BAB 2.3 (Fix) PDF
BAB 2.3 (Fix) PDF
TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
sekitar lokasi, dan memberikan nilai kadar ke blok terdekat. Jarak terdekat lebih
besar dari jarak maksimal, maka tidak ada nilai yang diberikan. Pusat blok mungkin
berjarak sama dari dua atau lebih titik yang nilainya diketahui. Sebuah prosedur
harus ditetapkan untuk menangani hal ini (Hustrulid et al., 2013).
= ….. (1)
Keterangan:
g = grade (%)
d = jarak (m)
Universitas Sriwijaya
7
Desain pit pada sebuah tambang terbuka ditekankan pada desain geometri
jenjang. Geometri jenjang adalah ukuran jenjang yang terdiri dari tinggi jenjang,
lebar jenjang, dan kemiringan jenjang pada saat penambangan (Gambar 2.2)
(Hustrulid et al., 2013).
1. Tinggi Jenjang
Setiap bench memiliki permukaan teratas dan terbawah yang dipisahkan oleh
jarak yang disebut dengan tinggi bench. Alat muat yang digunakan biasanya harus
mampu mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Tingkat produksi atau faktor lain
mengharuskan ketinggian jenjang tertentu, maka alat muat yang akan digunakan
harus disesuaikan pula ukurannya (Hustrulid et al., 2013).
Universitas Sriwijaya
8
2. Lebar Jenjang
Lebar bench berbeda dengan tinggi bench. Lebar bench yang aman umumnya
memiliki ukuran 2/3 dari tinggi bench. Lebar bench bisa berkurang pada akhir
penambangan menjadi 1/3 dari tinggi bench. Lebar jenjang ditentukan berdasarkan
jenjang yang akan digunakan sebagai jalan angkut dan tempat kerja alat gali muat.
Kebutuhan ruang untuk alat bekerja diperhitungkan saat menentukan working
bench (Hustrulid et al., 2013).
3. Kemiringan Jenjang
Sudut kemiringan lereng merupakan parameter geometri penting yang mana
memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Sudut bench bergantung pada
karakteristik batuan dan praktik peledakan. Pit yang memiliki kekerasan batuan
yang tinggi memiliki kemiringan sekitar 55◦ sampai 80◦. Ini harus diperhitungkan
dengan hati-hati karena sudut kemiringan bench memiliki pengaruh yang besar
pada sudut overall slope. Sudut lereng keseluruhan (overall slope angle) adalah
sudut yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan, dengan memperhitungkan
lebar bench, tinggi bench, dan single slope (Hustrulid et al., 2013).
1. Letak Jalan
Suatu tambang yang baru penting diperhitungkan dimana letak jalan-jalan
keluar tambang. Jika kita ingin akses yang baik ke lokasi pembuangan tanah
penutup (waste dump) dan peremuk bijih (crusher) (Hartman, 1987).
2. Jarak Jalan
Jarak angkut harus diperhatikan dalam menentukan kecepatan laju alat
Universitas Sriwijaya
9
angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat, maka produksi (output)
alat angkut semakin besar pula. Loading point sebaiknya memiliki jaraknya tidak
terlalu jauh dari tempat dumping point (Hartman, 1987).
3. Lebar Jalan
Perhitungan lebar jalan angkut pada jalan lurus dan pada jalan tikungan
didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan
angkut maka operasi pengangkutan akan semakin lancar dan aman. Lebar jalan
angkut pada jalan lurus mempertimbangkan jumlah jalur angkut dan lebar alat
angkut terbesar (persamaan 3) (Gambar 2.3) (Hartman, 1987).
L = n. Wt + (n+1) .........(3)
Dimana:
L = Lebar jalan angkut minimum (meter)
n = Jumlah jalur jalan angkut
Wt = Lebar alat angkut total (meter)
Jalan angkut pada jalan tikungan didasarkan pada lebar atau jarak jejak roda
kendaraan, lebar tonjolan atau juntai truck bagian depan dan belakang pada saat
Universitas Sriwijaya
10
membelok. Diperhitungkan pula jarak antar truck pada saat persimpangan serta
jarak sisi luar truck (Gambar 2.4 dan Persamaan 4 dan 5) (Hartman, 1987).
Dimana :
U = Lebar alat angkut
Fa = jarak roda depan dengan sisi samping terluar dumptruck dikalikan
sinus sudut penyimpangan roda, meter
Fb = jarak roda belakang dengan sisi samping terluar dumptruck
dikalikan sinus sudut penyimpangan roda, meter
Z = Jarak sisi luar dumptruck ke tepi jalan, meter
C = Jarak antara dua dumptruck yang akan bersimpangan, meter
Gambar 2.4 Lebar jalan angkut pada jalan tikungan (Hartman, 1987)
4. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik dalam mengatasi tanjakan maupun dalam pengereman pada saat alat
Universitas Sriwijaya
11
angkut berisi muatan maupun dalam keadaan kosong. Kemiringan jalan angkut
dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan (grade) 1 % berarti jalan tersebut naik
atau turun 1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100
ft (Gambar 2.5 dan Persamaan 6) (Nabar, 1998).
Dimana :
Δh = Beda tinggi antara dua titik yang diukur
Δx = jarak datar antara dua titik yang diukur
Universitas Sriwijaya
12
dikali densitasnya (Muliyanto dkk, 2015). Topografi digunakan sebagai batas atas
dalam melakukan permodelan struktur batuan dan garis perpotongan yang
diperoleh dari dari intersect antara batas topografi dan desain jenjang yang dibuat
(Wandy dkk, 2015). Open pit mining melakukan pengambilan bahan galian yang
endapan nya dekat permukaan dengan mengupas lapisan penutup, menggunakan
satu atau lebih horizontal bench untuk mengambil ore dan membuang waste ke
disposal di luar batas akhir pit (Darling, 2011). Lokasi pengambilan bahan galian
sudah ditentukan dan memiliki batas- batas ekonomis. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk merencanakan penambangan dengan metode open pit adalah
stripping ratio, cutoff grade dan ultimate pit limit.
( )
SR = …..(7)
( )
Nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai BESR
(Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka akan diperoleh
bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit adalah sampai nilai
BESR yang dicapai dalam perhitungan stripping ratio (Hustrulid et al., 2013).
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
(Kennedy, 1990). Metode yang digunakan untuk optimisasi adalah metode lerch
grossmann dan metode floating cone.
b. Floating cone
Metode floating cone mencari melalui model blok untuk blok bijih dan menilai
nilai kerucut terbalik yang harus ditambang (Gambar 2.8 ). Jika nilai kerucut positif,
itu ditambang dan semua blok itu berubah menjadi blok udara. Metode ini jarang
menemukan pit yang optimal disebabkan karena ada bijih yang ekonomis namun
terabaikan dan memasukkan bijih yang tidak ekonomis (Hustrulid et al., 2013).
Universitas Sriwijaya
15
Ignition Loss = 0,44 CaCO3 + 0,524 MgCO3 + ….. + H2O + Organic Matter ….(8)
= + Fe2 O3
…(9)
Universitas Sriwijaya
16
= ....(10)
Universitas Sriwijaya