Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TRAUMA ABDOMEN

Dosen Pengajar: Ns. Nurma Afiani., S.Kep.,M.Kep

OLEH
KELOMPOK IV

Florentina Narus (1608.14201.484)


Marzella Milla (1608.14201.498)
Riskayani (1608.14201.509)
Yustina Mete (1608.14201.484)
Ferdianto R. Nene (1608.14201.484)
Julian Mahendra (1608.14201.484)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan
inayahnya kepada kita semua. Sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah yang berjudul “TRAUMA ABDOMEN ”ini dengan tujuan untuk mengetahui
teori tentang pasien dengan Trauma Abdomen

Mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini


terdapat banyak kesalahan didalamnya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis,
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertia Trauma Abdomen ............................................................................ 6


2.2 Etiologi............................................................................................................. 7
2.3 Patofisologi ...................................................................................................... 8
2.4 Pathway .......................................................................................................... 8
2.5 Manifestasi Klinik ............................................................................................. 9
2.6 Komplikasi ..................................................................................................... 11
2.7 Pemeriksaan.................................................................................................. 10
2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................... 10
2.9 Asuhan Keperawatan trauma abdomen ......................................................... 12

BAB III TREND ISU TRAUMA ABDOMEN

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24


3.2 Saran ............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA 25

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot
perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau
costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga
dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau
rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan
membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.
Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi
peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ,
seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut
adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran
cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai
cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar),
kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter,
dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan
keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan
cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga
perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen
dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul
dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan
kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering
menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita
mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata
di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah
abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed
Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi
ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma,
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan
diagnosis.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan
karena trauma, luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.
2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.


b. Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
c. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
d. Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.
e. Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen.
f. Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.
g. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera (Sjamsuhidayat, 1998).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak sengaja. (Smeltzer,
2001)
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan
lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner
(2002) terdiri dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
(Sjamsuhidayat, 1998).
B. Etiologi
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium). Disebabkan oleh :
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium). Disebabkan oleh :
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

C. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi
pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat
tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi
dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda
peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-
tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga
abdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer, 2001).
D. PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus → Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang dari


dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik
(Sumber : Mansjoer,2001)

E. Manifestasi Klinis
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :

1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi
F. Komplikasi
Dibawah ini merupakan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari trauma
abdomen :
1. Segera: hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat: infeksi

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pada hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
f. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya
alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).
1. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b) Trauma pada bagian bawah dari dada
c) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
(obat, alkohol, cedera otak)
e) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis
(sumsum tulang belakang)
f) Patah tulang pelvis
2. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Hamil
b) Pernah operasi abdominal
c) Operator tidak berpengalaman
d) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
e) Ultrasonografi dan CT Scan
2. Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesi
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari
100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskop
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Abdominal paracentesi
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskop
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
c. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
d. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi
I. Penanganan Pre Hospital Dan Hospital
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan.
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera.
Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30
kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
e. Penetrasi (trauma tajam)
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
1) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
2) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
3) Imobilisasi pasien.
4) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
5) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.
1. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara
intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
2. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
3. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
4. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada : fraktur pelvis
b. Trauma non-penetrasi
1. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :
a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium
khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,
amilase.
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah
diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c) Study kontras urologi dan gastrointestina
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001)

J. Konsep ASKEP Pada Klien Dengan Kegawatdaruratan Trauma


a. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway:
1. Pengkajian:
Pastikan bahwa pasien memiliki jalan napas yang lancar
2. Intervensi:
Bersihkan jalanan napas dan gunakan tambahan lain seperti
yang dianjurkan
b. Breathing
1) Pengkajian
Evaluasi respirasi rate, kedalaman napas, keefektifan dalam
bernapas, dan cara kerja dalam Bernapas mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya cedera toraks secara bersamaan
2) Intervensi:
a) Berikan oksigen via NRFM atau ETT
b) Bantu ventilasi yang diperlukan dengan masker katuptas
atau ventilasi mekanis circulation
c. Circulation
1) Pengkajian:
Kaji status peredarandarah :nadi, tanda-tandapadakulit,
tekanandarah. Pasien dengan Trauma abdomen dapat
kehilangan darah dalam jumlah yang banyak.
2) Intervensi :
a) Pasang dua atau lebih besar (ukuran 14-16) kateter
intravena
b) Beri infuse hangat, cairan isotoniskristaloid : cairan ringer
laktat atau normal salin
c) Berikan transfuse darah yang diperlukan : sel darah merah
atau komponen darah lainnya
d) Karena berpotensi, bolus cairan dapat digunakkan untuk
menggantikan gumpalan baru yang terbentuk.
Resusitasi cairan pada pasien dengan trauma abdomen
masih controversial. Kelola cairan yang diberikan
berdasarkan hasil dan status klinis pasien
e) Pertimbangkan central line (sub klavi atau jugularis),
penempatan pada pasien kadang tidak stabil, ini
bisa dilakukan untuk infuse dan pemantauan vena
sentral.
2. Pengkajian Secondary
Identifikasi mekanisme dari trauma dan kejadian prehospital
(kecelakaan, jatuh dari ketinggian, jenis dan ukuran senjata bila trauma
di akibat kanlehsenjata, waktu semenjak terjadinya injury, perkiraan
kehilangan darah / perdarahan ) Tentukan riwayat kesehatan :
a. Inspeksi bagian anterior dan posterior abdomen untuk
mengidentifikasi luka
b. Cek bagian injury mayor untuk bagian tubuh yang lain
c. Inspeksi
Pasien harus benar-benar telanjang. Perut bagian anterior dan
posterior serta dada bagian bawah dan perineum harus diperiksa
untuk abrasi, luka gores luka memar, dan luka tembus. Pasien
dapat kontinyu bergulir untuk memfasilitasi pemeriksaan lengkap.
d. Auskultasi
Abdomen harus diauskultasi untuk mengetahui ada atau tidak
adanya bising usus. Darah intraperitoneal bebas atau isi enterik
dapat menghasilkan ileus, yang mengakibatkan hilangnya bising
usus. Namun, ileus juga dapat terjadi dari cedera perut ekstra.
Yaitu, tulang rusuk, tulang belakang, dan patah tulang panggul.
e. Perkusi
Perkusi dari perut setelah cedera ini dilakukan terutama untuk elict
kelembutan rebound yang halus. Manuver yang menghasilkan
gerak sedikit peritoneum dan menghasilkan hasil yang serupa
dengan meminta pasien untuk batuk.
f. Palpitasi
Palpitasi pada trauma abdomen menghasilkan informasi subjektif
dan objektif. Temuan meliputi penilaian subjektif pasien dari lokasi
pasien serta besarnya. Nyeri viseral awal biasanya di asal, dan
karena itu, buruk terlokalisasi. Menegang dengan sendirinya
dengan hasil otot perut dari ketakutan akan rasa sakit dan mungkin
tidak mewakili cedera yang signifikan. Otot tak sadar menjaga, di
sisi lain adalah tanda yang dapat diandalkan iritasi peritoneal .
nyeri yang berat yang tegas menunjukkan didirikan peritonitis.
g. pemeriksaan rektal
Pemeriksaan dubur digital merupakan komponen penting dari
penilaian perut. Tujuan penilaian utama untuk luka penetrasi
adalah untuk mencari darah yang banyak perforasi usus yang
ditunjukkan dan untuk memastikan integritas sfingter tulang
belakang. Setelah trauma tumpul, dinding rektum juga harus
dipalpitasi untuk mendeteksi unsur-unsur tulang retak dan posisi
prostat. Sebuah prostat tinggi mungkin menunjukkan gangguan
uretra posterior.
h. pemeriksaan vagina
Laserasi pada vagina dapat terjadi karena luka tembus atau
fragmen tulang dari patah tulang panggul. Implikasi dari
perdarahan vagina pada pasien yang sedang hamil dapat dilihat
pada trauma kehamilan
i. penis pemeriksaan
Laserasi uretra harus dicurigai jika darah hadir pada meatus uretra.
Pemeriksaan positif adalah tanda klinis yang paling dapat
diandalkan trauma intra abdomen yang signifikan.

b. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan
Intervensi:
a) Pasang IV line 2 jalur dengan cairan kristaloid
b) Pasangcateter bila tidak ada kontraindikasi
c) Monitoring intake dan output
d) Observasi tanda-tanda vital tiap jam
e) Fiksasi pelvis bila ada fraktur pelvis
f) Benda asing tertancap, jangan dicabut tapi pasang bantalan kasa
yangcukup tebalselanjutnya pasien disiapkan untuk operasi
mencegah perdarahan hebat
g) Usus keluar jangan dimasukan tetapi tutup kasa setril yang dibasahi
NaCl 0,9% atau aluminium foil pertahankan kelembaban
h) Kolaborasi persiapan operasi bila shock berulang
2. Resiko tinggi infeksi
Intervensi
a) Perawatan dengan teknik septic dan antiseptic
b) Usus keluar jangan dimasukan tetapi tutup kasa setril yang dibasahi
NaCl 0,9% atau aluminium foil pertahankan kelembaban
c) Pasang Ngt untuk decompresi
d) Obsevasi tanda-tanda inflamasi perikoneum (peritonitis) lapor
dokter pj
e) Kolaborasi pemeriksaan darah DPL
BAB III
TREN DAN ISU TERKAIT TRAUMA ABDOMEN
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan
lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan,
menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah
komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien.
Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan A (Airway),
B (Breathing), C (Circulation).

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan
lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa khususnya,
untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. Et all.2015.Nursing Interventions Classification (NIC)


edition 6th.Singapore : Elsevier

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI :


Jakarta

Moorhead, Sue, et al.2015.Nursing Outcomes Classification (NOC)


Measurement of Health Outcomes edition 5th.Singapore : Elsevier.

Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai