Anda di halaman 1dari 18

NAMA : Dewi Ratna Sari

NIM : 1611101133

FAK/JUR/PRODI : FTIK/Pendidikan/Pendidikan Agama Islam

SEMESTER : IV (Empat)

MATA KULIAH : Hadits Tarbawi (UTS)

DOSEN PENGAMPU : Dr. H. Mukhtar, LC, MA

1. Sebutkan 3 hadits tentang orang yang berilmu lengkap dengan lafaznya,


perawinya, artinya, syarahnya, sumbernya dan kedudukan haditsnya.
JAWAB :
a.

Artinya :
“Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah
menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya
dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah
mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah
mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah
tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa
tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah
menceritakan kepada kami ‘Abbas berkata, Telah menceritakan kepada
kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti
ini juga“ (H.R. Bukhori ).
Syarah hadits:
Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu
dalam mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan
tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh Allah dari bumi, sehingga tidak
ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan sebenar-benarnya.
Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar
keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin
yang sama tidak berilmunya. Hadist ini kemudia menjelaskan akibat yang
sangat fatal bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat,
yaitu manusia ditinggalkan dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu
pemimpin bodoh menjawab pertanyaan tanpa didsari oleh ilmu.
Hadis ini menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar
ilmu, gur yang benar sumber ilmunya. Karenanya ada hadits lain
mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka
syeikhnyadalah syetan.” Makanyatalah kesesatan dalam segala yang
diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang siapa yang mepelajari
ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum”
bagaimana tidak hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu
kan tegak denga adanya guru.
Sangat jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia, kemulian ini
seharusnya disadari oleh seluruh umat Islam baha guru membawa peran
penting dalam memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akbat dari
menelantarkan gur dan meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah
bangsa karena mereka berkata dan bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu
memberikan jalan yang sesat.
Perawinya: Bukhori
Sumbernya: Abu Umamah
Kedudukan: Shahih

b.

Artinya :
“Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair Telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid
bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu’awiyyah memberi khutbah
untuk kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah
faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan
sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak d iatas
perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang
menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.” (HR.Bukhori).
Syarah hadits :
Salah satu keutamaan orang yang menuntut ilmu ialah Allah
menghendaki bagi orang tersebut kebaikan. Ketika Allah mengehndaki
seorang itu menjadi baik atau diliputi dengan kebaikan maka Allah
berikan ia paham dalam agama, mereka yang menuntut ilmu tentu
menghendaki akan paham, keinginan untuk paham adalah jalan yang
Allah berikan padanya untuk mampu berbuat baik. Adapun Nabi hanya
seorang yang memberi dan membagi ilmu kepada yang ingin kebaikan,
dan tetap Allah yang memberi kebaikan.Jika merka tetap dalam perintah
Allah. Yaitu artinya tetap berkeinginan paham agama, maka Allah akan
meneggakkan umat ini, mereka yang berilmu mempunyaui peran sebagai
penegak dan penerus umat ini, dan Allah menjanjikan tidak akan celaka
bagi mereka yang tetap dalam perintahnya, dalam hadits ini yaitu dalam
mempelajari dan memahami ilmu agama.
Sebuah kemulian yang sangat luar biasa bagi merka yang menuntut ilmu,
amanat yag diembannya serta janji Allah akan selalu meliputinya. Yaitu
berupa kebaikan. Allah menghendakinya kebaikan maka Allah berikan
dia paham ilmu agama. Hadits ini juga ditegaskan dengan kalmat
“Khoiron” yang berbentuk nakiroh/umum yang maksudnya bahwa orang
yang menuntut ilmu akan diliputi dengan berbagai macam kebaikan.
Perawinya: Muawiyah
Sumbernya: Humaid bin Abdurrahman
Kedudukan: Shahih

c.
Artinya :
“Sa’id bin Mansur telah menceritakan kepada kami Abdul “Azis bin Abi
Hazim telah menceritakan kepada kami dari Abih dari Sahlin Ya’ni bin
Sa’din dari Nabi Muhammad saw. berkata: Demi Allah sesungguhnya
Allah member petunjuk kepada seseorang dikarenakan petunjukmu, hal
tersebut itu lebih beik bagimu dari pada kendaraan mewah harta yang
berharga.” (HR.Abu Daud)
Syarah hadits :
Hadist ini adalaha berita gembira dari Rasul mengenai mereka yang
memberikan seseorang petunjuk kebaikan, ajaran baik seharusnya
disampaikan kepada siapapun itu, lantaran manfaat itu sangat terasa baik
untuk nya atau orang lain. Sehingga tidak salah jika Rasul memberikan
motovasi kepada mereka yang memberi petunjuk hidayah dengan
kemulian yang luar biasa, yang tidak cukup dibandingkan dengan
kemewahan dunia. Maka posisi guru dan penuntut ilmu dihadapan Allah
sangat mulia dan sangat tinggi.
Perawinya: Abu Daud
Sumbernya: Ibn S’ad
Kedudukan: Shahih

2. Sebutkan 3 hadits tentang kewajiban menuntut ilmu pengetahuan lengkap


dengan lafaznya, perawinya, artinya, syarahnya, sumbernya dan kedudukan
haditsnya.
JAWAB :
a.

Artinya:
"Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu
itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan
ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara,
atau emas" HR Ibu Majah.
Syarah hadist:
Dari hadits tersebut diatas mengandung pengertian, bahwa mencari ilmu
itu wajib bagi setiap muslim, kewajiban itu berlaku bagi laki-laki maupun
perempuan, anak-anak maupun orang dewasa dan tidak ada alasan untuk
malas mencari ilmu. Ilmu yang wajib diketahui oleh settiap muslim
adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara peribadatan kepada
Allah SWT. Sedangkan ibadah tanpa ilmu akan mengakibatkan
kesalahan-kesalahan dan ibadah yang salah tidak akan dapat diterima oleh
Allah. Sedangkan orang yang mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak
mengetahui atau tidak paham maka akan sia-sia. Maksudnya, ilmu itu
harus disampaikan sesuai dengan taraf berfikir si penerima ilmu,
memberikan ilmu secara tidak tepat diibaratkan mengalungkan perhiasan
pada babi, meskipun babi diberikan perhiasan kalung emas maka babi
tetap kotor dan menjijikkan.
Perawinya: Ibnu Majah
Sumber hadits: Anas bin Malik
Kedudukan Hadits: Mutawatir
b.

Artinya:
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa
menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Syarah Hadits:
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu dan menempuh
jalan yang menyampaikan kepada ilmu. Menempuh jalan dalam menuntut
ilmu memiliki dua pengertian, pertama; menempuh jalan dengan berjalan
kaki atau dengan kendaraan menuju majlis-majlis ilmu, baik di mesjid
maupun di sekolah dan di tempat-tempat ilmu lainnya. Kedua; menempuh
sarana yang menyampaikan seseorang kepada ilmu sekalipun ia duduk di
atas kursi di rumahnya atau di tempat kerjanya yaitu dengan membaca
buku-buku tentang ilmu syar’i.
Maka barangsiapa menempuh jalan-jalan tersebut untuk memahami ilmu
syar’i, mengkaji tentang apa-apa yang mengundang kekridhoan dari Allah
niscaya Allah akan mudahkan baginya untuk memasuki surga-Nya.
Perawinya: HR. Muslim
Sumber hadits: Abu Hurairah
Kedudukan Hadits: Shahih
c.

Artinya:
Dari Abu Darda’ berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: “Dan
sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut
ilmu sebagai bentuk keridhoaan mereka terhadap apa yang ia
lakukan.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Syarah Hadits:
Diantara keutamaan menuntut ilmu yang dijelaskan oleh Rasulullah
adalah ketawadhuan para malaikat terhadap para penuntut ilmu. Maksud
para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka adalah penghormatan
mereka terhadap para penuntut ilmu sebagai bentuk keridhoan mereka.
Perawinya: Abu Dawud dan At-Tirmidzi
Sumber hadits: Abu Darda’
Kedudukan Hadits: Shahih

3. Sebutkan 3 hadits tentang metode pendidikan islam lengkap dengan lafaznya,


perawinya, artinya, syarahnya, sumbernya dan kedudukan haditsnya.
JAWAB :
a. Metode peragaan dan demonstrasi
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang
yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya (
Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan
Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam
Muslim)
Syarah Hadits:
Pada hadist diatas menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah
dengan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW
mendemonstrasikan juga dengan jari beliau. Beliau menerangkan kepada
para sahabat bahwa kedudukan beliau dengan orang yang memelihara
anak yatim di surga begitu dekat, seperti kedekatan jari tengah dan jari
telunjuk.
Dalam dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali
untuk bisa meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan pelajaran
dengan menggunakan alat peraga dalam metode pengajarannnya. Metode
peraga ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan media pendidikan.
Media pendidkan adalah suatu benda yang dapat dindrai, khususnya
penglihatan dan pendengaran baik yang terdapat dalam maupun luar kelas
yang digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses
pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas belajar siswa. Media pendidikan mengandung beberapa
beberapa aspek-aspek yaitu sebagai alat atau sebagai teknik yang
berkaitan erat dengan metode pengajaran.
Perawinya: Imam Muslim
Sumber hadits: Abu Hurairah r.a
Kedudukan Hadits: Shahih
b. Metode cerita dan kisah

Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW
bersabda : “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia
merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk
kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba
datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah
karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus
sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya
(dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia
beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan
mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat
pahala karena kita menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap
yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)
Syarah Hadits:
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat
menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat
memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang
buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang mana
sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam.
Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga
menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan
aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup seluruh
metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta
unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui
teladan dan nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana
setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah
dalam penyamapaian ajarannya.
Perawinya: Imam Bukhori
Sumber hadits: Abu Hurairah r.a
Kedudukan Hadits: Shahih

c. Metode tanya jawab


Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati?
Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian
ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu
(HR. Muslim)
Syarah Hadits:
Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya
jawab sebagai starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab
pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini
sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya
komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga
komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa.
Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau
pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
Perawinya: HR. Muslim
Sumber hadits: Abu Hurairah r.a
Kedudukan Hadits: Shahih

4. Sebutkan 3 hadits tentang kewajiban orang tua terhadap anak lengkap dengan
lafaznya, perawinya, artinya, syarahnya, sumbernya dan kedudukan haditsnya.
JAWAB:
a.
Artinya:
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata; Rasulullah
SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika
mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan
shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur
mereka". (HR. Abu Dawud).
Syarah Hadits:
Pendidikan di rumah dimulai sejak masih kecil sampai beranjak dewasa.
Rosulullah mengajarkan bahwa jika anak sudah mendekati masa baligh,
hendaknya dipisahkan antara tempat tidur anak laki- laki dengan anak
perempuan. Begitu pula dengan tempat tidur dengan orang tuanya.
Setelah anak berusia tujuh tahun, hendaknya orang tua memerintahkan
untuk shalat dan puasa sebagai wahana pemberdayaan. Orang tua
diperkenankan menghukum pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai
menunaikan kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat
menyakiti atau menimbulkan cacat.
Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga
melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai
teladan, sulit untuk dipatuhi anak. Sebab kecenderungan anak akan
meniru orang tua.
Perawinya: Abu Dawud
Sumber hadits: 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya
Kedudukan Hadits: Shahih

b.
Artinya:
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Satu dinar
kamu infaqkan fii sabiilillah, satu dinar kamu pergunakan untuk
memerdekakan budak, satu dinar kamu sedekahkan kepada orang miskin,
dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu, maka yang
paling besar pahalanya ialah yang kamu belanjakan untuk keluargamu".
[HR. Muslim juz 2, hal. 692]
Perawinya: HR. Muslim
Sumber hadits: Abu Hurairah
Kedudukan Hadits: Shahih

c.

Artinya:
Dari Abdullah bin 'Amr (bin Al-'Ash), ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda, “Cukuplah bagi seseorang berdosa, apabila dia mengabaikan
orang yang makan dan minumnya menjadi tanggungannya". [HR. Abu
Dawud juz 2, hal. 132]
Perawinya: HR. Abu Dawud
Sumber hadits: Abdullah bin 'Amr (bin Al-'Ash)
Kedudukan Hadits: Shahih
Syarah Hadits b dan c:
Seorang ayah bertanggungjawab memberikan nafkah bagi anak-anak dan
keluarganya, sedang ibu bertanggungjawab mengasuh anak-anak dan
mengatur rumah tangga sebagai wakil dari suaminya. Tentang besarnya
nafkah untuk anak dan keluarganya ini Islam tidak menentukan besarnya
secara khusus, hal ini terserah pada kemampuan masing-masing.
5. Sebutkan 3 hadits tentang kewajiban anak terhadap orang tua lengkap dengan
lafaznya, perawinya, artinya, syarahnya, sumbernya dan kedudukan haditsnya.
JAWAB:
a.

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada
kami [Yahya] dari [Sufyan] dan [Syu'bah] keduanya berkata; telah
menceritakan kepada kami [Habib] dia berkata. Dan diriwayatkan dari
jalur lain, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah
mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Habib] dari [Abu Al 'Abbas]
dari [Abdullah bin 'Amru] dia berkata; seorang laki-laki berkata kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Saya hendak ikut berjihad." Beliau
lalu bersabda: "Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?" dia
menjawab; "Ya, masih." Beliau bersabda: "Kepada keduanya lah kamu
berjihad."
Syarah Hadits:
Hadits di atas menceritakan tentang seorang laki-laki yang ingin ikut
jihad bersama Rasulullah SAW namun ia tidak mampu. Kemudian
Rasulullah menegaskan kepadanya untuk berjihad pada kedua orang tua.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan
jihad di jalan Allah.
Jihad di zaman Rasulullah sangat jelas maknanya, yakni terjun ke medan
pertempuran membela agama Islam memerangi orang kafir. Orang yang
terbunuh dalam jihad di hukumi mati syahid dan surga adalah
jaminannya. Namun bagi mereka yang tidak mampu, Rasulullah
menegaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan jihad di
jalan Allah.
Perawinya: Imam Bukhari
Sumber hadits: Sufyan dan Syu'bah
Kedudukan Hadits: Shahih

b.

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan
kepada kami [Jarir] dari ['Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah] dari
[Abu Zur'ah] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil
berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku
berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi;
"Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi;
"kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi;
"Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." [Ibnu
Syubrumah] dan [Yahya bin Ayyub] berkata; telah menceritakan kepada
kami [Abu Zur'ah] hadits seperti di atas."
Syarah Hadits:
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang paling berhak dimuliakan
didunia ini adalah kedua orang tua, dan yang paling utama adalah ibu
baru kemudian ayah. Tanpa mengesampingkan peran seorang ayah, hadits
di atas menerangkan betapa mulia dan besarnya peran seorang ibu.
Demikian dalil tentang kewajiban berbakti kepada orang tua. Dengan
beberapa dalil di atas, semoga kita lebih menyayangi, mencintai,
menghormati, dan berbakti kepada kedua orang tua kita. Dan ingat, ridho
Ilahi ada pada ridho kedua orang tua kita. Jangan harap hidup kita bisa
tenang selama kedua orang tua kita tidak meridhoi apa yang menjadi
pilihan dan tindakan kita.
Perawinya: Imam Bukhari
Sumber hadits: Abu Hurairah
Kedudukan Hadits: Shahih
c.

Artinya:
"Dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah
bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan
murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. (HR. Tirmidzi)
Syarah hadits:
Taat kepada orangtua berarti menaati perintah Allah dan durhaka terhadap
orangtua berarti durhaka terhadap perintah Allah. Dalam hadis lain
disebutkan bahwa ridha Allah bergantung kepada ridha kedua orang tua.
Karna kita ketahui bahwa orangtua merupakan jalan menuju hal yang
diridhai oleh Allah swt. Dan tidak ada hal apapun yang dapat kita lakukan
hanya kecuali dengan ridha Allah swt.
Perawinya: Tirmidzi
Sumber hadits: Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a.
Kedudukan Hadits: Shahih

Anda mungkin juga menyukai