Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HYGINE SANITASI
PUSKESMAS SIDOMULY0
WATES - KEDIRI
Persiapan Kegiatan Saka Bakti Husada (SBH) 25 s/d 28 Maret 2018 di Kecamatan Lembah Segar Oleh
Pengcab Sawahlunto
Saka Bakti Husada (SBH) sebagai salah satu dari saka (satuan karya) yang ada pada kegiatan Pramuka. Aktif
melaksanakan kegiatan seperti yang dilaksanakan Pengcab di Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto.
Dari empat gugus yang ada, masing masing mengutus sebanyak 18 orang (yang terdiri dari 9 orang putra dan
putri)
Lomba identifikasi larva nyamuk merupakan salah satu pengembangan dari krida bina lingkungan sehat. Dengan
diadakan lomba ini diharapkan peserta dapat mengetahui dimana tempat perindukan nyamuk, perilaku nyamuk
meletakkan telurnya. Sehingga diharapkan bisa diterapkan dalam melakukan pencegahan ketika terjadi wabah
penyakit yang ditularkan vektor nyamuk.
Peningkatan peran Pramuka bisa dapat lebih ditingkatkan ketika terjadi wabah penyakit yang berbasis lingkungan
seperti wabah Demam Berdarah dan Malaria.
Tata cara pelaksanaan lomba identifikasi larva nyamuk. Masing gugus mengirim satu regu yang terdiri dari 3 putra
dan 3 putri. Alat dan bahan yang dibutuhkan (gayung, kaca pembesar, pipet hisap dan senter). Peserta
mengumpulkan sebanyak-banyaknya jentik dirumah masyarakat sekitar perkemahan, setelah itu dilakukan
identifikasi larva nyamuk. Waktu yang diberikan panitia selama 160 menit. Pemenangnya adalah regu yang bisa
mengumpulkan jentik paling banyak dan bisa dengan tepat menjelaskan tentang larva nyamuk yang ditemukan
1. Jumlah desa yang stop buang air besar sembarangan. Desa yang telah dilakukan verifikasi oleh kab/kota.
2. Jumlah kabupaten kota sehat. Syaratnya ada forum kota sehat, ada tim pembina kota sehat dan memiliki
minimal dua tatanan.
3. Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang mendapat sertifikat laik sehat.
4. Jumlah Tempat-tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan (IKL) minimal 70%. TPM yang wajib IKL seperti sekolah dan pasar rakyat
6. Jumlah rumah sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
I. PENDAHULUAN
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum (semua orang) dapat masuk ke tempat
tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus. Jadi tempat –
tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat – tempat umum
terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat – tempat umum
merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan
oleh badan pemerintah, swasta dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat – tempat umum, baik untuk
bekerja, melakukan interaksi social, belajar maupun melakukan aktivitas lainnya. Tempat – tempat umum memiliki
potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, penularan lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Kondisi lingkungan tempat – tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko
penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan
sanitasi lingkungan yang baik dan tempat – tempat umum perlu dijaga sanitasinya.
II.LATAR BELAKANG
Sanitasi tempat – tempat umum sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan berbagai masalah
kesehatan, misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
A. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan agar masyarakat mengerti dan memelihara akan keberadaan tempat – tempat umum di
wilayah kerja puskesmas.
B. Tujuan Khusus
1. untuk mengetahui sanitasi SAB (Sarana Air Bersih ) di TTU (Tempat – Tempat Umum)
2. untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran di TTU
3. untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair di TTU
4. untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah di TTU
5. untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang memenuhi syarat kesehatan
TTU
VI. SASARAN
1. Tempat ibadah
2. Kantor
3. Sekolah
4. Pasar
5. Pangkas rambut
6. Salon
7. Rumah sakit
8. Pelayanan kesehatan non-rumah sakit
9. Hotel
I. PENDAHULUAN
Rumah makan, depot dan warung adalah setiap tempat usaha komersil yang lengkap kegiatannya menyediakan
makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan.
Pengawasan sanitasi makanan pada rumah makan, depot, warung, adalah pemantauan secara terus menerus
terhadap rumah makan, depot, warung atas perkembangan tindakan atau kegiatan atau persyaratan sanitasi
makanan dan keadaan yang terdapat setelah usaha tindak lanjut dari pemeriksaan.
Pemeriksaan merupakan usaha melihat dan menyaksikan secara langsung serta menilai tentang keadaan, tindakan
atau kegiatan yang dilakukan serta memberikan petunjuk / saran perbaikan.
Kegiatan pengawasan sanitasi makanan meliputi pendataan tempat pengelolaan makanan, pemeriksaan berkala,
member saran perbaikan, melakukan kunjungan kembali, memberi peringatan dan rekomendasi kepada pihak
terkait serta laporan hasil pengawasan.
II.LATAR BELAKANG
Berdasarkan pengamatan awal beberapa rumah makan, depot dan warung yang letaknya cukup strategis dan
sering dilalui banyak kendaraan bermotor, ada beberapa penjamah makanan yang menunjukkan perilakuyang
tidak sehatdalam menjamah makanan, missal menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan mengolah
makanan ketika sedang sakit.
Demikian juga dengan sarana disekitarnya, dimana sering ditemukan adanya rumah makan , depot, warung yang
melakukan pencucian peralatan makanan tanpa menggunakan sabun, peralatan hanya dicelupkan ke sumber air
pencucian yang sudah kotor, serta bahan makanan belum jadi disimpan dalam ruangan yang tidak dilengkapi
dengan pelindung dari hama.
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persyaratan sanitasi tempat pengelolaan makanan (TPM) dan mampu menerapkan persyaratan
dan teknik pembersihan atau pemeliharaan di ruangan tempat pengelolaan makanan (TPM) agar terhindar dari
resiko pencemaran.
B. Tujuan Khusus
VI.SASARAN
1. Rumah makan
2. Restoran
4. Industri makanan
5. Kantin
6. Warung
7. Makanan jajanan
I. PENDAHULUAN
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan
penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di
lingkungan sekitarnya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungna yang
memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta
sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga
seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat,
aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk
kesehatan.
A. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan agar masyarakat mengerti dan memelihara akan keberadaan tempat – tempat umum di
wilayah kerja puskesmas.
B. Tujuan Khusus
1. untuk mengetahui sanitasi SAB (Sarana Air Bersih ) di TTU (Tempat – Tempat Umum)
5. untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang memenuhi syarat kesehatan
TTU
Kegiatan yang bersifat monitoring atau inspeksi terhadap sarana tempat – tempat umum (TTU) yang ada di
wilayah kerja puskesmas.
VI. SASARAN
1. Tempat ibadah
2. Kantor
3. Sekolah
4. Pasar
5. Pangkas rambut
6. Salon
7. Rumah sakit
9. Hotel
Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggungjawab program dan dilaporkan kepada kepala puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kota
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS
I. PENDAHULUAN
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang optimal ( UU Kesehatan Nomor 32 Tahun
2009). Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai program / kegiatan telah dan akan dilaksanakan / dikembangkan
baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Sesuai dengan penjelasan dalam Undang – undang Kesehatan
Nomor 32 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Penyehatan Air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air
untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan hal tersebut , maka seharusnya air
bersih yang digunakan selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari – hari dan juga harus
memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kualitas fisik, bakteriologis, maupun kimia. Persyaratan
kualitas tersebut tertuang dalam Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas
Air, maka diperlukan suatu tindak lanjut pengawasan berupa pengambilan contoh air untuk dilakukan
pemeriksaan dilaboratorium guna mengetahui kualitas bakteriologisnya.
II.LATAR BELAKANG
Sanitasi tempat – tempat umum sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan berbagai masalah
kesehatan, misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
A. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam pengamanan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan dan kehidupan manusia.
B. Tujuan Khusus
3 Pengambilan sampel melakukan pengambilan sampel air pada sarana yang memiliki tingkat
resiko sedang dan rendah
VI. SASARAN
Sarana air bersih yang dimiliki masyarakat baik secara pribadi maupun yang dipakai secara umum seperti; sumur
gali, perlindungan mata air, dan perpipaan.
No Kegiatan J F M A M J J A S O N D
Pengambilan √ √ √ √
sampel
Penanggung jawab program melakukan pencatatan setiap melaksanakan kegiatan dan pelaporan dilakukan pada
saat pelaksanaan kegiatan. Evaluasi dilakukan setiap 3 bulan sekali.
I.PENDAHULUAN
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan promotif,
prefentif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit yang
berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman.
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
5. Lamanya sakit
6. Kondisi lingkungan
Konseling adalah komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas konseling dan pasien atau klien yang
memutuskan untuk bekerja sama sehingga pasien dan klien dapat mengenali dan memecahkan masalah
kesehatan lingkungan secara mandiri maupun dengan bantuan pihak lain.
II.LATAR BELAKANG
1. Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air meliputi : penyakit diare, demam berdarah, malaria dan kulit.
2. Penyakit – penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang jelek antara
lain ISPA dan TB Paru
3.Penyakit – penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui makanan antara lain : diare, kecacingam
dan keracunan makanan
4.Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia dan pestisida di rumah tangga.
A.Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya prefentif, kuratif dan promotif yang dilakukan secara
terpadu, terarah dan terus menerus.
B. Tujuan Khusus
1.Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sector dalam program pemberantasan penyakit
menular dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan masyarakat.
2.Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampua dari perilaku masyarakat (pasien, klien, dan masyarakat)
untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
3.Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi
penyakit berbasis lingkungan serta masalah kesehatan lingkungan dengan sumber daya yang ada.
4.Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi kesehatan lingkungan.
Penderita atau pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas
2.Di luar gedung yaitu di posyandu dan pada waktu kunjungan rumah atau kunjungan lapangan.
VI.SASARAN
1.Penderita penyakit / pasien/ keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan dan penyakit
berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
2.Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan
yang datang ke puskesmas.
3.Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan, dan penyakit
yang berbasis lingkungan yang dikunjungi rumahnya.
4.Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit yang berbasis
lingkungan yang daerahnya dikunjungi.
VII.JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
1.Di dalam gedung pelaksnaan dilakukan setiap hari Senin s.d Kamis.
2.Di luar gedung pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dengan klien/ pasien
Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan dilaporkan kepada kepala
puskesmas.
Pengertian
Pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum adalah kegiatan pengawasan terhadap tempat-tempat umum agar
tercipta kondisi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan, bebas dari faktor resiko penyakit dan
kecelakaan terhadap masyarakat di dalam tempat-tempat umum maupun terhadap masyarakat di sekitar/diluar
tempat-tempat umum tersebut.
Tempat-Tempat Umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilaksanakan oleh badan pemerintah, swasta,
maupun perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat serta memiliki fasilitas. yang termasuk ke dalam
tempat-tempat umum adalah sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran, hotel, sarana kesehatan, tempat
rekreasi, pasar, terminal, dan lain-lain.
Tujuan
sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap masyarakat dan pengelola
tempat-tempat umum, sehingga terciptanya kondisi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat esehatan
lingkungan dan memantau keadaan sanitasi tempat-tempat umum secara berkala dalam membangun sanitasi
sesuai dengan standar sanitasi yang telah di tetapkan agar terciptanya kebersihan lingkungan.
Referensi
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan lingkungan,
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1429 Tahun 2006 tentangPedoman Penyelenggaraan
esehatan Lingkungan Sekolah,
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.288 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana
an Bangunan Umum,
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1405 Tahun 2002 Tentang Persyaratan Kkesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri,
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.061 Tahun 1991 Tentang Persyaratan Kesehatan Kolam
Renang Dan Pemandian Umum,
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.80 Tahun 1990 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Dan Bangunan Hotel.
1. Alat tulis,
3. Sanitarian Kit.
Prosedur
Sanitarian melaporkan nama petugas yang akan melaksanakan kegiatan kepada kasubag Tata Usaha agar di
buatkan surat tugasnya
Kasubag Tata Usaha membuat surat tugas kegiatan pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum.
Sanitarian melakukan pengawasan sanitasi sesuai dengan checkk list formulir pemeriksaan
Sanitarian dan pembina wilayah setempat (PWS) memaparkan hasil pemeriksaan kepada pemilik/pengelola
tempat-tempat umum.
Sanitarian dan petugas promosi kesehatan memberikan penyuluhan tentang masalah kesehatan lingkungan yang
ada pada tempat-tempat umum kepada pemilik/pengelola tempat-tempat umum (bila perlu).
Sanitarian melaporkan hasil rekapan kepada koordinator Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL).
Kepala Puskesmas, Koordinator P2PL dan Sanitarian mengevaluasi hasil rekapan,Kepala Puskesmas, Koordinator
P2PL, dan Sanitarian membuat rencana tinddak lanjut.
Unit Terkait
1. Kepala Puskesmas,
2. Koordinator P2PL,
3. Kasubag Tata Usaha,
4. Pembina Wilayah Setempat
5. Petugas Promosi Kesehatan
Pengertian
Pengawasan tempat pengolahan makanan adalah kegiatan penilaian terhadap tempat-tempat yang memproduksi
makanan. Objek pengawasan antara lain ruma makan, warung nasi, catering, industri rumah tangga pangan,
pedagang kaki lima, warung kopi dan makanan, depot air minum.
Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang mungkin bisa menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
Tujuan
sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelaksanaan pengawasan dan pembinaan terhadap pemilik usaha
tempat pengelolaan makanan.
Referensi
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Higiene Sanitasi Depot Air
Minum
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Kualitas Air Minum
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098 Tahun 2013 Tentang Persyaratan Higiene
Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428 Tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan puskesmas
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715 Tahun 2013 Tentang Persyaratan Sanitasi
Jasaboga
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942 Tahun 2003 Tentang Persyaratan Higiene
Sanitasi Makanan Jajanan
Alat Dan Bahan
1. Alat Tulis
3. PH meter
4. Lux meter
Prosedur
1. sanitarian menyiapkan alat dan bahan untuk pengwasan tempat pengelolaan makanan
2. Kasubag Tata Usaha membuatkan surat tugas kegiatan pengawasan tempat pengelolaan makanan
3. sanitarian meminta izin kepada pengusaha atau pemilik usaha pengelolaan makanan dengan menunjukkan
surat tugas
5. sanitarian mengisi kesimpulan dan saran pada buku TPM (buku berwarna hijau)
6. dokter melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan, selanjutnya hasilnya diisikan pada buku kesehatan
karyawan (buku berwarna kuning)
8. hasil pemeriksaan dilaporkan kepada kepala puskesmas dan subdinas P2PL di dinas kesehatan
Unit Terkait
1. kepala puskesmas
2. koordinator P2PL
Pengertian :
Pemeriksaan rumah dan sanitasi adalah rangkaian kegiatan dalam melakukan penilaian lingkungan terhadap
rumah dan sarana sanitasi yang dimiliki tiap keluarga, guna mendapatkan kesimpulan memenuhi syarat atau tidak
memenuhi persyaratan kesehatan.
Tujuan :
sebagai acuan bagi petugas dalam memantau dan membina keadaan rumah dan sanitasi secara berkala dalam
usaha meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan di masyarakat
Referensi:
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan lingkungan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829 Tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan
1. Alat tulis
Prosedur:
2. sanitarian melakukan koordinasi dengan PWS dan kader tentang rencana kegiatan pemeriksaan rumah dan
sanitasi di wilayahnya.
3. Kader kesehatan lingkungan mendapatkan surat tugas dari desa/kelurahan untuk melaksanakan pemeriksaan
rumah dan sanitasi
4. kader kesehatan lingkungan mengisi formulir rumah sehat berdasarkan hasil wawancara dan observasi
6. sanitarian membuat kesimpulan data hasil rekapan formulir rumah sehat, untuk selanjutnya dilaporkan ke
dinas kesehatan dan unit-unit yang membutuhkan
Pengertian
Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan suatu bentuk bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari
sanitarian kepada masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan dalam usaha memberantas
penyakit berhubungan kesehatan lingkungan
Tujuan
sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan kesehatan lingkungan
Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan klinik sanitasi
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan lingkungan di puskesmas
1. Daftar pertanyaan
2. ATK
3. Media penyuluhan
Prosedur
3) sanitarian melakukan wawancara dengan pasien atau keluarga yangmendampingi tentang penyakit yang
diderita serta gambaran lingkungan dan perilaku
b. konseling terhadap klien (masyarakat yang ingin berkonsultasi kesling tanpa menderita penyakit berhubungan
lingkungan)
a) sanitarian melakukan kunjungan rumah sesuai dengan kesepakatan, apabila memungkinka melibatkan bidan
desa,pws ataupun perangkat desa/kelurahan
b) sanitarian mencatat hasil pengamatan lingkungan rumah pasien pada kartu rumah
Pengertian :
pengambilan Sampel Air untuk uji bakteriologis adalah Serangkaian kegiatan untuk mengambil air sebagai contoh
yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium, guna mengetahui jumlah bakteri E.Coli/Fecal Coli per 100 ml
sampel.
Tujuan :
sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan pengambilan sampel air di sumber air masyarakat
dan depot air minum oleh sanitarian.
Referensi :
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan lingkungan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
3. Lampu bunzen
4. kapas steril
5. Alkohol 70%
6. Korek api
7. Kertas label
Prosedur
4. sanitarian melaporkan nama petugas yang akan melaksanakan kegiatan kepada Kasubag tata usaha untuk
dibuatkan surat tugas
5. kasubag tata usaha membuat surat tugas kegiatan pengambilan sampel air
7. sanitarian mendatangi lokasi pengambilan sampel kemudian menunjukkan surat tugas dan meminta izin
kepada pemilik sarana untuk melakukan pengambilan sampel
8. sanitarian melakukan pengambilan sampel sesuai dengan sarana air bersih (sumur gali, perlindungan mata
air, perpipaan)
9. sanitarian sebelumnya mencuci tangan dengan sabun kemudian dibilas dengan air mengalir, atau bisa dengan
membilas tangan menggunakan alkohol 70%
11 untuk sarana berupa perpipaan dengan kran outlet, maka kran dibuka dan dialirkan selama 1 menit, kemudian
mulut kran dibakar dengan lampu bunzen selama 1 menit
12 dibuka tutup botol steril, kemudian mulut botol dibakar dengan lampu bunzen selama 1 menit
13 masukkan air sampel kedalam botol sampel sampai volume ¾ bagian botol terisi.
16 mengisi label dengan keterangan (no sampel, nama pemilik sampel, alamat pemilik sampel, jenis sarana, jenis
pemeriksaan, lokasi/titik pengambilan, tanggal pengambilan dan pengiriman, nama petugas pengambil sampel
18 sanitarian meletakkan sampel pada tempat pengumpulan sampel untuk segera dibawa ke laboratorium
1. dalam pengiriman sampel harus dihindarkan dari semua bentuk kontaminan dengan cara meletakkan sampel
pada tempat khusus sampel
2. semakin cepat sampel dibawa ke laboratorium lebih baik, sebaiknya dalam waktu maksimal 1 kali 24 jam
DEPOT AIR MINUM WAJIB MEMILIKI TENAGA KONSULTAN/TEKNIS DI BIDANG HIGIENE SANITASI SEUAI
PERMENKES NO.43 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN HIGENE SANITASI DEPOT AIR MINUM
Sesuai Permenkes No.43 Tahun 2014, tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum. Pada Pasal 18 Menjelaskan:
(1) Setiap DAM (depot air minum) harus memiliki tenaga teknis sebagai konsultan di bidang higiene sanitasi
(2) Tenaga teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu), harus terdaftar di organisasi profesi di bidang
kesehatan lingkungan yang akuntabel dan diakui pemerintah pada kabupaten/kota setempat
(3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menunjuk tenaga teknis yang berasal dari organisasi profesi
bidang kesehatan lingkungan untuk DAM yang belum memiliki tenaga teknis sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) dan Ayat (2).
Menyimak pasal yang tertera diatas, mengharuskan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk menunjuk
(mengeluarkan Surat Keputusan Penunjukan) seorang tenaga ahli di bidang kesehatan lingkungan (sanitarian)
sebagai konsultan, yang memiliki tugas dan kewajiban membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis
penanganan agar masyarakat terhindar dari mengkonsumsi air yang diproduksi dari DAM yang tidak memenuhi
persyaratan.
KEPUTUSAN
NOMOR : 188.47/ /
TENTANG
PENUNJUKAN TENAGA TEKNIS DEPOT AIR MINUM
KAB/KOTA……………….TAHUN…………….
Menimbang :
a. Bahwa air minum yang diproduksi oleh depot air minum harus memenuhi syarat kesehatan, sebagaimana
yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan yang berlaku,
b. Bahwa untuk menjamin kualitas air minum pada point (a) diatas, setiap pemilik depot air minum wajib
melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan higiene sanitasi secara terus menerus;
c. Bahwa untuk memenuhi sebagaimana dimaksud huruf a dan b di atas, maka setiap depot air munum harus
memiliki tenaga teknis sebagai konsultan di bidang higiene sanitasi
d. Bahwa untuk memenuhi sebagaimana dimaksud huruf a,b dan diatas, perlu ditunjuk petugas kesehatan
lingkungan (sanitarian) sebagai tenaga teknis
Mengingat :
Undang dan peraturan terkait yang tertera pada Permenkes No. 43 Tahun 2014.
Plus Permenkes No.32 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan sanitarian (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomr 648).
MEMUTUSKAN
Pertama : Menunjuk saudara (nama petugas).sebagai tenaga teknis/konsultan Depot Air Minum “ Nama Depot”
yang berlokasi di”Lokasi Depot”.
a. Membantu pemilik DAM dalam memenuhi kewajibannya untuk menjamin air minum yang dihasilkan
memenuhi standar baku mutu atau persyaratan kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan dan memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum
b. Membantu pemilik depot air minum melaksanakan tata laksana pengawasan kualitas air minum sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Membantu pemilik DAM untuk melakukan uji laboratorium kualitas air baku dan air minum olahan
Demikianlah peraturan yang musti dicermati oleh semua pihak guna melindungi masyarakat dari bahaya atau efek
negatif yang mungkin timbul oleh mengkonsumsi air produksi DAM yang tidak memenuhi persyaratan.
KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : 188.47 / /PKM-KT/2016
TENTANG
PUSKESMAS
TH 2016
Kepala puskesmas
Menimbang : a. Bahwa untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari kegiatan pengelolaan sampah medis di puskesmas sampai kepada
pemusnahannya di incinerator, maka perlu dibentuk tim pengelola sampah medis agar pelaksanaannya di
lapangan sesuai dengan aturan dan perundang-undangan berlaku
b. Bahwa untuk memenuhi sebagaimana dimasud huruf a diatas, perlu dibentuk Tim Pengelola Sampah
Medis Puskesmas
1. Undang-unang gangguan (hinder Ordonantie)1926 Stbl 1940 Nomor 14 dan Nomor 450;
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembar Negara Tahun 1984
Nomor 20 Tambahan Lembar Negara Nomor 3237)
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan (Lembar Negara Republik
Mengingat : Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, tambahan Lembar Negara Nomor 3237).
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140)
5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembar Negara Republi Indonesia Nomor 5063
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah (Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomnor 5587).
7. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republi Indonesia Nomor 5607);
8. Peraturan pemeritah Nomor 46 Tahun 2014 tentang informasi kesehatan (Lembaran Negara Republlik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
9. Peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan (lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5570)
10. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang sistem kesehatan nasional (lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menes/SK/VIII/2001 tentang pedoman teknis analisis
dampak lingkungan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga
Sanitarian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 648);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat ( Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
MEMUTUSKAN :
Kedua : Tim Pengelola Sampah Medis Puskesmas terdiri dari penanggung jawab, koodinator, pelaksana, tenaga
pengumpul, penanggung jawab ruangan penghasil sampah medis, sopir.
Ketiga :
Tugas dan Kewajiban Tim Pengelola Sampah Medis Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab
Keempat : a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pengelolaan sampah medis di lingkungan puskesmas
2. Koordinator
b. Melakukan pembinaan terhadap terhadap pelaksana, petugas pengumpul dan penanggung jawab
ruangan yang mengahasilkan sampah medis
c. Memberikan fasilitas dan kebutuhan yang diperlukan dalam pengelolaan sampah medis
3. Pelaksana
f. Mengantarkan sampah medis yang telah terkumpul ke Dinkessos Kota untuk dimusnahkan di
incinerator dibantu sopir.
4. Petugas pengumpul
a. Melakukan kegiatan pengumpulan sampah medis setiap hari sesuai arahan dari pelaksana
b. Melaporkan kepada pelaksana tentang masalah atau kendala dalam pelaksanaan pengumpulan sampah
medis
b. Melaporkan kepada pelaksana tentang kendala dalam pengelolaan sampah medis di ruangannya.
6. Sopir
a. Membantu pelaksana dalam pengangkutan sampah medis yang telah terkumpul untuk dibawa ke
Dinkessos untuk dimusnahkkan di incinerator.
Segala biaya yang timbul aibat dikeluarkan keputusan ini dibebankan pada dana APBD Kota Tahun 2016
Pada Tanggal :
Kepala Puskesmas
( )
Sanitasi Sarana Dan Prasarana Laboratorium Puskesmas Menurut Permenkes No.37 Tahun 2012
Laboratorium puskesmas
adalah sarana pelayanan kesehatan di pusesmas yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi
kesehatan akut, ffaktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
ukuran minimal 3 X 4 meter persegi, kebutuhan luas ruangan disesuaikan dengan jenis pemeriksaan
dinding berwarna terang, keras, tidak berpori, kkedap air, mudah dibersihkan dan tahan terhadap bahan kimia.
pintu disarankan memiliki lebar buka minimal 100 cm ( terdiri dari dua pintu masing-masing ukuran 80 cm dan 20
cm)
lantai terbuat dari bahan tidak licin, tidak berpori, warna terang, mudah dibersihan serat tahan terhadap bahan
kimia.
disarankkan tersedia akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk mengambil sampel dahak
pada area ba cuci tersedia pembatas yang gunanya untuk menghindari paparan tampiyas air cucian ke area
sekitar.
tersedia kamar kecil khusus labor atau digabungkan dengan milik puskesmas.
B. Prasarana labor
adalah jaringan/ instalasi yang membuat suatu sarana yang aa bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapan
pencahayaan alami ( terdiri dari dua jendela dengan ukuran lebar 80cm X 100cm)
cahaya tidak boleh mengarah langsung ke meja pemeriksaan dan rak reagen ( untuk menghindari reaksi dengan
sinar matahari yang panas).
intensitas cahaya loet (200 s/d 500 lux), area pengambilan sampel (200 s/d 500 lux), area pemeriksaan spesimen
(1000 s/d 2000 lux), toilet (100 s/d 200 lux) diuji dengan luxmeter.
disarankan menggunakan exhausted fan (kipas yang bisa membuang udara dari dalam ke luar ruangan) yang
dipasang pada ketinggian 120 cm dari lantai
limbah cair yang dihasilkan diolah pada sistem pengolahan air limbah puskesmas
Langkah Dasar Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan
Penilaian resiko kesehatan lingkungan adalah serangkaian proses untuk penentuan dampak yang bisa merugikan
kesehatan manusia ketika terpapar dengan pollutant, baik saat ini maupun beberapa tahun yang akan datang.
Dalam penilaian faktor risiko lingkungan ada 4 langkah dasar yang akan dilakukan
Penentuan faktor risiko penyakit dalam usaha peningkatan kualitas lingkungan, Merupakan kegiatan utama yang
harus dilakukan sebelum melakukan penilaian terhadap kualitas lingkungan. Dalam penentuan faktor risiko ada
beberapa langkah yang akan dilakukan, antara lain :
1. Penentuan kuantitas paparan dalam sebuah populasi yang akan diteliti.adalah kegitan yang dilakukan
dalam usaha menghitung jumlah paparan sebuah populasi terhadap suatu faktor risiko penyakit.
2. Penentuan dampak resiko yang ditimbulkan penyakit yang berhubungan dengan lingkungan adalah
menganalisis dampak yang mungkin timbul setelah terpapar dengan penyakit.
3. Memperkirakan hubungan paparan dengan respon yang akan ditimbulkan melalui studi epidemiologi
adalah melakukan penelitian epidemiologis dalam usaha menghitung hubungan paparan dengan respon
yang mungkin timbul.
4. Memperkirakan jumlah kasus dikaitkan dengan hubungan paparan dan respon yang timbul
adalah kegiatan penentuan jumlah kasus penyakit yang timbul setelah terpapar dengan faktor risiko sesuai
jangka waktu yang ditentukan dalam penelitian.
5. Membuat kesimpulan awal faktor risiko utama pada populasi yang diteliti
adalah kegiatan awal untuk memutuskan faktor risiko utama penyebab penyakit, supaya dilakukan usaha
untuk penanggulangan penyakit berhubungan lingkungan.
Makanan adalah sesuatu yang sangat perlu kita perhatikan dalam hidup ini. setiap hari kita makan baik itu
makanan yang dibuat sendiri maupun makanan yang dibeli di tempat-tepat yang menyediakan makanan.
Kadangkala kita tidak memperdulikan dari sumber mana makanan yang kita makan bagaimana penyimpanannya
setelah diolah. Apakah sudah memenuhi syarat atau belum.
Kita juga ragu untuk masuk ke dapur tempat pengolahan di cafe/restaurant. Di beberapa cafe/restoran cepat saji
melarang kita untuk masuk ke ruang dapur. saya rasa ini melanggar hak asasi kita sebagai konsumen, untuk
sesuatu yang akan kita masukkan kedalam mulut kita. yang nantinya bakal menjadi darah daging kita. Kita dilarang
untuk melihat proses produksinya. Seharusnya dapur itu dibuat transparan bukan tertutup, sehingga kita bisa
memantau dari luar.
sebenarnya penyimpanan bahan makanan itu disesuaikan dengan jenis makanannya, tetapi itu terlalu rumit untuk
kita ingat dan hafalkan. Paling tidak ini beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan kalau kita sekali-kali melihat
ke dapur cafe/ restorant.
Untuk penyimpanan makanan dingin minimal ≤ 5°c, atau mereka menyediakan lemari es di dapur. Penyimpanan
makanan yang panas, langsung setelah diolah suhu minimal 57°c. Untuk penyimpanan makanan yang untuk kedua
kalinya suhu minimal 73°c. ini cuma standard umum saja. jika anda perlu yang lebih detail anda bisa mengacu
pada persyaratan sanitasi makanan.
PROTAP SAMPAH MEDIS
Sampah medis
~ Kering : tempat infus, kasa kering, kapas, verband, pembalut dan lain-lain bahan yang berhubungan dengan
penderita, jarum suntik dan infuse, lancet, dak glas, objek glas, dll
~ Basah : sampah basah dengan kandungan air (kapas basah, kasa basah, handscoen dll.)
1. Petugas ruangan memasukkan sampah medik dari ruangan ke dalam kantong plastik warna kuning/merah.
2. Dilarang keras memasukkan benda ini ke dalam kantong plastik untuk sampah medis seperti ; kaleng sprayer
aerosol (obat nyamuk, pengharum ruangan dan cat),Botol kaca ukuran ≥ 50 ml, Kaleng makanan dan minuman
ringan, Melamin, Cairan kecuali darah, Logam selain jarum suntik, Sampah non medis lainnya. (jika termasukkan
ke dalam sampah medis, bisa meyebabkan ledakan atau membuat alat incinerator cepat rusak).
3. Dilarang mencapurkan sampah medis dengan non-medis (karena masih sampah beda dalam penanganannya)
4. Sampah medis maksimal terisi 2/3 bagian, harus dikosongkan (untuk menghindari kontak dengan tangan)
6. Pisahkkan botol vaksin dalam kantong plastik tersendiri lalu masukkan dalam sampah medis.
7. Petugas kebersihan setiap hari mengecek dan mengumpulkan sampah medis untuk dikumpul sebelum
dibawa untuk dimusnahkan di incinerator
8. Petugas yang melakukan penanganan sampah medis diharapkan memperhatikan safety (menggunakan
handscoen tebal, baju khusus dll)
Catatan : sampah medis adalah semua sampah yang dihasilkan ataupun ditimbulkan akibat melakukan pelayanan
medis di institusi layanan medis (puskesmas, rumah sakit, klinik), Laboratorium, poli KIA dan Poli Gigi.
contoh : Jika datang seorang pasien dengan baju penuh darah akibat kecelakaan maka otomatis baju tersebut
sudah menjadi sampah medis dan harus dibakar di incinerator, karena kita tahu darah merupakan cairan tubuh
yang bisa sebagai media penularan penyakit.
Seiring dengan meningkatnya intensitas hujan terutama pada bulan yang berakhiran "ber" ini meyebabkan efek
lain. Dimana-mana terjadi peningkatan kasus penyakit menular, yang seolah-olah sudah melekat dengan musim
hujan yaitu terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini menjadi isu nasional yang membuat
sibuk seluruh instansi yang berkaitan dengan kesehatan mulai dari rumah sakit, dinas kesehatan dan puskesmas.
Sebenarnya kasus tidak ada salahnya dengan peningkatan intensitas hujan, karena tersebut adalah faktor alamiah.
Tapi yang mejadi masalah adalah karena selama ini masyarakat kurang waspada terhadap tempat-tempat yang
memungkinkan dijadikan tempat bertelur nyamuk aedes. Nyamuk ini menjadi tersangka utama vektor DBD, yang
menyebabkan kita semua menjadi pusing dan bahkan memakan korban nyawa.
Masalah peningkatan kasus DBD perlu digaris-bawahi tidak akan selesai kalau masyarakat tidak dilibatkan secara
aktif. Walaupun berapa besar biaya dan tenaga yang siap dikeluarkan untuk menangani kasus ini, namun tiap
tahun kejadian tetap berulang. Ada suatu program di dinkes khususnya subdin P2MPL yaitu mencetak kader aktif
yang dengan sukarela membantu tenaga kesehatan untuk melaksanakan pengawasan terhadap jentik dan tempat
bertelurnya yaitu Kader Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK).
Program ini perlu disokong oleh berbagai pihak terutama oleh para stakeholders yang memiliki daya untuk
menghimpun massa dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang banyak terdapat
lokasi tempat bertelurnya nyamuk aedes. Fogging kalau bisa tidak perlu dilakukan lagi, alasannya kalau kita sudah
tidak memberikan tempat bagi nyamuk aedes dengan sendirinya populasi mereka akan berkurang.
Mengingat banyak efek negatif dari fogging jika terlalu sering bisa menyebabkan penumpukan zat kimia dimana-
mana serta efek lainnya seperti meningkatnya resistensi nyamuk terhadap racun yang disemprotkan. Kalau sudah
begitu nyamuk tersebut tidak akan mati jika disemprot racun, sehingga perlu penggantian racun yang lebih kuat
lagi. Semakin banyak bahan kimia yang digunakan ini merupakan suatu hal yang kurang bijak.
Kader JUMANTIK yang dilatih mungkin akan memberikan efek yang berarti terhadap usaha untuk menurunkan
kasus DBD di masyarakat. Mulai dari rumah sendiri setiap ibu rumah tangga adalah kader jumantik yang akan
memantau ada tidaknya jentik di bak mandi, sekitar rumah. tugas jumantik adalah melaporkan kepada si Bapak
untuk melakukan pengurasan bak, membersihkan wadah yang mungkin bisa menampung air hujan.
Di sekolah tiap murid/siswa maupun guru adalah juga kader JUMANTIK yang tugasnya memberikatahukan dan
memperingatkan penjaga sekolah yang juga petugas kebersihan di sekolah untuk membersihkan bak umum dsb.
Di mesijd pengurus mesjid dan ustad adalah kader jumantik yang akan mengingatkan gharim mesjid untuk
membersihkan tempat berwudu, memantau ada tidak jentiknya. Di kantor pimpinan dan karyawan juga adalah
jumantik yang bisa menyampaikan kepada tenaga kebersihan. Di Pasar pedagang adalah jumantik yang tugasnya
melaporkan kepada pengelola pasar dan terminal ketika ditemuinya banyak jentik.
Petugas kesehatan tugasnya memberikan sosialisasi tempat bersarangnya nyamuk, memberikan cara untuk
melindung dari nyamuk, pemberian bubuk Abate atau juga mengingatkan masyarakat untuk memelihara ikan kecil
pemakan jentik. Kalau semua sudah aktif menjadi jumantik, bukan tidak mungkin kasus DBD bisa kita hindari
terutama pada musim hujan. Memang hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi ini harus semua
kita lakukan dengan penuh komitmen yang tinggi.
SKP SANITARIAN
Ada beberapa item pada DUK-PAK yang bisa dimasukkan dalam satuan kinerja pegawai fungsional sanitarian
antara lain :
Kami menyadari bahwa Perencanaan Program Kesling ini masih banyak kekurangannya, namun kami mengharapkan
dengan adanya Perencanaan Program Kesling ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan sebagai bahan evaluasi bagi
kami, begitu juga bagi pihak yang membutuhkan.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan pendapat yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan perencanaan tahunan ini, sehingga apa yang menjadi target dan visi serta misi Puskesmas menjadi lebih baik
dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Demikianlah Perencanaan Program Kesling ini kami susun agar dapat dipedomani bersama untuk
mencapai status kesehatan masyarakat yang optimal.
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa indonesia sebagaimana yang dimaksudkan dalam pancasila dan UUD 45.
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa Puskesmas sebagai bagian dari sistem Kesehatan
Nasional, sub sistem, dari kesehatan yang berada di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional. Sebagai sistem yang harus
berjalan, Puskesmas dilengkapi dengan organisasi, memiliki Sumber Daya dan Program kegiatan pelayanan kesehatan.
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan karena mempunyai
daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 program pokok
pelayanan kesehatan diantaranya program pengobatan, promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan penyakit
menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan perbaikan gizi masyarakat.
program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang berupaya untuk menciptakan
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kjualitas air, inspeksi sanitasi SAB, pemeriksaan kualitas air, pembinaan
kelompok pemakai air.
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat
pengelolaan sampah (TPS).
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan
makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan
makanan
Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk.
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit yang berhubungan dengan lingkungan
seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan lainnya.
BAB II
VISI DAN MISI PROGRAM KESLING
1.1 VISI
Masyarakat Sawahlunto yang mandiri untuk hidup sehat menuju kota wisata tambang yang berbudaya dan
sejahtera DENGAN MENGUTAMAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN LINGKUNGAN
1.2 MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas maka ditetapkan misi Program kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki jamban sehat dengan septik tang
BAB III
TUJUAN MANFAAT PROGRAM KESLING
Keadaan lingkungan baik fisik dan biologis, rata-rata pemukiman Indonesia masih belum baik. Masih banyak
penduduk Indonesia yang belum terpenuhi kebutuhan sanitasi dasar seperti; air bersih, jamban, pembuangan sampah,
saluran air limbah Hal ini berdampak terhadap peningkatan angka kesakitan maupun kematian yang disebabkan penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan. Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas bertujuan :
1. Menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik (rumah, air, sampah, debu, kebisingan dll) pada lingkungan yang
berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Sehingga tidak menjadi factor pencetus peningkatan angka kesakitan dan
kematian.
2. Meningkatkan kualitas mutu lingkungan menjadi lebih sehat melalui perubahan perilaku masyarakat yang lebih higienis.
3. Melakukan pengendalian factor biologis (nyamuk, bakteri, kuman dll) agar tidak terjadi wabah dan KLB (kejadian luar biasa)
yang dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat secara umum.
4. Membina TPM/TTU yang menjadi sumber aktifitas masyarakat sehingga terjaminnya tempat umum dan pengelolaan
makanan sesuai dengan prinsip kesehatan.
5. Dll
1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum dan perbaikan kualitas lingkungan secara khusus.
2. Perubahan perilaku masyarakat dari perilaku yang berdampak buruk bagi kesehatan menjadi lebih sehat melalui pengelolaan
lingkungan pemukiman dan sanitasi dasar
3. Memastikan ketersediaan sarana sanitasi dasar dan melakukan upaya agar terpenuhi kebutuhan akan sarana sanitasi yang
memenuhi standar kesehatan.
Kurangnya kemauan
masyarakat untuk melakukan
pengawasan lingkungan
sekitar rumah (perindukan
Masih ditemukan
tempat-tempat nyamuk)
yang Jarang menguras bak karena
memungkinkan air leding tidak lancar.
sebagai tempat
Masih rendahnya perindukan nyamuk tidak memelihara ikan
cakupan rumah yang pemakan jentik dan
3 bebas jentik (91.9%) menaburkan bubuk abate
dari target ABJ (angka
bebas jentik) 95%
Melakukan pemeriksaan saniltasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) dan Tempat-Tempat Umum
(TTU)
Melakukan Pemeriksaan Sanitasi perumahan (Fisik runah, air limbah, air bersih, jamban, sampah,
angka bebas jentik)
Ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program PAMSIMAS di desa/kelurahan yang menerima bantuan
Melakukan Penilaian tempat produksi dan higiene sanitasi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
1. PROGRAM : KESLING
JADWAL
SUMBER
NO KEGIATAN SASARAN LOKASI VOL.KEGIATAN PEN.JAWAB PELAKSANA BIAYA
DANA JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
tidak
1 Pemeriksaan a. pengusaha Semua 2 X pertahun Pelaksana Dokter BOK
ada
tidak
2 Pemeriksaan pemilik Semua 1 X pertahun Pelaksana Sanitarian APBD
ada
kesling Kader
tidak
3 Konsultasi Kesling Pasien Puskesmas 3 kali/ minggu Pelaksana sanitarian BOK
ada
setiap jam
klinik sanitasi Klien program perawat
kerja
kesling bidan
tidak
sampel air masya desa/kel program sanitarian BOK
ada
kesling
Pansim
program program fasilitator APBN
as
tidak
Masyarakat sekolah yg program PWS BOK
ada
tidak
desa/kel program Sanitarian BOK
ada
kesling
tidak
9 Pembinaan Pengusaha KBSS,KBSU 3 bln sekali Pelaksana sanitarian BOK
ada
A. Langkah I
- Melaksanakan Dokumentasi Kinerja
pengawas mendokumentasikan bidang-bidang menyangkut kinerja karyawan yang perlu dilakukan perbaikan,
dalam pendokumentasian masalah kinerja supervisor harus objektif, faktual dan spesifik dan memberikan contoh
untuk lebih memperjelas masalah kinerja. Dalam pendokumentasian kinerja hal-hal yang mencakup :
informasi karyawan
deskripsi konsekuensi
rencana aksi
B. Langkah 2
C. Langkah 3
Peninjauan Rencana Kinerja
sebelum pertemuan dengan pegawai pimpinan harus mengkonfirmasi dengan profesional dibidangnya
D. Langkah 4
dimungkinkan merubah rencana aksi perbaikan kinerja setelah dapat masukan dan tanggapan karyawan
penandatanganan kesepakatan
E. Langkah 5
Follow Up
karyawan diberi kesempatan bertanya, mendapatkan bimbingan, klarifikasi dan ekspektasi kerja yang diharapkan
F. Langkah 6
jika seorang karyawan tidak mampu memperbaiki kinerja atau menolak untuk berkomitmen untuk perbaikan
kinerja, maka harus dilakukan pertimbangan pengalihan jabatan/kerja, penurunan pangkat atau skorsing.
ketika karyawan tidak menunjukkan beberapa perbaikan tetapi masih memungkinkan untuk pencapaian beberapa
atau semua tujuan perbaikan kinerja. maka hal yang bisa dilakukan;
jika karyawan sudah berusaha melakukan perbaikan kinerja tetapi tidak bisa mencapai atau lebih tujuan, masih
bisa dipertimbangan perpanjangan masa kerja.
jika pimpinan merasa tujuan kinerja yang dicapai terlalu tinggi maka dipertimbangkan untuk menghapus dari
tujuan akhir perbaikan kinerja.
jika karyawan memang tidak cocok untuk posisi kerja yang sekarang, dipertimbangkan untuk penugasan kembali,
penurunan jabatan, atau penhentian hubungan kerja.
melaksanakan intervensi
Pencemaran kabut asap akibat kebakaran hutan dirasakan hampir merata di seluruh wilayah sumatera. Kebakaran
hutan secara alamiah maupun oleh hasil perbuatan oknum tertentu sangat menyengsarakan kehidupan kami
sebagai rakyat kecil.
Tidak ada cara lain selain berusaha melindungi diri dan keluarga dengan segenap kekuatan yang ada. Masker
standar untuk kabut asap (N95) bagi kami mungkin terlalu mahal. Masker yang mirip seperti tempurung ini
sepintas saya lihat di sebuah majalah seharga Rp 159 ribu/buah, merupakan harga yang cukup mahal bagi kami.
Syukur-syukur ada dermawan yang mau bagikan masker ke masyarakat. Itupun tidak semua yang kebagian.
Untuk saudaraku korban kabut asap mungkin ada alternatif lain, jika tidak ada cara lain yang bisa kita lakukan,
seperti membuat masker sendiri dari sapu tangan lembab. Caranya...
1. Cukup dengan membasahi kain atau sapu tangan dengan air bersih.
Cara kerjanya ;
1. Partikel karbon yang halus akan diikat oleh air yang ada di sapu tangan. Ditandai dengan perubahan warna kain
putih berubah menjadi kelabu. Sebaiknya gunakan kain atau sapu tangan berwarna putih.
2. Gas yang dihasilkan dari pembakaran karbon yang tidak sempurna. Akan bereaksi dengan air pada sapu tangan,
sehingga mengurangi jumlah yang masuk ke saluran pernafasan.
Semoga tips ini berguna, daripada kita tidak melakukan apa-apa untuk melindungi diri dari efek kabut asap
Sejumlah pedagang "nakal" melakukan tindakan kecurangan dengan menambahkan pengawet yang bukan
diperuntukkan bagi makanan. Hal tersebut mereka lakukan demi keuntungan semata, pangan yang seharusnya
sudah rusak dan segera dibuang dapat laku dijual kepada konsumen. Sebagai konsumen kita berada dalam situasi
yang berbahaya, untuk itu konsumen perlu mendapat pengetahuan agar mereka dapat menghindari untuk
membeli pangan berbahaya tersebut.
Ada banyak jenis pengawet yang dapat dipakai salah satunya adalah formalin. Zat kimia ini mungkin lebih akrab
dikenal oleh masyarakat sebagai pengawet mayat. Dalam bentuk larutan zat kimia ini tidak berwarna dengan bau
yang tajam. formalin terdiri dari (air, 37% formaldehid, 15% metanol). formalin juga dapat digunakan sebagai
bahan perekat kayu lapis, desinfektan alat medis.
Formalin dapat menimbulkan berbagai dampak seperti, luka bakar pada kulit, iritasi saluran pernafasan, alergi
serta dampak jangka panjang berupa kanker. jika termakan sebanyak 2 sendok makan bisa menimbulkan
kematian.
Gejala umum yang sering dirasakan seperti mulut, tenggorokan dan perut serasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah, sakit kepala, tekanan darah rendah, kejang. selain itu juga bisa menimbulkan kerusakan pada hati,
jantung, otak, limpa, pankreas, sistem syaraf pusat, dan ginjal.
* tahu berformalin
- tidak rusak selama 3 hari pada suhu 25 derjatcelc
- tidak rusak selama 15 hari disimpan pada suhu 10 derjatcelc
- terlampau keras, kenyal namun tidak padat
- bau menyengat
* Bakso berformalin
- tidak rusak disimpan selama 5 hari pada suhu 25 derjcelc
- teksturnya sangat kenyal
- bau menyengat
*ayam berformalinRI
- tidak rusak disimpan selama 5 hari pada suhu 25 derjcelc
- teksturnya lebih kencang
- bau menyengat.
Sumber : BPOM
Keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana dan prasarana dan peralatan kerja, bentuk pelayanan
keselamatan kerja meliputi :
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
* Lokasi rumah sakit
* Teknis bangunan rumah sakit
* Bangunan ramah untuk penyandang disabilitas, anak-anak, dan usia lanjut
* standar keamanan prasarana
* pemeliharaan sarana
* dokumentasi pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan peralatan dan sarana.
* peralatan medis dan nonmedis (standar mutu, keamanan, laik pakai)
* kalibrasi alat medis dan non medis
* peralatan dengan sinar pengion diawasi lembaga berwenang.
* kelengakapan sertifikasi sarana dan prasarana.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap pekerja di rumah sakit
* identifikasi resiko ergonomi peralatan kerja
* pengendaliam resiko ergonomi
Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Berdasarkan Kep.Menkes RI No: 1087/Menkes/SK/VIII/2010
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki resiko tinggi terjadi gangguan kesehatan bagi
pekerja, oleh karena itu rumah sakit dalam hal ini manajemen rumah sakit wajib melakukan pelayanan kesehatan
bagi pegawai yang sehari-hari bertugas di rumah sakit.
4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan bagi
pekerja di rumah sakit dalam penyesuaian diri baik fisik dan mental.
* informasi umum rumah sakit dan fasilitas yang terkait kesehatan kerja
* informasi tentang bahaya khusus di tempat kerjanya
* standar operasional tetap dalam hal (kerja, peralatan, alat pelindung diri).
* orientasi tempat kerja
* budaya kerja
6. Memberika rehabilitasi, pengobatan dan perawatan bagi pekerja rumah sakit yang menderita sakit.
*pengobatan gratis
* biaya pengobatan bagi pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja
* tindak lakjut pemeriksaan kesehatan
* rehabilitasi penyakit
7. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
* pertemuan koordinasi
* pembahasan khusus
* penanggulangan kejadian infeksi nosokomial
10. Pencatatan dan pelaporan kesehatan kerja setiap bulan dan dalam keadaan darurat kerja
Forrmulir Indikator Kota Sehat
Formulir 1b.
KABUPATEN/KOTA SEHAT
I. DATA UMUM
Propinsi :
Kab / Kota :
Nama Forum :
Alamat :
Telepon :
NamaWalikota /Bupati :
Alamat Kantor :
INDIKATOR POKOK
a. Baik (<0,1%)
100
b. Sedang (0,1%-0,2%)
50
Rendah (>0,2%)
50
a. Bebas 100
a. Baik (>62%)
Rendah (<50%) 75
25
b. Cukup (70%-80%) 75
Rendah (<70%) 25
b. Lokasi Saja 75
TOTAL
INDIKATOR PENYELENGGARAAN
Tatanan : 1
b. Kegiatan tanpa SK 75
d. Tidak ada 25
25
b. Kegiatan tanpa SK 75
d. Tidak ada 25
b. Kegiatan tanpa SK 75
d. Tidak ada 0
a. Bersih
b. Kotor 100
0
b. Kegiatan tanpa SK 75
a. Ada 100
b. Tidak ada 0
b. Tidak meningkat 0
b. Tidak meningkat 0
a. >64%
a. Ada
50
b. Tidak ada 0
a. Ada
100 100
b. Tidak ada/ kurang
0
19 Bebas bajir
b. Banjir 0
d. Tidak ada 0
a. Ada 100
b. Tidak ada 0
b. Tidak ada 0
b. Kegiatan tanpa SK 75
d. Tidak ada 0
b. Kotor 0
a. Cukup
b. Kurang 100 10
b. Tidak ada 0
a. Ada 100
b. Tidak ada 0 100
INDIKATOR PENYELENGGARAAN
Tatanan : 6
TATANAN
NO SCORE 2013 2014
INDIKATOR KHUSUS NILAI
a. Ada
a. Seluruhnya 100
b. Sebagian 50
Tidak ada 0
a. Seluruhnya 100
b. Sebagian 50
Tidak ada 0
a. Ya 100
b. Tetap 50
Tidak 0
a. SK Bupati/Walikota 100
b. SK dalam proses 50
c. Tidak ada 0
a. Menurun 100
Meningkat 0
a. Ada
100
b. Tidak ada
0
a. Ada 100
b. Tidak ada 0
b. Kegiatan tanpa SK 75
d. Tidak ada 0
TOTAL
INDIKATOR PENYELENGGARAAN
Tatanan : 7
Tahun 2015
TATANAN
NO SCORE NILAI 2013 2014
INDIKATOR KHUSUS
a. Meningkat 100
Menurun 0
a. Menurun 100
Meningkat 0
a. Tersedia 100
b. Tidak tersedia 0
a. Cukup 100
b. Kurang 0
5 Berfungsinya Koperasi
a. Ada
100
b. tidak ada
0
a. Ada
TOTAL
INDIKATOR PENYELENGGARAAN
Tatanan : 8
TATANAN NILAI
SCORE
INDIKATOR KHUSUS 2013 2014
b. Tidak ada 0
a. Menurun 100
Meningkat 0
a. Ada
100
b. Tidak ada
0
a. Patuh
a. Ada 100
b. Tidak ada 0
Tidak ada 0
0
9 Meningkatnya Kualitas air bersih
a. Semua memeriksakan
a. Meningkat 100
Menurun 0
Tidak ada 0
b. > 50 % 50
< 50% 0
a. Meningkat 100
Menurun 0
b. 75%-100% 75
c. <75% 50
d. Tidak ada 0
19 Tersedianya pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
Tidak tersedia 0
Tidak ada 0
Meningkat ……kasus / th 0
Menurun …..% 0
b. Berfungsi 30% - 50 % 50
Menurun ………% 0
Tidak 0
Masih ditemukan 0
Tidak ada 0
a. Meningkat 100
Menurun 0
a. Menurun 100
Meningkat 0
a. Menurun 100
Meningkat 0
a. Menurun 100
a. Menurun 100
Meningkat 0
a. Meningkat 100
Menurun 0
a. 80%-100%
100
b. 50%-<80%
50
< 50%
0
TOTAL
INDIKATOR PENYELENGGARAAN
Tatanan : 9
TATANAN NILAI
NO SCORE
INDIKATOR KHUSUS 2013 2014
9. Kehidupan Sosial yang sehat
b. Menurun 4%-6% 50
c. Menurun <4% 0
Tidak ada 0
a. Menurun 100
c. Meningkat ....% 0
a. Menurun 100
c. Meningkat ....% 0
a. Ada 100
b. Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 50
Tidak ada 0
10 Kebijakan pemda terhadap penanganan masyarakat di daerah terpencil/pulau
kecil
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Ada 0
Tidak ada 0
TOTAL
Catatan :
Total nilai
- Sama dengan atau lebih dari 80% total nilai per tatanan
.......................................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
............................................................2015
TIM VERIFIKASI :
(--------------------------------)
Tempat-Tempat Umum juga dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan apabila tidak dikelola dengan
baik, oleh sebab itu menjadi tugas dari petugas kesehatan lingkungan (sanitarian) untuk melakukan pemantauan
dan pengawasan secara berkala.
Tempat-tempat umum
tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan swasta, perorangan, bemerintah, masyarakat yang ada tempat dan
kegiatannya tetap.
hotel/penginapan
tempat hiburan/rekreasi
taman
pelabuhan laut/udara
tempat ibadah
pasar
salon
pangkas rambut
pusat perbelanjaan
dll
pengumpulan data dasar sarana TTU yang ada pada wilayah kerja
hambatan pelaksanaan ( surat tugas, BBM, dll)maupun hambatan sosial (pengelola kurang responsif dengan
kedatangan petugas)
koordinasi lintas sektor terkait misal; satpol pp tentang masalah perizinan, kelurahan/kecamatan, desa, tokoh
masyarakat, LSM, Dinas perindustrian/perdagangan dll
penilaian dan reward bagi TTU terbaik dalam mengelola fasilitas sanitasi
penyakit dengan tanda demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 s.d
7 hari,
Manifestasi perdarahan (ptekie, purpura, perdarahan konjuctiva, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
melena, hematuri), trombositopeni (kurang atau sama dengan 100.000 /ul),
Vektor : Nyamuk Aedes (Aedes aegypti, Aedes albopictus) untuk aedes albopictus lebih senang hidup
dikebun/ladang maka fogging disekitar kebun di dekat rumah perlu juga.
pasien dengan Demam Dengue (biasanya tidak menampakkan gejala/asimptomatis) hanya berupa demam ringan.
a. Demam
b. Tanda perdarahan
perdarahan bisa terjadi pada semua organ, sesuai dengan manifestasi perdarahan diatas dengan melakukan uji
Tourniquet. petekie sering ditemukan pada awal-awal demam.
c. Pembesaran hati
d. Renjatan (syok)
kulit teraba dingin dan lembab terutama ujung hidung, jari tangan dan kaki
nyeri otot
lemah
mual
muntah
sakit perut
diare
kejang:
Kriteria Klinis
demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2 - 7 hari
pembesaran hati
syok
tempat bukan penampungan air (ban, kaleng, botol, plastik, vas bunga, tempat minum burung)
tempat pemampung air alamiah (lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah daun,
potongan bambu)
perilaku nyamuk
nyamuk betina biasanya aktif pada pagi (9.00 s.d 10.00 wib) dan sore hari (16.00 sd 17.00)
telur juga dapat diletakkan pada tempat kering (suhu minus 2 derjatcelc sampai 42 derjcelc) sampai menunggu
ada genangan air (hujan).
kemampuan terbang 40 meter maksimal 100 meter namun bisa lebih jauh terbawa oleh angin
Survei Jentik
periksa tempat peridukan nyamuk aedes (tempat yang ada wadah atau pembatas dengan tanah)
pada air yang agak keruh biasa jumlah jentik ditemukan lebih sedikit
Kepadatan Nyamuk
untuk mengetahui bisa digunakan Ovitrap (kaleng yang dicat warna hitam pada bagian dalam diberi air
secukupnya). perhitungannya adalah jumlah telur dibagi jumlah ovitrap yang digunakan.
Pemberantasan Nyamuk
A. Nyamuk Dewasa
menyemrot nyamuk harus dari dalam dahulu berangsur-angsur petugas fogging mundur keluar rumah
- Carbamat
penyemrotan dilakukan 2 kali dengan jarak satu minggu (7 hari) dari penyemrotan sebelumnya
B. Jentik
Abtisasi ( temephos dengan dosis 10 gram/satu sendik makan rata untuk 100 liter air pada bak penampungan)
efeknya bisa bertahan selama 3 bulan
memlihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan pantau, ikan gupi, ikan cupang dll)
lakukan penyelidikan epidemiologis oleh snaitarian atau pengelola program P2M puskesmas
Bila ada lebih dari dua kasus pada satu wilayah dengan jarak kurang 100 meter, lakukan penyemrotan dua kali
dengan jarak 7 hari.
lakukan pemantau berkala setiap tahun pada wilayah yang pernah terjadi KLB
penyuluhan ( rapat pemerintah, posyandu balita, posyandu lansia, pasar,sekolah, mesjid/ musholla)
kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD, jentik nyamuk DBD radius 100 meter dari rumah
penderita/tersangka DBD.
Tujuan PE :
Peralatan Survei : tensimeter, senter, formulir PE, surat tugas, Cidukan larva, botol larva dll
Catatan : semua kegiatan yang dilakukan oleh bidang kesehatan sebaiknya disosialisasikan dan diperbincangkan
hasilnya di masyarakat secara formal (rapat pemerintahan) ataupun nonformal (warung/kedai kopi, pasar, sarana
ibadah, pertemuan masyarakat setempat) tujuan untuk menimbulkan partisipatif masyarakat dalam
penanggulangan DBD. mengingat masalah kesehatan tidak bisa diselesaikan hanya oleh pelaksana bidang
kesehatan saja tanpa kerjasama dengan masyarakat.
Kabupaten/kota se Sumbar
BAB I
A. Geografi
Wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir adalah Kecamatan Padang Barat yang terletak di pusat kota Padang dengan
luas wilayah 7 km2. Dari 10 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Padang barat 5 kelurahan diantaranya
terletak di pinggir pantai.
B. Demografi
No Kelurahan RT RW
1 Flamboyan 19 4
2 Rimbo Kaluang 14 4
3 Ujung Gurun 28 7
4 Padang Pasir 22 6
5 Kampung Jao 21 8
6 Purus 27 7
7 Olo 18 4
8 Belakang Tangsi 17 6
9 Kampung Pondok 34 11
10 Berok Nipah 24 8
Jumlah 224 63
C. 10 Penyakit Terbanyak
D. SUMBER DAYA
JUMLAH
1 Kepala Puskesmas 1 - -
2 Dokter Umum 2 - -
3 Dokter Gigi 6 - -
4 Sanitarian 2 - -
5 Pelaksana Gizi 2 - -
6 Perawat 11 - 8
7 Perawat Gigi 2 - -
8 Bidan 13 6 1
9 Apoteker 1 - -
10 Asisten Apoteker/D3 Farmasi 6 - -
11 Analis Laboran 3 - -
12 Tata usaha 1 - -
14 Fisioterapis 0 - 1
15 Sopir 1 - -
16 Umum Lainnya 3 - 2
JUMLAH : 56 6 12
BAB II
HASIL
- TEMPAT :
B. PROSES PELAKSANAAN
C. HASIL KEGIATAN
Pasien yang mempunyai penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Padang Pasir berjumlah 13 orang, yang dirujuk
ke Klinik Sanitasi sebanyak 5 orang dengan rincian :
- ISPA : 3 orang
- Gatal-gatal : 1 orang
- Kecacingan : 1 orang
Kunjungan pasien Klinik sanitasi dilakukan menggunakan IS ( Inspeksi Sanitasi ) antara lain : formulir Rumah sehat,
sarana air bersih , kartu Rumah.
Selain rumah pasien TB paru yang diinspeksi, dilakukan juga penyelidikan epidemiologi sebanyak 20 rumah
dilingkungan sekitar rumah pasien tersebut. Dengan rincian :
1 Irwan alex MS
2 Irsan Dilimonte MS
3 Etmonetis MS
4 Ar MS
5 Naziva MS
6 afendi MS
7 Sumardi MS
8 Anto MS
9 Ervi TMS
10 Beni TMS
11 Fanrozi TMS
12 Maidarnis TMS
13 Sudirman TMS
14 Ferizal TMS
15 Lazuardi TMS
16 Yanuar TMS
17 Murtias TMS
18 Azi TMS
19 Juli TMS
20 Dazi TMS
A. Komponen Rumah
1. Ventilasi : dari 12 rumah yang TMS, 11 rumah dengan kriteria mempunyai ventilasi permanen < 10 % dari
luas lantai. 1 rumah tidak mempunyai ventilasi sama sekali
2. Lubang Asap dapur: dari 11 rumah yang TMS , 7 rumah tidak mempunyai lubang asap dapur dan 4 rumah
mempunyai ventilasi permanen < 10 % dari luas lantai
3. Pencahayaan : dari 8 rumah yang TMS, 3 rumah tidak terang dan tidak dapat dipergunakan untuk
membaca. 5 rumah kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal.
4. Langit-langit : dari 5 rumah 1 rumah tidak mempunyai langit-langit. 4 rumah mempunyai langit-langit tetapi
kotor.
B. Sarana sanitasi
1. SPAL : 11 rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang terbuka tetapi air limbahnya
tidak lancar
C. Perilaku Penghuni
1. Membuka jendela kamar tidur : dari 9 rumah yang diperiksa,1 rumah tidak pernah dibuka jendelanya, dan 8
rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.
2. Membuka Jendela ruang keluarga : dari 9 rumah yang diperiksa, 1 rumah tidak pernah dibuka jendelanya,
dan 8 rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil kegiatan praktek lapangan, kegiatan klinik sanitasi sudah teritegrasi dengan lintas program di lingkungan
puskesmas Padang Pasir. Didapatakan hasil 5,05% pasien yang berbasis linkungan, hal ini dipengaruhi tingkat
pendidikan, social ekonomi, dan lintas program yang belum terorganisir dengan baik.
pengamatan kami yang tersangka TBC tidak di temukan, maka dari itu hasil ini menggambarkan penurunan
prevalensi TBC. Indonesia dipilih oleh USAID dan paramitra untuk memperoleh penghargaan dengan
pertimbangan, yaitu: 1) Kemajuan upaya pengendalian Tuberkulosis yang terjadi di Indonesia dianggap sebagai
pelopor dalam penerapan strategi dan pendekatan yang inovatif di bidang pencegahan, diagnosis maupun
pengobatan Tuberkulosis; 2) Indonesia termasuk negara pertama yang mengadopsi introduksi Rapid Diagnostic
Expert Mycobacterium Tuberculosis/Rifampisin (MTB/RIF), yaitu suatu alat yang bisa mendeteksi kuman
Tuberkulosis dan resistensinya terhadap Rifampisin; 3) Implementasi Public Private Mix (PPM) yang komprehensif
untuk meningkatkan layanan Tuberkulosis; 4) Komitmen Pemerintah yang kuat untuk tetap menjaga keberhasilan
pencapaian pengendalian Tuberkulosis dituangkan dalam rencana pembiayaan yang berkelanjutan Menanggapi
hal tersebut.
Pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi dengan sikap beragam seperti kurang terbuka dalam memberikan
keterangan,tidak sabar atau terburu- buru dalam menjalani konseling.
Dari Kegiatan PE ditemukan beberapa factor resiko yang bisa mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
khususnya penyakit berbasis lingkungan. Faktor resiko yang ditemukan adalah sebagai berikut ;
A. Komponen Rumah
· Ventilasi
· Pencahayaan
· Langit-langit
· Dinding
B. Sarana sanitasi
SPAL : rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang terbuka tetapi air limbahnya tidak
lancar
C. Perilaku Penghuni
Hasil pengamatan kami sebagian besar belum sesuai dengan standar kesehatan, ini akan menimbulkan bebagai
dampak terhadap kesehatan pendudk sekitar, terutama terhadap penyakit yang berbasis linkungan. Faktor yang
mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, social ekonomi dan lintas program yang belum berjalan optimal.
Menurut Notoadmojo, 2007 derajat keshatan dipengaruhi empat faktor: lingkungan komtribusinya 45% , perilaku
30%, pelayanan 20% dan genetik 5%
BAB IV
1. KESIMPULAN
Hasil pengamatan dalam gedung di Puskesmas Padang Pasir ditemukan penyakit yang berbasis linkungan, dan
ditatalaksana sesuai dengan protap, kemudian dilakukan konseling di klinik sanitasi dengan memberikan
penyuluhan dengan media tentang penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.
Hasil pengamatan luar gedung ditemukan sebagian besar rumah tidak memenuhi standar kesehatan, baik aspek
fisik,sarana sanitasi dan perilaku penghuni.Halini disebakan tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan lintas program
yang belum optimal
2. SARAN
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan terutama masalah yang menimpa sekelompok keluarga atau
kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis
dari petugas sanitasi dan lintas sektor terkait. Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk
perbaikannya memerlukan pembiayaan yang cukup besar maka penyelesaiannya dianjurkan untuk mengikuti
mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat
kabupaten/kota . Petugas sanitasi juga dapat membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan
tersebut kepada sektor terkait
Keberhasilan klinik sanitasi di lapangan Sangat tergantung pada kemauan, pengetahuan dan keterampilan petugas
klinik sanitasi dalam menggali, merumuskan dan memberikan saran tindak lanjut perbaikan lingkungan dan
perilaku secara cepat, tepat dan akurat. Selain itu dukungan kepala Puskesmas, petugas kesehatan lain, lintas
sektor dan masyarakat terutama dalam penyelesaian masalah kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan pelaksanaan klinik sanitasi. Untuk itu dalam pelaksanaan klinik sanitasi harus dilakukan secara
terintegrasi dan didukung pengetahuan dan keterampilan di bidang lainnya seperti teknik komunikasi, konseling
dan lain-lain
Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah meliputi penyakit New Emerging Infectious Disease (NEID) dan Re
Emerging Infectious Disease (REID) merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang harus diantisipasi, karena
berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), menyebar dalam tempo singkat dan menimbulkan dampak luar
biasa terhadap kehidupan masyarakat serta merupakan salah satu ancaman serius di masa mendatang.Untuk itu
dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, lintas program maupun lintas negara dalam manajemen penanggulangannya,
termasuk keterlibatan aktif lembaga pendidikan kesehatan
BAB V
PENGAMAT :
· Aplikasi ilmu yang di dapat selama pelatihan lebih bermanfaat karena dilakukan setelah proses pembelajaran
INSTANSI :
· Aplikasi ilmu terapan baik dalam lingkungan Dinas kesehatan, puskesmas dan lintas sektor
Hal ini berarti target MDGs untuk tuberkulosis sudah dapat dicapai di Indonesia. Ini merupakan suatu prestasi
nasional juga internasional, kata Prof. Tjandra.
BAB VI
KESIMPULAN
menerapkan strategi DOTS, yang juga telah dianut oleh negara kita.
Oleh karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat
baik
2. Petugas kesehatan
4. Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah
Penderita dirawat
Tujuan :
• Mencegah resistensi
harus diingat:
• Persyaratan PMO
• Tugas PMO
ada efek samping obat, bersedia antar jemput OAT jika penderita
• Petugas sosial
• Peroranga/Individu
dll
Kelompok
RS dll
belum jelas