Anda di halaman 1dari 5

23

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Studi Kasus

Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan tentang peningkatan

bersihan jalan napas sebelum dan sesudah pemberian tindakan batuk

efektif. Sehingga studi kasus ini adalah deskriptif dengan menggunakan

pendekatan pre test dan post test design.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek dalam studi kasus ini adalah pasien laki-laki dengan PPOK yang

mempunyai riwayat merokok dan mengalami gangguan bersihan jalan

napas.

C. Definisi Operasional
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah kondisi dimana pasien

yang tidak mampu mengeluarkan sekret sehingga menimbulkan

obstruksi partial atau total saluran napas, menurunnya energi dan

kelelahan, infeksi trancheo bronchial, penurunan kesadaran, reflek

batuk menurun. Indikator yang digunakan untuk mengukur bersihan

jalan napas antara lain suara napas, sesak napas, respiration rate,

saturasi oksigen, dan sputum.


2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
24

PPOK secara operasional pada studi kasus ini adalah bronkitis kronis

yang ditandai dengan peradangan pada bronkus. Biasanya disertai

dengan sesak napas dan batuk produktif.


3. Tindakan Keperawatan Batuk Efektif
Batuk efektif secara operasional pada kasus ini adalah cara untuk

melatih pasien yang tidak memliliki kemampuan batuk yang efektif

dengan tujuan membersihkan jalan napas dari sekret maupun benda

asing. Indikator untuk menilai batuk efektif yaitu dengan menggunakan

Standar Prosedur Operasional. Tindakan ini akan dilakukan sebanyak

tiga kali dengan alat dan bahan tisu, perlak, stetoskop, mug, gelas dan

sedotan. Indikator yang digunakan dari tindakan ini adalah jumlah,

warna, bau, dan konsistensi dahak yang keluar.

D. Tempat dan Waktu


Studi kasus ini akan dilaksanakan di ruang Mawar Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Karanganyar pada bulan Januari sampai dengan bulan

Maret 2019.

E. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan karya tulis ini

menggunakan teknik :
a. Data Primer
Pengumpulan data primer tentang kebutuhan oksigenasi meliputi,

wawancara terhadap pasien dan penanggung jawab, observasi

(sesak napas, batuk, sputum, penggunaan otot bantu

pernapasan, dan sianosis) serta pemeriksaan fisik (inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi suara pernapasan).


b. Data Sekunder
25

Pengumpulan data sekunder tentang kebutuhan oksigenasi

meliputi, identitas pasien (nama, umur, tanggal lahir, No. RM, jenis

kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, agama, alamat,

dan diagnosa medis), identitas penanggung jawab (nama, umur,

alamat, pekerjaan dan hubungan dengan pasien), pemeriksaan

Analisa Gas Darah, uji spirometri, dan pemeriksaan radiologi

melalui data rekam medis RSUD Kabupaten Karanganyar.


2. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah lembar

observasi dan standar prosedur operasional (SOP) tindakan batuk

efektif yang telah dibakukan oleh RSUD Kabupaten Karanganyar

sebagai acuan dalam pemberian tindakan batuk efektif.

F. Metode Analisa Data


Teknik penyajian data pada studi kasus ini dijelaskan secara deskriptif

yang meliputi subyektif (keluhan yang dirasakan pasien) dan obyektif

(indikator yang digunakan). Sedangkan teknik analisa data pada studi

kasus ini dengan cara membandingkan bersihan jalan napas sebelum dan

sesudah diberikan tindakan batuk efektif.

G. Etika Studi Kasus

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Informed consent (persetujuan)

Subjek studi kasus mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian

yang dilaksanakan dan mempunyai hak untuk berpartisipasi atau

menolak menjadi responden. Setelah responden mendapat penjelasan,


26

peneliti memberikan lembar persetujuan untuk ditanda tangani oleh

responden atau keluarga.

2. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti melindungi hak-hak dan privasi pasien dengan tidak

mencantumkan nama pasien sebagai responden dalam hasil penelitian.

Peneliti menggunakan inisial sebagai identitas.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang diberikan responden kepada peneliti akan

tetap dirahasiakan. Catatan medis tidak disebarluaskan kecuali untuk

kepentingan pendidikan karya ilmiah dan hal-hal yang berkaitan dengan

hukum.

4. Ethical clearance

Dalam studi kasus ini peneliti memerlukan ethical clearance yaitu

uji kelaikan etik sebagai pernyataan bahwa rencana kegiatan penelitian

yang tergambar dalam protokol telah dilakukan kajian dan telah

memenuhi kaidah etik sehingga layak dilaksanakan. Tujuan utamanya

untuk melindungi subjek penelitian dari bahaya fisik, psikis (tertekan,

penyesalan), sosial dan konsekuensi hukum (dituntut) sebagai akibat

turut berpartisipasi dalam suatu penelitian.

Pada studi kasus ini peneliti mengajukan surat izin penelitian yang

sudah disahkan oleh institusi pendidikan dan diberikan kepada pihak


27

rumah sakit untuk izin pengambilan kasus. Kemudian peneliti

mengajukan permohonan ethical clearance kepada Kepala Bidang

Pendidikan dan Pelatihan RSUD Kabupaten Karanganyar. Selanjutnya,

surat ethical clearance dan surat pengantar penelitian untuk

pengambilan data diterima untuk diteruskan kepada Kepala Ruang

Mawar.

Anda mungkin juga menyukai