PENANGANANNYA
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI
Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Diah Oktiar P3.73.24.2.15.094
2. Elisya Nurhakimah P3.73.24.2.16.112
3. Maghfira Kusumaningtiyas P3.73.24.2.16.128
4. Mulyanah Wahida Kamal P3.73.24.2.16.131
5. Nur Rizkiwati P3.73.24.2.16.098
6. Tesya Meilinda P3.73.24.2.16.143
Kelas : 2C
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui yang berjudul “Deteksi Dini Komplikasi pada Masa
Nifas dan Penanganannya”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan
Menyusui. Melalui tugas ini diharapkan pembaca dapat memahami berbagai materi tentang deteksi
dini dan komplikasi pada masa nifas serta cara penanganannya. Makalah yang kami buat ini
tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada
pembaca umumnya.
Penyusun
PENDAHULUAN
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-
organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan
dan bersalin.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara
fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan
persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh
karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa
pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping
ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm
menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini
sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa
pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa
yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama
ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Banyak kemungkinan untuk timbul
masalah atau penyulit pada masa nifas.
PEMBAHASAN
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus
yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa
nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan seperti sebelum hamil atau
mendekati keadaan sebelum hamil.
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
1. Penglihatan Kabur
Mengalami rabun merupakan ham yang wajar yang terjadi pada setiap orang. Hal ini
disebabkan karena alergi yang menyebabkan mata menjadi tidak sehat. Bagi seorang
ibu yang memiliki gangguan mata seperti mata minus biasanya disarankan untuk
melahirkan secara caesar. Hal ini dilakukan untuk keselamatan Ibu karena khawatir
minusnya akan semakin bertambah. Bagi seorang ibu yang mengalami pandangan
kabur setelah melahirkan, tentunya ini harus segera di tanyakan ke bidan atau dokter
terdekat. Pasalnya, penglihatan kabur saat wanita mengalami nifas biasanya
disebabkan karena terlalu banyak darah yang keluar.
2. Uterus Atonik
Uterus atonik terjadi karena sisa plasenta atau selaput ketuban tertinggal di
dalam uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang
masih menempel pada dinding uterus mengakibatkan kontrkasi uterus tidak
ade kuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding uterus tidak
dapat berkontraksi/terjepit dengan sempurna.
3. Inversio Uteri
Inversio uteri terjadi dimana rahim sebagian atau seluruhnya ikut keluar
ketika plasenta lahir. Bagian rahim bagian atas (fundus) menjadi terbalik
(inversi) mengarah ke bawah, tergantung derajatnya bagian rahim ini bisa
sampai ke mulut rahim hingga keluar dari jalan lahir.
Penatalaksaan Lanjutan :
Pantau Kondisi pasien 24-48 jam selanjutnya.
2.3.2 Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma
adalah kehilangan sejumlah darah karena haemoragi, anemia, dan infeksi. Hematoma
terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Pada siklus
reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama proses melahirkan atau segera
setelahnya, seperti hematoma vulva, vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.
Hematoma vulva adalah yang paling jelas, dan hematoma vagina umumnya dapat
diidentifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat. Hematoma
ukuran kecil dan sedang mungkin dapat secara spontan diabsopsi. Jika hematoma terus
membesar dan bukan menjadi stabil, bidan harus memberitahuka dokter konsultan
untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut.
Hematoma Puerperalis atau hematoma pada masa nifas ini terjadi karena rupture
pembuluh darah, khususnya pembuluh vena di balik kulit genetalia ekterna dan di
bawah mukosa vagina. Trauma penyebab terjadi pada saat melahirkan atau perbaikan.
Pada kasus yang jarang dijumpai, peristiwa tersebut berlangsung selama kehamilan
dan dalam proses persalinan yang sangat awal dan adanya hematoma yang besar dapat
merintangi kemajuan persalinan. Kerusakan pada pembuluh darah bisa menimbulkan
nekrosis dan hematoma mungkin tidak terlihat selama beberapa hari.
Kebanyakan hematoma berukuran kecil dan terletak tepat dibawah kulit perineum.
Keadaan ini tidak begitu penting sekalipun menyebabkan rasa nyeri dan perubahan
warna kulit. Karena darah dapat diabsorpsi secara spontan, tindakan tidak
perludilakukan selain perawatan perineum yang lazim.
Rupture pembuluh darah yang ada di balik mukosa vagina merupakan masalah serius,
karena darah dalam jumlah yang besar dapat berkumpul dalam jaringan submukosa
yang longgar. Banyak hematoma vaginal mengandung lebih dari setengah liter darah
Banyak hematoma yang terjadi setelah kelahiran spontan yang mudah disamping
berkaitan dengan kelahiran traumatic. Seringkali hematoma terdapat pada sisi-sisi
yang berlawanan dengan episiotomy. Peregangan jaringan dalam dapat
mengakibatkan rupture pembuluh darah yang dalam tanpa terlihat perdarahan.
Varikositas memainkan peranan predisposisi. Kemungkinan adanya kelainan
pembekuan harus dipertimbangkan. Kegagalan dalam mencapai hemostatis yang
sempurna merupakan factor etiologi yang penting.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dalam waktu 12 jam melahirkan. Secara klasik, keluhan nyeri dari
pasien tidak akan diperhatikan karena dianggap sebagai bagian dari kesakitan
postpartum pada perineum yang lazim terjadi. Beberapa saat kemudian barulah bahwa
keluhan nyeri tersebut tidak sebanding dengan trauma yang biasa terjadi setelah
melahirkan. Pemberian sedative dan analgesic tidak meredakan rasa nyeri.
Pemeriksaan yang seksama pada vagina danvulva akhirnya mengungkapkan adanya
pembengkakan, perubahan warna, nyeri tekan yang sangat, tekanan rektal dan massa
fluktuan yang bisa diraba per rectum atau per vaginam. Kalau darah yang hilang dari
sirkulasi umum berjumlah banyak, terdapat gejala pucat, takikardi, hipotensi dan
bahkan syok. Jika hematoma tersebut tinggi letaknya dan mengalami rupture ke dalam
cavum peritonei, shock dapat timbul mendadak dan pasiennya dapat meninggal dunia.
Tindakan
Tindakan yang aktif tidak diperlukan bagi hematoma yang kecil dan yang tidak akan
menjadi besar. Daerah hematoma harus dijaga agar tetap bersih, dan nekrosis jaringan
dapat diikuti oleh infeksi, pasien harus mendapat preparat antibiotika.
Hematoma yang besar dan yang dapat membesar membutuhkan terapi pembedahan.
Luka tersebut dibuka, bekuan darah dikosongkan dan jika ditemukan titik perdarahan
maka bagian tersebut diikat. Daerah bekas hematoma ditampon dengan kassa steril
sementara didalam vagina juga ditempatkan tampon untuk menekan. Tampon ini
dibiarkan ditempatnya selama 24 jam hingga 48 jam. Antibitik diberikan, transfusi
darah dilakukan kalau perlu, dan pasien diobservasi dengan cermat untuk menjaga
kalau-kalau terjadi perdarahan baru. Sebuah indwelling catheter harus dipasangkan.
Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks
kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38°C atau lebih, yang
terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pasca-
persalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.
Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun (remittens). His
lebih nyeri dari biasanya dan lebih lama dirasakan. Lochea bertambah banyak,
berwarna merah atau cokelat, serta berbau. Lochea yang berbau tidak selalu
menyertai endometritis sebagai gejala. Sering terdapat subinvolusi. Leukosit naik
anatara 15.000-30.000/mm³. sakit kepala, kurang tidur, dan kurang nafsu makan
dapat mengganggu penderita.
Jika infeksi tidak meluas, maka suhu turun secara berangsur-angsur dan turun pada
hari ke-7 sampai 10. Pasien sedapatnya diisolasi, tetapi bayi boleh terus menyusu
pada ibunya. Untuk kelancaran pengeliran lochea, pasien boleh diletakkan dengan
posisi fowler dan diberi juga uterustonika.
d. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan lapisan tipis di dinding bagian dalam perut
(peritoneum). Peritoneum juga berfungsi untuk melindungi organ di dalam perut.
Jika dibiarkan memburuk, maka peritonitis bisa menyebabkan infeksi seluruh
sistem tubuh yang membahayakan nyawa.
Diagnosis
Trismus (keterbatasan pergerakan rahang)
Kaku kuduk, wajah
Punggung melengkung
Perut kaku seperti papan
Spasme spontan
Faktor Predisposisi
Imunisasi tidak lengkap atau tidak imunisasi
Luka tusuk
Adanya infeksi bakteri lainnya
Tatalaksana
1. Tatalaksana Umum
Rujuk ibu ke rumah sakit
2. Tatalaksana Khusus
Selama mempersiapkan rujukan:
- Miringkan ibu ke samping agar tidak terjadi aspirasi
- Jaga jalan nafas tetap terbuka
- Atasi kejang dengan diazepam 10 mg IV selama 2 menit. Jauhkan ibu dari
kebisingan dan cahaya
- Pasang jalur intravena untuk memberikan cairan. Jangan berikan cairan
lewat mulut
- Berikan antibiotika benzil penisilin 2 juta unit IV setiap 4 jam selama 8 jam.
Lalu lanjutkan dengan ampisilin 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari
- Berikan antitoksin tetanus 3000 unit IM
Di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, cari tahu dan singkirkan penyebab
infeksi (misalnya jaringan yang terinfeksi)
Ventilasi mekanik mungkin diperlukan
Pada kasus infeksi masa nifas yang berat sebaiknya dirujuk dan dikonsultasikan agar
mendapat pengobatan yang tepat. Sebagian infeksi masa nifas yang berat perlu
mendapat perawatan di rumah sakit agar dapat di lakukan observasi untuk
menyelamatkan jiwa pasien.
2.3.4 Subinvolusi
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari
1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa
nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.
Subinvolusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang
terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang lebih banyak mengarah
secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya.(Varney’s
Midwivery)
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis,
adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).
Penyebab
Terjadi infeksi pada miometrium
Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
Lochea rubra lebih dari 2 minggu post partum dan pengeluarannya lebih banyak
dari yang diperkirakan
Pemberian antibiotika
Pemberian uterotonika
Pemberian tablet Fe
Penyebab
Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
Inversio uteri sebagai akibat tarikan
Tidak adanya regenerasi endometrium di tempat implantasi plasenta
Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium
c. Subinvolusi Ligamen
Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis vasia kembali seperti sedia kala.
Penyebab
Terlalu sering melahirkan
Faktor umur
Ligamen, fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang
elastisitasnya.
d. Subinvolusi serviks
Yaitu kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil.
Penyebab
Multiparitas
Terjadi ruptur saat persalinan
Lemahnya elastisitas serviks
Penyebab
Bekuan darah pada serviks
Uterus tidak berkontraksi
Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
Tidak mobilisasi
Robekan jalan lahir
Infeksi
Penyebab
Elastisitas vulva dan vagina lemah
Infeksi
Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
g. Subinvolusi Perineum
Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan
a. Bendungan Asi
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams). Pada
versi lain bendungan air susu diartikan sebagai pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005:700).
Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada payudara. Hal ini
merupakan kondisi yang alamiah. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran
vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiakan diri untuk laktasi.
b. Mastitis
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis disebabkan oleh kuman
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui
peredaran darah. Keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang
tepat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis.
Tindakan:
1. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhan akan berkurang
2. Sangga payudara
3. Kompres dingin
4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5. Ibu harus didorong menyusui bayinya
6. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
2.3.6 Tromboflebitis
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di
dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi
vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena
kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan
penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
1. Tromboflebitis Pelvik
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,
yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering
terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta
yang terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral.
Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan
perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritonium
selaput yang menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau
ke-15 pasca partum.
2. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena
femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca
partum.
Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius.
Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian
melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli
paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat,
dapat berlanjut menjadi emboli paru-paru yang berkemampuan menjadi
komplikasi fatal.
Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibanding dengan kaki lainnya.
b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.
c. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
d. Reflektorik akan terjadi spasmus sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
nyeri dan dingin dan pulsasi menurun.
e. Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki
dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.
f. Nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis.
g. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari, kemudian
suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 – 20, yang disertai dengan
menggigil dan nyeri sekali
Adapun gejalanya yaitu reaksi depresi, sedih, disporia. Sering menangis ,mudah
tersinggung,cemas,labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri,
gangguan tidur dan gangguan nafsu makan ,kelelahan, mudah sedih, cepat marah,
mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira. Perasaan
terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya, perasaan bersalah, dan sangat
pelupa.
Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang usia
tengan baya (usia 35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang
telah di rencanakan anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini
bisa menyebabkan depresi.Menurut catatan psikiater orang-prang yang menikah
lebih banyak mengalami depresi dari pada yang yang tidak menikah.Para ahli
mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik interpersonal yang timbul
dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Di samping itu perempuan dua kali lebih banya di diagnosa sebagai memngalami
depresi dari pada laki-laki penyeba masie belum di ketahui dengan pasti.Apakah
mungkin karena bedanya biologis karena wanita lebih mudah menyatakan
perasaanya atau karena perempuan lebih banyak mengalami stress sosial karena
tidak berhasil memenuhi keinginan mereka di masyarakat.
1. Obat Batuk
a. Kodein
Kodein suatu golongan opium alam yang banyak digunakan di Amerika Serikat.
Nama lain obat satu ini adalah methylmorphine. Dinamakan seperti itu karena
kodein diperoleh dari morfin yang melalui proses metilasi.
Indikasi
Pengobatan simtomatik dengan merangsang reseptor dalam SSP sehingga menekan
refleks batuk.
Mekanisme Kerja
Kodein merupakan analgesik agonis opioid. Efek kodein terjadi apabila kodein
berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat di susunan saraf
pusat. Efek analgesik kodein tergantung afinitas kodein terhadap reseptor opioid
tersebut. Kodein merupakan antitusif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan
menekan pusat batuk.
Dosis
Dosis untuk obat batuk untuk dewasa 10-20 mg tiap 4-6 jam (maksimum 120
mg/hari).
Untuk anak-anak (6-12 tahun): 5-10 mg tiap 4-6 jam (maksimum 60 mg/hari).
Sedangkan anak-anak (2-6 tahun): 2,5-5 mg tiap 4-6 jam (maksimum 30
mg/hari).
Perhatian
Codeine mempunyai potensi ketergantungan prmer. Penggunaan jangka lama
dengan dosis tinggi menyebabkan toleransi yang sama dengan ketergantungan
fisik dan mental.
Interaksi
Alkohol:Meningkatkan efek hipotensif dan sedasi saat opioid analgesik
diberikan bersama alkohol
Antihistamin :Efek sedasi mungkin meningkat saat analgesik opioid diberikan
dengan antihistamin sedative
Kontraindikasi
Codein tidak boleh digunakan pada anak kurang dari 2 tahun karena berisiko
meningkatkan depresi pernafasan.
Karena penggunaan codeine dikontraindikasikan pada penderita dengan
serangan asma akut, sedangkan batuk kronik pada anak-anak umumnya
merupakan gejala awal dari asma bronkial maka codein tidak boleh digunakan
untuk sedasi pada kondisi seperti ini.
Wanita hamil atau menyusui.
Depresi napas, penyakit paru obstruktif, serangan asma akut
Efek Samping
Dosis terapeutik yang tinggi atau overdosis dapat berakibat pada sinkope dan
penurunan tekanan darah, edema paru-paru dapat terjadi pada pasien yang
sebelumnya telah ada kerusakan fungsi paru-paru
Efek samping umumnya terjadi setelah pengurangan dosis dan biasanya dapat
dihindari dengan pemberian dosis secara berhati-hati dan secara individual.
Mual dan muntah kemungkinan akan timbul pada pemulaan pengobatan
Pada kasus individual dapat menimbulkan kenaikan berat badan
Bentuk Sediaan
Tablet
Sediaan
Codein 10 mg
Codein 15 mg
Codein 20 mg
Merek Dagang
Brommer 30, Cystelis, Epexol, Epexol Forte, Galpect, Lapimuc, Mucera,
Mucopect, Mucopect Retard, Mucos, Promuxol, Propect, Roverton, Silopect,
Silopect Forte, Transbroncho, Berea, Limoxin, Mosapec, Ambril, Betalitik,
Broncozol, Broxal, Molapec, Mucoxol, Sohopec, Ambroxol Indo Farma,
Bronchopront, Broxal, Interpec, Mucolica, Nufanibrox, Transmuco.
Bentuk Sediaan
Tablet
Sirup
Peringatan:
Tanyakan dosis ambroxol untuk anak-anak kepada dokter.
Harap berhati-hati bagi penderita ulkus atau tukak lambung.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Ambroxol
Untuk dewasa, dosis biasanya diberikan sebanyak 30 hingga 120 mg perhari. Dosis
akan disesuaikan dengan kondisi pasien, tingkat keparahannya dan respons tubuh
terhadap obat. Pada pasien anak-anak, dosis juga akan disesuaikan dengan berat
badan mereka.
Interaksi Obat
Penggunaan ambroxol bersamaan dengan antibiotik, seperti cefuroxime,
amoxicillin, doxycyclin, dan erythromycin, dapat meningkatkan konsentrasi
antibiotik di dalam jaringan paru-paru.
Penggunaan ambroxol bersamaan dengan obat penekan refleks batuk, tidak
disarankan.
Merek Dagang
Biogesic, Cetapain, Eterfix, Farmadol, Fevrin, Ikacetamol, Kamolas, Moretic,
Naprex, Nofebril, Ottopan, Pamol, Panadol, Pehamol, Praxion, Pyrexin, Pyridol,
Sanmol, Sumagesic, Tamoliv, Tempra
Bentuk Sediaan
Tablet
Tablet kunyah
Sirup
Suntik
Sipositoria
Peringatan:
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, malanutrisi,
dehidrasi, dan bagi orang yang sering mengonsumsi minuman keras (alkohol)
dalam jangka lama.
Untuk orang dewasa, jangan mengonsumsi lebih dari 4 gram per 24 jam.
Dosis Paracetamol
Usia (tahun) Takaran (minimal – maksimal dosis tiap 4-6
jam) per miligram (mg)
8-10 360-375
6-8 240-250
4-6 240
2-4 180
6 – 24 120
bulan
3 – 6 bulan 60
2 – 3 bulan 60
setelah
imunisasi
3. Obat Alergi
a. Loratadin
Loratadine adalah obat yang dapat mengobati gejala alergi, seperti bersin-bersin,
ruam kulit, pilek, hidung tersumbat, dan mata berair akibat paparan alergen
(misalnya debu, bulu hewan, atau gigitan serangga).
Merk dagang
Alernitis, Alloris, Clarihis, Claritin, Dayhist, Imunex, Logista, Pylor, Rahistin,
Rihest.
Dosis Loratadine
Untuk mengatasi reaksi alergi pada pasien dewasa, dosis loratadine yang biasanya
direkomendasikan oleh dokter adalah 10 mg satu kali sehari, atau 5 mg dua kali
sehari. Sedangkan pada anak-anak usia 2-5 tahun, dosisnya adalah 5 mg satu kali
sehari.
Interaksi Obat
Jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan tertentu, loratadine bisa
menimbulkan reaksi berupa peningkatan efek samping atau justru mengurangi
efektivitas obat itu sendiri.
Hindari mengonsumsi loratadine dengan obat-obatan yang mengandung
desloratadine. Sama seperti loratadine, desloratadine merupakan obat yang bisa
digunakan untuk meredakan gejala-gejala alergi.
Jangan mengonsumsi alkohol selama menjalani pengobatan dengan loratadine
karena dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko efek samping.
Efek Samping dan Bahaya Loratadine
Sama seperti obat-obatan lainnya, loratadine juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Walau jarang, efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi
antihistamin ini adalah merasa lelah atau mengantuk.
Peringatan
Berhati-hatilah jika Anda alergi terhadap obat, seperti penisilin atau bahan
tertentu.
Jika Anda akan menjalani vaksinasi apa pun, pastikan memberi tahu dokter
bahwa Anda sedang mengonsumsi amoxicillin karena obat ini dapat
menghambat kerja vaksin, terutama vaksin tifoid.
Jika Anda sedang mengonsumsi pil kontrasepsi dan mengalami muntah-muntah
akibat amoxicillin, gunakan alat pengaman tambahan seperti kondom.
Kosultasikan pada dokter jika menderita gangguan ginjal atau dicurigai
menderita demam kelenjar (glandular fever).
Beri tahu dokter jika mengonsumsi obat lain, termasuk suplemen atau herbal.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Amoxicillin
Berikut ini adalah dosis penggunaan amoxicillin yang telah disesuaikan dengan
sejumlah kondisi:
Kondisi Dosis
Interaksi Obat
Berhati-hati saat mengonsumsi amoxicillin dengan:
Antikoagulan (pengencer darah). Amoxicillin dapat meningkatkan efek obat
pengencer darah, sehingga berpotensi menyebabkan perdarahan.
Allopurinol, meningkatkan risiko alergi terhadap amoxicillin.
Probenecid, meningkatkan kadar amoxicillin dalam darah.
Antibiotik chloramphenicol, macrolides, sulfonamide, dan tetracycline, karena
dapat mempengaruhi efek amoxicillin dalam membunuh bakteri.
Pil KB (kontrasepsi oral). Amoxicillin akan menurunkan efektivitas pil KB.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya
secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada masa nifas antara
lain perdarahan post partum, hematoma, infeksi pada masa nifas, subinvolusi, masalah
payudara (bendungan ASI, masititis dan abses payudara), tromboflebitis, merasa sedih atau
tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan
tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Bidan wajib berperan
dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas, karena masa nifas
merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang berakibat pada kematian.
3.2 Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah komplikasi-
komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu masalah yang harus
dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih
mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.
Dewi, Vivian, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Fadlun dan achmad feryanto. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Kementrian Kesehatan. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar
Dan Rujukan. Jakarta : WHO, KEMENKES, IBI
Maritalia, Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : GOSYEN PUBLISING
Oxorn, Harry, Wiliam R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
Yayasan Essentia Medica.
Saifudin, Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBPSP
Sukrisno,adi. 2010. Asuhan kebidanan IV ( Patologi Kebidanan ). Jakarta : Trans Info Media
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press
https://www.kompasiana.com/bidancare/obat-aman-untuk-ibu-
menyusui_54fff44ea333112b6c50f849. Diunduh pada 5 Oktober pukul 18.51