Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESEHATAN

ABORSI

Disusun oleh:
1. FACHRUDIN BAHARSAH (110117A003)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 3
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 4
TEORI ........................................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Aborsi.......................................................................................................... 4
2.2 Penyebab Abortus ..................................................................................................... 4
2.3 Alasan Abortus Provokatus ................................................................................... 5
BAB III ...................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 8
3.1 Aborsi dari Sudut Medis ............................................................................................... 8
3.2 Aborsi dari Sudut Etika ........................................................................................... 10
3.3 Aborsi Menurut Agama Islam ............................................................................. 13
BAB IV .................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka
pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat
besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi
juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul
dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan
komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai
perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah
kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi
di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di
masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun
pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu,
WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi
masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi
tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi
dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko
kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju
hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia
masih cukup besar.
B. Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk memenuhi tugas karya ilmiah dalam bidang studi kip
2. Diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang komunikasi terhadap pasien dengan pre aborsi.

BAB II

TEORI

2.1 Pengertian Aborsi

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim
(uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran
janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan).

2.2 Penyebab Abortus

Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :


Maternal.
Penyebab secara umum
1. Infeksi akut
· virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
· Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
· Parasit, misalnya malaria

2. Infeksi kronis
· Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

· Tuberkulosis paru aktif.

· Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll

Janin
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.
2.3 Alasan Abortus Provokatus
Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-
syarat sebagai berrikut:
· Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus
menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

· Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

· Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

· Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh
seperti kanker payudara.

· Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

· Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

· Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik
dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum
yang berat.

· Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai


komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

· Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

· Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.


· Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini
sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

2.4 Efek Aborsi

1. Efek Jangka Pendek


· Rasa sakit yang intens
· Terjadi kebocoran uterus
· Pendarahan yang banyak
· Infeksi
· Bagian bayi yang tertinggal di dalam
· Shock/Koma
· Merusak organ tubuh lain
· Kematian
2. Efek Jangka Panjang
· Tidak dapat hamil kembali
· Keguguran Kandungan
· Kehamilan Tubal
· Kelahiran Prematur
· Gejala peradangan di bagian pelvis
· Hysterectom
2.5 Resiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang
melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “.
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik
yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi
adalah ;
· Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
· Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
· Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
· Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
· Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
· Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
· Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
· Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
· Kanker hati (Liver Cancer).
· Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
· Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
· Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
· Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai
“Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
” Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian
khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan
benar.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Aborsi dari Sudut Medis

Menurut batasan atau definisi, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana buah
kehamilan itu tidak mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan. Sedangkan dunia
kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang dari
500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan, meskipun ada laporan kedokteran yang
menyatakan bahwa ada janin di bawah 500 gram yang dapat hidup. Karena janin dengan berat
badan 500 gram sama dengan usia kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin dibawah 20
minggu tersebut sebagai aborsi.
Ada negara tertentu yang memakai batas 1000 gram sebagai aborsi, menurut Undang-
Undang di Indonesia, kematian janin di bawah 1000 gram tidak perlu dilaporkan dan dapat
dikuburkan di luar Tempat Pemakaman Umum.
Dari cara terjadinya aborsi, ada dua macam aborsi, aborsi spontan (abortus spontaneus)
dan aborsi buatan (abortus provocatus). Aborsi spontan terjadi sendiri tanpa campur tangan
manusia, sedang aborsi buatan adalah hasil dari perbuatan manusia yang dengan sengaja
melakukan perbuatan pengguguran. Abortus yang terjadi pada usia kehamilan di bawah 12
minggu disebut abortus dini.
Abortus Spontaneus
Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka ini
mempunyai dua kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang tidak
terdeteksi, serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan.
Insiden abortus spontan sulit untuk ditentukan secara tepat, karena sampai sekarang
belum diterapkan kapan sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah penetrasi sperma kedalam
sel telur sudah merupakan kehamilan? Apakah pembelahan sel telur yang telah dibuahi berarti
mulainya kehamilan? Atau kehamilan dimulai setelah blastocyst membenamkan diri kedalam
decidua? Atau setelah janin “bernyawa”?
Dengan pemeriksaan tes yang dapat mendeteksi Human Chorionic Gonadotropin maka
frekuensi abortus akan menjadi lebih tinggi (20% – 62%).
1. Penyebab abortus spontan
Sebelum dikeluarkan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu.
Setengah di antaranya disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko terjadinya abortus
meningkat dengan makin tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan. Selain itu
kemungkinan terjadinya abortus bertambah pada wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan
setelah melahirkan.
Pada abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya didahului dengan kematian
janin/embrio. Sedangkan abortus pada usia yang lebih lanjut, biasanya janin masih hidup.
· Kelainan Pertumbuhan Zygote.
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta. Ternyata
50% – 60% dari abortus ini berhubungan dengan kelainan kromosom.

· Faktor Ibu.
Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang normal, paling
banyak pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam infeksi bakteria atau virus dapat
menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan abortus,
meskipun dapat menyebabkan kematian janin pada usia yang lebih lanjut atau menyebabkan
persalinan prematur. Kelainan pada uterus (rahim) dapat menyebabkan abortus spontan.
2. Pembagian abortus spontan
· Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan
terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang kehamilan masih dapat diselamatkan.
· Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya aborsi,
namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak
dapat dipertahankan lagi.
· Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya
masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak namun tidak fatal,
untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.
· Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim. Keadaan
demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.
· Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang telah
mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita
gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah
kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain.
Abortus Therapeuticus
Abortus therapeuticus adalah pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin belum
dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu. Menurut Undang-Undang di
Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan ibu yang membahayakan nyawa
ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit jantung yang berat, hypertensi berat, serta
beberapa penyakit kanker.
Di beberapa negara, termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan akibat perkosaan
atau insect, dan pada keadaan dimana bayi yang dikandungnya mempunyai cacat fisik atau
mental yang berat. Di negara-negara Eropa, aborsi diperbolehkan apabila ibu menderita
campak Jerman (German Measles) pada trimester pertama.
Elective Abortion
Aborsi sukarela adalah pengakhiran kehamilan pada saat janin belum dapat hidup
namun bukan karena alasan kesehatan ibu atau janin. Pada masa kini, aborsi jenis inilah yang
paling sering dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu aborsi sukarela untuk tiap 3 janin lahir
hidup.
Eugenic Abortion:
Pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat

3.2 Aborsi dari Sudut Etika

Dalam pemahaman seperti itu, aborsi mungkin dilakukan apabila:


1. Demi keselamatan jiwa ibu.
2. Kalau probabilitas (kemungkinan) bayi yang akan dilahirkan akan cacat.
3. Keluarga-keluarga yang memang beban ekonominya sangat berat sekali dan usia janin
tersebut masih sangat muda sekali.
Dari sudut pandang etis dan moral, kematian dipandang sebagai cara pandang melawan
kehidupan yang sudah merasuki pikiran dimana lebih baik mati sebelum waktunya.
Dalam Aspek Hukum
Jaman dahulu, sebelum peradaban semua hal adalah milik bersama. Sejak peradaban,
milik pribadi dikenal hidup bersama dalam ikatan. Sex dan peradaban secara umum dikenal
hubungan intim adalah dosa. Jika dalam perkawinan yang sah, tujuan prokreasi (mendapat
keturunan) maka sex bukan dosa melainkan perbuatan mulia tapi bias dosa jika tanpa tujuan
prokreasi, menghambat sex juga tabu, menghambat dalam sex di kawin yang sah dosa, dan
menghambat diluar nikah adalah sebuah dosa besar. Aborsi merupakan dosa sangat besar dan
aborsi diluar nikah adalah dosa yang sangat besar sekali. Berdasarkan KUH Pidana, aborsi
dengan dalih apapun adalah perbuatan melawan hokum yang diancam dengan pidana penjara
dan orang yang membantu melakukan aborsi dan pelaku hukum.
Realita di dalam kehidupan
1. Ada alasan aborsi dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu
2. Nyawa ibu terancam kematian bila tidak aborsi
3. Ancaman kematian, dilihat dari sudut fisik maupun psikis
Aborsi boleh dilakukan jika,
1. Life saving: keadaan darurat menyelamatkan nyawa perempuan hamil
2. Janin cacat: aborsi terhadap janin menderita cacat kehamilan apabila tetap dilahirkan, dia
tidak dapat hidup mandiri kemudian hari
3. Korban perkosaan: dalam keadaan depresi dan tidak ingin kehamilan dilanjutkan dapat
dilakukan aborsi
4. Persetujuan: tetap ada pilihan bagi si ibu untuk aborsi atau tidak, suami harus setuju, anak
dibawah umur, orangtua, dan orangtua harus setuju
5. Usia kehamilan belum 5 minggu kecuali darurat
6. Dilakukan di sarana kesehatan tertentu dan oleh tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan
dibantu konselor pra & post abortion
Sanksi dari tindak aborsi,
1. Aborsi illegal: tanpa indikasi medis adalah illegal dan pelakunya akan di penjara 10 tahun
dan juga di denda 1 M
2. Unsave abortion: walaupun tindak aborsi dilarang tapi tetap dilakukan, sebagian dibantu
tenaga medis tapi banyak dilakukan orang tanpa pengetahuan
3. Save abortion: aborsi tidak aman dilakukan dan disediakan rumah aman bagi perempuan
untuk konseling agar tidak moral
Sedangkan di Indonesia, menurut undang-undang kesehatan Tahun 2009 menyatakan:

Pasal 84
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan:
a. Indikasi medis yang terbukti secara klinis mengancam nyawa ibu dan/atau janin yang
menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan yang tidak dapat di perbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan dan harus mendapat izin dari ibu dan ayah
janin setelah diberikan penjelasn yang lengkap
b. Kehamilan akibat pemerkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
pemerkosaan yang di rekomendasi dari lembaga atau institusi atau ahli/tokoh agama setempat
sesuai dengan norma-norma agama; dan
(3) Tindakan sebagaimana ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau
penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang serta ditetapkan oleh panel ahli/tokoh agama setempat
yang diangkat Menteri
(4) Ketentuan lebih lanjut ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri
Pasal 85
Tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 84 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir
kecuali dalam hal kedaruratan medis
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat
yang di tetapkan oleh Menteri
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
d. Dengan izin suami kecuali korban pemerkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri
Kenyataan menunjukkan bahwa pengguguran kandungan atau aborsi banyak
dilakukan meskipun praktik pengguguran kandungan selama ini dilarang di
Indonesia. Masalah aborsi tidak aman memang memerlukan tanggapan dan penanganan yang
serius dari semua pihak, baik lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah. Secara
moral kita akan dianggap tidak bertanggung jawab bila hal itu dibiarkan berlangsung terus dan
membiarkan perempuan mati karenanya. fakta tersebut di atas merupakan pelanggaran atas dua
hak azasi manusia: (1) hak untuk hidup bagi perempuan yang dalam proses reproduksinya
menghadapi risiko gangguan fisik dan mental, kecacatan dan kematian akibat tindakan aborsi
tidak aman; dan (2) hak untuk mendapat pelayanan yang berkualitas standar, termasuk
pemanfaatan teknologi kesehatan reproduksi dan informasi yang terkait, tanpa diskriminasi apa
pun.

Dengan demikian, diperlukan perlindungan hukum dalam menyelenggarakan


pelayanan aborsi yang aman untuk menjamin hak perempuan dalam menentukan fungsi
reproduksi dan peran reproduksi tubuhnya sendiri. Pelayanan aborsi aman dapat menurunkan
angka kejadi aborsi bila dilengkapi dengan pelayanan konseling pra- dan pasca tindakan yang
menekankan kepada klien perlunya pemakaian kontrasepsi dalam aktivitas seksual. Konseling
merupakan syarat universal pelayanan aborsi aman, tidak hanya berfungsi menyiapkan emosi
pasien selama dan setelah proses, tetapi juga untuk mencegah terjadinya aborsi berulang.
3.3 Aborsi Menurut Agama Islam
Aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh ( nyawa ) ditiupkan. Jika dilakukan
setelah ditiupkannya ruh,yaitu setelah 4 bulan masa kehamilan,maka semua ulama ahli fikih
sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan
sebelum ditiupkannya ruh.sebagian membolehkannya dan sebagian mengharamkannya.
Alasan diperbolehkannya aborsi sebelum ditiupkannya ruh karena belum ada makhluk
yang bernyawa. Ada juga yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang
mengalami pertumbuhan. Sedangkan yang mengharamkannya mempunyai alasan bahwa sejak
bertemunya sel sperma dengan ovum maka aborsi haram,sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru
yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya.
Akan makin jahat dan besar dosanya jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa atau sampai
dibuang/dibunuh.
Oleh karena itu,siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan,
nerarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindakan kriminal yang mewajibkan
pembayaran diyat bagijanin yang gugur,yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau
sepersepuluh diyat manusia sempurna ( 10 ekor onta ) sebagaimana telah diterangkan dalam
hadist shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah SAW bersabda :
“ Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang
perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang
budak laki-laki atau perempuan”. ( HR.Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah RA ) ( Abdul
Qadim Zallum, 1998 ).
3.4 Komunikasi dengan Pasien
Komunikasi, menciptakan hubungan antara bidan dengan pasien untuk mengenal
kebutuhan dan menentukan rencana tindakan. Kemampuan komunikasi tidak terlepas dari
tingkah lakuyang melibatkan aktivitas fisik, mental dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosial,pengalaman, usia, pendidikan dan tujuan.
BAB IV

KESIMPULAN

Perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang boleh dilakukan
dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud tersebut memang boleh dilakukannya
tindakan aborsi, apabila dalam situasi janin akan mati bersama ibunya apabila tidak
dilaksanakan pengguguran dan situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan.
Tetapi tindakan aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko
mempunyai anak diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana seorang ibu yang
hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak menginginkan kehadiran anaknya
didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak boleh melakukan tindakan aborsi.
Kita seharusnya menghargai sebuah kehidupan. Janin di dalam kandungan merupakan
anugrah yang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak boleh merampas hak dari janin tersebut
untuk hidup. Jika kita akan melakukan hubungan sex terhadap pasangan kita (di dalam maupun
diluar perkawinan), maka kita harus menanggung resiko untuk mempunyai anak. Kita tidak
boleh lepas begitu saja untuk menggugurkan janin tersebut.
Allah SWT sangatlah baik. Dia masih memaafkan orang yang melakukan tindakan
aborsi dan yang membantu lancarnya jalannya aborsi, jika mereka telah melakukan bertobat
kepada Allah. Dalam pengertian saya ini, bukan berarti kita seenaknya melakukan tindakan
aborsi lalu bertobat. Apabila kita melakukan aborsi lalu kita meninggal sebelum melakukan
pertobatan, hal ini akan dipertanyakan oleh Allah pada hari penantian.

Solusi
Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah
meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut tidaklah baik.
Solusinya agar kita sadar bahwa aborsi itu dosa ialah beriman yang diwujudkan dengan:

· Sikap hormat terhadap kehidupan manusia sebagai ciptaan Tuhan

· Agama sesungguhnya melarang keras Aborsi

· Pembinaan kaum muda: Memberi (pelajaran) mengenai seks dan seksualitas.

· Kursus persiapan perkawinan.


Semoga karya tulis ini bisa berguna bagi kita semua. Saya berharap agar kita semua
menjadi sadar dan tidak melakukan tindakan aborsi.
DAFTAR PUSTAKA

Pencarian dari www.google.com dengan rincian sebagai berikut:


1. http://abortus.blogspot.com /Abortus
2. http://abortus.blogspot.com /Resiko aborsi
3. http://www.google.com/komunikasi bidan dengan pasien
4. http://www.google.com/aborsi menurut agama islam

Anda mungkin juga menyukai