Anda di halaman 1dari 11

1.

Ekononomi Intrnasional

1.1 Ekonomi Internasional adalah ilmu ekonomi yang membahas akibat


saling ketergantungan antara negara-negara di dunia, baik dari segi perdagangan
internasional maupun pasar kredit internasional. Sumber energi Amerika Serikat,
misalnya, sangat bergantung pada produsen luar negeri,
sedangkan Jepang mengimpor hampir setengah dari makanan yang di konsumsi
oleh penduduknya. Sebaliknya, negara-negara berkembang sangat membutukan
teknologi yang dikembangkan dan dihasilkan oleh negara-negara industri. Dalam
jangka panjang, pola perdagangan internasional ditentukan oleh prinsip-prinsip
keunggulan komparatif.

1.2 Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu
dengan individu), antara individu denganpemerintah suatu negara atau pemerintah
suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur
Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan
politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun
turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan
kehadiran perusahaan multinasional.
2. Hubungan Bilateral Indonesia dengan Swiss

2.1 Sejarah Kerja Sama Indonesia dengan Swiss

Pada tahun 1952, Swiss dan Indonesia menjalin hubungan diplomatik. Kerja sama
pembangunan antara Indonesia dan Swiss dimulai pada tahun 1960-an dan suatu
kerangka hukum untuk kerja sama teknis antara kedua negara dibentuk tahun
1971.

Selama 20 tahun (1976-1996), Indonesia merupakan negara yang menjadi


prioritas bagi Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC), Badan
Swiss untuk Pembangunan dan Kerja Sama. Kegiatan SDC – dengan jumlah dana
sebesar 265,5 juta Franc Swiss Franc– difokuskan pada empat sektor utama:
pengembangan SDM, perencanaan perkotaan dan pembangunan infrastruktur,
layanan kesehatan, serta pembangunan pedesaan. Pada tahun 1992 SDC
memutuskan untuk mengakhiri kegiatan-kegiatannya secara bertahap dalam kurun
waktu 10 tahun. Jumlah dana yang dialokasikan untuk bantuan menurun dari 20
juta Franc Swiss Frank per tahun di tahun 1992 menjadi 4 juta Franc Swiss Frank
di tahun1998. Kantor Kerja Sama (Cooperation Office) mengakhiri kegiatannya di
tahun 1998.

Dalam periode initersebut, Swiss juga memberikan dukungan di bidang kerja


sama pembangunan ekonomi melalui State Secretariat for Economic Affairs
(SECO), Sekretariat Negara untuk Bidang Ekonomi, terutama melalui kredit
campuran. Pemberian lini kredit pertama disetujui di tahun 1983, kemudian
diikuti oleh kredit yang kedua di tahun 1991. Yang menjadi Pemberian kredit
campuran ini ditujukan fokus sektoral ialah pada sektor infrastruktur
perhubungan.
2.1 Kerjasama di bidang Ekonomi, Perdagangan, dan Investasi

Swiss merupakan salah satu negara industri maju di Eropa yang kekuatan
ekonominya bertumpu pada pengelolaan usaha industri kecil menengah yang
sangat berkembang dan kompetitif di tataran internasional. Swiss juga merupakan
salah satu mitra penting Indonesia dalam bidang perdagangan dan
investasi. Pemerintah Swiss memberikan perhatian, dukungan dan bantuan yang
cukup signifikan dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia melalui kerjasama pembangunan, khususnya yang ditujukan bagi
pengembangan dan peningkatan kapasitas(capacity building) untuk meningkatkan
daya saing (competitiveness) kalangan usaha kecil dan menengah Indonesia untuk
memasuki pasar perdagangan internasional.

Sejak Periode tahun 2006 s.d 2010, total volume perdagangan kedua negara
mengalami peningkatan sebesar 2,68% (namun masih menunjukkan angka defisit
bagi Indonesia). Total volume perdagangan tertinggi terjadi pada tahun 2008
sebesar US$. 983,86 juta dan mengalami penurunan sebesar 36,83% pada tahun
2009 menjadi sebesar US$. 621,48 juta yang disebabkan oleh dampak krisis
keuangan global. Namun kondisi ini terus mengalami perbaikan pada tahun 2010
yang ditandai dengan kenaikan volume perdagangan kedua negara sampai dengan
kuartal IV 2010 (Desember 2010) yang mencapai sebesar US$. 643, 30 juta atau
naik sebesar 3,57% pada periode yang sama tahun 2009.

Komoditi ekspor utama Indonesia ke Swiss, seperti: minyak atsiri, garmen, sepatu
dan perlengkapannya, produk elektronik, furniture, minyak kopi, teh, rempah-
rempah, tumbuhan, plastik dan produknya serta timah yang memiliki nilai produk
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan komoditi ekspor Swiss ke Indonesia,
antara lain: suku cadang mesin pembangkit listrik, produk farmasi, produk kimia,
bahan pewarna dan bahan kosmetik.
Swiss, berdasarkan catatan BKPM, menempati urutan negara investor ke-15
dibandingkan dengan negara-negara lain untuk periode 1 Januari 1990 s.d 2009
dengan total nilai investasi sebesar USD 740.742.270 dengan 120 proyek. Pada
periode 1 Januari 2005 s.d 30 September 2009 terdapat 36 proyek dengan nilai
investasi sebesar USD 313.090.000. Sedangkan pada periode 1 Januari sampai 31
Desember 2010 terdapat 11 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 129,6 juta.

Kerjasama di bidang Sosial Budaya dan Pendidikan

Antara Indonesia dan Swiss telah terjalin hubungan kerjasama di bidang sosial
budaya yang berjalan cukup baik meskipun antara kedua negara belum terdapat
persetujuan bilateral di bidang ini. Dalam kaitan ini, kerja sama pendidikan
antara RI – Swiss sejauh ini masih perlu dioptimalkan. Setiap tahun, Pemerintah
Swiss memberikan kesempatan bagi para mahasiswa yang berprestasi dari
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, untuk mengikuti program beasiswa
tingkat paska sarjana (S2) di Swiss. Kesempatan tersebut belum dimanfaatkan
secara maksimal dimana rata-rata hanya 2-3 mahasiswa Indonesia per tahun yang
memperoleh beasiswa tersebut. Pemerintah Indonesia juga memberikan
kesempatan kepada WN Swiss untuk mengikuti pendidikan bahasa Indonesia,
melalui program beasiswa Darmasiswa.

Di bidang pariwisata, kedua negara telah menanda-tangani Perjanjian


Kerjasama Pariwisata RI-Swiss dalam kesempatan kunjungan Presiden Swiss ke
Jakarta pada tanggal 7 Juli 2010. Sebagai tindak-lanjut dari perjanjian kerjasama
tersebut, pada tanggal 16 September 2010 telah dibentuk Project Arrangement
Pengembangan Pariwisata Pulau Flores-NTT yang ditandatangani oleh Sekjen
Kembudpar dan pihak SECO Swiss di Kupang-NTT. Dalam Project
Arrangement tersebut pihak Swiss telah memberikan bantuan pengembangan
Pariwisata dengan nilai sebesar USD 4.8 juta untuk jangka waktu 4 tahun
Pada tahun 2003, SECO mulai mengurangi bantuan yang disalurkan melalui
instrumen ini, namun tetap memberikan bantuan melalui proyek IFC PENSA
(Program for Eastern Indonesia SME Assistance, Program Bantuan UKM di
Kawasan Indonesia Timur), proyek promosi kegiatan usaha yang dilaksanakan
melalui Swiss Import Promotion Programme (SIPPO), Program Promosi Impor
Swiss, serta proyek untuk pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan oleh
International Tropical Timber Organization (ITTO), Organisasi Kayu Tropis
Internasional.

Saat terjadinya tsunami tahun 2004, SDC mengalokasikan dana bantuan


kemanusiaan sejumlah sekitar 13 juta Franc Swiss Frank untuk bantuan tanggap
darurat dan rekonstruksi di Aceh. Program-program tersebut berakhir tahun 2010,
dengan adanya satu pengecualian kecuali: bantuan teknis untuk pembuatan
fasilitas pengolahan air minum di Banda Aceh yang berjalan hingga akhir tahun
2011.

Pada tahun 2008, Indonesia menjadi negara prioritas bagi kerja sama
pembangunan ekonomi SECO dalam kerangka kredit untuk kerja sama
pembangunan periode 2009-2012 yang telah disetujui oleh parlemen Swiss. Pada
titik ini, SECO memfokuskan kembali kegiatannya pada di sejumlah beberapa
negara berkembang yang tengah berupaya meraih status sebagai negara
berpendapatan menengah.

2.3 Kerja Sama Pembangunan Ekonomi Saat Ini

SECO merupakan bagian dari Departemen Federal Swiss Bidang Ekonomi


(FDEA) dan bertanggung jawab atas perencanaan dan implementasi pelaksanaan
langkah-langkah kebijakan ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara
berkembang. Tujuan utama SECO ialah mengintegrasikan negara-negara mitra ke
dalam perekonomian global dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
di negara-negara tersebut agar dapat berkontribusi pada pengurangan pengentasan
kemiskinan. Bantuan SECO difokuskan pada tema-tema yang memungkinkan
SECO banyak membantu meningkatkan nilai, dan juga dimaksudkan untuk
mampu memicu dan melengkapi upaya-upaya yang dilakukan pemerintah negara
mitra, entitas regional, dan sektor swasta.

Program SECO di Indonesia diuraikan dalam Indonesia Country Strategy 2017-


2020. Dokumen ini merupakan kerangka pedoman bagi pemberian bantuan dari
Swiss.

Swiss telah menandatangani Komitmen Jakarta pada tahun 2009, dan


berkomitmen untuk melaksanakan prinsip-prinsip Deklarasi Paris tentang
Efektivitas Bantuan bersama dengan para Mitra Pembangunan Indonesia lainnya.

2.4 Bidang Intervensi SECO

Dalam mendukung tujuan kerja sama dengan negara mitra, SECO


menitikberatkan upaya-upayanya pada bidang intervensi berikut ini:

1. Dukungan Makroekonomi (WEMU)

2. Pengembangan Sektor Swasta (WEIF)

3. Promosi Perdagangan (WEHU)

4. Pembiayaan Infrastruktur (WEIN)

 Dukungan makroekonomi

Kerangka makroekonomi yang stabil, reformasi ekonomi pasar, dan lembaga yang
berfungsi dengan baik merupakan hal penting bagi pembangunan ekonomi.
Langkah-langkah dalam dukungan ini menyasar kebijakan moneter yang sesuai,
anggaran keuangan yang berimbang, dan sektor keuangan yang kokoh. SECO
juga bertanggung jawab memberikan langkah-langkah peringanan utang yang
efektif bagi para debitur publik.
 Pengembangan Sektor Swasta

Pengembangan industri swasta serta dorongan bagi investasi swasta merupakan


hal penting bagi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
SECO berkontribusi pada peningkatan lingkungan usaha, mendorong Usaha Kecil
Menengah (UKM) mengakses pembiayaan, dan mendukung pengembangan usaha
UKM dengan cara menyediakan pengetahuan praktis (know-how).

 Promosi Perdagangan

Liberalisasi perdagangan global menciptakan peluang-peluang baru bagi seluruh


pemain pasar. Negara-negara berkembang memiliki keunggulan komparatif yang
perlu digunakan untuk membawa manfaat bagi pembangunan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja. SECO memberikan dukungan bagi negara-negara
tersebut agar dapat memanfaatkan peluang-peluang dimaksud dengan cara:

 Memajukan kebijakan perdagangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara


sosial dan ramah lingkungan

 Memperkuat potensi ekspor bagi perusahaan-perusahaan di negara-negara mitra


melalui penyebarluasan informasi tentang pengetahuan tata cara ekspor serta
pelaksanaan standar dan label

 Memfasilitasi akses ke pasar Eropa.

Sistem preferensi tarif yang memfasilitasi akses bagi negara berkembang ke pasar
Swiss juga merupakan elemen penting dalam langkah-langkah tersebut.
 Pembiayaan Infrastruktur

SECO mendukung penyediaan infrastruktur di bidang energi, lingkungan hidup,


air, dan perhubungan. Dukungan ini secara khusus mencakup membentuk atau
memperbaiki infrastruktur utilitas publik, meningkatkan manajemen utilitas
publik, dan memastikan kelancaran pembiayaan ongkos operasional dan
pemeliharaan. Dukungan SECO juga memberikan akses pada sumber-sumber
pembiayaan lainnya kepada utilitas publik, seperti misalnya kemitraan publik-
swasta. Dukungan ini juga berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi energi dan
mengurangi polusi lingkungan.

3. Neraca Perdagangan Indonesia dengan Swiss


 Pembiayaan Infrastruktur

SECO mendukung penyediaan infrastruktur di bidang energi, lingkungan hidup,


air, dan perhubungan. Dukungan ini secara khusus mencakup membentuk atau
memperbaiki infrastruktur utilitas publik, meningkatkan manajemen utilitas
publik, dan memastikan kelancaran pembiayaan ongkos operasional dan
pemeliharaan. Dukungan SECO juga memberikan akses pada sumber-sumber
pembiayaan lainnya kepada utilitas publik, seperti misalnya kemitraan publik-
swasta. Dukungan ini juga berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi energi dan
mengurangi polusi lingkungan.
Neraca Perdagangan Indonesia dengan Swiss

Tren Jan-Jul Peru


d(%) b.(%)
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2018
- 2017 2018 /201
2017 7
TOTAL
PERDAG 791.5 761.5 1.705. 2.922. 2.054. 38,4 1.410. 913.0 -
ANGAN 64,90 28,50 922,30 116,60 391,10 3 816,60 36,80 35,28
-
26,9 -
MIGAS 248,4 414,2 127,8 64,6 131,1 2 128,9 21,9 82,98
NON 791.3 761.1 1.705. 2.922. 2.054. 38,4 1.410. 913.0 -
MIGAS 16,50 14,30 794,50 052,00 260,00 5 687,70 14,80 35,28
81.94 133.8 1.071. 2.199. 1.244. 127, 878.04 441.7 -
EKSPOR 5,20 95,30 661,20 814,00 782,50 97 7,60 60,90 49,69
MIGAS 0 0 0,4 0 0 0 0
NON 81.94 133.8 1.071. 2.199. 1.244. 127, 878.04 441.7 -
MIGAS 5,20 95,30 660,80 814,00 782,50 97 7,60 60,90 49,69
709.6 627.6 634.26 722.30 809.60 532.76 471.2 -
IMPOR 19,70 33,20 1,20 2,60 8,60 4,12 9,00 75,90 11,54
-
26,9 -
MIGAS 248,4 414,2 127,4 64,6 131,1 2 128,9 21,9 82,98
NON 709.3 627.2 634.13 722.23 809.47 532.64 471.2 -
MIGAS 71,30 19,00 3,70 8,00 7,50 4,13 0,10 54,00 11,52
NERACA - - - -
PERDAG 627.6 493.7 437.40 1.477. 435.17 345.27 29.51 108,5
ANGAN 74,50 38,00 0,00 511,40 3,90 8,70 5,00 5
-
- - 26,9
MIGAS 248,4 414,2 -127 -64,6 -131,1 2 -128,9 -21,9 82,98
- - - -
NON 627.4 493.3 437.52 1.477. 435.30 345.40 29.49 108,5
MIGAS 26,10 23,80 7,10 576,00 5,00 7,60 3,10 4

Sumber: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi,


Kementerian Perdagangan
HUBUNGAN PERDAGANAN INTERNASIONAL

INDONESIA-SWISS

Disusun Oleh:

Agung Rahmatullah 2015 102 159

MANAJEMEN / VII C

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INSAN PEMBANGUNAN

2018/2019

Anda mungkin juga menyukai