Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Hukum Islam

Kata-kata sumber dalam hukum Islam merupakan terjemah dari kata mashadir
yang berarti wadah ditemukannya dan ditimbanya norma hukum. Sumber adalah
rujukan dasar atau asal muasal. Sumber yang baik adalah sumber yang memiliki sifat
dinamis dan tidak pernah mengalami kemandegan. Sumber yang benar bersifat mutlak,
artinya terhindar dari nilai kefanaan.
Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan
pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang
yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi
semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul
untuk melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum
yang diperintahkan Allah Swt untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik
yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan
amaliyah. Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk
menuju kepada Allah Ta’ala
Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh
Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan
dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya.

B. Sumber-sumber Hukum Islam

Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan
untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui
permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat
pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukan
sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:
1. Al-Quran

Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci umat
Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui
Malaikat Jibril. Al-Quran memuat kandungan-kandungan yang berisi perintah,
larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya. Al-Quran
menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar
tercipta masyarakat yang ber akhlak mulia. Maka dari itulah, ayat-ayat Al-Quran
menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.
Isi pokok Al Qur‟an (ditinjau dari segi hukum) terbagi menjadi 3 (tiga) bagian:
a) Hukum yang berkaitan dengan ibadah: hukum yang mengatur hubungan rohaniyah
dengan Allah SWT dan hal
b) Hal lain yang berkaitan dengan keimanan. Ilmu yang mempelajarinya disebut
Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam.
c) Hukum yang berhubungan dengan Amaliyah yang mengatur hubungan dengan
Allah, dengan sesama dan alam sekitar. Hukum ini tercermin dalam Rukun Islam
dan disebut hukum syariat. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fiqih.
Bila ditinjau dari Hukum Syara terbagi menjadi dua kelompok:
a) Hukum yang berkaitan dengan amal ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji,
nadzar, sumpah dan sebagainya yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
tuhannya.
b) Hukum yang berkaitan dengan amal kemasyarakatan (muamalah) seperti
perjanjian perjanjian, hukuman (pidana), perekonomian, pendidikan, perkawinan
dan lain sebagainya.
Hukum yang berkaitan dengan muamalah meliputi:
a) Hukum yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam berkeluarga, yaitu
perkawinan dan warisan.
b) Hukum yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu yang berhubungan dengan jual
beli (perdagangan), gadai-menggadai, perkongsian dan lain-lain. Maksud
utamanya agar hak setiap orang dapat terpelihara dengan tertib.
c) Hukum yang berkaitan dengan gugat menggugat, yaitu yang berhubungan dengan
keputusan, persaksian dan sumpah.
d) Hukum yang berkaitan dengan jinayat, yaitu yang berhubungan dengan penetapan
hukum atas pelanggaran pembunuhan dan kriminalitas.
e) Hukum yang berkaitan dengan hubungan antar agama, yaitu hubungan antar
kekuasan Islam dengan non-Islam sehingga tercpai kedamaian dan kesejahteraan.
f) Hukum yang berkaitan dengan batasan pemilikan harta benda, seperti zakat, infaq
dan sedekah.
2. Hadits
Menurut para ahli, hadis identik dengan sunah, yaitu segala perkataan,
perbuatan, takrir (ketetapan), sifat, keadaan, tabiat atau watak, dan sirah (perjalanan
hidup) Nabi Muhammad SAW, baik yang berkaitan dengan masalah hukum maupun
tidak, namun menurut bahasa, hadis berarti ucapan atau perkataan. Sebagai sumber
hukum Islam, kedudukan hadis setingkat di bawah Al Quran.
Fungsi hadis terhadap Al Quran dapat dikelompokkan sebagai berikut.:
a) Menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang bersifat umum. Contohnya, dalam Al
Quran terdapat ayat tentang shalat. Ayat tersebut dijelaskan oleh hadis sebagai
berikut : “Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat”.
b) Memperkuat pernyataan yang ada dalam Al Quran. Contohnya, dalam Al Quran
ada ayat sebagai berikut : “Barangsiapa di antara kamu yang melihat bulan
maka berpuasalah”. Ayat tersebut diperkuat olah hadis Rasulullah sebagai
berikut : “Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihat
bulan”.
c) Menerangkan maksud dan tujuan ayat.
d) Menerapkan hukum atau aturan yang tidak disebutkan secara zahir dalam Al
Quran.
Adapun macam macam hadis antara lain :
Diriwayatkan dari segi banyak sedikitnya orang yang meriwayatkan (perawi),
hadis dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.:
a) Hadis Mutawatir
Hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak sahabat.
Kemudian, diteruskan oleh generasi berikutnya yang tidak memungkinkan
mereka sepakat untuk berdusta. Hal ini disebabkan banyaknya orang yang
meriwayatkannya.
b) Hadis Mayhur
Hadis Mayhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau
lebih yang tidak mencapai derajat mutawatir. Namun, setelah itu tersebar dan
diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’in yang mencapai
derajat mutawatir sehingga tidak memungkinkan jumlah tersebut akan sepakat
berbohong.
c) Hadis Ahad
Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang saja,
sehingga tidak mencapai derajat mutawatir.
Ditinjau dari segi kualitas perawinya, hadis dapat dibagi menjadi empat, yaitu
sebagai berikut.

a) Hadis Shaih, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat
hafalannya, tajam penelitiannya, sanad yang bersambung, tidak cacat, dan tidak
bertentangan dengan riwayat orang yang lebih terpercaya.
b) Hadis Hasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi
kurang kuat ingatannya, sanad-nya bersambung, tidak cacat, dan tidak
bertentangan.
c) Hadis Da’if, adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dipenuhi
hadis sahih atau hasan.
d) Hadis Maudu’, adalah hadis palsu yang dibuat orang atau dikatakan orang
sebagai hadis, padahal bukan hadis.

3. Ijtihad
Kata ijtihad berasal dari kata ijtahada-yajtahidu-ijtihadan yang berarti
mengerahkan segala kemampuan untuk menanggung beban. Menurunkan bahasa,
ijtihadd aritinya bersunggu-sunggu dalam mencurahkan pikiran.
Adapun menurut istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan
pikiran secara bersungguh-sunggu untuk menetapkan suatu hukum.Oleh karena itu,
tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu perkerjaan.
Secara terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan
untuk mencari syariat melalui metode tertentu.
A. Bentuk Ijtihad
Bentuk ijtihad dapat dikelompokkan menjadi tida macam, yaitu sebagai berikut:
a) Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama mujtahid dalam memutuskan suatu
perkara atau hukum. Ijama dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak
disebutkan secara khusus dalam kitab Al Quran dan Sunah.
b) Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu maslah yang belum ada kedudukan
hukumnya dengan maslah lama yang pernah karena ada alasan yang sama.
c) Maslahah Mursalah.
Maslahah Mursalah merupakan cara dalam menetapkan hukum yang
berdasarkan atas pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.

C. Macam-Macam Hukum Islam

Tiap sendi-sendi kehidupan manusia, ada tata aturan yang harus ditaati. Bila
berada dalam masyarakat maka hukum masyarakat harus dijunjung tinggi. Begitu pula
dengan memeluk agama Islam, yaitu agama yang memiliki aturan. Dan aturan yang
pertama kali harus kita pahami adalah aturan Allah. Segala aturan Ilahi dalam segala
bentuk hukum-hukum kehidupan manusia tertuang di Al-Qur’an, yang dilengkapi
penjelasannya dalam hadits Nabi SAW. Berikut ini adalah macam-macam hukum
Islam,

1. Wajib
Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala
dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum
wajib adalah shalat lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa, melaksanakan
ibadah haji bagi yang mampu, menghormati orang non muslim dan banyak lagi.
2. Sunnah
Sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi
tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau sederhananya perbuatan yang jika
dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan
siksaan atau hukuman. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum sunnah ialah
shalat yang dikerjakan sebelum/sesudah shalat fardhu, membaca shalawat Nabi,
mengeluarkan sedekah dan sebagainya.
3. Haram
Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan mendapatkan
siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contoh perbuatan yang
memiliki hukum haram adalah berbuat zina, minum alkohol, bermain judi, mencuri,
korupsi dan banyak lagi.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu lebih
baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari perbuatan makruh ini adalah makan
bawang, merokok dan sebagainya.
5. Mubah
Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara
mengerjakannya atau meninggalkannya. Contoh dari mubah adalah olahraga,
menjalankan bisnis, sarapan dan sebagainya.

D. Tujuan Sistem Hukum Islam

Sumber hukum syariat Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadist. Sebagai hokum
dan ketentuan yang diturunkan Allah swt, syariat Islam telah menetapkan tujuan-tujuan
luhur yang akan menjaga kehormatan manusia, yaitu sebagai berikut :
1. Pemeliharaan atas keturunan
Hukum syariat Islam mengharamkan seks bebas dan mengharuskan
dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini untuk menjaga kelestarian dan terjaganya
garis keturunan. Dengan demikian, seorang anak yang lahir melalui jalan resmi
pernikahan akan mendapatkan haknya sesuai garis keturunan dari ayahnya.
2. Pemeliharaan atas akal
Hukum Islam mengharamkan segala sesuatu yang dapat memabukkan dan
melemahkan ingatan, seperti minuman keras atau beralkohol dan narkoba. Islam
menganjurkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya. Jika akalnya terganggu karena pesta miras oplosan, akalnya akan lemah
dan aktivitas berpikirnya akan terganggu.
3. Pemeliharaan atas kemuliaan
Syariat Islam mengatur masalah tentang fitnah atau tuduhan dan melarang
untuk membicarakan orang lain. Hal ini untuk menjaga kemuliaan setiap manusia agar
ia terhindar dari hal-hal yang dapat mencemari nama baik dan kehormatannya.
4. Pemeliharaan atas jiwa
Hukum Islam telah menetapkan sanksi atas pembunuhan, terhadap siapa saja
yang membunuh seseorang tanpa alasan yang benar. Dalam Islam, nyawa manusia
sangat berharga dan patut dijaga keselamatannya.
5. Pemeliharaan atas harta
Syariat Islam telah menetapkan sanksi atas kasus pencurian dengan potong
tangan bagi pelakunya. Hal ini merupakan sanksi yang sangat keras untuk mencegah
segala godaan untuk melakukan pelanggaran terhadap harta orang lain.
6. Pemeliharaan atas agama
Hukum Islam memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk menjalankan
ibadah sesuai kepercayaannya. Islam tidak pernah memaksakan seseorang untuk
memeluk Islam. Akan tetapi, Islam mempunyai sanksi bagi setiap muslim yang murtad
agar manusia lain tidak mempermainkan agamanya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-
petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di
dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Sumber
ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian
sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman
syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam
bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat
Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama
Islam (akidah, syari‟ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya. Mempelajari agama Islam
merupakan fardhu ‟ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang
mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia,
diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Allah telah menetapkan
sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu
terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang. Dan disamping itu pula para ulama
fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan
hadist. Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi
syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran,
termasuka ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber hukum islam?


2 Bagaimana kedudukan sumber hukum islam itu?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk
lebih memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan dapat
menjadi penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum islam itu.
Selain itu penulisan makalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam (PAI)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hukum islam menjadi
dangat penting bagi seluruh umat.Adapun yang dijadikan sumber-sumber hukum islam
yang disepakati adalah Al-Qur‟an, Hadist, Ijma, dan Qiyas. Setiap sumber hukum
islam mempunyai kedudukan yang penting.

3.2 Saran

Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus
mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri
sesuia dengan Al-qur‟an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-
sunnah (hadist).

Anda mungkin juga menyukai