Manajemen SDM merupakan bidang strategis dari organisasi. MSDM harus dipandang
sebagai perluasan dari pandangan tradisional untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu
membutuhkan pengetahuan tentang prilaku manusia dan kemampuan untuk mengelolanya. Oleh
sebab itu wajarlah apabila penyusunan strategi SDM harus relevan terhadap penyusunan strategi
bisnis.
Sumber daya manusia biasanya mencakup
keseluruhan bidang manajemen personalia, dan juga merupakan salah satu input yang terpenting
dalam kegiatan operasional dalam suatu organisasi, demikian pula pada organisasi bisnis baik
yang bergerak di sektor yang menghasilkan barang maupun jasa. Terlebih pada sektor jasa,
dimana kepuasan konsumen ditentukan oleh pelayanan yang diberikan perusahaan melalui
tenaga kerja yang menjadi operatornya. Oleh karena itu keberhasilan operasional akan
ditentukan dengan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan efisien.
Pembahasan dimulai dengan menekankan pada perubahan lingkungan bisnis dramatis
yang memiliki pengaruh terhadap perubahan peran SDM. Untuk mendukung perubahan tersebut
organisasi perlu melakukan Reposiotioning baik dalam hal perilaku dan kompetensi SDM
sebagai bagian dari Reposiotioning peran SDM untuk meningkatkan keunggulan kompetitif
perusahaan.
Perubahan Lingkungan Bisnis
Schuller (1990) melihat berbagai perubahan lingkungan bisnis tersebut meliputi aspek internal
dan eksternal. Perubahan eksternal lebih banyak melihat pada berbagai faktor di luar organisasi
yang mempengaruhi perubahan peran SDM. Sementara perubahan internal lebih banyak melihat
pada berbagai faktor di dalam organisasi yang mempengaruhi perubahan peran SDM.
1. Perubahan Eksternal
Perubahan eksternal dalam lingkungan bisnis meliputi tantangan global,yang berupa :
- Ekspansi global dan persaingan akan penugasan internasional,
- Persaingan domestik dan internasional (kinerja karyawan dan pemberdayaan),
- Karekterisitik demografi (gender,pendapatan,glass-ceilling effect,minoritas,mayoritas, dan
diversitas angkatan kerja),
- Karakterisitik angkatan kerja (tingkat pendidikan dan nilai budaya kerja),
- Trend ekonomi dan organisasional yang meliputi : perubahan skill dan pekerjaan,perubahan
organisasi,kemajuan teknologi,otomatisasi dan robotis.
2. Perubahan Internal
Perubahan internal dalam lingkungan bisnis meliputi permasalahan manajemen puncak
(nilai budaya,hak dan etika,serta program pengembangan),struktur organisasional (Manajemen
SDM strategis), budaya organisasi (filosofi SDM), ukuran organisasional (pengendalian prilaku).
Berbagai perubahan internal tersebut meliputi :
Tantangan kualitas
Berupa penciptaan produk dan jasa berkualitas,tingginya tuntutan untuk semakin
kreatif,berani mengambil resiko,dapat beradaptasi,mampu bekerja dalam kelompok serta
bertambahnya tekanan untuk meningkatkan kualitas kerja dan partisipasi kerja tim.
Tantangan teknologi,
Berupa perubahan struktural dan perubahan peran dari SDM,bertambahnya tekanan untuk
membuktikan peran dari SDM dalam meningkatkan kualitas SDM dan memberikan pelayanan
terbaik kepada dept lain,semakin bervariasinya pengalaman dan latar belakang karyawan yang
aktif berkarya dalam suatu organisasi.
Tantangan sosial,
Berupaya penanganan kompetensi karyawan dan cara perusahaan menangani konflik
kerja,makin meningkatnya tekanan untuk mengukur produkvitas kerja karena
adanya benchmarking,maka organisasi harus berlomba dalam meningkatkan kinerja agar
mampu bersaing di arena bisnis global dan terakhir berubahnya tekanan dari penghargaan
berdasarkan lama pekerjaan ke penghargaan berdasarkan prestasi kerja.
Lebih lanjut baik perubahan eksternal maupun internal memiliki implikasi lebih lanjut terhadap
organisasi untuk melihat keunggulan kompetitif yang dimiliki terutama potensi SDM demi
memenangkan persaingan global. Sehingga organisasi perlu mengkaji ulang strategi bisnis demi
meningkatkan kinerja daya saing.
3. Perubahan Peran SDM
Perubahan lingkungan bisnis akan membawa dampak perubahan pada strategi bisnis.
Sebagaimana telah diketahui perubahan strategi bisnis akan semakin mengarahkan manajer
untuk memperjelas ke arah mana visi dan misi bidang SDM akan dibawa. Dalam pengertian
bahwa SDM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi. Karena perubahan ini
menyangkut banyak aspek dan tuntutan yang harus dicapai maka perlu dilakukan
pengembangan kualitas SDM.
Pengembangan kualitas SDM biasanya dilakukan melalui kegiatan investasi SDM maka
perlu diketahui bahwa dengan adanya investasi SDM maka pola strategi SDM akan berubah
dan menuntut perubahan tipe kompetensi pada tipe tugas berbeda yang akan berdampak pada
perubahan peran SDM. Terkait dengan perubahan peran SDM maka kita perlu melihat peran
SDM pada paradigma tradisional.
Dalam hal ini Cascio (1995) menggaris-bawahi beberapa peran SDM pada paradigma lama
seperti :
- Attraction yang meliputi identifikasi persyaratan pekerjaan,menentukan jumlah orang dan
kombinasi keterampilan yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan dan menyediakan kesempatan
yang sama bagi setiap kandidat terpilih.
- Selection yang meliputi memilih orang yang terbaik bagi pekerjaan yang bersangkutan.
- Retention yang meliputi memberikan reward bagi orang yang bekerja efektif dan
mempertahankan keamanan dan kenyamanan lingkungan kerja.
- Development yang meliputi meningkatkan dan menyiapkan kompetensi karyawan melalui
peningkatan knowledge,skill dan abilities dan pendekatan spesialis fungsi perusahaan.
- Assesment yang meliputi pengamatan dan penilaian perilaku dan sikap yang relevan dengan
pekerjaan dan kinerja SDM.
- Adjusment yang meliputi : pemeliharaan pemenuhan kebutuhan yang terkait dengan kebijakan
SDM perusahaan.
Organisasi perlu terus melakukan pengembangan SDM karena bagaimanapun dept SDM
merupakan mitra dept lain dalam pengembangan SDM. Paradigma pengembangan SDM baru
ternyata sudah lebih mengoptimalkan pada proses komunikasi dua arah dan perencanaan dari
bawah ke atas (bottom-up). Lebih khusus perubahan yang terjadi juga menyangkut perubahan
peran SDM. Manajer harus mampu melihat perubahan peran SDM seperti apa yang harus
dimainkan. Tuntutan ini terjadi karena dalam paradigma baru tentu akan tercermin budaya kerja
baru,strategi dan peran SDM baru dalam suatu tipologi organisasi baru,sebagaimana tabel
dibawah ini yang secara spesifik melukiskan pergeseran peran tersebut.
Jenis Organisasi Peran penting SDM
Organisasi dalam lingkungan lama Berkonsentrasi pada fungsi
produksi,keuangan dan pemasaran serta
bukan merupakan tipe manajemen yang
efektif karena berorientasi jangka pendek
Organisasi dalam lingkungan baru Berkonsentrasi pada fungsi SDM,
merupakan tipe manajemen yang efektif
karena berorientasi jangka panjang
Dari tabel diatas terlihat bahwa dengan adanya perubahan lingkungan organisasi maka
konsentrasi seorang manajer SDM dituntut berubah. Hal ini mengakibatkan tipe peran yang harus
diambil.
1. Repositioning Peran SDM
Upaya repositioning pada dasarnya merupakan transformasi peran yang menuntut
kemampuan,cara kerja,cara pikir dan peran baru dari SDM. Untuk dapat melakukan proses
repositioning dengan baik maka organisasi perlu mempersiapkan SDM yang mampu bersaing
di masa depan.
Repositioning Perilaku SDM berkaitan dengan peningkatan inisiatif bekerja dalam diri
maupun kompetensi SDM.
2. Repositioning Perilaku SDM
Yang perlu dibahas pada hal ini adalah hubungan strategi kompetitif yang menjelaskan bahwa
untuk mencapai strategi yang kompetitif dibutuhkan adanya perilaku tertentu dan mereka
mengajukan suatu hipotesis tentang model manajemen SDM yang dapat mencapai kondisi
organisasi yang mempunyai keunggulan kompetitif. Dalam hal in,ada tiga strategi untuk
mencapai keunggulan kompetitif.
1. Strategi inovasi digunakan untuk mengembangkan produk atau jasa yang berbeda dari para
pesaing.
2. Strategi kualitas lebih mengutamakan pada penawaran produk atau jasa yang lebih
berkualitas,meskipun produknya sama dengan pesaing.
3. Strategi pengurangan biaya menekankan pada usaha perusahaan untuk menjadi produsen
dengan penawaran harga produk rendah.
Beberapa dimensi peran perilaku karyawan yang diperlukan untuk mendukung penerapan atau
implikasi tiga strategi di atas tentu akan berbeda-beda. Ini dapat dilihat sebagai berikut :
Strategi inovasi,
Perilaku karyawan yang diperlukan adalah tingkat kreativitas tinggi,berfokus pada
jangka panjang,mempunyai tingkat kerjasama yang tinggi,perilaku mandiri,cukup memiliki
perhatian pada kualitas dan kuantitas,seimbang dalam orientasi proses dan hasil,penerimaan
resiko pada tingkat yang lebih tinggi serta toleransi yang cukup tinggi terhadap ketidakpastian.
Sebagai implikasinya,dalam mengelola karyawan sebaiknya memberikan sedikit
pengawasan,memilih karyawan yang mempunyai keterampilan tinggi,memberikan sumberdaya
yang lebih banyak untuk bereksperimen dan melakukan penilaian kinerja jangka panjang.
Strategi kualitas,
Perlu didukung dengan profil perilaku karyawan sebagai berikut :
- perilaku yang relatif berulang dan dapat diprediksi,
- berfokus pada jangka menengah,
- cukup mau melakukan kerjasama,
- perilaku mandiri,
- perhatian yang tinggi terhadap kualitas,
- fokus tinggi terhadap proses,
- kurang berani mengambil resiko dan cukup komitmen terhadap tujuan organisasi.
Sebagai implikasinya, karena strategi kualitas melibatkan komitmen dan pemamfaatan
karyawan secara lebih besar,maka organisasi hanya membutuhkan sedikit karyawan untuk
lebih besar,maka organisasi hanya membutuhkan sedikit karyawan untuk membuat output yang
sama atau standar.
Strategi pengurangan biaya,
Diperlukan perilaku karyawan yang relatif berulang dan dapat diprediksi,berfokus jangka
pendek,lebih mengutamakan pada kegiatan individu dan otomatisasi,cukup memberikan
perhatian kualitas,perhatian terhadap kuantitas output lebih tinggi,kurang berani menanggung
resiko dan lebih menyukai kegiatan yang bersifat stabil. Sebagai implikasinya,perusahaan akan
banyak menggunakan tenaga kerja yang part time,sub kontrak,menyederhanakan pekerjaan
dan prosedur pengukuran,melakukan otomatisasi,perubahan aturan kerja dan fleksibelitas
penugasan.
PENGUKURAN KERJA
Pengukuran Kerja (Work Measurement) adalah tindakan pengukuran yang dilakukan
terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil
pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan
informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan
memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian
Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam perusahaan dapat efisien
atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu yang harus digunakan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal disebut standar pekerja (labor
standards).
METODE
Manajer operasional dapat menetapkan standar pekerja yang benar yaitu secara tepat
dapat menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk melaksanakan
aktivitas tertentu dalam kondisi kerja normal. Penetapan standar pekerja dapat menggunakan
empat cara yaitu :
Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu yaitu berapa
jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini memiliki kelebihan
karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar seperti ini lazimnya didapatkan datanya
dari kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak
obyektif dan tidak dapat diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak,
dan apakah kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu
penggunaan teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.
Studi Waktu (Time Study)
Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan, dimana
usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang digunakan
untuk mengukur human time untuk beberapa konsep dari sebuah level standar dari suatu usaha
(Mundel and Danner, 1994).
Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik dalam
penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan
ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan
yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk
menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch,
pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data
gerakan, pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik
mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi analisis waktu harus dapat diketahui
ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut
secara benar.
Pengukuran Kerja (Work Measurement) adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap
berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut
kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian
atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.[1][2][3]
Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam perusahaan dapat efisien atau
tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu
pelayanan (jasa). Jumlah waktu yang harus digunakan untuk melaksanakan kegiatan tertentu
dibawah kondisi kerja normal disebut standar pekerja (labor standards).
Daftar isi
[sembunyikan]
1Metode
o 1.1Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
o 1.2Studi Waktu (Time Study)[5]
o 1.3Standar Waktu Yang Telah Ditentukan (Predetermined Time Study)
o 1.4Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)
2Referensi