Anda di halaman 1dari 3

Langkah-langkah diagnosis penyakit pada skenario

A. Anamnesis
1. Keluhan utama :
a. Nyeri, adapun pengkajian nyeri dapat dilakukan melalui pendekatan PQRST
 P (Provoking incident), yaitu pengkajian untuk menentukan faktor atau peristiwa
yang mencetuskan keluhan nyeri misalnya kerusakan jaringan saraf akibat
trauma
 Q (Quality of pain), yaitu pengkajian sifat keluhan, misalnya keluhan nyeri
bersifat menusuk, tajam atau tumpul menusuk
 R (Region, Refered), yaitu pengkajian untuk menentukan area atau lokasi
keluhan nyeri, apakah nyeri menyebar atau menjalar ke area lain
 S (Severity of pain), yaitu pengkajian seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasian
 T (Time), yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
b. Deformitas atau kelainan bentuk
c. Kekakuan atau instabilitas pada sendi
d. Pembengkakan atau benjolan
e. Kelemahan otot
f. Gangguan atau hilangnya fungsi
g. Gangguan sensibilitas
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat keluarga

B. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada
inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan.
Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatikan terutama ditujukan pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit
b. Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamentum, jaringan
lemak, fascia, dan kelenjar limfe
c. Tulang dan sendi
d. Sinus dan jaringan parut
 Apakah sinus berasal dari-permukaan saja, dari dalam tulang atau dalam sendi
 Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma, atau supurasi
e. Benjolan, pembengkakan atau cekungan yang abnormal
f. Posisi dan bentuk dari ekstremitas (deformitas)
2. Palpasi
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah :
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri dapat
diraba atau tidak
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme
otot, atrofi otot, keadaan membrane sinovial, penebalan jaringan membrane sinovia,
adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan didalam/diluar sendi atau adanya
pembengkakan
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi nyeri yang tepat, apakah nyeri setempat atau
nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan, dari tulang atau
adanya gangguan didalam hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan
yang lainnya.
e. Penilaian deformitas yang menetap: pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi tidak
dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.
3. Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerakkan aktif merupakan
pergerakkan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakkan sendi dengan bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini menimbulkan
rasa sakit dan disertai dengan adanya kresipitasi
b. Stabilitas sendi.
c. Pengkajian stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada
ligamen kemudian gerakan sendi diamati
d. Pengkajian Range Of Joint Movement (ROM). Pengkajian abats gerakan sendi
harus dicatat pada setiap pengkajian ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan
batas gerakan pasif. Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang
merupakan patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Beberapa macam gerakan
sendi yaitu abduksi-adduksi, fleksi-ekstensi, rotasi interna-eksterna, pronasi-
supinasi, inversi-eversi, plantar/palmar fleksi, dan dorsofleksi.
4. Kekuatan Otot (power)
Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis, tindakan, prognosis, serta
hasil terapi. Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana kekuatan
otot dibagi dalam grade, yaitu:
Grade 0 : Tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot
Grade 1 : Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang
dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi
Grade 2 : Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat
melawan pengaruh gravitasi
Grade 3 : Di samping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh
gravitas tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa
Grade 4 : Kekuatan otot seperti grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap
tahanan yang ringan
Grade 5 : Kekuatan otot normal

C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen foto
b. MRI
c. CT Scan
d. Angiografi (Helmi,2013)

2. Tes khusus
a. Tinel’s test
b. Phalent’s test
c. Gangguan sensibilitas (Setiati,2014)

Daftar pustaka:
Noor Hemli,Zairin. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Setiati,S,dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai