Pedoman Pemeriksaan Penunjang Medik
Pedoman Pemeriksaan Penunjang Medik
PENDAHULUAN
Professionalisme dalam
penyelanggaran pelayanan Puskesmas
dilakukan peningkatan mutu pelayanan
u mu m dan pelayanan medic. Maka perlu
disusun pedoman penyelenggaraan
puskesmas yang merujuk pada standar
pelayanan minimal di berbagai standar,
pedoman dan indicator. Tujuan
pedoman ini adalah sebagai acuan bagi
Petugas dan pengelola puskesmas
untuk menata puskesmas agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu
pelayanan yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesahatan , perubahan
peraturan perundang-undangan dan
harapan masyarakat. Pedoman ini juga
salah satu prasyarat pelayanan kesehatan
yang bermutu. (Depkes, 2008)
ISI
A. Teori
Pelayanan penunjang medik / pelayanan penunjang klinis ( Clinical Support Service/ CSS
di rumah sakit menurut John R Giffith meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan
kegiatan di masyarakat umum. Pelayanan yang dimaksud juga meliputi tes laboratorium,
pengobatan, prosedur pembedahan dan terapi fisik. Banyak juga pasien yang memerlukan
pelayanan sosial dan edukasi kesehatan. Pelayanan penunjang medik ini dilakukan oleh
unit-unit atau petugas professional yang ditunjuk untuk melakukan tegas tersebut di
masing-masing centre kesehatan seperti rumah sakit (Griffith, 2006)
Kebanyakan pelayanan penunjang medic merupakan rujukan dari dokter. Dokter
memerlukan pelayanan penunjang medic untuk melakukan pencegahan, diagnosis, terapi
dan rehabilitasi pada pasien baik itu pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pelayanan
penunjang medic dilakukan pada pasien baik itu pasien dalam masa perawatan akut di
rumah sakit pasien dengan pengobatan janka panjang dan pasien kunjunan rumah (
Griffith, 2006)
Organisasi penyelanggara kesehatan ( Health Care Organizations /HCO) harus
menyediakan pelayanan penunjang medic secara tepat, cepat dan biaya yang efektif.
Organisasi penyelarangaan kesehatan harus mengusahakan jumlah dan jenis pelayanan
penunjang medik untuk pelayanan pada pasien . Pelayanan penunjang medik yang terlalu
banyak, terlalu sedikit, kesalahan atau kualitas yang buruk pada piranti penunjang medik
akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan secara umum dan mengakibatkan
peningkatan biaya yang dikeluarkan. Optimalisasi pelayanan penunjang dilakukan
dengan menyediakan kombinasi dan waktu pemeriksaan yang tepat, dan juga harus
mempunyai kualitas yang bermutu dan biaya yang murah (Griffth, 2006)
Pelayanan penunjang medis diorganisasi penyelanggara kesehatan meliputi
pelayanan diagnostic, pelayanan terpeutik dan pelayanan komunitas. Pelayanan
penunjang medik diagnosis meliputi:
Laboratorium : kimiawi, hematologi, histopatologi, bakterilogi, virology, otopsi, dan
kamar jenasah.
Diagnostik imaging: radiolagi, tomografi, radioisotope, ultra-sonografi dan CT Scan
Laboratorium kardiopulmoner: elektrokardiografi, tes fungsi paru dan kateterisasi
jantung.
Farmasi
Ruang operasi : anatesi, ruang bedah, ruang pulih
Ruang melahirkan/persalinan
Unit gawat darurat
Bank darah
Rehabilitasi medic: terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi
Pelayanan social
Radoterapi
Psikologi klinik
Terapi di rumah penderita : homecare, hospice
Imunisasi
Program skrining berbagai penyakit tertentu
Pelatihan resusiatsi kardiopulmoner
Program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan ( Griffth, 2006)
B. Peraturan Perundangan-undangan
Peraturan yang menjadi dasar adanya pelayanan penunjang medik adalah SK Menteri
Kesehatan RI No. 983/ Menkes/SK/XI /1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum,
mak a rumah sakit u mu harus menjalankan berapa fungsi, satu diantaranya adalah funsi
menyelanggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik.
Bidang penunjang medic membawahi tiga buah seksi yaitu :
Seksi ketenagaan dan pengendalian mutu penunjang medik
Seksi pengembangan fasilitas penunjang medik
Seksi pemeliharaan fasilitas penunjang medik
Peraturan terbaru yang mendasari tentang penunjang medikdiatur dalam peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia No. 334/Menkes/PER/III/2010. Menurut peraturan tersebut
penunjang medic adalah suatu peralatan yang dimiliki rumah sakit dimana harus memenuhi
standart sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Seorang manajer didalam kegiatan penunjang medik dirumah sakit hanya dua fungsi, yaitu
fungsi klinik dan fungsi manajerial. Fungsi seorang manajer penunjang medik di bidang
klinik utamanya adalah menjamin mutu pelayanan yang baik. Produk pelayanan penunjang
medik harus dapat memuaskan pasien dan juga memuaskan dokter yang meminta tindakan
itu di lakukan pada pasiennya. Kunci keberhasilan pelayanan dengan kualitas teknis yang
baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai keadaan
dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan sedangkan sebagai fungsi
klinik adalah harus bisa melakukan semua pelayanan yang berhubungan dengan pelayanan
medis fungsional (Grifth, 2006)
Direktur Me d d i k
dan Keperawatan
Ka. Instalasi
Radiologi
Ka. Ruang
Instalasi
Radiologi
Penanggung jawab laboratorium rumah sakit adalah seorang dokter spesialis patologi klinik atau
apabila tidak memungkinkan, dapat dilaksanakan oleh seorang dokter umum yang telah
mendapat pelatihan mengenai manajemen dan teknis dibidan laboratorium klinik. Staf
laboratorium klikin RS terdiri dari tenaga analis, perawat, tenaga adiministrasi, dan tenaga lain
untuk menunjang pekerjaan laboratorium klinik rumah sakit (Dirjen Yanmed, 2008).
Secara khusus baian dari laboratorium yang melayani gawat darurat ( lab Cito) dan rawat jalan
serta bank darah hendaknya tertelatk tidsk jauh dari gawat darurat dan laboratorium induk
merupakan satu kelompok laboratorium (Dirjen Yanmed, 2008).
Direktur u ta ma
Dierktur Me dik
dan
keperawatan
Ka. Instalasi
Laboratorium
Ka. Ruang
Instalasi
Laboratorium
Pelayanan farmasi di rumah sakit bertangung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar
di rumah sakit tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi semua perbekalan
farmasi, pelayanan famasi klinik serta membuat informasi dan menjamin kualitas pelayanan
yang berhubungan dengan penggunaan obat. Instaasi farmasi rumah sakit di pimpin oleh seorang
apoteker penuh waktu yang mempunyai pengalaman 2 tahun di bagian farmasi rumah sakit telah
terdaftar di departemen kesehatan dan mempunyai ijin kerja (Dirjen Yanmed, 2008).
Rasio kerja apoteker dibandingkan jumlah T T minimal adalah 1:50, rasio apoteker dengan
asisten apoteker minimal 1;2. Harus tersedia ruangan dan fasilitas yang digunakan untuk
menyimpan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap dalam kondisi baik dan
dapat dipeertanggung jawabkn denga spesifikasi masing-masing barang farmasi sesuai dengan
peraturan. semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkan peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar
pelayanan farmasi mutahir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dalam pelayanan farmasi itu
sendiri. Kebijakan dan prosedur dibuat oleh Kepala Instalasi dan Kamite Farmasi dan Terapi
serta para apoteker. (Dirjen Yanmed, 2008).
Direktur
Utama
Ka. Instalasi
Farmasi
Wakil
Ka.Instalasi
Farmasi
Ka. Ruang
Instalasi
Farmasi
Gambar 3. Bagan dan struktur Instalasi Farmasi (Dirjen Yanmed, 2008).
Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi,
melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
Penutup
A. Kesimpulan
Pedoman sesuai dengan fugsi klinis dan funsi manajerial untuk menjamin
mutu pelayanan yang baik
Optimalisasi fungsi dan peran tiap instalasi penunjang medic dan penunjang RS
Menjadi Tim yang solid
Memperluas jangkauan pelayanan yang bersifat : promotif dan preventif kepada
masyarakat dengan cara misalnya melalui radio kesehatan.
Daftar Pustaka