dapat mempengaruhi karakter psikologi pengguna tapak
sehingga dapat memberikan image pada kawasan. Karakter dominance diaplikasikan
dalam pengulangan bentuk dan penggunaan warna pada material artwork. Aplikasi
fungsi dominance dapat dilihat pada Gambar 68.

Gambar 68 Aplikasi fungsi dominance pada artwork


Directional Differeniation
Perbedaan struktur artwork satu dengan yang lainnya dapat memberikan
perbedaan karakter yang mengarahkan pengguna tapak untuk mengetahui masing-
masing lokasi. Kualitas ini dihadirkan dengan memainkan perbedaan skala pada
artwork sehingga mempengaruhi psikologi pengguna jalan untuk mudah mengenali
lokasi. Aplikasi karakter ini dapat dilihat pada Gambar 69.
70

Gambar 69 Aplikasi directional differentation pada tapak

Motion Awareness
Pola pergerakan pengguna jalan dapat memberikan pengalaman dan interpretasi
terhadap artwork. Maka didesain jalur pedestrian di dalam tapak agar pejalan kaki dapat
menginterpretasi artwork secara lebih dekat (Gambar 70). Karakter motion awareness
dihadirkan untuk mengarahkan pengguna jalan dengan adanya artwork sehingga
menjadikan artwork tersebut sebagai reference point.

Gambar 70 Aplikasi motion awarness pada tapak

Time Series
Artwork diletakkan secara berjejer sehingga menghubungkan satu dengan yang
lainnya untuk membentuk dan mengarahkan pengguna jalan pada titik klimaks dengan
adanya skala artwork yang lebih besar (Gambar 71). Selain itu fungsi time series juga
untuk membentuk sequence pada artwork.

Gambar 71 Aplikasi time series pada artwork


71

Detil Desain Artwork

Detil desain artwork merupakan bagian terpenting untuk memberikan karakter


pada tapak. Karakter pada artwork dapat dimunculkan melalui penggunaan material
yang dapat mendukung konsep. Selain material juga perlu memperhatikan skala
artwork terhadap ruang agar dapat diinterpretasi dengan baik. Dimensi artwork
berbeda-beda karena kondisi tapak yang memiliki luas yang berbeda dan pengaruh
terhadap skala ruang. Contoh aplikasi penerapan konsep LED pada artwork dapat
dilihat di Gambar 72.

Sumber Gambar: Google.com


Gambar 72 Contoh LED artwork
Detil Desain Artwork Medan Merdeka Utara
Artwork Medan Merdeka Utara dengan ukuran paling besar memiliki dimensi
panjang 1.54 m, lebar 1.60 m dan tinggi 2.00 m dan perbedaan masing-masing dimensi
adalah 0.20 m hingga artwork yang paling kecil, dengan ukuran tersebut dimensi
artwork di Jalan Medan Merdeka Utara masih dapat dilihat dan tidak mengganggu
pandangan pengendara kendaraan bermotor. Dimensi artwork yang lebih kecil
dibandingkan dengan artwork di bagian lainnya dikarenakan bagian utara terdapat
Istana Merdeka, sehingga dimensi artwork tidak dapat memiliki dimensi yang lebih
besar walaupun memiliki ukuran tapak yang lebar. Untuk memberikan kesan
monumentalitas maka artwork diletakan secara berulang (repetisi) untuk mengisi ruang.
Material utama yang digunakan yaitu bahan fiber glass dengan finishing berupa
cat outdoor transparan. Material fiber glass sudah banyak digunakan sebagai material
outdoor dan diaplikasikan pada karya seni publik seperti sculpture. Penggunaan
material fiber glass karena mudah di bentuk dan mendukung untuk membuat konsep
light box dengan menggunakan lampu LED berwarna biru di dalamnya. Artwork juga
difungsikan sebagai lampu pada malam hari sehingga terlihat lebih atraktif. Detil
artwork dapat dilihat pada Gambar 73. Aplikasi LED dapat dilihat pada Gambar 74.
Detil Desain Artwork Medan Merdeka Timur
Artwork Medan Merdeka Timur memiliki dimensi panjang 17.88 m dan tinggi
2.00 m, dengan ukuran ini artwork dapat diinterpretasi dari jarak yang lebih jauh.
Ukuran artwork yang cukup besar karena tidak terhalangi dan tidak menghalangi
pandangan kendaraan bermotor. Material yang digunakan yaitu fiber glass dengan
finishing coating cat outdoor untuk menciptakan konsep light box dangan lampu LED
sehingga artwork lebih atraktif dimalam hari. Detil artwork dapat dilihat pada Gambar
75. Aplikasi LED dapat dilihat pada Gambar 76.
72

Detil Desain Artwork Medan Merdeka Selatan


Artwork Medan Merdeka Selatan dibagi menjadi dua bagian, artwork pada
Gambar 77 memiliki dimensi tinggi 10.00 m, dengan ketinggian tersebut artwork dapat
dilihat dari arah barat. Artwork pada Medan Merdeka Selatan akan terlihat
monumentalitasnya dikarenakan skala ruang yang lebih luas dibandingkan artwork pada
lokasi yang lain. Material yang digunakan yaitu bahan fiber glass untuk membentuk
konsep light box dengan menggunakan lampu LED berwarna merah sehingga akan
lebih atraktif di malam hari.
Artwork pada Gambar 78 memiliki dimensi lebar 3.00 m, tinggi 2.00 m, dan
lengkung 1.97m. Artwork ini lebih kecil dibandingkan artwork pada gambar 58
dikarenakan jika dibuat dengan dimensi yang lebih besar maka akan tertutupi oleh
pohon. Dengan ukuran yang lebih kecil artwork pada Gambar 77 masih dapat dilihat
dan tidak menghalangi pandangan kendaraan bermotor. Untuk memberikan skala
terhadap ruang maka artwork pada Gambar 78 diletakkan secara berulang (repetisi)
sehingga pengguna yang berjalan kaki dapat berinteraksi dengan artwork. Material yang
digunakan juga masih berbahan fiber glass dan menggunakan lampu LED untuk
menciptakan efek light box (Gambar 79).
Detil Desain Artwork Medan Merdeka Barat
Artwork Medan Merdeka Barat dibagi menjadi dua bagian. Artwork pada Gambar
80 memiliki dimensi panjang 10.00 m, lebar 5.00 m dan tinggi 6.50 m, dengan dimensi
tersebut artwork masih dapat diinterpretasi dari jarak yang cukup jauh, artwork berada
pada sisi selatan sehingga milik sudut pandang dan dimensi ruang yang luas
dikarenakan tidak ada penghalang.
Artwork pada gambar 80 memiliki dimensi panjang 6.32 m, lebar 2.30 m dan
tinggi 10.00 m. Artwork ini memiliki bentuk memanjang dikarenakan tapak tertutupi
oleh pohon sehingga artwork ini hanya dapat dinikmati oleh pejalan kaki secara dekat.
Material yang digunakan pada kedua artwork ini menggunakan fiber glass dengan
penggunaan lampu LED untuk menciptakan efek light box. Efek light box dapat
digunakan pada malam hari sehingga artwork lebih atraktif (Gambar 82).
73

Gambar 73 Detil artwork Medan Merdeka Utara


74

Gambar 74 Perspektif malam Medan Merdeka Utara


75

Gambar 75 Detil artwork Medan Merdeka Timur


76

Gambar 76 Perspektif malam Medan Merdeka Timur


77

Gambar 77 Detil artwork Medan Merdeka Selatan


78

Gambar 78 Detil artwork Medan Merdeka Selatan


79

Gambar 79 Perspektif malam Medan Merdeka Selatan


80

Gambar 80 Detil artwork Medan merdeka Barat


81

Gambar 81 Detil artwork Medan merdeka Barat 2


82

Gambar 82 Perspektif malam Medan Merdeka Barat


83

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kawasan Medan Merdeka terbagi atas empat lokasi, masing-masing lokasi


tersebut memerlukan elemen pembentuk mental map. Artwork sebagai bagian dari
elemen lanskap dapat membentuk mental map bagi penggunanya untuk membedakan
masing-masing lokasi. Elemen mental map dihadirkan dengan memperhatikan konsep
artwork yang dapat menyimbolkan kawasan setempat. Konsep artwork yang diusung
yaitu nilai-nilai kepemimpinan dalam kosmologi jawa yang kemudian
ditransformasikan ke dalam bentuk elemen alam. Elemen-elemen tersebut berupa air,
angin, api dan tanah. Masing-masing elemen tersebut diaplikasikan dalam bentuk
artwork dan diaplikasikan pada taman pulau dan median jalan di Jalan Medan Merdeka.
Kualitas bentuk menjadi perhatian utama untuk membetuk artwork agar dapat berfungsi
sebagai elemen mental map.

Saran

Dalam perencanaan suatu wilayah atau kawasan baik dalam skala kecil ataupun
besar perlu memperhatikan peletakan suatu landmark baik berupa artwork atau
beberapa elemen seni/estetika kota untuk memberikan identitas dan karakter pada
wilayah atau kawasan tersebut sehingga dapat berfungsi sebagai elemen mental map.
Dewasa ini artwork pada kota besar di Jakarta hanya berfungsi sebagai elemen seni
tanpa memperhatikan fungsi lainnya seperti fungsi mental map. Sebaiknya pekerja seni
dan perencana kota saling bekerjasama dalam menciptakan suatu lanskap yang
memiliki karakter dan identitas.

DAFTAR PUSTAKA

Booth NK.1983. Basic Elements Of Landscape Architectural Design. New York (US):
Waveland Press.
[Dir. Bintek] Direktorat Bina Teknik, [ Dirjen Binamarga] Direktorat Jendral Tata
Perkotaan dan Tata Pemukiman. 2004. Geometri Jalan Perkotaan. Jakarta (ID).
Endraswara S. 2012. Rupa dan makna simbolik natik motif Modung, Cemukiran. Dewa
Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni. Vol (8): 107-123 No 1.
Hakim U. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta (ID): Bumi
Aksara
Hariyanto J. 2004. Sitem Pengendalian Lalu Lintas Pada Pertemuan Jalan Sebidang.
[Lecture Papers]. Sumatera (ID): USU.
Harris C Dines N. 1998. Time Saver Standards For landscape Architecture: Design and
Construction Data-Second Edition. New York (US): McGraw-Hill Publishing
Company.
Kartika D S. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung (ID): Rekayasa Sains.
[Kemendikbud] Kementrian Pendidikan dan Budaya. 2013. Kamus Besar Berbahasa
Indonesia Online [Internet] Diakses pada 15 Marret 2013. Tersedia dalam
http://www.kbbi.com.
84

Laurie M. 1984. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Bandung (ID):


Intermedia.
Loidl H, Bernard S.2003.Opening Spaces: Design as Landscape Architecture.
Birkhauser-publishers for architecture. Berlin(DE): Boston.
Lynch K. 1960. Image of The City. MA (UK): MIT Press.
Lynch K. 1981. A Theory of Good City Form MA (UK): MIT Press.
Marco K. 2004. Jakarta Metropolis Tunggang Langgang. Jakarta Pusat (ID): Gagar
Media.
Nugraha AAG. 2011. Perancangan Green Wall pada Merketing Office Sentul City,
Bogor. [skripsi]. Bogor(ID): IPB.
Porteous JD. 1977. Environment & Behavior: Planning and everyday urban life.
London (UK): Addison-Wesley Longman Publishing Company.
Riiyanto I. 2009. Pemetaan Daerah Potensi Banjir dengan Segmentasi Data Digital
Elevation Model. Studi Kasus: DAS Ciliwung di DKI Jakarta 2007. [Tesis]. Depok
(ID): UI.
Simonds JO dan Starke. 2006. Landscpae Architecture: A Manual of Site Planning and
design. New York (US): Graw-Hill Book Co.
Simonds JO. 1983. Landscpae Architecture: A Manual of Site Planning and design.
New York (US): Graw-Hill Book Co.
Wungkar MM. 2005. Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Arsitektural Pohon
Lanskap Jalan Kota Bogor. [Tesis]. Bogor (ID): IPB.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumajang, pada 8 Januari 1991. Penulis merupakan anak


ketiga dari empat bersaudara dalam keluarga Aris Munandar dan Eni Yuliantini. Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah di SMP 1 Kabupaten Bogor pada tahun 2006 dan
SMA Bina Bangsa Sejahtera pada tahun 2009. Penulis diterima menjadi mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM (Ujian Tertulis Mandiri) pada Tahun 2009.
Setelah menyelesaikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Penulis masuk di
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan Himpunan Profesi
Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) selama dua tahun dalam divisi fundrising di tahun
2010 dan dalam divisi Informasi dan kesekretariatan pada tahun 2012. Penulis diberi
kepercayaan untuk menjadi asisten Mata Kuliah Desain Lanskap dan juga diberi
kepercayaan sebagai ketua divisi desain dan dekor pada acara Indonesia Landscape
Architecture Student Workshop (ILASW).
Penulis juga aktif dalam mengerjakan proyek seperti Taman kantor Kecamatan
Dramaga dan Taman kantor Kec Ciampea. Penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan
sayembara seperi Water Front Surabaya (2010), Summarecon (2011) Whismakarman
Expo (2012), Paradesc (2013) dan sayembara diluar bidang lanskap seperti lomba
poster Gizi Nasional dan memenangkan juara II dalam tingkat Nasional. Penulis juga
sempat mengikuti workshop desain Cross Culture Design Collaboration di Chiba
University Jepang (2013).
85

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian


KUISIONER PENELITIAN
Desain Artwork pada Taman-Taman Pulau dan Median Jalan di Jalan Medan
Merdeka Jakarta Pusat
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pentingnya suatu artwork pada taman
pulau dan median jalan di Jalan. Medan Merdeka bagi pengguna jalan.
Kuisioner ini merupakan salah satu pelengkap dalam penyusunan skripsi. Atas
pertisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Oleh : Sigit mulyansyah Effendy (A44090081), Mahasiswa Departemen
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Petunjuk : Lingkari pada jawaban yang sesuai
Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita
Pekerjaan :
Usia :
Domisili :

1. Apakah Anda mengetahui Jalan Medan Merdeka Utara?


a. Ya b. Tidak

2. Berapa sering Anda melewati Jalan. Medan Merdeka?


a. Satu minggu sekali
b. Dua minggu sekali
c. Setiap Hari
d. Lainnya(sebutkan) .............

3. Apa yang Anda ingat tentang Jalan. Medan Merdeka Utara?


a. Istana Merdeka
b. Lainnya(sebutkan) .............

4. Apa yang Anda ingat tentang Jalan. Medan Merdeka Timur?


a. Stasiun Gambir
b. Lainnya(sebutkan) .............

5. Apa yang Anda ingat tentang Jalan. Medan Merdeka Selatan?


a. Balai Kota
b. Lainnya(sebutkan) .............

6. Apa yang Anda ingat tentang Jalan. Medan Merdeka Barat?


a. Museum Nasional
b. Lainnya(sebutkan) .............
86

7. Pernahkah Anda mengalami disorientasi ketika melewati Jalan. Medan Merdeka?


a. Pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
d. Lainnya(sebutkan)............

8. Apakah Anda mengetahui Taman Pulau (Traffic Island) dan Median Jalan?
a. Ya b. Tidak

9. Apakah yang Anda ketahui tentang fungsi Taman Pulau (Traffic Island) dan
Median Jalan?
a. Pembatas Jalan
b. Keamanan
c. Media Display
d. Lainnya(sebutkan)............

10. Fungsi apa yang Anda inginkan untuk Taman Pulau (Traffic Island) ?
a. Fungsi aktif (sosial)
b. Fungsi pasif (sebagai identitas/ karakter kawasan)

11. Apakah Anda mengetahui Artwork?


a. Ya b. Tidak

12. Apa yang Anda ketahui tentang artwork?


a. Hasil seni patung/pahat
b. Ornamen Taman (kursi taman, Air Mancur, dsb)
c. Lainnya(sebutkan).......

13. Bentuk artwork apa yang Anda inginkan di dalam taman pulau (traffic island )
median jalan di Jalan. Medan Merdeka ?
a. Hasil seni patung/pahat
b. Ornamen Taman (kursi taman, Air Mancur, dsb)
c. Lainnya(sebutkan)...

14. Konsep seperti apa menurut Anda yang sesuai dengan taman pulau (Traffic Island)
dan Jalan. Medan Merdeka?
a. Historik
b. Futuristik
c. Lainnya(sebutkan).....

15. Bentuk artwork seperti apa yang lebih disukai?


a. Organik ( Bulat, Lingkaran, Alami)
b. Geometris (persegi, Kubus, Modern, Futuristik)
c. Kombinasi (organik & geometris)
d. Lainnya(sebutkan).....

16. Apakah Artwork perlu menjadi simbol bagi setiap kawasannya?


a. Ya b. Tidak
87

17. Menurut Anda dimana letak artwork yang sesuai?


a. Pada setiap unjung-ujung taman pulau atau median
jalan
b. Pada salah satu ujung taman pulau atau median jalan
c. Sepanjang taman median jalan
d. Ditengah median jalan

Anda mungkin juga menyukai