Anda di halaman 1dari 2

KAJIAN INDEKS KESESUAIAN LAHAN (IKL)

Kajian Indeks Kesesuaian Lahan ( IKL ) , sebuah sistem indeks kartografi hirarki untuk
memberikan dukungan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS ) untuk perencanaan daerah . IKL
mengevaluasi kesesuaian lahan dengan menggabungkan tiga sub - indeks utama, yaitu ( i ) kerentanan
biosfer , litosfer , hidrosfer dan dampak yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan , (ii )
nilai warisan alam di daerah sasaran , dan ( iii ) kontribusinya terhadap konektivitas ekologi.
IKL dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak dari pembangunan kawasan perkotaan. Untuk
studi kasus seperti ini , dilakukan analisis sensitivitas , dan validasi parsial menggunakan studi
independen .
Pendekatan kuantitatif dan kartografi diadopsi oleh metodologi ini untuk memfasilitasi
penyajian hasilnya kepada perencana dan pembuat kebijakan . Selain itu, iterasi berturut-turut untuk
memeriksa dampak yang terkait dengan skenario perencanaan alternatif yang berbeda dapat dengan
cepat dilakukan .

Penilaian kesesuaian lahan adalah proses yang menentukan kesesuaian sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu yang ditetapkan, biasanya di antara beberapa macam penggunaan lahan yang
saling bersaing. Pada awalnya, metode ini dikembangkan sebagai sarana bagi para perencana untuk
menganalisis secara lebih menyeluruh dari lingkungan target dari serangkaian faktor spasial yang
mempengaruhinya. Penilaian kesesuaian lahan merupakan evaluasi multi-kriteria , tergantung pada
konteks kapasitas tanah untuk pengembangannya, berdasarkan pendapat para ahli yang menentukan
faktor mana yang paling berpengaruh, nilai-nilai optimal dan pembobot bagi tujuan penggunaan lahan
(Jiang dan Eastman, 2000). Sejak jamannya McHarg (1969), penilaian kesesuaian lahan telah menjadi
praktek baku dalam perencanaan penggunaan lahan. Perkembangan aplikasi GIS telah memungkinkan
pengembangan pendekatan spasial eksplisit berdasarkan parameter pemetaan karakteristik permukaan
lahan. Namun demikian, pendekatan tersebut belum memberikan kemajuan yang signifikan untuk
mengatasi kendala-kendala penting pada metode ini (Fabos et al., 1978.).

Teori Ekologi Landscape telah memberikan kerangka kerja dan satu set alat kuantitatif (yaitu
indeks landscape atau metrik) untuk karakterisasi lanskap dan untuk mengukur perubahan bentang
alam daerah dari waktu ke waktu. Ada hubungan yang erat antara pola lansekap dan proses ekologi.
Namun demikian, konsep dan metode ekologi lanskap juga berguna untuk perencanaan lahan.

Pengembangan IKL pada dasarnya mengikuti langkah-langkah analisis indeks multimetric atau
menggabungkan informasi lingkungan semua indikator , yaitu: ( i ) memilih komponen individual oleh
sekelompok ahli ; ( ii ) menghitung nilai indikator dari komponen individu , ( iii ) agregat nilai indikator
indeks parsial ke dalam tiga sub - indeks , ( iv ) agregat sub - indeks ke dalam keseluruhan
index , dan ( v ) menafsirkan nilai indeks untuk tujuan KLHS (Joan Marull et al., 2007).

Tiga langkah pertama dirinci dalam sub - bagian tertentu per sub - indeks . Steps empat dan lima
terdiri dari konstruksi IKL berdasarkan tiga dimensi, yaitu: ( i ) kesesuaian lingkungan fisik ( ΔTVI )
sehubungan dengan dampak kegiatan manusia terhadap kualitas biosfer , litosfer , dan hidrosfer; (ii)
kesesuaian lingkungan biologis ( ΔNHI ) sesuai dengan nilai-nilai warisan alam , dan ( iii ) kesesuaian
fungsional lingkungan ( ΔECI ) disimpulkan dari kontribusinya terhadap konektivitas ekologi terestrial .
Ketiga sumbu digabungkan untuk menghasilkan IKL sebagai berikut (Joan Marull et al., 2007):
dimana Δ = ΔTVI ΔNHI ΔECI

mana KΔ adalah nilai maksimum Δ (KΔ = 65). Formula ini memungkinkan kita untuk membakukan nilai-
nilai IKL antara 1 dan 6, dengan menggunakan distribusi normal nilai-nilai tersebut. Langkah terakhir
adalah menetapkan nilai-nilai ini untuk enam kategori ordinal.

Tiga faktor Δ masing-masing dapat diperoleh dari subindices yang sebelumnya telah dihitung untuk
menilai dampak lahan, bukan kesesuaian lahan. Sub-indeks ini adalah Teritorial Vulnerability Index (TVI),
Nature Heritage Index (NHI), dan Ecological Connectivity Index (ECI). Nilai IKL kemudian dibangun dari
sub-indeks, berdasarkan pada struktur hirarkis indeks parsial dan indikatornya, setelah transformasinya
dari dampak lahan menjadi kesesuaian lahan.

Referensi

Fabos, J.Gy., Greene, C.M., Joyner, S.A., 1978. The Metland Landscape Planning Process: Composite
Landscape Assessment, Alternative Plan Formulation, and Plan Evaluation. Massachusetts
Agricultural Experiment Station, University of Massachusetts, Amherst.
Jiang, H., Eastman, R., 2000. Application of fuzzy measures in multi-criteria evaluation in GIS. Int. J.
Geogr. Inf. Sci. 14, 173–184.
Joan Marull, Joan Pino, Josep Maria Mallarach, dan Mar´ıa Jos´e Cordobilla. 2007. A Land Suitability
Index for Strategic Environmental Assessment in metropolitan areas. Landscape and Urban
Planning 81 (2007) 200–212.
McHarg, I.L., 1969. Design with Nature. Natural History Press, Garden City, N.J.

Anda mungkin juga menyukai