Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan


Secara umum endapan bahan galian berdasarkan tingkat keyakinan dari
eksplorasi dibagi menjadi sumberdaya dan cadangan.
2.1.1 Sumberdaya
Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterdapatan dari
material yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk,
kualitas dan kuantitas tertentu yang memiliki prospek akhir saat dapat ditambang
menjadi ekonomis. (SNI 4726-2011).
1. Sumberdaya mineral tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumberdaya
yang diestimasi dengan tingkat keyakinan rendah. Jarak antara titik
pengamatan maksimum dua ratus meter.
2. Sumberdaya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah
sumberdaya yang diestimasi dengan tingkat keyakinan wajar. Jarak antara titik
pengamatan maksimum seratus meter.
3. Sumberdaya mineral terukur (Measured Mineral Resource) adalah
sumberdaya yang diestimasi dengan tingkat keyakinan tinggi. Jarak antara titik
pengamatan maksimum lima puluh meter.
2.1.2 Cadangan
Cadangan mineral adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau
tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan
material dilusi ataupun material hilang. Cadangan mineral dipisahkan berdasarkan
naiknya tingkat keyakinan menjadi cadangan terkira dan cadangan mineral terbukti
(SNI 4726-2011).
1. Cadangan mineral terkira (Probable Reserve) adalah sumberdaya mineral
tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa kondisi, juga
merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur.
2. Cadangan terbukti (Proved Reserve) adalah sumberdaya mineral terukur yang
ekonomis untuk ditambang. Hal ini termasuk material dilusi dan material
hilang yang mungkin terjadi ketika material ditambang.

4 Universitas Sriwijaya
5

2.2 Block model


Dasar penerapan menggunakan teknik komputer untuk mengestimasi kadar
dan tonase adalah dengan memvisualisasi deposit sebagai kumpulan blok-blok
(Gambar 2.1). Ukuran blok seringkali berpengaruh pada tinggi jenjang yang akan
digunakan di pertambangan. Lokasi blok tergantung pada berbagai faktor, misalnya
elevasi mungkin didasarkan pada kontak bijih dengan overburden, batas antara
jenis mineralisasi yang berbeda (oksida-sulfida), zona high grade dan low grade,
dll. Beberapa teknik harus digunakan untuk memberi nilai pada blok ini. Tonase
tiap blok dapat dengan mudah ditemukan dari volume blok (sama untuk semua
blok) dan faktor tonase (yang mungkin berbeda) (Hustrulid et al., 2013). Penentuan
kadar setiap blok, dilakukan dengan beberapa pendekatan.

Gambar 2.1 Block model (Hustrulid et al., 2013)

2.2.1 Nearest Neighbour


Area di sekitar lubang bor dipengaruhi oleh titik terdekat yang diketahui
kadarnya. Program komputer saat ini memang digunakan untuk mengerjakan
prosedur ini, namun tingkat keakuratan akan sedikit menurun jika menggunakan
grid biasa. Komputer menghitung jarak dari pusat blok ke kadar yang diketahui di

Universitas Sriwijaya
6

sekitar lokasi, dan memberikan nilai kadar ke blok terdekat. Jarak terdekat lebih
besar dari jarak maksimal, maka tidak ada nilai yang diberikan. Pusat blok mungkin
berjarak sama dari dua atau lebih titik yang nilainya diketahui. Sebuah prosedur
harus ditetapkan untuk menangani hal ini (Hustrulid et al., 2013).

2.2.2 Inverse Distance Weighting


Inverse distance weighting dihitung berdasarkan titik data yang terdekat
dengan titik yang ditaksir akan memberikan bobot yang lebih besar daripada titik
data yang lebih jauh (Zibuka, dkk. 2016). Nilai pada suatu titik ditentukan tidak
hanya oleh titik kadar terdekat namun titik-titik yang lainnya. Pendekatan ini akan
mengizinkan semua titik di sekitarnya memiliki tingkat pengaruh pada estimasi
kadar titik tersebut. Penugasan nilai kadar dilakukan sepanjang garis antara dua
nilai yang diketahui. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar
menggunakan pendekatan inverse distance weighting ini bisa ditulis sebagai
(Persamaan 1) (Hustrulid et al., 2013).

= ….. (1)

Keterangan:
g = grade (%)
d = jarak (m)

2.3 Desain Pit

Kegiatan penambangan, harus memiliki perencanaan yang matang yang


dituangkan kedalam desain. Desain tersebut dibuat berdasarkan aspek ekonomis
dan teknis sehingga proses penambangan aman dan menghasilkan keuntungan
maksimal.
2.3.1 Geometri Jenjang
Deposit bijih yang ditambang dengan metode open pit memiliki beberapa
pertimbangan teknis, baik dalam ukuran, bentuk, orientasi dan kedalaman di bawah
permukaan. Topografi permukaan awal dapat bervariasi dari puncak gunung sampai

Universitas Sriwijaya
7

dataran lembah. Sejumlah desain geometri dan pertimbangan perencanaan yang


mendasar untuk semua keadaan deposit. Orebody ditambang dari atas ke bawah
dalam dengan ketebalan lapisan horizontal yang seragam yang disebut bench.
Penambangan dimulai dengan bench teratas dan setelah area lantai cukup terekspos,
penambangan lapisan berikutnya bisa dimulai. Prosesnya berlanjut sampai bench
terbawah dan ultimate pit limit nya tercapai (Hustrulid et al., 2013)

Gambar 2.2 Bagian-bagian jenjang (Hustrulid et al., 2013)

Desain pit pada sebuah tambang terbuka ditekankan pada desain geometri
jenjang. Geometri jenjang adalah ukuran jenjang yang terdiri dari tinggi jenjang,
lebar jenjang, dan kemiringan jenjang pada saat penambangan (Gambar 2.2)
(Hustrulid et al., 2013).

1. Tinggi Jenjang
Setiap bench memiliki permukaan teratas dan terbawah yang dipisahkan oleh
jarak yang disebut dengan tinggi bench. Alat muat yang digunakan biasanya harus
mampu mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Tingkat produksi atau faktor lain
mengharuskan ketinggian jenjang tertentu, maka alat muat yang akan digunakan
harus disesuaikan pula ukurannya (Hustrulid et al., 2013).

Universitas Sriwijaya
8

2. Lebar Jenjang
Lebar bench berbeda dengan tinggi bench. Lebar bench yang aman umumnya
memiliki ukuran 2/3 dari tinggi bench. Lebar bench bisa berkurang pada akhir
penambangan menjadi 1/3 dari tinggi bench. Lebar jenjang ditentukan berdasarkan
jenjang yang akan digunakan sebagai jalan angkut dan tempat kerja alat gali muat.
Kebutuhan ruang untuk alat bekerja diperhitungkan saat menentukan working
bench (Hustrulid et al., 2013).

3. Kemiringan Jenjang
Sudut kemiringan lereng merupakan parameter geometri penting yang mana
memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Sudut bench bergantung pada
karakteristik batuan dan praktik peledakan. Pit yang memiliki kekerasan batuan
yang tinggi memiliki kemiringan sekitar 55◦ sampai 80◦. Ini harus diperhitungkan
dengan hati-hati karena sudut kemiringan bench memiliki pengaruh yang besar
pada sudut overall slope. Sudut lereng keseluruhan (overall slope angle) adalah
sudut yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan, dengan memperhitungkan
lebar bench, tinggi bench, dan single slope (Hustrulid et al., 2013).

2.3.2 Jalan Angkut


Keadaan jalan, kemiringan dan jarak akan mempengaruhi daya angkut dari
alat - alat angkut yang dipakai. Jalan dalam kondisi baik, kapasitas angkut dapat
lebih besar dan alat - alat dapat bergerak lebih cepat. Letak, jarak, lebar, dan
kemiringan jalan perlu direncanakan dengan baik sehingga pengangkutan material
dapat lebih maksimal dan mengurangi ongkos pengangkutan (Hartman, 1987).

1. Letak Jalan
Suatu tambang yang baru penting diperhitungkan dimana letak jalan-jalan
keluar tambang. Jika kita ingin akses yang baik ke lokasi pembuangan tanah
penutup (waste dump) dan peremuk bijih (crusher) (Hartman, 1987).

2. Jarak Jalan
Jarak angkut harus diperhatikan dalam menentukan kecepatan laju alat

Universitas Sriwijaya
9

angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat, maka produksi (output)
alat angkut semakin besar pula. Loading point sebaiknya memiliki jaraknya tidak
terlalu jauh dari tempat dumping point (Hartman, 1987).

3. Lebar Jalan
Perhitungan lebar jalan angkut pada jalan lurus dan pada jalan tikungan
didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan
angkut maka operasi pengangkutan akan semakin lancar dan aman. Lebar jalan
angkut pada jalan lurus mempertimbangkan jumlah jalur angkut dan lebar alat
angkut terbesar (persamaan 3) (Gambar 2.3) (Hartman, 1987).

L = n. Wt + (n+1) .........(3)

Dimana:
L = Lebar jalan angkut minimum (meter)
n = Jumlah jalur jalan angkut
Wt = Lebar alat angkut total (meter)

Gambar 2.3 Lebar pada jalan angkut lurus (Hartman, 1987)

Jalan angkut pada jalan tikungan didasarkan pada lebar atau jarak jejak roda
kendaraan, lebar tonjolan atau juntai truck bagian depan dan belakang pada saat

Universitas Sriwijaya
10

membelok. Diperhitungkan pula jarak antar truck pada saat persimpangan serta
jarak sisi luar truck (Gambar 2.4 dan Persamaan 4 dan 5) (Hartman, 1987).

Wmin = n(U + Fa + Fb + Z) + C ……… (4)

C = Z = 0,5(U + Fa + Fb) …..… (5)

Dimana :
U = Lebar alat angkut
Fa = jarak roda depan dengan sisi samping terluar dumptruck dikalikan
sinus sudut penyimpangan roda, meter
Fb = jarak roda belakang dengan sisi samping terluar dumptruck
dikalikan sinus sudut penyimpangan roda, meter
Z = Jarak sisi luar dumptruck ke tepi jalan, meter
C = Jarak antara dua dumptruck yang akan bersimpangan, meter

Gambar 2.4 Lebar jalan angkut pada jalan tikungan (Hartman, 1987)

4. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik dalam mengatasi tanjakan maupun dalam pengereman pada saat alat

Universitas Sriwijaya
11

angkut berisi muatan maupun dalam keadaan kosong. Kemiringan jalan angkut
dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan (grade) 1 % berarti jalan tersebut naik
atau turun 1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100
ft (Gambar 2.5 dan Persamaan 6) (Nabar, 1998).

Grade = X 100% ......... (6)

Dimana :
Δh = Beda tinggi antara dua titik yang diukur
Δx = jarak datar antara dua titik yang diukur

Jalan angkut di jalan tambang biasanya dirancang pada kemiringan 8% atau


10%. Kemiringan jalan 8% paling umum akan memberikan fleksibilitas yang lebih
besar dalam pembuatannya, serta memudahkan dalam pengaturan masuk ke jenjang
tanpa menjadi terlalu terjal di beberapa tempat. Jalan angkut yang panjang, biasanya
kemiringan 10% adalah kemiringan maksimum yang masih praktis. Tambang-
tambang kecil banyak yang dirancang dengan kemiringan jalan 10%.

Gambar 2.5 Kemiringan (grade) jalan angkut 1 % (Nabar, 1998)

2.4 Boundary Pit (Batasan Penambangan)


Penentuan batas pit dibuat menggunakan garis kontur stripping ratio,
perbandingan antara besarnya overburden dengan besarnya batubara batubara

Universitas Sriwijaya
12

dikali densitasnya (Muliyanto dkk, 2015). Topografi digunakan sebagai batas atas
dalam melakukan permodelan struktur batuan dan garis perpotongan yang
diperoleh dari dari intersect antara batas topografi dan desain jenjang yang dibuat
(Wandy dkk, 2015). Open pit mining melakukan pengambilan bahan galian yang
endapan nya dekat permukaan dengan mengupas lapisan penutup, menggunakan
satu atau lebih horizontal bench untuk mengambil ore dan membuang waste ke
disposal di luar batas akhir pit (Darling, 2011). Lokasi pengambilan bahan galian
sudah ditentukan dan memiliki batas- batas ekonomis. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk merencanakan penambangan dengan metode open pit adalah
stripping ratio, cutoff grade dan ultimate pit limit.

2.4.1 Stripping Ratio (SR)


Stripping ratio (SR) adalah perbandingan jumlah ton waste yang harus
dipindahkan untuk mendapatkan satu ton ore yang akan ditambang. Desain pit yang
dibuat akan menentukan jumlah waste yang harus dikupas. Jumlah waste yang perlu
dikupas akan memberikan nisbah kupas rata-rata untuk pit itu (Kennedy, 1990).
Stripping ratio dapat dihitung menggunakan persamaan 7 (Hustrulid et al., 2013).

( )
SR = …..(7)
( )

Nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai BESR
(Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka akan diperoleh
bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit adalah sampai nilai
BESR yang dicapai dalam perhitungan stripping ratio (Hustrulid et al., 2013).

2.4.2 Cutoff Grade


Cutoff grade adalah kadar terendah dari suatu logam atau mineral dalam
batuan yang memenuhi syarat ekonomi tertentu (Synclair dan Blackwell, 2004).
Aspek yang digunakan dalam menetapkan cutoff grade biasanya menggunakan
aspek ekonomi. Keputusan untuk menentukan nilai ekonomi bahan galian dengan
mempertimbangkan biaya penambangan, pengolahan, dan pemasaran. Block dapat
ditambang jika bernilai setara atau lebih dari biaya pengolahan dan pemasaran
(Kennedy, 1990).

Universitas Sriwijaya
13

2.4.3 Ultimate Pit Limit


Ultimate pit limit harus diatur untuk menentukan jumlah minable bijih,
kandungan logam, dan jumlah waste untuk dipindahkan selama operasi
berlangsung. Ukuran, geometri, dan lokasi dari open pit penting dalam
perencanaan lokasi tailing, jalan akses, processing plant, dan semua fasilitas
lainnya (Kennedy, 1990) (Gambar 2.6).
Ultimate pit limit menjadi batas maksimum yang masih menguntungkan
untuk ditambang. Tujuannya untuk menghasilkan desain dengan keuntungan
maksimal dari pit berdasarkan aspek teknis dan ekonomi yang digunakan. Jika
parameter ini berubah di masa depan, desain pit juga bisa berubah (Kennedy, 1990).
Menurut Hustrulid et al. (2013), tahap perencanaan harus diawali dengan
menambang bagian deposit yang menghasilkan cash flow maksimal. Keberhasilan
tahap ini bergantung pada kontribusi cash flow nya, terutama saat ultimate pit limit
tercapai.

Gambar 2.6 Batas akhir pit (Hustrulid et al, 2013)

2.5 Optimisasi Pit


Semua metode optimisasi bertujuan untuk menemukan batas akhir yang yang
optimal pada blok model. Optimisasi menentukan blok yang memiliki total nilai
keuntungan maksimum tetapi masih dalam kemampuan lereng yang ditetapkan

Universitas Sriwijaya
14

(Kennedy, 1990). Metode yang digunakan untuk optimisasi adalah metode lerch
grossmann dan metode floating cone.

a. Metode Lerchs Grossmann


Metode Lerchs Grossman digunakan menentukan ultimate pit untuk
memberikan keuntungan yang maksimal. Metode Lerchs-Grossman mendesain
lubang pada vertical section yang hasilnya akan digabungkan dengan peta rencana
pit dan diperiksa secara manual (Kennedy, 1990). Evaluasi dimensi akhir pit
berdasarkan cadangan dilakukan dalam block model, dengan mengelompokkan
blok (Gambar 2.7) berdasarkan keuntungan, grade, dan cutoff yang maksimal
(Hustrulid et al., 2013).

Gambar 2.7 Contoh block model Lerch-Grossman (Kennedy, 1990)

b. Floating cone
Metode floating cone mencari melalui model blok untuk blok bijih dan menilai
nilai kerucut terbalik yang harus ditambang (Gambar 2.8 ). Jika nilai kerucut positif,
itu ditambang dan semua blok itu berubah menjadi blok udara. Metode ini jarang
menemukan pit yang optimal disebabkan karena ada bijih yang ekonomis namun
terabaikan dan memasukkan bijih yang tidak ekonomis (Hustrulid et al., 2013).

Universitas Sriwijaya
15

Gambar 2.8 Ilustrasi floating cone (Hustrulid et al., 2013).

2.6 Parameter Kualitas Limestone untuk Pembuatan Semen


Pembuatan semen terdapat parameter formula untuk menentukan kualitas
bahan baku yang digunakan. Parameter tersebut antara lain sebagai berikut:

2.6.1 Ignition Loss


Ignition loss digunakan untuk mengetauhui banyaknya material yang hilang
pada saat pembakaran dan biasanya ditentukan melalui tes di laboratorium tungku
(furnace), tetapi bisa juga ditentukan melalui analisis kimia pada umpan kiln
dengan persamaan 8 (Peray, 1979).

Ignition Loss = 0,44 CaCO3 + 0,524 MgCO3 + ….. + H2O + Organic Matter ….(8)

2.6.2 Silica Ratio


Besarnya nilai silica ratio pada klinker dapat diketahui dengan sulit
tercapainya keseragaman klinker tersebut pada saat pembakaran di kiln. Klinker
dengan silica ratio yang tinggi sulit untuk dibakar dan menunjukkan perlapisan
yang buruk. Nilai silica ratio dapat diperoleh melalui persamaan 9 (Peray, 1979).

= + Fe2 O3
…(9)

Universitas Sriwijaya
16

2.6.3 Alumina-Iron Ratio ( )


Klinker dengan alumina-iron ratio yang tinggi menghasilkan semen yang
memiliki kekuatan awal yang tinggi tetapi membuat reaksi antara silika dan kalsium
oksida pada saat pembakaran menjadi sulit. Nilai alumina-iron ratio dapat
diperoleh menggunakan persamaan 10 (Peray,1979).

= ....(10)

2.6.4 Total Carbonates


Komponen utama yang dibutuhkan dalam limestone untuk pembuatan
semen adalah karbonatnya, namun terdapat dua senyawa (CaO dan MgO) yang
menghasilkan karbonat sehingga perlu menghitung total karbonat. Total
Carbonates biasanya diketahui dengan analisis menggunakan metode titrasi Asam-
Alkali tetapi bisa juga melalui perhitungan teori menggunakan persamaan 11
(Peray, 1979).

TC = 1,784 CaO + 2,09 MgO …(11)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai