Anda di halaman 1dari 4

BAB.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Autistik adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah

muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek

neurobiologis otak dan mempengaruhi proses perkembangan anak. Akibat gangguan ini sang

anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan

lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Namun

terkadang gejala itu sering diabaikan dan tidak disadari oleh para orang tua.

Gangguan bicara misalnya, seorang anak yang terlambat bicara, persepsi

masyarakat kita masih menganggap suatu kewajaran dan terkadang menyesatkan, adanya

pandangan dimasyarakat jika anak terlambat bicara itu biasa mungkin karena orang tuanya

yang terlambat bicara juga, anak yang cepat jalan, atau karena anak yang giginya yang cepat

tumbuh. Itulah yang berkembang dimasyarakat tradisional kita, bahkan yang sudah terbilang

berpendidikan sekalipun terkadang tidak menyadari dan terlambat menyadarinya.

Sebenarnya negara kita punya sistem kesehatan yang patut diacungi jempol,

POSYANDU yang selama ini menjadi ujung tombak pemantauan tumbuh kembang anak-anak

Indonesia, tapi hingga saat ini posyandu hanya bisa memantau perkembangan dan

pertumbuhan berat dan tinggi badan. Padahal dalam KMS (KARTU MENUJU SEHAT) disitu

selain grafik tumbuh kembang mengenai berat dan tinggi badan juga ada perkembangan

psikomotorik anak, hanya saja karena petugas kesehatan yang ada hanya pokus pada bagian

masing2, seperti Ahli gizi sibuk memberikan penyuluhan gizi anak yang menurun berat

badannya, atau perawat yang hanya fokus pada pemberian vaksin imunisasi, serta ibu bidan

yang memilih melayani ibu-ibu akseptor KB, dan kader posyandu yang sebagian besar adalah
sukarelawan dengan basic pendidikan bervariasi hanya bertugaas menimbang dan mencatat

laporan dan menandai di buku sehat sang anak. Sebenarnya itu wajar sebab, petugas

kesehatan hanya menguasai bidangnya masing-masing dan kemungkinan besar pengetahuan

petugas kesehatan dan kader sangat minim sehingga upaya untuk mendeteksi gejala autistik

secara dini sulit dilakukan.

Keterlambatan pendeteksian autistik akan mengakibatkan keterlambatan

penanganan, penanganan yang semakin cepat diusia emas akan sangat berpengaruh pada

fase keberhasilan. Semakin cepat ditangani maka anak akan semakin besar peluang mereka

mengenal ketertinggalan mereka. Sebagai contoh anak autistik yang ditemukan sebelum umur

3 tahun, jika ditangani pada usia 3 tahun, dan di tangani secara benar dan intensif maka waktu

3 tahun it sudah cukup untuk mempersiapkan anak umur 6 tahun masuk sekolah taman kanak-

kanak dan 7 tahun sudah matang untuk disekolahkan disekolah dasar biasa. Namun bisa

dibayangkan bila autistik disadari pada usia 5 tahun atau lebih misalnya, selain penanganan

akan sedikit membutuhkan penanganan ekstra serta waktu yang cukup lama, maka bisa

dipastikan sang anak akan mengalami ketertinggalan untuk mendapatkan pendidikan dibanding

anak normal.

Sebagian dari orang tua yang paling dekat dengan anak biasanya merasakan

kejanggalan pada anaknya akan berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya, tapi

sebagian lagi terkadang bermasa bodoh dan sepertinya menganggap suatu kewajaran, dan

kelompok inilah yang apabila telah melewati fase emas itu akan berpasrah pada keaadaan.

Tapi sebenarnya ini tidak perlu terjadi sekiranya pemerintah juga memberikan sedikit perhatian

khusus, misalanya menyediakan dokter-dokter atau psikolog disetiap puskesmas atau setiap

puskesmas di siapkan tenaga kesehatan yang paham akan Autis, sehingga jika ditemukan ada

anak yang memiliki gejala2 autis orang tua dapat disadarkan dengan segera.
2. Permasalahan

Berdasarkan beberapa fakta yang sering muncul di permukaan sehubungan

dengan Anak autisme dengan kenyataan sosial dan kemasyarakatan, kami mencoba

menjabarkannya, antara lain :

a. Laju Pertumbuhan Autis

b. Kurangnya Tenaga Ahli yang paham Autis dan tidak merata

c. Fasilitas Khusus anak autis

d. Jaminan Sosial Anak Autis

e. Pendidikan Anak Autis

f. Masa depan dan kehidupan sosial anak


BAB. II

PEMBAHASAN

Berbicara soal autis, dibutuhkan waktu yang sangat panjang, banyaknya varian

dan gejala serta efek yang ditimbulkan dari autistik tersebut. Hampir setiap anak yang

mengalami keadaan ini menunjukkan karakteristiknya masing-masing dan bisa dipastikan hal

itu disebabkan oleh penyebab yang berbeda pula, demikian pula penanganannya tentu akan

berlainan. Itulah keunikan dari autistik ini, namun mereka yang mengalami autistik ini tidak

cocok dikatakan penderita autistik, sebab ini bukan sebuah penyakit tapi ini merupakan

kelainan yang berakibat pada hal dasar yang bahkan akan berakibat pada kelainan fisik dan

fsikologi dan kelainan dalam berinteraksi sosial.

Pada dasarnya Anak autistik tidak cocok dikatakan sembuh, tetapi lebih tepatnya

jika dikatakan kembali normal, ketidakmampuan dalam berinteraksi secara normal dalam

kehidupan sehari-hari itulah yang menjadi dasar, anak ini dimasukkan dalam kategori anak

Autisme, dimana seorang anak sepertinya sedang berada di dalam dunianya sendiri tanpa

peduli dengan lingkungan sosialnya.

Saat ini di Indonesia perkembangan Autistik sudah sangat mengkhawatirkan,

berdasarkan data yang pernah di publikasikan oleh

Anda mungkin juga menyukai