Anda di halaman 1dari 4

Borang Online

Pelatih Tim nasional

Coach Indra Syafri

Moderator: Rafi

Sesi malam pertama dibawakan oleh pelatih Tim Nasional Indonesia U-19, Bapak Indra Syafri yang telah
menorehkan banyak prestasi diantaranya telah mengantarkan Timnas U-19 menjuarai Piala AFF U-19
pada .

Beliau mengawali sesi kali ini dengan beberapa kata mutiara. Adapun kata mutiara yang sangat berkesan
adalah :

“Keberuntungan tidak diberikan Tuhan kepada orang yang tidak baik.”

Selain itu pula dalam sesi ini Beliau mengapresiasi pihak LPDP yang telah memberikan beasiswa kepada
pemuda-pemudi berprestasi Indonesia. Salah satu alumni LPDP yang membanggakan adalah Ratu Tisha
Destria (GELAR): Awardee LPDP PK 5 yang saat ini menjabat sebagai Sekjen PSSI.

Selain itu ada beberapa petuah-petuah beliau yang berkesan, antara lain:

1. Masa lalu sebagai pendorong untuk melakukan hal yang lebih baik untuk Indonesia.
2. Yang paling penting untuk melakukan sesuatu adalah NIAT.
3. Berapapun pintarnya kita, jangan lupa minta petunjuk pada Tuhan YME.

Petuah-petuah tersebut beliau ungkapkan berdasarkan pengalaman hidup beliau. Coach Indra pernah
menjabat sebagai Kepala Kantor PT POS Indonesia (LOKASI), sebuah jabatan cukup tinggi dalam instansi.
Namun di saat yang bersamaan kecintaannya terhadap sepak bola membuat beliau risau. Beliau melihat
sudah saatnya megambil perubahan dan melakukan suatu tindakan bagi kebangkitan persepakbolaan
Indonesia. Karena passion beliau terhadap sepak bola, akhirnya coach Indra memutuskan untuk terjun
dalam dunia kepelatihan Indonesia. Beliau juga bertutur perlu perjuangan, perhitungan, persiapan dan
perencanaan yang matang dalam melangkah. Adapun kata mutiara dari Bill Gates dan sejalan dengan Al
Quran yang dikutip; “Pekerjaaan apapun yang kamu suka dan jika ditekuni akan membuahkan
kesuksesan.”
Kegigihannya dalam mencari dan melatih anak-anak muda Indonesia, berujung pada suatu hasil manis.
Setelah sekitar 24 tahun Indonesia puasa gelar di kancah Internasional, akhirnya coach Indra berhasil
mengantarkan tim yang ditukanginya yaitu Timnas Indonesia U-19 menjadi Kampiun pada perhelatan
AFF CUP 2013 di Sidoarjo. Momentum ini menjadi titik kebangkitan persepakbolaan Indonesia dari tidur
panjangnya.

Tak sampai disana beliau memaparkan bahwa bahwa dengan strategi dan perencanaan yang matang
akan menghasilkan suatu kesuksesan. Juara Asia, Korea Selatan berhasil dikalahkan oleh Evan Dimas CS,
di Stadion Utama Gelora Bung Karno, pada kualifikasi Piala Asia U-192014. Pada jumpa pers yang
diadakan sesaat sebelum pertandingan tersebut, dimana dihadiri wartawan dari dalam maupun luar
negeri, ada sebuah pertanyaan menarik yang justru dilontarkan oleh wartawan Indonesia.

“Apa strategi yang akan anda lakukan agar Timnas Indonesia tidak kalah dengan banyak gol
dari lawan.”

Seorang Indra Syafrie sontak menjawab, “ Wartawan sekalian, malam ini silahkan pergi ke Korea Selatan.
Wartakan bahwa, tanggal 12 nanti siap-siap mereka kalah (Korea Selatan).”

Pernyataan yang sama, yang ditangkap oleh mental Indonesia saat itu, Bapak Indra dianggap arogan dan
takabur. Namun dengan kepercayaan diri, data statistik dan analisa yang tepat, Beliau yakin Tim Korea
Selatan bisa dikalahkan. Beliau ingat sebuah ayat yang menyatakan, “Jika bertemu lawan atau musuh,
hadapi dia dan sebut namaKu banyak kali.” Dan malam itu Bapak Indra mulai ber-dzikir. Saat akan
melawan Timnas Korea, adapun taktik jitu yang digunakan beliau yakni: pertahankan bola supaya tidak
pernah naik (member umpan lambung). Evan Dimas Darmono, Maldini Pali dan Ilhammudin Armain
mendapatkan tugas khusus. Ilham dan Maldini ditugaskan untuk menggiring bola di daerah sayap
pertahanan lawan dan melakukan cut back ke daerah titik pinalti. Sementara Dimas bertugas untuk
mengeksekusi uman tersebut. Sebuah analisa taktik tersebut berhasil mengharumkan nama Indonesia.
Tiga gola disarangkan punggawa Timnas oleh Evan Dimas, melalui skema tersebut. Beliau telah
membuktikan perkataannya.

Seiring dengan deretan prestasi yang telah ditorehkan beliau di Timnas Indonesia, banyak tawaran dari
petinggi negara kepada coach Indra yang mengharuskan beliau memilih untuk tetap di dunia sepak bola
atau meninggalkannya. Dari titik inilah Bapak Indra memulai sikap, yakni; “Lebih baik di sepak bola”,
yang pada saat itu notabene belum menjadi profesi di Indonesia. Berkat dedikasi dan ketekunan beliau,
saat ini gaji minimal pemain Timnas Indonesia tidak kurang dari Rp. 50.000.000,-

Namu demikian Coach Indra berpendapat bahwa, kita –Indonesia belum berdiri di kaki sendiri. Beliau
mengambil sikap tegas menghadapi permasalahan ini. Beliau rela jika harus membagi dua gajinya di Bali
United untuk untuk membiayai peningkatan sepakbola anak bangsa. Namun beliau tidak rela jika harus
memakai jasa pemain naturalisasi sebagai pemain Timnas U-19 yang dilatihnya. Beliau bertekad mulai
saat itu untuk merangkak, berjalan dan bahkan suatu saat berlari dengan kaki sendiri.

Setelah generasi Evan Dimas, dalam waktu enam bulan berikut, Timnas U-19 melahirkan pemain muda
andal, yaitu Egi Maulana Vikry. Jika dahulu klub asing memandang sebelah mata klub Indonesia,
dibawah tangan dingin Bapak Indra, semua tim asing segan Indonesia. Banyak tawaran asing untuk Egi.
Namun, demi masa depan atlit Indonesia, Bapak Indra memiliki kualifikasi untuk kontrak yang
ditawarkan, yakni beliau menekankan tidak mengijinkan untuk trial, kontrak langsung dan jaminan
untuk masuk tim utama. Seperti Bapak Indra, Egi Maulana juga memiliki prinsip yang tidak jauh berbeda
dengan pelatihnya, “ Jika bukan Barcelona, Egi masih butuh pertimbangan.” Menurut hemat beliau,
dengan pernyataan seperti itu, bagi masyarakat Indonesia yang telah terkontaminasi asing, bisa jadi Egi
dianggap sombong dan arogan, hal yang sama seperti yang Beliau alami.

Adapun kesan unik yang Bapak Indra ceritakan mengenai Egi Maulana ini. Belai mengenal seorang Egi
Maulana melalui program “blusukan” dari Sabang sampai Merauke yang biaya nya pun ditanggung
secara pribadi oleh Bapak Indra. Menurut beliau, program blusukan ini tidak diperlukan jika system
kualifikasi di Indonesia baik. Sistem kompeisi 3 hari, pasti jauh lebih baik dibandingkan konpetisi sesaat.

Kesuksesan seorag Egi Maulana juga tidak leas dari doa restu doa dari orangtuanya yang berharap pada
Tuhan YME supaya bisa sukses dan mengangkat harkat keluarga.

STOP Panjat Pinang!

Bagi belau, mental panjat pinang harus dimusnahkan. Indonesia harus bersatu. Jangan seperti panjat
pinang, sudah memanjat untuk mengambil hadiah, lalu yang lain justru menarik teman yang akan
mengambil hadiah. Beliau menginginkan kerjasama yang bersinergi untuk mencapai tujuan.

Dari sekian banyak tim di Indonesia, ada suatu alasan Bapak Indra tetap berkutat pada pemain muda
yakni perlu perhitungan, dan pertimbangan yang harus diperbaiki selagi muda.
Dalam bermain bola ada empat hal yang penting menurut Bapak Indra, yaitu basic skill, basic mental,
basic fisik seperti cara berlari, dan basic teknikal.

“ Lebih baik hujan batu di negeri sendiri dari pada hujan emas di negeri orang”

PSSI Indonesia pernah dibekukan oleh FIFA dengan alasan tidak boleh ada campur tangan pemerintah
dalam sepak bola. Padahal menurut beliau apapun yang dilakukan demi kebaikan Negara. Salah seorang
yang mengusulkan PSSI dibekukan adalah Bapak Indra sendiri. Mengapa?

Alasan sederhana beliau, sepak bola seharusnya menjadi pemersatu bangsa bukan pemecah belah.
Sepak bola bukan hanya masalah menang dan kalah. Dengan budaya yang ada sekarang dimana
pertandingan sepak bola sering diwarnai dengan kerusuhan, diperlukan renovasi pelatih, pemain dan
supporter. Sehingga di masa yang akan datang, diharapkan sepak bola dapat menjadi pemersatu dan
hiburan untuk keluarga, dimana pria wanita dan anak-anak dapat menikmati permainan ini.

Mimpi coach Indra ini bukannya tidak mungkin diwujudkan. Kita semua perlu bersinergi dalam
mewujudkan mimpi ini. Untuk mencapai tujuan bersama diperlukan sinergi dari pemerintah, guru,
pelatih dan pemain yang berkesinambungan demi mewujudkan sepakbola sebagai pemersatu bangsa.

Anda mungkin juga menyukai