BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
6–7% per tahun. Produksi domestik sebesar 4,07 juta ton dan 679.000 ton dari
impor.
Hingga saat ini cara yang dilakukan untuk mengendalikan gulma pada
usaha tani dengan skala yang besar yaitu dengan menggunakan herbisida.
Dewasa ini telah berkembang dan beredar berbagai jenis dan merk dagang
herbisida di pasaran, akan tetapi informasi secara ilmiah mengenai efektifitas
dan efisiensi penggunaannya terhadap jenis gulma pada tanaman gandum
khususnya di daerah Sumatera Barat masih minim. Oleh karena itu pengkajian
tentang efektivitas dan selektivitas berbagai herbisida sangat diperlukan
terutama untuk rujukan rekomendasi serta menjawab kebutuhan teknologi
pengolahan tanah petani dan pengguna lainnya dalam melaksanakan budidaya
gandum.
B. TUJUAN PENELITIAN
C. MANFAAT PENELITIAN
A. PRODUKSI GANDUM
B. GULMA
Pengaruh buruk dari gulma secara kualitatif pada tanaman yang kurang
mendapatkan perawatan yang teratur adalah pertumbuhan tanaman terhambat,
cabang produksi kurang, dan pertumbuhan tanaman muda tidak normal, serta
daunnya berwarna kuning. Selain faktor kompetisi dan alelopati, keberadaan
9
gulma di pertanaman dapat menjadi inang patogen atau hama bagi tanaman
(Suprapto dan Yufdy, 1987 dalam Daud, 2008).
C. HERBISIDA
akibat proses pengrusakan terhadap satu jenis tumbuhan atau dalam hal ini
yaitu gulma (Ashton dan Crafts, 1981).
Herbisida sistemik ada yang bersifat selektif dan ada juga yang bersifat
tidak selektif. Herbisida sistemik yang tidak bersifat selektif seperti glifosat,
imazapir, dan sulfosat. Sedangkan yang bersifat selektif yaitu seperti 2,4 D,
ametrin, klomazon dan diuron (Sembodo, 2010).
Aplikasi herbisida dapat dilakukan pada saat tanaman masih muda maupun
telah dewasa (Sukman dan Yakup, 2002).
C. METODE PENELITIAN
D. PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Pengolahan Lahan
Benih gandum yang baik yaitu benih yang mempunyai warna dan
bentuk yang seragam dan bebas dari hama penyakit. Dalam penelitian ini
digunakan benih SO-3. Benih S0-3 merupakan rekomendasi dari penelitian
terdahulu yang menunjukkan hasil pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
varietas lainnya. Deskripsi benih gandum SO-3 dapat dilihat pada Lampiran 4.
3. Penanaman
4. Pemupukan
5. Pemasangan Label
7. Perawatan
8. Pengambilan Sampel
gulma, sampel yang diambil hanya pada saat sebelum Aplikasi I dan menjelang
panen (Lampiran 7).
9. Panen
E. PENGAMATAN
1. GULMA
a. Analisis Vegetasi
FM spesies tertentu
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑁𝑖𝑠𝑏𝑖 = x 100%
Jumlah nilai FM semua jenis
Frekuensi Mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu.
2𝑊
𝐶= x 100%
a+b
Keterangan :
C = Koefisisen komunitas
W = Jumlah nilai yang lebih kecil dari masing-masing penyusun vegetasi
yang dibandingkan
a = Jumlah nilai SDR I
b = Jumlah nilai SDR II
2. GANDUM
Umur muncul malai diamati ketika malai telah keluar sebanyak 50%
dari populasi tiap petakan sampel pengamatan.
A. Analisis Ragam
Tabel.1. Dasar Analisis Statistika Rancangan Acak Kelompok
Perlakuan Ulangan Total Rata–
Rata
1 2 3
B. Sidik Ragam
Tabel 2. Sidik Ragam
Sumber Db JK KT F Hitung F Tabel
Keragaman 5 1
% %
Total (P . K) - 1 JKT
C. Perhitungan
1. FK = (X..)2/ P.U
2. JKT ={ (X11)2 + (X12)2 +…+ (X73)2}- FK
3. JKP = { (X1.)2 + (X2.)2 +…+ (X7.)2}- FK/ 4
4. JK = JKT - JKP
5. KTP = JKP/ dbp
6. KTS = JKS/ dbs
7.F hitung perlakuan = KTP/ KTS
8. F Tabel 5 %
9. Bandingkan F Hitung dengan F Tabel pada taraf 5 %
10. Ambil Kesimpulannya dengan ketentuan :
Jika F hitung > F table taraf 5% berarti berbeda nyata (*)
Jika F hitung < F table taraf 5% berarti berbeda tidak nyata (tn)
11. Tentukan nilai koefesien keragaman
KK = √KTS x100 %
X
Jika F hitung > F table 5% dikatakan berbeda nyata, maka uji akan
dilanjutkan dengan uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.
Keterangan :
FK = Faktor Koreksi
JK = Jumlah Kuadrat
db = Derajad Bebas
KT = Kuadrat Tengah
JKT = Jumlah Kuadrat Tengah
JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKS = Jumlah Kuadrat Sisa
KTP = Kuadrat Tengah Perlakuan
KTS = Kuadrat Tengah Sisa
U = Ulangan
21
Tabel 3. SSRp
Nilai 1 2 3 4
perlakuan
SSRp 5%
SSRp 1%
Tabel 4. LSRp
Perlakuan 1 2 3 4
LSRp 5%
LSRp 1%
1. Susun nilai perlakuan rata – rata perlakuan dari nilai yang terbesar
hingga yang terkecil
Perlakuan Rata – Rata
A1
A2
A3
A4
A1-A4
A1-A3
A1-A2
A2-A4
A2-A3
A3-A4
Perlakuan Kesimpulan
A …a
B …..ab
C …….bc
D ………cd
Angka – angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut DNMRT (Gomez, 1995).
23
DAFTAR PUSTAKA
Asandhi, A.A., dan N. Gunadi. 1989. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang. Edisi
kedua. Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Ashton, F. M. 1981. Mode of action of herbicides. United States of America.
Canada. 525 p.
Aspinall, D. 1961. The control of tillering in the barley plant I. The pattern of
tillering and its relation to nutrient supply. Aust. J. Biol. Sci. 14: 493-505.
Auld, B.A and R.W. Medd. 1987. Weeds An Illustrated Botanical Guide to the
Weeds of Australia. Agriculturural Research and Veterinary Centre. Inkata
press. Melbourne. 255 p.
Bogasari. 1997. Quality Control of Raw Material Wheat Flour and By Product.
Jakarta: PT ISM Bogasari Flour Mills.
Breeding Station Istropol Solary 2011. List of Wheat Varieties for Andalas
University. Interstate Publisher. Republic Slovakia. 43 pp.
C.G.G.J. van Steenis. 2006. Flora. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Hal 107.
Clements, F.E., J.E. Weaever dan H. Hanson. 1929. Plant competition. Camegil.
Inst. Washington Publ. 398 hal.
Cudney, D.W. 1996. Why herbicides are selective. 1996 Symposium Proceedings.
California Exotic Pest Plant Council.
Darwis, S.N. 1979. Teori Pertumbuhan dan Peningkatan Hasil Padi. Jilid I. Lembaga
Pusat Penelitian Pertanian. Perwakilan Padang. 86 Hal.
Daud, D. Staff Peneliti BPTP Sulawesi Utara. Uji Efikasi Herbisida Glifosat,
Sulfosat dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) Jagung.
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX
Komisariat Daerah Sulawesi Selatan:316-327 hal.
24
Evans, E.F and R.L. Donahue. 1957. Exploring Agriculture. Pren-tice Hall.
Engliwood Cliffs. New Jersey.
Ewing, E.E., and R.E Keller. 1982. Limiting factors to the extension of potato into
non-traditional climates. Proc. Int. Congr. Research for the Potato in the
Year 2000. International Potato Centre. 37-40 p.
Jumin, H.B. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 201 hal.
Lakitan, B. 2007. Dasar - dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Lubigan, R.T., K. Moody., C.E Munroe., and E.C. Paller, Jr,. 1984. Major Weeds
of the Philipines. Weed Science Society of the Philipines University of the
Philipines at Los Banos College. Philipines. 326p.
Mulyaningsih, S., F.T. Kadarwati, dan I. Sadikin. 2008. Periode kritis kompetisi
gulma pada kapas yang ditumpangsari dengan jagung. Agrivita30: 35-44.
Putri, N.E., Chaniago, I., Suliansyah,I., 2013. Seleksi Beberapa Genotipe Gandum
Berdasarkan Komponen Hasil di Daerah Curah Hujan Tinggi. Jurnal
Agroteknologi, Vol. 4 No. 1. Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas. Padang. Hal 1-6.
Rao, V. S. 2000. Principles of weed science 2nd ed. Science publishers, Inc.,
Enfield, NH.
Shah, M.I., Jabeen M., and Ilahi l., 2003. In Vitro Introduction and Plant
Regeneration From Mature Embryos in Spring Wheat (Triticum aestivum
L.) Var. LU 26S. Pak J. Bot. 35 (2): 209 – 217.
Sriyani, N. 2011. Mekanisme Kerja Herbisida. Bahan mata kuliah Herbisida dan
lingkungan. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Suprapto dan M.P. Yufdy. 1987. Gulma dan cara pengendaliannya. Makalah
Seminar "Peranan Herbisida dalam Pengembangan Produksi Tanaman
Lahan Kering di Lampung. Unila. Lampung.
Tonks, D.J., C.V. Eberlein, & M. I. Guittieri. 2000. Preemergence weed control in
potato (Solanum tuberosum) with ethalfluralin. Weed Technol. 14:287-
292.
Wichert, R.A., and R.E. Talbert. 1992. Soybean [Glycine max (L.)] response to
lactofen. Weed Sci. 41:23-37.
Yakup dan S. Yarnelis. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 160 hal.
Lampiran
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengolahan lahan
2 Persiapan benih
3 Penanaman di
lapangan
4 Pemberian
Perlakuan
5 Pemeliharaan
6 Pengamatan
7 Panen
8 Pasca Panen
9 Pengolahan data
28
A3 A1 A4 A3 A1 A4
A4 A2 A1 A1
Y A3 A2
Keterangan :
(A1,A2,A3,A4, ) = Perlakuan T
(1, 2, 3 = Ulangan Perlakuan
X = Lebar Lahan U S
Y = Panjang Lahan
( a, b ) = Jarak kelompok perlakuan B
29
x x x x x U
x x x x x
a x b x x x x
x x x x x B T
x x x x x
x x x x x
x x x x x S
x x x x x
Keterangan :
x x x x x
x x x x x a = jarak ke pinggir
x x x x x d bedengan 10 cm
x x x x x
b = jarak antar tanaman
x x x x x
dalam bedengan 25 cm
x x x x x
x x x x x c = lebar bedengan 1,2 m
x x x x x
d = panjang bedengan 5 m
x x x x x
x x x x x = tanaman sampel
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
30
= 0,09 kg/ha
= 90 gram/bedengan
6 m² x 200 kg/ha
Kebutuhan pupuk SP36 =
10.000 m²
= 0,12 kg/ha
= 120 gram/bedengan
6 m² x 100 kg/ha
Kebutuhan pupuk KCl =
10.000 m²
= 0,06 kg/ha
= 60 gram/bedengan
32
24 m² x 1,5 L
Dosis yang dibutuhkan =
10.000 m²
= 0,0036 L
= 3,6 ml
14 L x 3,6 ml
Jumlah bahan produk =
1000 ml
= 0,054 L
= 50,4 ml
24 m² x 1,5 g
Dosis yang dibutuhkan =
10.000 m²
= 0,0036 L
= 3,6 ml
14 L x 3,6 ml
Jumlah bahan produk =
1000 ml
= 0,054 L
= 50,4 ml
14 L x 0,06 g
Jumlah bahan produk =
1L
= 0,84 gram
34
Ax3
Ax2
Ax4
Ax1
c
Kelompok II
Ax3
Ax2
a Ax4
Ax1
Kelompok III
Ax3
Ax2
Ax4
Ax1
b
35
Keterangan :
a = Panjang Lahan yang digunakan
b = Lebar Lahan yang digunakan
c = Petakan Sampel 120 cm X 500 cm
= Letak sampel gulma (1 x 1 m²)
Ax1, Ax2, Ax3, Ax4 = Sampel Gulma