Anda di halaman 1dari 24

Metode Pengurangan Pencemaran Logam Berat

pada Air Limbah

( Removal Method of Heavy Metal Pollution in Wastewater)

Abstrak

Salah satu masalah lingkungan yang serius saat ini adalah polusi logam

berat. Karena sifatnya yang beracun dan karsinogenik, logam berat menjadi

suatu perhatian yang khusus di lingkungan. Dalam beberapa dekade terakhir,

berbagai metode telah dikembangkan dan diamati secara ekstensif untuk

mengurangi penggunaan logam berat. Ada berbagai metode untuk mengurangi

cemaran logam berat di antaranya presipitasi kimia, adsorpsi, pertukaran ion

dan filtrasi membran. Beberapa upaya dilakukan untuk meninjau seberapa

banyak metodologi yang digunakan untuk mengurangi logam berat dari air

limbah dengan kemampuan dan keterbatasan metode tersebut. Metode adsorpsi

adalah metode yang paling banyak digunakan di atas metode konvensional,

yaitu presipitasi kimia, pertukaran ion dan filtrasi membran karena metode

adsorpsi mengeluarkan biaya yang cukup murah, ketersediaannya tersedia, dan

ramah lingkungan.

Kata kunci : adsorpsi; logam berat; metode; air limbah.


1. Pendahuluan

Selama beberapa dekade terakhir, peningkatan kegiatan industri sangat

berperan dalam peningkatan logam berat di lingkungan, terutama dalam bentuk

air (Marques et al., 2000). Industrialisasi industri kimia dapat menyebabkan

pengunaan logam berat dalam jumlah besar misalnya seng (Zn), timbal (Pb),

tembaga (Cu), kadmium (Cd), nikel (Ni), kromium (Cr) dan merkuri (Hg) yang

bersamaan dengan air limbah (Liu & Huang, 2011). Logam berat dalam air

limbah yang berasal dari logam pewarna kompleks, pestisida, pupuk,

pemurnian, bahan pengikat, zat mordan dan zat pemutih. Industri pelapisan

listrik, pigmen, industri percetakan dan tekstil merupakan sumber utama dari air

limbah yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan bahkan

dapat mengancam kesehatan tubuh manusia (Gherasim & Mikulášek, 2014;

Iftikhar et al., 2009). Di keadaan normal, tubuh manusia dapat

mengakumulasikan jumlah bekas logam tanpa menemui masalah kesehatan

yang parah. Namun, dalam eksplanasi jangka panjang untuk logam berat dapat

menyebabkan tingkat akumulasi toksin yang tinggi dalam tubuh, yang

mengarah pada kegagalan sistem tubuh dan mengakibatkan kematian (Shafaqat

et al., 2013). Pada dasarnya, logam berat memiliki berat atom di antara 63.5 dan

200.6, dan gravitasi spesifik lebih besar dari 5.0 gram per meter kubik

(Srivastava & Majumder, 2008).


Kesadaran akan meningkatnya polusi air menganalisa suatu studi tentang

pengolahan air. Pengurangan logam berat dari air limbah industri adalah hal

yang utama (Afkhami et al., 2008). Dalam jumlah kecil, kandungan logam berat

cukup bermanfaat untuk makhluk hidup sebagai mikronutrisi, sedangkan dalam

jumlah besar keberadaan logam berat sangat berbahaya seperti akan

menimbulkan suatu masalah. Logam berat bersifat beracun harus mendapatkan

perhatian khusus dalam pengolahan limbah indutstri. Seng merupakan unsur

yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia, salah satunya untuk fungsi

fisiologis jaringan hidup dan menyusun banyak proses biokimia. Namun, jika

terlalu banyak seng dapat menyebabkan masalah kesehatan yang merajuk

seperti kram perut, kulit iritasi, muntah, mual dan anemia (Oyaro et al., 2007).

Timbal bisa mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat, merusak ginjal, hati,

dan sistem reproduksi (Naseem & Tahir, 2001). Lebih lanjut, tembaga hadir

dalam dua bentuk yaitu tembaga monovalen dan divalen. Jika dihirup dalam

jumlah besar, tembaga divalen sangat berbahaya dan dapat menyebabkan sakit

kepala, muntah, mual, gagal hati dan ginjal, masalah pernapasan dan perut nyeri

(Bilal et al., 2013; Chaturvedi, 2013). Secara khusus, senyawa kadmium dan

kadmium sangat berbahaya dan sangat beracun yang berperan terhadap

sejumlah kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung, kanker dan diabetes

(Kobya et al., 2005). Namun, sumber dari kromium adalah penyamakan kulit,

pembangkit listrik tenaga nuklir, elektroplating dan industri tekstil (AL-Othman

et al., 2012; Marín et al., 2010; Mohanty et al., 2005). Nikel yang melampaui
batas penggunaannya dapat menyebabkan paru-paru dalam keadaan serius dan

masalah ginjal serta bisa terjadi penyakit dermatitis kulit (Martı, 2012).

Sedangkan merkuri keluar terutama dari industri alkali klor dan industri baterai

(Liu & Huang, 2011).

Untuk saat ini, logam berat adalah polutan prioritas lingkungan dan

menjadi salah satu masalah lingkungan yang paling serius. Sehingga untuk

menuju peraturan yang semakin cermat, logam-logam berat beracun ini perlu

dibuang dari air limbah guna melindungi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Bermacam metode yang bisa digunakan untuk menghilangkan ion logam berat

yang termasuk yakni presipitasi kimia, pertukaran ion, adsorpsi dan filtrasi

membran. Artikel ini akan mengulas suatu metode yang berkaitan dengan cara

pengurangan logam berat dari air limbah. Kemampuan dan keterbatasan metode

ini dalam aplikasi akan juga dievaluasi.

2. Metode Pengurangan Cemaran Logam Berat pada Air Limbah


Bagian ini akan membahas beberapa metode yang digunakan untuk

mengurangi cemaran logam berat, di antaranya :


2.1. Metode Presipitasi Kimia
Metode ini merupakan metode yang efektif untuk mengurangi cemaran

logam berat dari air limbah. Di proses ini, bahan kimia akan bereaksi

dengan logam berat yang ada di air limbah dan akan terjadi pembentukan

endapan yang tidak terlarut. Selanjutnya endapan tersebut dikurangi

dengan menggunakan cara sedimentasi dan air jernih yang dituang


(Djedidi et al., 2009; Fu & Wang, 2011). Presipitasi kimia

dikelompokkan sebagai presipitasi hidroksida dan presipitasi sulfida.


a. Presipitasi hidroksida
Pada proses ini, logam hidroksida terbentuk karena adanya reaksi

antara hidroksida dengan logam berat (Dupont & Agency, 2016) .

Mirbagheri & Hosseini (2005) telah menggunakan Ca(OH)2 dan

NaOH sebagai pemicu untuk mengurangi ion Cu(II) dan Cr(VI)

dengan mengubah Cr(VI) menjadi Cr(III) menggunakan besi sulfat

dan asam sulfat. Konversi maksimum yang diperoleh pada pH sekitar

2.0-2.3 dan presipitasi maksimum yang diperoleh Cr(III) pada pH

sekitar 8.7 dengan menggunakan Ca(OH)2. Untuk kromium,

konsentrasi tersebut berkurang dari 30 mg/L menjadi 0.01 mg/L,

sedangkan untuk tembaga berkurang dari 48.51 mg/L hingga 0.694

mg/L dan diperoleh efesiensi pengurangan logam berat sebesar

98.56% - 99.9%. Namun, Chen et al., (2009) telah menggunakan

kapur sebagai pemicu untuk mengurangi tembaga, seng, kromium, dan

timbal dari air limbah. Digunakan kapur karena biaya yang rendah dan

juga ditambahkan fly ash sebagai bahan benih. CaO digunakan

sebagai pemicu batasan dosis kapur yang relatif tinggi (Tadesse et al.,

2006). Efisiensi pengurangan cemaran logam berat sebesar 99.37% -

99.69% di antara pH 7 dan 11. Kelemahan dari metode ini yaitu

pembuangannya mahal karena menghasilkan limbah sekunder seperti


logam hidroksida lumpur dan gipsum, bebarapa logam hidroksida

bersifat amfoter (Matlock et al., 2002).

b. Presipitasi sulfida
Pada presipitasi ini, senyawa sulfida tidak larut mengendap ketika

bereaksi dengan logam berat. Presipitasi sulfida memiliki kemampuan

untuk mengurangi logam berat secara selektif, laju reaksi yang terjadi

cepat, presipitasi sulfida dapat digunakan lagi untuk peleburan

(Azabou et al, 2007; Foucher et al, 2001; Odom, 2011). Matlock et

al., (2001) telah menggunakan ligan tiol yang berbasis piridin untuk

mengurangi tembaga, kadmium, dan mempunyai keuntungan seperti

ketersediaan beberapa tempat untuk mengurangi logam berat dan

pembentukan endapan logam-ligan yang stabil. Ligan yang

mengandung belerang dan mengikat logam berat dan akan membentuk

endapan yang stabil. Ligan ini memiliki panjang yang cukup untuk

interaksi antara logam berat dan setiap kelompok sulfur terminal.

Jadi, 99.99% pengurangan untuk tembaga dan 99.88% pengurangan

untuk kadmium yang diperoleh pH masing-masing 4.5 dan 6.


c. Presipitasi pengkelatan
Penggunaan ligan pengompleks yang kuat seperti EDTA di air limbah

merupakan masalah lingkungan (Fu et al., 2012). Ada persyaratan

yang digunakan untuk mengurangi, tidak hanya logam berat beracun

tetapi juga ligan EDTA. Sehingga proses presipitasi Fenton-kimia

digunakan. Proses presipitasi Fenton-kimia, yaitu kation besi terlarut


dan berinteraksi dengan H2O2 (Fu et al., 2012). Oleh karena it, Ni(II)

sulit untuk dikurangi dengan metode konvensional. Fu et al., (2009)

telah menggunakan reaksi Fenton yang diikuti oleh presipitasi

hidroksida untuk mengurangi Ni(II) dari air limbah Ni EDTA.

Konsentrasi nikel akan berkurang dari 50 mg/L menjadi 3.6 mg/L dan

92.8% Ni(II) dikurangi dari air limbah. Namun, Fu et al., (2012) telah

menindaklanjuti proses presipitasi untuk air limbah yang mengandung

logam berat yang kelat. Proses ini menggunakan ion valensi nol untuk

perlakuan kontaminan karena memiliki toksisitas yang rendah, biaya

dan penggunaan yang mudah. Konsentrasi berkurang dari 50 mg/L

menjadi kurang dari 1 mg/L. Di kondisi optimal, efisiensi

pengurangan yang dipeeroleh Ni(II) sebesar 98.4%. Dapat

disimpulkan bahwa proses Fenton memiliki efisiensi yang lebih tinggi

daripada proses yang diadopsi sebelumnya, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengurangan logam berat oleh metode presipitasi kimia


2.2. Metode Pertukaran Ion
Metode pertukaran ion adalah metode yang telah banyak digunakan untuk

mengurangi logam berat dari air limbah karena mempunyai kelebihan,

yaitu mempunyai kapasitas perlakuan yang tinggi, efisiensi pengurangan

logam berat tinggi dan kinetikanya cepat (Kang et al., 2004). Resin

penukaran ion, baik padat sintesis maupun alami memiliki kemampuan

spesifik untuk kation bertukar dengan logam berat dalam air limbah.

Bahan yang digunakan di metode ini adalah resin sintesis yang biasanya

disukai sebagaimana adanya efektif untuk mengurangi logam berat dari

larutan (Alyüz & Veli, 2009). Penukar kation yang paling umum adalah

resin asam kuat dengan gugus asam sulfonat (-SO3H) dan resin asam

lemah dengan gugus asam karboksilat (-COOH). Ion hidrogen dalam

gugus sulfonat atau gugus karboksilat dari resin berfungsi untuk ditukar

ion dengan kation logam. Sebagai solusinya, logam yang mengandung

logam berat harus melewati kolom kation yang ditukar dengan ion logam

hidrogen pada resin dengan proses pertukaran ion berikut :


nR - SO3H + Mn+ → ( R – SO3-)n Mn+ + nH+
nR - COOH + Mn+ → ( R – COO-)n Mn+ + nH+
Penyerapan ion logam berat oleh resin penukar ion cukup dipengaruhi

oleh variabel – variabel tertentu seperti pH, suhu, konsentrasi logam awal

dan waktu (Gode & Pehlivan, 2006). Muatan ionik juga menggunakan

perannya pada pengurangan Ce4+, Fe3+ dan Pb2+ dari sistem berair oleh

resin penukar kation purolite C100 yang telah diuji oleh (Abo-Farha et
al., 2009). Urutan adsorpsi ion logam berat Ce 4+> Fe3+ > Pb2+. Hasil

serupa untuk Co2+, Ni2+ dan Cr3+ pada resin penukar kation amberlite

IRN-77 yang telah diuji oleh (Kang et al., 2004). Selain resin sintesis,

zeolit alam, mineral silikat terjadi secara alami, sudah banyak digunakan

untuk mengurangi logam berat dari air limbah karena biayanya yang

rendah dan memiliki kelimpahan yang tinggi. Zeolit menunjukkan

kapasitas pertukaran kation yang baik untuk logam berat di bawah

kondisi eksperimental yang berbeda (Motsi et al., 2009; Ostroski et al.,

2009; Taffarel & Rubio, 2009).


2.3. Metode Filtrasi Membran
Ada berbagai jenis metode filtrasi membran berdasarkan jenis membran.

Filtrasi membran memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode

konvensional lainnya seperti dapat memberikan efisiensi pemisahan yang

tinggi, tidak melibatkan perubahan fase, menghemat energi, dapat

ditingkatkan dengan mudah dan ramah lingkungan (Zhu et al., 2014).

Proses yang digunakan untuk mengurangi logam berat adalah ultrafiltrasi

(UF), reverse osmosis (RO) dan nanofiltrasi. Kelemahan dari metode ini

ialah biaya yang digunakan untuk persediaan awal, perlakuan terhadap

alat dan operasi alatnya cukup besar. Limbah yang mengendap pada

membran juga akan menyebabkan laju alir menjadi lambat (Qin et al.,

2002). Metode ini juga lebih cocok digunakan pada sampel yang

berbentuk cairan.

2.4. Metode Adsorpsi


Metode adsorpsi adalah proses yang relatif murah. Adsorpsi memiliki

kemampuan tertentu dari metode konvensional seperti dapat

meminimalkan lumpur kimia dan biologi, biaya rendah, efisiensi tinggi,

regenerasi adsorben dan kemungkinan terjadi pemulihan logam.

Adsorben yang telah digunakan untuk mengurangi logam berat adalah

karbon aktif (Sardella et al., 2015), zeolit, mangan oksida, produk limbah

pertanian seperti air eceng gondok, cangkang kerang (Kobya et al., 2005),

empulur kulit jeruk (López-Téllez et al., 2011), bunga matahari (Jain et

al., 2010), empulur sabut kelapa (Suksabye & Thiravetyan, 2012),

biosorben bakteri, biosorben jamur, ganggang laut, mikroba dan turunan

tanaman biomassa. Adsorben yang telah digunakan untuk mengurangi

logam berat menggunakan metode adsorpsi, salah satunya adalah

adsorben karbon aktif.


Adsorben karbon aktif : Karbon aktif adalah adsorben yang

banyak digunakan untuk pengurangan logam berat. Karbon aktif

telah berkembang dengan baik, memiliki pori-pori dan luas

permukaan internal yang tinggi untuk adsorpsi (Rao et al., 2006).

Karbon aktif dapat diperoleh dari bahan apa saja yang memiliki

kandungan karbon tinggi seperti limbah industri. Tetapi karbon

tersebut memiliki biaya tinggi karena itu penggunaannya dibatasi

(Anirudhan & Sreekumari, 2011). Karbon aktif dibuat dari berbagai

macam limbah pertanian seperti dari kancing kelapa (Anirudhan &


Sreekumari, 2011), bambu Moso (Phyllostachys pubescenes) dan

bambu Ma (Dendrocalamus latiflorus) (Lo et al., 2012), anggur

(Sardella et al., 2015), batu zaitun (Bohli et al., 2015), lignin

(Gonzalez-Serrano et al., 2004) dan debu (Bohli et al., 2015;

Karthikeyan et al., 2005; Sardella et al., 2015) mudah ditemukan.

Anirudhan & Sreekumari (2011) telah menyiapkan karbon aktif

dari limbah kancing kelapa untuk mengurangi logam berat timbal,

merkuri dan tembaga dari air limbah. Kapasitas adsorpsi

maksimum untuk Pb (II) dan Cu (II) pada pH 6.0 dan untuk Hg (II)

pada pH 7,0. Kapasitas adsorpsi karbon aktif berkurang sebagai Pb

(II)> Hg (II)> Cu (II). Kapasitas adsorpsi dilaporkan 94.35 mg/L,

82.09 mg/L dan 75.78 mg/L masing-masing. Persentase

pengurangan logam berat yang diperoleh untuk timbal adalah

>90% dan untuk tembaga dan merkuri >95%. Dalam

membandingkan kapasitas adsorpsi yang diperoleh dalam

pekerjaan ini dengan adsorben lain, diamati bahwa tercapai

kapasitas adsorpsi dari karbon aktif yang dibuat dari kancing

kelapa lebih tinggi dari kapasitas adsorpsi untuk lumpur merah

(64.79, 34.72, 12.61 mg/L) (Gupta et al., 2001), karbon aerogel

(Goel et al., 2005)dan abu sekam padi (Feng & Aldrich, 2004)

untuk mengurangi timbal. Namun, Lo et al. (2012) telah

menyiapkan karbon aktif dengan menggunakan bambu Moso dan


bambu Ma karbon aktif untuk mengurangi timbal, tembaga,

kromium dan kadmium. Efisiensi pengurangan ditemukan dalam

urutan menurun: Pb> Cu> Cr> Cd untuk karbon aktif bambu dan

efisiensi pengurangan yang diperoleh untuk timbal, tembaga,

kromium dan kadmium adalah 99.9%, 100%, 100% dan 96.4%.

Sardella et al. (2015) telah menyiapkan karbon aktif dari limbah

industri anggur seperti Wilayah Cuyo, Argentina dan batang anggur

yang digunakan untuk mengurangi timbal dan kadmium. Kapasitas

adsorpsi ditemukan untuk timbal dan kadmium adalah 1.93

mmol /g dan 0.67mmol /g. Namun, Bohli et al. (2015) telah

menyiapkan penggunaan karbon aktif batu zaitun untuk

menghilangkan Cu (II), Cd (II), Pb (II). Kapasitas adsorpsi yang

diamati adalah 17.667 mg/L dan 57.098 mg/L masing-masing

untuk tembaga dan kadmium. Hasil dari adsorben karbon aktif

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pengurangan logam berat menggunakan adsorben karbon

aktif
3. Kesimpulan dan Future Work

Pencemaran logam berat dari air limbah sangat berbahaya sehingga

menjadi masalah lingkungan yang paling serius. Untuk menuju peraturan yang

semakin cermat, logam-logam beracun ini harus dibuang dari air limbah guna

melindungi masyarakat dan lingkungan sekitar. Berbagai metode telah

digunakan, yaitu presipitasi kimia, pertukaran ion, filtrasi membran dan

adsorpsi. Adsorpsi merupakan metode yang cukup banyak digunakan untuk

mengurangi pencemaran logam berat, karena penggunaannya sangat luas untuk

berbagai jenis logam berat. Adsorpsi didasarkan pada pemilihan adsorben,

adsorben yang tepat dapat mempengaruhi keberhasilan dari metode adsorpsi ini.

Presipitasi kimia juga merupakan metode yang sederhana dan cukup murah

biayanya, sehingga bermanfaat untuk kasus jika suatu konsentrasi logam berat

itu tidak efektif. Metode pertukaran ion ini memiliki keunggulan, salah satunya

tidak ada perubahan pH dalam air limbah. Metode filtrasi membran dapat

mengurangi ion logam berat dengan efisiensi yang tinggi. Pemilihan metode

bergantung pada konsentrasi logam awal, investasi modal, operasional dampak

biaya dan lingkungan.


Daftar Pustaka

Abo-Farha, S. A., Abdel-Aal, A. Y., Ashour, I. A., & Garamon, S. E. (2009).

Removal of some heavy metal cations by synthetic resin purolite C100.

Journal of Hazardous Materials, 169(1–3), 190–194.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2009.03.086

Afkhami, A., Madrakian, T., Amini, A., & Karimi, Z. (2008). Effect of the

impregnation of carbon cloth with ethylenediaminetetraacetic acid on its

adsorption capacity for the adsorption of several metal ions. Journal of

Hazardous Materials, 150(2), 408–412.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2007.04.123

AL-Othman, Z. A., Ali, R., & Naushad, M. (2012). Hexavalent chromium

removal from aqueous medium by activated carbon prepared from peanut

shell: Adsorption kinetics, equilibrium and thermodynamic studies.

Chemical Engineering Journal, 184, 238–247.

https://doi.org/10.1016/j.cej.2012.01.048

Alyüz, B., & Veli, S. (2009). Kinetics and equilibrium studies for the removal of

nickel and zinc from aqueous solutions by ion exchange resins. Journal of

Hazardous Materials, 167(1–3), 482–488.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2009.01.006
Anirudhan, T. S., & Sreekumari, S. S. (2011). Adsorptive removal of heavy

metal ions from industrial effluents using activated carbon derived from

waste coconut buttons. Journal of Environmental Sciences, 23(12), 1989–

1998. https://doi.org/10.1016/S1001-0742(10)60515-3

Azabou, S., Mechichi, T., & Sayadi, S. (2007). Zinc precipitation by heavy-

metal tolerant sulfate-reducing bacteria enriched on phosphogypsum as a

sulfate source. Minerals Engineering, 20(2), 173–178.

https://doi.org/10.1016/j.mineng.2006.08.008

Bilal, M., Shah, J. A., Ashfaq, T., Gardazi, S. M. H., Tahir, A. A., Pervez, A., …

Mahmood, Q. (2013). Waste biomass adsorbents for copper removal from

industrial wastewater-A review. Journal of Hazardous Materials, 263, 322–

333. https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2013.07.071

Bohli, T., Ouederni, A., Fiol, N., & Villaescusa, I. (2015). Evaluation of an

activated carbon from olive stones used as an adsorbent for heavy metal

removal from aqueous phases. Comptes Rendus Chimie, 18(1), 88–99.

https://doi.org/10.1016/j.crci.2014.05.009

Chaturvedi, S. I. (2013). Electrocoagulation: A Novel Waste Water Treatment

Method. International Journal of Modern Engineering Research (IJMER),

3(1), 93–100.

Chen, Q., Luo, Z., Hills, C., Xue, G., & Tyrer, M. (2009). Precipitation of heavy
metals from wastewater using simulated flue gas: Sequent additions of fly

ash, lime and carbon dioxide. Water Research, 43(10), 2605–2614.

https://doi.org/10.1016/j.watres.2009.03.007

Djedidi, Z., Bouda, M., Souissi, M. A., Cheikh, R. Ben, Mercier, G., Tyagi, R.

D., & Blais, J. F. (2009). Metals removal from soil, fly ash and sewage

sludge leachates by precipitation and dewatering properties of the generated

sludge. Journal of Hazardous Materials, 172(2–3), 1372–1382.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2009.07.144

Dupont, A., & Agency, U. S. E. P. (2016). Lime Treatment of Liquid Waste

Containing Heavy Metals , Radionuclides and Organics, (November).

Feng, D., & Aldrich, C. (2004). Adsorption of heavy metals by biomaterials

derived from the marine alga Ecklonia maxima. Hydrometallurgy, 73(1–2),

1–10. https://doi.org/10.1016/S0304-386X(03)00138-5

Foucher, S., Battaglia-Brunet, F., Ignatiadis, I., & Morin, D. (2001). Treatment

by sulfate-reducing bacteria of Chessy acid-mine drainage and metals

recovery. Chemical Engineering Science, 56(4), 1639–1645.

https://doi.org/10.1016/S0009-2509(00)00392-4

Fu, F., & Wang, Q. (2011). Removal of heavy metal ions from wastewaters: a

review. Journal of Environmental Management, 92(3), 407–418.

https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2010.11.011
Fu, F., Wang, Q., & Tang, B. (2009). Fenton and Fenton-like reaction followed

by hydroxide precipitation in the removal of Ni(II) from NiEDTA

wastewater: A comparative study. Chemical Engineering Journal, 155(3),

769–774. https://doi.org/10.1016/j.cej.2009.09.021

Fu, F., Xie, L., Tang, B., Wang, Q., & Jiang, S. (2012). Application of a novel

strategy-Advanced Fenton-chemical precipitation to the treatment of strong

stability chelated heavy metal containing wastewater. Chemical

Engineering Journal, 189–190, 283–287.

https://doi.org/10.1016/j.cej.2012.02.073

Gherasim, C. V., & Mikulášek, P. (2014). Influence of operating variables on the

removal of heavy metal ions from aqueous solutions by nanofiltration.

Desalination, 343, 67–74. https://doi.org/10.1016/j.desal.2013.11.012

Gode, F., & Pehlivan, E. (2006). Removal of chromium(III) from aqueous

solutions using Lewatit S 100: The effect of pH, time, metal concentration

and temperature. Journal of Hazardous Materials, 136(2), 330–337.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2005.12.021

Goel, J., Kadirvelu, K., Rajagopal, C., & Garg, V. K. (2005). Removal of

lead(II) by adsorption using treated granular activated carbon: Batch and

column studies. Journal of Hazardous Materials, 125(1–3), 211–220.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2005.05.032
Gonzalez-Serrano, E., Cordero, T., Rodriguez-Mirasol, J., Cotoruelo, L., &

Rodriguez, J. J. (2004). Removal of water pollutants with activated carbons

prepared from H 3PO4 activation of lignin from kraft black liquors. Water

Research, 38(13), 3043–3050. https://doi.org/10.1016/j.watres.2004.04.048

Gupta, V. K., Gupta, M., & Sharma, S. (2001). Process development for the

removal of lead and chromium from aqueous solutions using red mud - An

aluminium industry waste. Water Research, 35(5), 1125–1134.

https://doi.org/10.1016/S0043-1354(00)00389-4

Iftikhar, A. R., Bhatti, H. N., Hanif, M. A., & Nadeem, R. (2009). Kinetic and

thermodynamic aspects of Cu(II) and Cr(III) removal from aqueous

solutions using rose waste biomass. Journal of Hazardous Materials,

161(2–3), 941–947. https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2008.04.040

Jain, M., Garg, V. K., & Kadirvelu, K. (2010). Adsorption of hexavalent

chromium from aqueous medium onto carbonaceous adsorbents prepared

from waste biomass. Journal of Environmental Management, 91(4), 949–

957. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2009.12.002

Kang, S. Y., Lee, J. U., Moon, S. H., & Kim, K. W. (2004). Competitive

adsorption characteristics of Co2+, Ni2+, and Cr3+ by IRN-77 cation

exchange resin in synthesized wastewater. Chemosphere, 56(2), 141–147.

https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2004.02.004
Karthikeyan, T., Rajgopal, S., & Miranda, L. R. (2005). Chromium(VI)

adsorption from aqueous solution by Hevea Brasilinesis sawdust activated

carbon. Journal of Hazardous Materials, 124(1–3), 192–199.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2005.05.003

Kobya, M., Demirbas, E., Senturk, E., & Ince, M. (2005). Adsorption of heavy

metal ions from aqueous solutions by activated carbon prepared from

apricot stone. Bioresource Technology, 96(13), 1518–1521.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2004.12.005

Liu, B., & Huang, Y. (2011). Polyethyleneimine modified eggshell membrane as

a novel biosorbent for adsorption and detoxification of Cr(VI) from water.

Journal of Materials Chemistry, 21(43), 17413–17418.

https://doi.org/10.1039/c1jm12329g

Lo, S. F., Wang, S. Y., Tsai, M. J., & Lin, L. D. (2012). Adsorption capacity and

removal efficiency of heavy metal ions by Moso and Ma bamboo activated

carbons. Chemical Engineering Research and Design, 90(9), 1397–1406.

https://doi.org/10.1016/j.cherd.2011.11.020

López-Téllez, G., Barrera-Díaz, C. E., Balderas-Hernández, P., Roa-Morales,

G., & Bilyeu, B. (2011). Removal of hexavalent chromium in aquatic

solutions by iron nanoparticles embedded in orange peel pith. Chemical

Engineering Journal, 173(2), 480–485.


https://doi.org/10.1016/j.cej.2011.08.018

Madhava Rao, M., Ramesh, A., Purna Chandra Rao, G., & Seshaiah, K. (2006).

Removal of copper and cadmium from the aqueous solutions by activated

carbon derived from Ceiba pentandra hulls. Journal of Hazardous

Materials, 129(1–3), 123–129.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2005.08.018

Marín, A. B. P., Ortuño, J. F., Aguilar, M. I., Meseguer, V. F., Sáez, J., &

Lloréns, M. (2010). Use of chemical modification to determine the binding

of Cd(II), Zn(II) and Cr(III) ions by orange waste. Biochemical

Engineering Journal, 53(1), 2–6. https://doi.org/10.1016/j.bej.2008.12.010

Marques, P. A. S. S., Rosa, M. F., & Pinheiro, H. M. (2000). pH effects on the

removal of Cu2+, Cd2+ and Pb2+ from aqueous solution by waste brewery

biomass. Bioprocess Engineering, 23(2), 135–141.

https://doi.org/10.1007/PL00009118

Martı, M. A. (2012). Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers

Removal of nickel ( II ) ions from aqueous solutions by biosorption on

sugarcane bagasse, 43, 275–281. https://doi.org/10.1016/j.jtice.2011.10.011

Matlock, M. M., Howerton, B. S., & Atwood, D. A. (2002). Chemical

precipitation of heavy metals from acid mine drainage. Water Research,

36(19), 4757–4764. https://doi.org/10.1016/S0043-1354(02)00149-5


Matlock, M. M., Howerton, B. S., Henke, K. R., & Atwood, D. A. (2001). A

pyridine-thiol ligand with multiple bonding sites for heavy metal

precipitation. Journal of Hazardous Materials, 82(1), 55–63.

https://doi.org/10.1016/S0304-3894(00)00353-8

Mirbagheri, S. A., & Hosseini, S. N. (2005). Pilot plant investigation on

petrochemical wastewater treatment for the removal of copper and

chromium with the objective of reuse. Desalination, 171(1), 85–93.

https://doi.org/10.1016/j.desal.2004.03.022

Mohanty, K., Jha, M., Meikap, B. C., & Biswas, M. N. (2005). Removal of

chromium (VI) from dilute aqueous solutions by activated carbon

developed from Terminalia arjuna nuts activated with zinc chloride.

Chemical Engineering Science, 60(11), 3049–3059.

https://doi.org/10.1016/j.ces.2004.12.049

Motsi, T., Rowson, N. A., & Simmons, M. J. H. (2009). Adsorption of heavy

metals from acid mine drainage by natural zeolite. International Journal of

Mineral Processing, 92(1–2), 42–48.

https://doi.org/10.1016/j.minpro.2009.02.005

Naseem, R., & Tahir, S. S. (2001). Removal of Pb(II) from aqueous/acidic

solutions by using bentonite as an adsorbent. Water Research, 35(16),

3982–3986. https://doi.org/10.1016/S0043-1354(01)00130-0
Odom, J. M. (2011). Industrial and Environmental Activities of Sulfate-

Reducing Bacteria, 189–210. https://doi.org/10.1007/978-1-4613-9263-7_8

Ostroski, I. C., Barros, M. A. S. D., Silva, E. A., Dantas, J. H., Arroyo, P. A., &

Lima, O. C. M. (2009). A comparative study for the ion exchange of Fe(III)

and Zn(II) on zeolite NaY. Journal of Hazardous Materials, 161(2–3),

1404–1412. https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2008.04.111

Oyaro, N., Juddy, O., Murago, E. N. M., & Gitonga, E. (2007). The contents of

Pb, Cu, Zn and Cd in meat in Nairobi, Kenya. Journal of Food, Agriculture

and Environment, 5(3–4), 119–121.

Qin, J. J., Wai, M. N., Oo, M. H., & Wong, F. S. (2002). A feasibility study on

the treatment and recycling of a wastewater from metal plating. Journal of

Membrane Science, 208(1–2), 213–221. https://doi.org/10.1016/S0376-

7388(02)00263-6

Sardella, F., Gimenez, M., Navas, C., Morandi, C., Deiana, C., & Sapag, K.

(2015). Conversion of viticultural industry wastes into activated carbons for

removal of lead and cadmium. Journal of Environmental Chemical

Engineering, 3(1), 253–260. https://doi.org/10.1016/j.jece.2014.06.026

Shafaqat, K. S., Samra, A., Sana, H., Samar, A., Muhammad, F., Shakoor, B., …

Tauqeer, H. M. (2013). Heavy Metals Contamination and what are the

Impacts on Living Organisms. Greener Journal of Environmental


Management and Public Safety, 2(4), 2354–2276. Retrieved from

www.gjournals.org

Srivastava, N. K., & Majumder, C. B. (2008). Novel biofiltration methods for

the treatment of heavy metals from industrial wastewater. Journal of

Hazardous Materials, 151(1), 1–8.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2007.09.101

Suksabye, P., & Thiravetyan, P. (2012). Cr(VI) adsorption from electroplating

plating wastewater by chemically modified coir pith. Journal of

Environmental Management, 102, 1–8.

https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2011.10.020

Tadesse, I., Isoaho, S. A., Green, F. B., & Puhakka, J. A. (2006). Lime enhanced

chromium removal in advanced integrated wastewater pond system.

Bioresource Technology, 97(4), 529–534.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2005.04.028

Taffarel, S. R., & Rubio, J. (2009). On the removal of Mn2+ ions by adsorption

onto natural and activated Chilean zeolites. Minerals Engineering, 22(4),

336–343. https://doi.org/10.1016/j.mineng.2008.09.007

Zhu, W. P., Sun, S. P., Gao, J., Fu, F. J., & Chung, T. S. (2014). Dual-layer

polybenzimidazole/polyethersulfone (PBI/PES) nanofiltration (NF) hollow

fiber membranes for heavy metals removal from wastewater. Journal of


Membrane Science, 456, 117–127.

https://doi.org/10.1016/j.memsci.2014.01.001

Anda mungkin juga menyukai