Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PEMBAHASAN MODUL

Dosen Pengampu :
Kurniawan Erman W.,S.Kep.,Ners.,M.Kes.
Oleh
Kelompok II
Arista Jawamara (1608.14201.472)
Lisye A. Miru (1608.14201.480)
Marzella Milla (1608.14201.498)
Melvianus Maru (1608.14201.500)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
RINGKASAN MATERI

A. KELUARGA RISIKO
a. Aspek psikologi dalam keluarga dapat mempengaruhi derajatkesehatan
b. Derajat kesehatan keuluarga karena faktor tertentu yang menyebabkan suatu
masalah kesehatan.
c. Timbulnya suatu penyakit akibat faktor internal ekternal.
B. KELUARGA RENTAN
Keluarga rentan adalah keluarga yang berisiko mengalami masalah baik dari diri
maupun dari lingkungan sehingga tidak dapat mengembangkan potensinya ( kepmensos
RI NO 49/HUK/2004)
Keluarga rentan meliputi;
 Lansia
 Anak2
 Kemiskinan
 Perempuan
 Difabel/kecacatan
 Kelompok minoritas
C. TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARA
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan
ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan
keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
Ada 6 kriteria mandiri yang harus di capai oleh keluarga
 Menerima petugas kesehatan komunitas
 Menerima pelayanan keperawatan yang di berikan sesuai dengan rencana
keperawatan
 Mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
 Memanfaatkan fasilitas kesehatan secara aktif
 Melaksanakan tindakan keperawatan secara dan promotif.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Resiko

Menurut Elita Nurchayati dan Amelia (2014) bahwa setiap keluarga


mempunyai presepsi dan respon yang berbeda terhadap suatu rangsangan atau
stresor karena sters tanpa penanganan koping yang positif akibat distress yang
dapat beresiko terjadinya gangguan kesehatan dan memengaruhi lingkungan.

Faktor praktik keluarga merupakan faktor yang paling dominan


berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan penyakit yang
berisiko, akan berarti tidak berarti bahwa faktor tingkat pengetahuan, spiritual
keluarga, emosional keluarga, tingkat ekonomi keluargadan latar blakang budaya
tidak mempunyai hubungan terhadap dukungan keluarga.

Praktik keluarga merupakan cara bagaimana memengaruhi anggota


keluarga dalam melaksanakan kesehatannya terutama pada anggota keluarga yang
memiliki resiko dalam melakukan pencegahan hipertensi (Purnawan, 2008).

Menurut teori Notoatmojo dalam Yudiningsi (2012) bahwa pengetahuan


yang biak dan sikap dan sikap yang mendorong keluarga untuk berperilaku tepat
dalam hal ini pencegahan pada penderita, dimana perilakunya biasanya di
pengaryhi oleh respon individu untuk merespon terhadap stimulus atau
pengetahuan yang bersifat, baik, sedang, buruk, positif, negatif yang tergantung
bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada
tindakan atau perilaku.

Menurut Watso dalam Hamid (2015) menjelaskan bahwa pengetahuan


keluarga tentang perawatan maupun dalam pencegahan bagian terpenting dalam
memperbaiki kesehatan tersebut yang mencakup pengetahuan mengenai
perawatannya maupun pencegahannya.
B. Keluarga Rentan

Keluarga rentan adalah keluarga yang beresiko tingggi karena berada


dalam kondisi dan situasi yang kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri
dalam menghadapi resiko. Keluarga rentan memiliki keterbatasan untuk
menghadapi resiko yang dihadapinya.

Keleuarga resiko yaitu:


 Anak-anak
 Wanita/wanita hamil
 Kelompok menoritas
 Penyandang cacat
 Lansia

C. Tingkat Kemandirina Keluarga

Kemandirian keluarga adalah kemampuan dan inisiatif keluarga dalam


mengenal dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.

Kemandirian keluarga dalam hal ini adalahperilaku keluarga dalam


melaksanakan tindakan keperawatan secara mandiri. Menurut Green yang di
ambil dari Notoatmodjo (2010) perilaku kesehatan terbentuk dari faktor, yaitu:

1. Predisposing factor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai
2. Enabling factor yang terwujud dalam lingkungan fisik dan sarana
(fasilitas) kesehatan.
3. Reinforcing factor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan.

Petugas khususnya tenaga keperawatan di puskesmas mempunyai peran yang


sangat penting dalam pelaksanaan pembinaan keluarga mandiri.
Dalam upaya tersebut, petugas keperawatab sering bekerja sama dengan
mahasiswa keperawatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga.

Pendapat Notoatmojo (2010) bahwa kemandirian adalah sebuah perilaku


yang merupakan respon seseorang terhadap stimulus. Respon tersebut diolah
dalam pikiran seseorang berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pendapat lain tentang tingkan kemandirian keluarga
Lamman (1998) dalam Ardi (2012) menyatakan bahwa kemandirian merupakan
suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung
kepada orang lain. Mu’tadin (2002) dalam Ardi (2012) juga menyataka bahwa
kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan
atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendoro
tanpa bantuan orang lain.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Kesimpulan yang terdapat dalam sebuah pembahasan di atas Kemandirian
mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat
bersaing untuk maju demi kebaikannya Mampu mengambil keputusan dan inisiatif
untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Keluarga rentan adalah keluarga yang berisiko mengalami masalah, baik dari
diri maupun dari lingkungan sehingga tidak dapat mengembangkan potensinya.
(Kepmensos RI No. 49/HUK/2004).
Keluarga resiko adalah Derajat kesehatan keuluarga karena faktor tertentu
yang menyebabkan suatu masalah kesehatan.

.
DAFTAR PUSTAKA

Rosidin Udin, Eriyani Thetesia, shalahudin Inwan (2017),Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kemandirian Keluarga Dalam Perawatan Hipertensi Pada
Keluarga Binaan Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Garut.

Anda mungkin juga menyukai