Anda di halaman 1dari 26

REKAP

UNDANG-UNDANG/ PERATURAN DAERAH TENTANG SAR


Kota Denpasar
No Jenis Peraturan
1 Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

2 Prinsip Tata Bangunan


3 Garis Sempadan Bangunan (GSB)

4 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien


Lantai Bangunan (KLB)
5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

6
Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Ruang
Pengawasan Jalan (Ruwasja)
7 Struktur Bangunan

8 Sistem Proteksi Kebakaran


REKAP
UNDANG-UNDANG/ PERATURAN DAERAH TENTANG SARBAGITA

Detail Kriteria
a) Menerapkan ragam hias tradisional Bali pada
komponen bangunan dengan seimbang,
menyatu, dan proporsional

b) Modifikasi pada elemen ragam hias tradisional


dengan mempertahankan karakteristik bentuk
awal
d) Menggunakan warna-warna yang natural
mencerminkan kedekatannya dengan alam

e) Menggunakan bahan-bahan oragnik/ ekspresi


material oragnik pada tampilan bangunan

f) Material wajib yang dipergunakan wajib dari


bahan/material alam, seperti batu bata, batu
paras, maupun batu lainnya

g) Pepalihan dan ornamen/ukiran mencerminkan


khas Bali dengan ketentuan:
1. Unsur kepala (dengan polihan/penutup,
piringan, ganggong, dan sepatu);
2. unsur badan dengan tempelan dan/atau
ornamen;
3. unsur kaki dengan pepalihan/ganggong,
piringan, dan sabuk;

h) Penggunaan bahan-bahan ornamen/


pepalihan minimal 20% dari luas dinding
bangunan serta memperhatikan bentuk dan
karakteristik arsitektur tradisional Bali yang
berlaku umum atau arsitektur dan lingkungan
setempat khas bebandungan

Prinsip Tata Ruang dan Orientasi:


a. Menerapkan konsep orientasi yang jelas
dengan menerapkan konsep hulu dan teben
b. Menerapkan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
yang proporsional untuk menciptakan komposisi
Ruang Terbuka (Void);
c. Menerapkan aturan garis sempadan bangunan
(GSB) yang sesuai dengan aturan yang berlaku;
d. Menerapkan konsep Tri Mandala dengan jelas
dan proporsional
e. Menciptakan ruang terbuka (karang tuang/
telajakan) disekitar tapak
Bentuk Atap:
a. Kemiringan atap 25◦ - 50◦;
b. Dapat dikombinasikan dengan atap datar,
dimana atap datar maksimal 20% dari tampak
bangunan secara proporsional

Ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang


di atas permukaan tanah maksimal 15m

Tinggi lantai dasar Bangunan Gedung: maksimal


1,20 m di atas tinggi rata-rata tanah pekarangan/
tinggi rata-rata jalan, dengan memperhatikan
keserasian lingkungan.

Tinggi bagian kaki bangunan minimal 40 cm (5


sedeme + pengurip)
Untuk Bangunan Gedung fungsi hunian dengan
luas ≤ 200 m2 ( 2 are) wajib memiliki satu
sempadan samping kiri atau kanan bangunan
untuk kebutuhan evakuasi.
Letak garis sempadan samping dan belakang
bangunan yang berbatasan dengan tetangga: a.
Minimal 1 m dari batas persil untuk bangunan 1
lantai;
b. Minimal 1,5 m untuk bangunan 2 - 3 lantai;
dan
c. Minimal 2 m untuk bangunan > 4 lantai.

Lebar telajakan (jarak antar pagar dan tepi luar


got):
Lebar jalan sampai 6m = minimal 0,5m.
Lebar jalan 6-8 m = minimal 0,75 m.
Lebar jalan 8-12 m = minimal 1 m.
Lebar 12-18 m = minimal 1,5m.
Lebar jalan > 18 m = minimal 2m

KDB untuk Perumahan = maksimum 75%


sepanjang tidak ditetapkan yang lain
KLB = maksimum 2 X KDB

KDB Tinggi (50% - 75%) untuk Kawasan


Permukiman di BWK Tengah Kota;
KDB Sedang (40% - 50%) untuk Kawasan
Permukiman di luar BWK Tengah Kota;
KDB Rendah (20% - 30%) untuk Kawasan
Permukiman Perdesaan.

Intensifikasi ruang permukiman baru: Mengikuti


ketentuan peraturan zonasi unit
lingkungan bersangkutan
Ekstensifikasi ruang permukiman baru:
a. Skala Kecil = dihindari bentuk pengembangan
memanjang diatas 100 m, menyediakan
aksesibilitas, terintegrasi jaringan infrastruktur
serta penyediaan fasilitas publik yang
proporsional;
b. Lahan > 2 Ha = dikembangkan dengan konsep
rencana tapak terintegrasi RDTR Kecamatan,
peraturan zonasi, sistem jaringan prasarana kota
dan memenuhi proporsi luas RTH

Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk perumahan


minimum terdiri atas luas lahan dikurangi luas
dasar bangunan sesuai ketentuan yang
ditetapkan

Harus kuat/kokoh, stabil dalam memikul beban


dan memenuhi persyaratan keselamatan,
persyaratan kelayanan selama umur yang
direncanakan

Harus mempertimbangkan:
a. Fungsi, lokasi, keawetan dan pelaksanaan
konstruksi;
b. Pengaruh aksi sebagai akibat beban yang
bekerja selama umur layanan bangunan, baik
beban muatan tetap maupun sementara (gempa,
angin, korosi, jamur dan serangga perusak);
c. Pengaruh gempa terhadap substruktur
maupun struktur atas bangunan;
d. Struktur bangunan yang direncanakan secara
daktail pada kondisi pembebanan maksimum;
e. Struktur bawah pada lokasi tanah yang dapat
terjadi likuifaksi; dan
f. Keandalan Bangunan Gedung.

Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal


tunggal dan rumah deret sederhana harus
dilindungi dari bahaya kebakaran dengan sistem
proteksi aktif

Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal


tunggal dan rumah deret sederhana harus
dilindungi dari bahaya kebakaran dengan sistem
proteksi pasif dengan mengikuti SNI tentang Tata
cara perencanaan sistem proteksi pasif
AH TENTANG SARBAGITA

Peraturan Daerah
Perwali Kota Denpasar Nomor 25 tahun 2010 tentang
Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung (Pasal: Prinsip-
Prinsip Ragam Hias)

Perwali Kota Denpasar Nomor 25 tahun 2010 tentang


Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung (Pasal: Tata Ruang
dan Orientasi)
Perwali Kota Denpasar Nomor 25 tahun 2010 tentang
persyaratan arsitektur bangunan gedung, Pasal 8, poin (2).
Prinsip-prinsip tata bangunan

Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2015 tentang Bangunan


Gedung, Pasal 35

Perda Provinsi Bali No. 5 tahun 2005 tentang Presyaratan


Arsitektur Bangunan Gedung
Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2015 tentang Bangunan
Gedung, Pasal 26

PERDA KOTA DENPASAR Nomor 6 Tahun 2001 tentang Ijin


Bangun Bangunan. BAB V. Syarat-syarat bangun-bangunan.
Bagian pertama, Tata bangunan. Pasal 56

Perda Nomor 27 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar


Tahun 2011 - 2031
Perda Nomor 27 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar
Tahun 2011 - 2031

Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2015 tentang Bangunan


Gedung
REKAP UNDANG-UNDANG/ PERATURAN DAERAH TENTANG
Kab. Badung
No Jenis Peraturan
1 Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

2 Prinsip Tata Bangunan

3 Garis Sempadan Bangunan (GSB)

4 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai


Bangunan (KLB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH)

5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)


6 Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Ruang
Pengawasan Jalan (Ruwasja)

7 Struktur Bangunan Gedung

8 Sistem Proteksi Bahaya Kebakaran


AP UNDANG-UNDANG/ PERATURAN DAERAH TENTANG SARBAGITA

Detail Kriteria
Tampilan luar berkarakteristik Arsitektur Bali
Memenuhi persyaratan tata ruang dalam
Bangunan Gedung (fungsi dan keandalan)
Seimbang, selaras dan terpadu dengan
lingkungan
Sesuai dengan nilai-nilai luhur beserta identitas
budaya Bali
Konsep Orientasi bangunan mengacu pada Catus
Patha dan Tri Mandala
Tinggi Lantai Dasar Bangunan:
a. Maksimal 120 cm dari muka tanah/ tinggi rata-
rata jalan;
b. Permukaan atas dari lantai dasar adalah 45 -
120 cm di atas titik tertinggi pekarangan;
c. Paling rendah 45 cm di atas titik tertinggi
sumbu jalan yang berbatasan.

Ketinggian Bangunan:
Maksimal 15 meter di atas permukaan tanah.
DIperbolehkan melebihi 15 meter apabila bagian
bangunan bukan merupakan untuk aktivitas
manusia.

Harus mengindahkan keserasian lanskap pada


ruas jalan terkait (pagar, gerbang, pohon dan
bangunan penunjang)

Ditentukan berdasarkan atas lebar badan jalan,


telajakan, dan lebar halaman depan bangunan =
1/2 lebar ruang milik jalan (Rumija) + lebar
telajakan dan lebar halaman depan.

KDB, KLB dan KDH disesuaikan dengan ketentuan


dalam RTRW, RDTR dan/ atau pengaturan
sementara persyaratan intensitas Bangunan
Gedung dalam Perbup.

KDB Tinggi 60 - 100 % dan Sedang 30 - 60%


(untuk daerah/ kawasan padat dan/atau pusat
kota).
KDB Rendah < 30% (untuk daerah/ kawasan
renggang dan/ atau fungsi resapan.
Maksimal 25% dari RTHP

Setiap pembangunan harus menyediakan lubang


Biopori sekurang-kurangnya 4 lubang setiap 100
m2 lahan yang akan dikembangkan
Pagar tembok persil dengan ketinggian
maksimum 1,8 m, khusus untuk pagar depan
bersifat transparan, dan bercirikan arsitektur Bali
Bangunan tempat suci meliputi sanggah/
pemrajan, pura dan tugu
Bale bengong dan pertamanan
Tempat parkir tidak beratap
Harus kuat/kokoh, stabil dalam memikul beban
dan memenuhi persyaratan keselamatan,
persyaratan kelayanan selama umur yang
direncanakan

Harus mempertimbangkan:
a. Fungsi, lokasi, keawetan dan pelaksanaan
konstruksi;
b. Pengaruh aksi sebagai akibat beban yang
bekerja selama umur layanan bangunan, baik
beban muatan tetap maupun sementara (gempa,
angin, korosi, jamur dan serangga perusak);
c. Pengaruh gempa terhadap substruktur
maupun struktur atas bangunan;
d. Struktur bangunan yang direncanakan secara
daktail pada kondisi pembebanan maksimum;
e. Struktur bawah pada lokasi tanah yang dapat
terjadi likuifaksi; dan
f. Keandalan Bangunan Gedung.

Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal 1


lantai dan rumah deret sederhana harus
terlindungi dengan sistem proteksi kebakaran
pasif dan/ atau aktif.

Rumah konstruksi kayu di atas tanah termasuk


konstruksi panggung harus dilengkapi dengan
persediaan bahan-bahan pemadam api minimal
karung isi pasir.
ERAH TENTANG SARBAGITA

Peraturan Daerah
Perda Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan
Gedung; Perda Nomor 26 Tahun 2013 tentang RTRW Kab.
Badung

Perda Nomor 26 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Badung

Perda Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan


Gedung

Perda Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali; Perda


Nomor 26 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Badung; Perda
Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan
Gedung

Perda Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan


Gedung

Perda Nomor 26 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Badung

Perda Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan


Gedung

Perda Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan


Gedung
Perda Nomor 26 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Badung
Perda Nomor 26 Tahun 2013 tentang RTRW Kab. Badung

Perda Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan


Gedung

Perda Kab. Badung Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan


Gedung
REKAP UNDANG-UNDANG/ PERATURAN DAERAH TENTANG
Kab. Gianyar
No Jenis Peraturan
1 Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

2 Prinsip Tata Bangunan


3 Garis Sempadan Pagar (GSP) dan Garis Sempadan
Bangunan (GSB)

4 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai


Bangunan (KLB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH)

5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

6 Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Ruang


Pengawasan Jalan (Ruwasja)
7 Struktur Bangunan Gedung

8 Sistem Proteksi Bahaya Kebakaran


AP UNDANG-UNDANG/ PERATURAN DAERAH TENTANG SARBAGITA

Detail Kriteria
Pemanfaatan ruang kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan menerapkan ciri khas
arsitektur Bali.

Persyaratan penampilan bangunan gedung


disesuaikan dengan kaidah arsitektur tradisional
Bali, berkarakter arsitektur setempat (local
genius) dan penetapan tema arsitektur bangunan
di dalam Peraturan Bupati Gianyar tentang RTBL

Penampilan bangunan memperhatikan kaidah


estetika bentuk, karakteristik arsitektur
tradisional Bali, dan lingkungan yang ada di
sekitarnya serta dengan mempertimbangkan
kaidah pelestarian terhadap arsitektur lokal.
Pemanfaatan ruang kawasan, disesuaikan dengan
karakter sosial budaya setempat dengan
mengacu pada Catus Patha dan Tri Mandala

Penataan lansekap dan wujud bangunan berciri


arsitektur tradisional Bali
Bentuk denah:
Sedapat mungkin simetris dan sederhana guna
mengantisipasi kerusakan akibat bencana alam
gempa dan penempatannya tidak boleh
mengganggu fungsi prasarana kota, lalu lintas
dan ketertiban

Ketinggian Bangunan:
Maksimal 15 meter kecuali bangunan khusus
yang memerlukan ketinggian > 15m.

Atap dan dinding:


Harus dibuat dari konstruksi dan bahan yang
aman dari kerusakan akibat bencana alam

Bentuk bangunan gedung:


Harus dirancang agar setiap ruang dalam
dimungkinkan menggunakan pencahayaan dan
penghawaan alami, kecuali fungsi bangunan
gedung diperlukan sistem pencahayaan dan
penghawaan buatan
Tinggi lantai dasar:
Maksimal 1,20 m di atas tinggi rata-rata tanah
pekarangan atau tinggi rata-rata jalan,
(memperhatikan keserasian lingkungan);
Minimal 40 cm di atas titik tertinggi dari
pekarangan; dan
Minimal 60 cm di atas titik tertinggi dari sumbu
jalan yang berbatasan

Geometrik Ruas Jalan Damaja:


a. Lebar 6 meter: GSP = 4,5 m; GSB = 7,5 m;
b. Lebar 8 meter: GSP = 5,5 m; GSB = 9,5 m;
c. Lebar 10 meter: GSP = 6,5 m; GSB = 11 m;
d. Lebar 12 meter: GSP = 7,5 m; GSB = 16,5 m
e. Lebar 16 meter: GSP = 9,5 m; GSB = 18,5 m;
dan
f. Jalan Darmagiri (Lebar 33 meter): GSP = 19,5 m;
GSB = 30 m.

Garis Sempadan Samping Bangunan (GSSB) = 2


m;
Garis Sempadan Belakang Bangunan (GSBB) =
2m.

KDB:
a. Perumahan Kavling Besar (Luas Kavling ≥ 1600
m2) = maksimal 20%
b. Perumahan Kavling Sedang (600 m2 > Luas
Kavling > 1600 m2) = maksimal 25%
c. Perumahan Kavling Kecil (Luas Kavling ≤
600m2) = maksimal 30%

KLB:
a. Kavling Besar = maksimal 40%
b. Kavling Sedang = Maksimal 50%
c. Kavling Kecil = Maksimal 60%

DHB merupakan bagian dari kewajiban


pemohonan IMB untuk menyediakan RHTP
dengan luas minimum 25% dari luas persil
Penyediaan RTH pada Kawasan Perkotaan
Payangan, Kawasan Perkotaan Tegallalang, dan
Kawasan Perkotaan Tampaksiring penyediaan
RTH kota paling sedikit 60 % dari luas kawasan
perkotaan

Pemanfaatan Ruwasja dengan Koefisien Daerah


Hijau (KDH) paling rendah 30%

Pemanfaatan ruang sisi jalan bebas hambatan


untuk ruang terbuka harus bebas pandang bagi
pengemudi dan memiliki pengamanan fungsi
jalan
Harus kokoh, stabil dalam memikul beban dan
memenuhi persyaratan keselamatan, persyaratan
pelayanan selama umur yang direncanakan

Harus mempertimbangkan:
a. Fungsi, lokasi, keawetan dan pelaksanaan
konstruksi;
b. Pengaruh aksi sebagai akibat beban yang
bekerja selama umur layanan bangunan, baik
beban muatan tetap maupun sementara (gempa,
angin, korosi, jamur dan serangga perusak);
c. Pengaruh gempa terhadap substruktur
maupun struktur atas bangunan;
d. Struktur bangunan yang direncanakan secara
daktail pada kondisi pembebanan maksimum;
e. Struktur bawah pada lokasi tanah yang dapat
terjadi likuifaksi; dan
f. Keandalan Bangunan Gedung.

Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal


tunggal dan rumah deret sederhana harus
dilindungi dari bahaya kebakaran dengan sistem
proteksi aktif

Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal


tunggal dan rumah deret sederhana harus
dilindungi dari bahaya kebakaran dengan sistem
proteksi pasif dengan mengikuti SNI tentang Tata
cara perencanaan sistem proteksi pasif
ERAH TENTANG SARBAGITA

Peraturan Daerah
Perda Nomor 16 Tahun 2012 tentang RTRW Kab. Gianyar

Perda Kab. Gianyar Nomor 8 Tahun 2013 tentang Bangunan


Gedung

Perda Nomor 16 Tahun 2012 tentang RTRW Kab. Gianyar

Perda Kab. Gianyar Nomor 8 Tahun 2013 tentang Bangunan


Gedung
Perda Nomor 47 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan Kawasan Perkotaan Gianyar

Perda Kab. Gianyar Nomor 8 Tahun 2013 tentang Bangunan


Gedung

Perda Nomor 16 Tahun 2012 tentang RTRW Kab. Gianyar


Perda Kab. Gianyar Nomor 8 Tahun 2013 tentang Bangunan
Gedung
REKAP UNDANG-UNDANG/ PERATURAN DAERAH TENTANG SAR
Kab. Tabanan
No Jenis Peraturan Detail Kriteria
1 Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung
2 Prinsip Tata Bangunan
3 Garis Sempadan Pagar (GSP) dan Garis Sempadan
Bangunan (GSB)
4 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH)

5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)


6 Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Ruang
Pengawasan Jalan (Ruwasja)
7 Struktur Bangunan Gedung
8 Sistem Proteksi Bahaya Kebakaran
ERAH TENTANG SARBAGITA

Peraturan Daerah

Anda mungkin juga menyukai