Anda di halaman 1dari 14

TRIAGE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. LATAR BELAKANG
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase modern
yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron Dominique Jean
Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara Napoleon,
mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam kondisi yang paling
mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan mereka.
Sistem tersebut memberikan perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang
kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan yang berlokasi di garis
belakang. Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap
berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan.
Pada tahun 1846, John Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi
triase. Dia mencatat bahwa, untuk penyelamatan hidup melalui tindakan pembedahan
akan efektif bila dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan
Pada perang dunia I pasien akan dipisahkan di pusat pengumpulan korban yang
secara langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai. Pada perang dunia
II diperkenalkan pendekatan triase dimana korban dirawat pertama kali di lapangan oleh
dokter dan kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk perawatan yang lebih
baik.Pengelompokan pasien dengan tujuan untuk membedakan prioritas penanganan
dalam medan perang pada perang dunia I, maksud awalnya adalah untuk menangani luka
yang minimal pada tentara sehingga dapat segera kembali ke medan perang.
Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penampisan screening di medan
perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep
pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan
sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100
juta orang yang memerlukan pertolongan di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya.
Pelbagai system triase mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah
kunjungan UGD yang telah melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk
melakukan penanganan segera. Tujuan triage adalah memilih atau menggolongkan
semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penanganan.
B. PENGERTIAN
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara
yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang
paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang
memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk,
2008).
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan
dan sumber daya yang ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage,
perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan
dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage danditurunkan
dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaituproses khusus memilah pasien
berdasar beratnya cedera ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Kiniistilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian
yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber
daya manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang
memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya.(Pusponegoro, 2010)

C. SISTEM TRIAGE
1. Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.

2. Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak


mungkin pasien

D. PRINSIP DAN TIPE TRIAGE


Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan
gejala. Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan
dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan
inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan
perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawat memberikan
prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi
terganggu.Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena
masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama.Pasien yang memiliki
masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika
mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis.
(Bagus,2007).
Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas,
prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien
berdasarkan : 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit. 2) Dapat
mati dalam hitungan jam. 3) Trauma ringan. 4) Sudah meninggal.Pada umumnya
penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitive
6. Tag Warna

a. Prinsip dalam pelaksanaan triase :


 Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di departemen
kegawatdaruratan.
 Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Intinya, ketetilian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses
interview.
 Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila
terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
 Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat
seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal
tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas terhadap
suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu pengobatan.
 Tercapainya kepuasan pasien
 Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat menetapkan
hasil secara serempak dengan pasien
 Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan yang dapat
menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dengan
keadaan kritis.
 Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga atau
temannya.
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care
Provider. “
Pengambilan keputusan dalam proses triage dilakukan berdasarkan:
1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal

b. Tipe Triage
1. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system
kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah sakit berbeda-beda, tapi
secara umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut yang
memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan
perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan
sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.

2. Mass Casualty incident


Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu
tempat bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan
kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang
kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.

3. Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan
intensif sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi
perawatan berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit
menjadi memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya
pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan
hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage
dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih
dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat
bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan perawatan
berdasarkan level luka.

4. Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding
dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan
yang paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan
mengakibatkan efek buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih
besar.

5. Special Condition triage


Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban.
Contohnya kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal dengan
radiasi, kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan
pelindung sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)

6. Traffic Director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan
memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”.Tidak ada tes diagnostik
permulaan yang diintruksikan dan tidak ada evaluasi yang dilakukan sampai tiba
waktu pemeriksaan.

7. Spot Check
Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data
subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu
dari 3 prioritas pengobatan yaitu “gawat darurat”, “mendesak”, atau “ditunda”.
Dapat dilakukan beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien ditempatkan di
area perawatan tertentu atau di ruang tunggu.Tidak ada evaluasi ulang yang
direncanakan sampai dilakukan pengobatan.

8. Comprehensive
Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter
dan perawat dalam menjalankan peran triage.Data dasar yang diperoleh meliputi
pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta
informasi subjektif dan objektif. Tes diagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien
ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang
setiap 15 sampai 60 menit (Iyer, 2004).

E. KLASIFIKASI DAN PENENTUAN PRIORITAS


Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada
keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien
serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard,
ENA tahun 1999, penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang
dan psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan
serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan.Hal-hal yang harus
dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang atau
meningkat keparahannya .
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.Beberapa hal
yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang
meliputi :
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi),
jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

Tabel 1. Klasifikasi Triage

KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti
oleh dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker
tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur
minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi
dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan
nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila
tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak /
abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka ringan
Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat
parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti
jantung kritis, trauma kepala kritis.

Tabel 3.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan(Iyer, 2004).

Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang mengindikasikan
kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :

1. Nyeri hebat
2. Perdarahan aktif
3. Stupor / mengantuk
4. Disorientasi
5. Gangguan emosi
6. Dispnea saat istirahat
7. Diaforesis yang ekstrem
8. Sianosis

F. KLASIFIKASI TRIAGE
Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi umum
yang dipakai :
1. Three Categories Triage System
Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi :
 Prioritas utama
 Prioritas kedua
 Prioritas rendah
Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas dan
subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup

2. Four Categories Triage System

Terdiri dari :

a. Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera
mungkin)
b. Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)
c. Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera dilakukan)
d. Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)

3. Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)

Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan
seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan
sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :
a. Ventilasi / pernapasan
b. Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
c. Status neurology
Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam
nyawa seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus diselesaikan
secepatnya. Pasien diklasifikasikan sebagai berikut :

1) The Walking Wounded


Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban, untuk
berpindah. Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian dan mengirim
korban ke rumahsakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut

2) Critical/ Immediate
Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan kritis
yang membutuhkan transportasi ke rumahsakit secepatnya, dengan criteria
pengkajian :
a. Respirasi >30x/menit

b. Tidak ada denyut nadi

c. Tidak sadar/kesadaran menurun

3) Delayed

Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak


mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa menunggu untuk
beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi, dengan criteria

a. Respirasi <30x/menit

b. Ada denyut nadi

c. Sadar/ respon kesadaran normal

4) Dead

Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan
mematikan seperti luka tembak di kepala (Departement Emergency Hospital
Singapore, 2009).Sistem klasifikasi pasien yang digunakan, diantaranya :

 Traffic director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan
memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”. Berdasarkan
klasifikasi ini pasien dikirim ke ruang tunggu atau area perawatan akut. Tidak
ada tes diagnostik permulaan yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.

 Spot check
Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data
subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah
satu dari tiga prioritas pengobatan berikut ini : “gawat darurat,” “mendesak,”
atau “ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostic pendahuluan, dan
pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada
evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.

 Comprehensive
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan melibatkan
dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase. Data dasar yang diperoleh
meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan
utama, serta informasi subjektif dan ojektif. Tes diagnostic pendahuluan
dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu.
Jika pasien ditempatkan di ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15
sampai 60 menit (Rea, 1987).

G. PROSES TRIAGE
Bila terdapat banyak korban di tempat kejadian penolong yang masuk harus segera
melakukan triage untuk memudahkan mengetahui jumlah korbanyang terkena dan
memudahkan memindahkan pasien caranya adalah penolong masuk ke are bencana
dengan suara keras mengenakan dirisebagai penolong dan menginstruksikan semua
korban yang sadar dan bisa berjalan agar segera mengikuti salah seorang penolong untuk
di bawa ke tempat aman. Korban-korban tersebut di tandai dengan tanda warna hijau
(P3).
1. Dengan suara keras juga leade menanyakan “siapa yang masih sadar tolong bersuara
dan kalau masih bisa acungkan tangan”. Maka para penolong mendekati korban
tersebut dan member tanda dengan warna kuning (P2) dan bila ada tanda-tanda
perdarahan segera dilakukan penghentian perdarahan, bila bisa dipindahkan segera
secara manual dengan membopong, menari dan lain-lain (tidak ada tanda-tanda cidera
leher kepala dan tulang belakang) segera pindahkan ke tempat aman.
2. Dalam waktu yang bersamaan penolon yang lain menghampiri korban-korban lain
menilai airway,breathing, sirkulasi, dan kesaaran pasien. Korban-korban ini di tandai
dengan warna merah
3. Korban lain yang tidak ada pulse dan pernapasanditandai dengn tanda hitam. Team
leader segera meminta bantuan peralatan dan sdm untuk melakukan pemindahan
segera ke tempat aman. Selama prses pemindahan berlangsung, bila terdapat
perdarahan luar harus segera dilakukan pembalutan untuk menghentikan pendarahan.
4. Semua pasien sudah dapat di ketahui keadaan umumnya, mekanika tumanya dan
jumlah korban.

ALUR TRIAGE LAPANGAN

Triage Lapangan Medan Kejadian :


Hitam Zero priority. Pasien meninggal  Daerah merah : area berbahaya
atau pasien yang masih hidup
tetapi dengan keadaan yang fatal  Daerah kuning : kegiatan pengamanan
dan perlukaan yang tidak bisa  Daerah hijau : area aman
diresusitasi.
Merah First priority.Pasien dengan trauma
berat yang memerlukan
pertolongan dan transportasi cepat
(Contoh: adanya gagal napas,
trauma torakoabdominal, trauma
kepala berat, trauma maksilofasial
berat, adanya syok atau perdarahan
masif, dan luka bakar berat).
Kuning Second priority. Pasien dengan
perlukaan yang digolongkan
sebagai keadaan yang tidak
mengancam kehidupan (Contoh:
trauma abdominal tanpa syok,
trauma toraks tanpa gangguan
pernapasan, fraktur mayor tanpa
syok, trauma kepala, trauma
servikal, dan luka bakar minor).
Hijau Pasien dengan perlukaan ringan
yang tidak memerlukan stabilisasi
cepat (Contoh: Trauma jaringan
lunak, fraktur ekstremitas,
dislokasi ekstremitas, trauma
maksilofasial tanpa gangguan jalan
napas, dan kegawatdaruratan
psikiatri).

H. DOKUMENTASI TRIAGE
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau
merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang
dianggap berharga dan penting
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan
yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien,
kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan
yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang
besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi
yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai
wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat
dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan
ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak
bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara
baik dan benar.
Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional
berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat. Hal tersebut memungkinkan
peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah melakukan pemantauan
dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan.
Pencatatan, baik dengan computer, catatan naratif, atau lembar alur harus menunjukkan
bahwa perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian dan komunikasi, perencanaan
dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan, dan melaporkan
data penting pada dokter selama situasi serius. Lebih jauh lagi, catatan tersebut harus
menunjukkan bahwa perawat gawat darurat bertindak sebagai advokat pasien ketika
terjadi penyimpangan standar perawatan yang mengancam keselamatan pasien.
(Anonimous,2002).

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1999.Triage Officers Course. Singapore : Department of Emergency Medicine


Singapore General Hospital

Anonimous, 2002.Disaster Medicine. Philadephia USA : Lippincott Williams

ENA, 2005.Emergency Care.USA : WB Saunders Company

Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.Jakarta :


EGC

Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC

Wijaya, S. 2010. Konsep

Anda mungkin juga menyukai