Anda di halaman 1dari 25

1.

Konteks Penelitian

Perubahan format radio di Radio Mara yang semula radio dewasa dengan

hampir seluruh programnya adalah program news menjadi radio dewasa muda tentu

akan membuat radio tersebut harus mulai membangun kembali citra dan

eksistensinya. Dalam hal ini proses re-branding akan diperlukan guna mengganti

positioning Radio Mara menjadi Mara FM dalam benak pendengarnya dan

memunculkan identitas baru Mara FM menjadi radio dewasa muda. Tentu re-

branding tidak akan mudah dilakukan dan tentu akan banyak tantangan yang

ditemui, terlebih Radio Mara sudah bertahun-tahun dikenal sebagai Radio Dewasa

dengan hampir seluruh programnya adalah di Kota Bandung.

Menarik untuk diteliti adalah ketika Radio Mara secara perlahan melakukan

rebranding pada tahun 2008, setelah adanya pergantian pengurus management.

Padahal sebelumnya di tahun 2001, Radio Mara menyatakan tidak tertarik untuk

mengganti format siarannya. Dikutip dari http://www.pantau.or.id1 “Sungguhpun

demikian, Mara tidak tertarik untuk putar haluan, dan kembali ke titik nol saat titik

tujuan sudah di depan mata. Mara tak ingin kehilangan jejak sejarah, investasi

sumber daya manusia dan idealisme. Orang tahu, sekurang-kurangnya sejak 1985

Mara sudah terbiasa memproduksi dan menyalurkan berita sendiri. Sumber daya

manusia di dalamnya jelas diarahkan ke sana. Dan ini makan waktu panjang, biaya,

keringat, pengorbanan.” Sebagai radio yang sudah puluhan tahun mengudara, tentu

Radio Mara sudah mempunyai tempat di hati para pendengar setianya. Radio Mara

1
http://www.pantau.or.id/index.php/%253F/=c/?/=d/82

1
sendiri sudah lengket dengan citra sebagai radio berita, informasi, dan full-service

station bagi penduduk kota Bandung. Pada era ini, tepatnya sejak 1993, untuk selalu

menjaga kecepatan dan keakuratan informasi dan berita-beritanya Radio Mara

membentuk tim yang disebut Buras (back up room rapidity approaching sources)

di bagian redaksi pemberitaannya. Namun pada tahun 2008, Radio Mara melakukan

pergantian management dikarenakan alasan keuangan perusahaan serta rating yang

buruk untuk program berita2.

Semakin tingginya persaingan di dunia radio terkadang memaksa beberapa

radio untuk mengubah positioning mereka mengikuti trend saat ini. Selain itu,

pergantian management juga turut mempengaruhi terjadinya proses re-branding ini.

Proses rebranding ini merupakan salah satu tugas dari seorang public relation.

Seorang public relation kemudian dituntut untuk mampu mencari formula yang

tepat sehingga menunjang keberhasilan rebranding tersebut.

2. Fokus Penelitian

Seperti yang dipaparkan diatas, penulis nantinya akan fokus mengenai

“Bagaimana proses re-branding Radio Mara menjadi Mara FM dari radio news

menjadi radio musik?”

2
https://jrki.wordpress.com/2008/02/04/surat-dari-aji-bandung/

2
3. Pertanyaan Penelitian

Dari fokus penelitian tadi, saya menemukan pertanyaan – pertanyaan

mengenai proses re-branding Mara FM menggunakan teori excellence:

1. Bagaimana penerapan teori excellence oleh public relations Mara FM dalam

rebranding Mara FM?

2. Sejauh mana aspek excellence communication dapat dijalankan dalam

rebranding?

3. Hambatan apa saja yang ditemui oleh Public Relations Mara FM dalam

proses rebranding?

4. Bagaimana proses evaluasi rebranding Mara FM berdasarkan teori

excellence?

4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, tujuan penelitian ini nantinya

adalah :

1. Mengetahui penerapan teori excellence oleh public relations Mara FM

dalam rebranding Mara FM

2. Sejauh mana aspek excellence communication dapat dijalankan dalam

rebranding radio Mara FM

3. Mengetahui hambatan apa saja yang ditemui oleh Public Relations Mara

FM dalam proses rebranding

4. Mengetahui evaluasi rebranding radio Mara FM

3
5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sumbangan dari penulis

untuk kajian ilmu komunikasi khusunya Ilmu Hubungan Masyarakat dalam hal

melakukan rebranding pada sebuah perusahaan atau instansi yang pada penelitian

ini menggunakan teori Excellence untuk sebuah proses rebranding. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tugas dan peran Public

Relations dalam proses rebranding perusahaan.

6. Setting Penelitian

6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Mara FM Jl. Dipati Ukur no.5 Bandung

6.2 Waktu Penelitian

Bulan 2019
No Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni
Pengumpulan
1
Refrensi
2 Pengajuan Judul
Pembuatan
3
Proposal
4 Seminar Proposal
Perbaikan
5
Proposal
6 Pengumpulan Data
7 Analisis Data
Penyusunan
8
Laporan
9 Sidang Skripsi
10 Perbaikan Skripsi

Tabel 6.1 Timetable Penelitian

4
7. Kerangka Pemikiran

7.1 Kerangka Konseptual

Konsep saya dalam penelitian ini nantinya akan terfokus kedalam 2

unsur yakni Public Relation dan Rebranding dalam kaitannya dengan teori

excellence dari Grunig. Dalam sebuah penciptaan brand, seorang praktisi

humas perusahaan hendaknya diikutsertakan dalam pengambilan

keputusan dikarenakan akan berhubungan langsung dengan citra yang

terbentuk. Didalam teori excellence, terdapat premis-premis dasar yang

diperlukan ketika Public Relations berkontribusi membuat aktivitas

organisasi berjalan efektif. Public relation adalah proses interaksi dimana

seorang praktisi humas menciptakan opini publik sebagai input yang

menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian,

menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan

keinginan baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik

dari publiknya. Public Opinion menyebutkan bahwa public relation adalah

profesi yang mengurusi hubungan antara suatu perusahaan dan publiknya

yang menentukan hidup perusahaan itu (Widjaja,2001

Dalam buku dasar-dasar public relation (Wilcox dan

Cameron,2006:5) juga mengatakan bahwa “Public Relationsis a

management function, of a continuing and planned character, through

which public and private organizations and institutions seek to win and

retain the understanding, sympathy, and support of those with whom there

5
are or maybe concerned by evaluating public opinion about themselves, in

order to correlate, as far as possible their own policies and procedures, to

achieve by planned and widespread information more productive

corporation and more efficient fulfillment of their common interests”.

yang kurang lebih memiliki arti Public Relations merupakan fungsi

manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara

berkesinambungan oleh organisasi atau lembaga umum dan swasta untuk

memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari

mereka yang mempunyai hubungan atau kaitan, dengan cara mengevaluasi

opini publik mengenai organisasi atau lembaga tersebut, dalam rangka

mencapai kerjasama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi

kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang

terencana dan tersebar luas.

Tujuan utama dari public relation adalah mempengaruhi perilaku

orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui

dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya

penting terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan (Davis, 2003).

Menurut Rosady Ruslan (2001:246) tujuan public relation adalah

sebagai berikut:

a. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk

publik eksternal atau masyarakat dan konsumen.

6
b. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran

dengan perusahaan.

c. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation.

d. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan

merek.

e. Mendukung bauran pemasaran.

Berdasarkan point e diatas, seorang praktisi humas mempunyai

tujuan untuk turut serta mendukung bauran pemasaran. Pengertian Brand

menurut Kotler (2009: 332) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau

rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk

mendiferensiasikannya (membedakan) dari barang atau jasa pesaing.

Rebranding adalah strategi pemasaran yang mana perusahaan membuat

sebuah nama baru, tagline, simbol, desain yang diciptakan untuk merek

yang sudah terkenal dengan tujuan pengembangan, memberikan sebuah

pembaharuan di benak konsumen, investor, dan pesaing.

Seringkali rebranding ini melibatkan perubahan pada logo, nama,

gambar, strategi pemasaran, dan tema iklan. Menurut Muzellec dan

Lambkin (2005) pengertian yang tepat dari rebranding yaitu menciptakan

suatu nama yang baru, istilah, simbol, desain, atau suatu kombinasi

kesemuanya untuk satu brand yang tidak dapat dipungkiri dengan tujuan

7
dari mengembangkan differensiasi (baru) posisi di dalam pikiran dari

stakeholders dan pesaing.

Dalam teori Excellence disebutkan bahwa ada 3 stage manajemen

strategis public relations yang mana diharapkan pada setiap stage-nya,

peneliti dapat menemukan aktivitas dan atau hasil riset yang dilakukan

oleh PR Mara FM disetiap stagenya.

7.2 Kerangka Teoritis

7.2.1 Teori Excellence oleh Grunig

Excellence Communication merupakan sebuah konsep yang

diperoleh dari studi yang dilakukan pada tahun 1990-1991 oleh

James Grunig beserta timnya mengenai aspek ideal peran Humas

di dalam organisasi. Excellence Communication adalah aspek yang

dapat membantu organisasi untuk menjadi lebih efektif dan

memperoleh kemudahan dalam mencapai tujuannya. Hal ini

dikarenakan, organisasi yang telah menjalankan Excellence

Communication telah memiliki hubungan baik dengan semua

publiknya, internal dan eksternal sehingga aktivitasnya dapat

berjalan lancar tanpa ada hambatan.

Excellence Communication berasal dari Excellence Study

yang dilakukan Grunig bersama rekan-rekannya satu tim yang

beranggotakan David Dozer, Larissa Grunig, William Ehling, Fred

8
Repper, dan John White. Excellence Study menghasilkan

Excellence Theory yang merupakan teori yang membahas

mengenai fungsi dan peran ideal Humas yang harus dilaksanakan

di dalam lembaga atau organisasi. Inti dari Excellence Theory yang

membahas mengenai fungsi dan peran Humas yang ideal adalah

Excellence Communication. Excellence Communication

memberikan pemaparan mengenai kriteria yang seharusnya

dipenuhi untuk menciptakan keberhasilan organisasi atau

organisasi yang Excellence melalui penerapan Humas yang baik.

Excellence Communication terdiri dari tiga aspek (sphere),

yaitu knowledge core (dasar pengetahuan), shared expectations

(harapan bersama dengan koalisi dominan), dan participative culture

(budaya yang patisipatif di dalam organisasi) (Dozier & Grunig,

1995: 10). Knowledge core merupakan dasar pengetahuan yang

harus dimiliki oleh komunikator mengenai peran manajerial atau

menjalankan majamenen strategi operasional dan bentuk

komunikasi yang ideal di dalam organisasi. Di dalam knowledge

core, dijelaskan komunikasi yang ideal menurut Excellence

Communication adalah komunikasi dua arah (two way

communications) antara organisasi dan publik. Komunikasi ini

dapat berupa komunikasi yang asimetris dan simetris

(asymmetrical and symmetrical communications).

9
Pada komunikasi dua arah asimetris, Humas melakukan

persuasi dalam mempengaruhi publik untuk mendukung organisasi

dan bertindak sesuai keinginan organisasi. Sedangkan dalam

komunikasi dua arah simetris, Humas dituntut untuk melakukan

negosiasi dengan pimpinan organisasi atau koalisi dominan untuk

mempertimbangkan masukan dari Humas mngenai kebijakan. Jadi,

dalam mencapai komunikasi dua arah tersebut, Humas memainkan

peran penting sebagai mediator antara organisasi dengan publiknya.

Dengan adanya komunikasi dua arah asimetris dan simetris maka

telah terbentuk hubungan yang baik antara organisasi dengan publik

dan itu dapat mendukung organisasi dalam mencapai tujuannya.

(Dozier & Grunig, 1995: 13).

Menurut Grunig & Hunt (dalam Kriyantono, 2014), teori

excellence merupakan pengembangan dari empat model public

relations ( Press Agentry: , Public Information, two-Way

Asymetric, dan Two-Way Symetric) yang diterapkan praktisi puclic

relations dalam menjalin hubungan dengan publik dan

pengembangan dari teori situational of the public. Teori excellence

menganggap bahwa public relations bukan hanya berperan sebagai

alat persuasif atau sebagai komunikator untuk menyebarluaskan

informasi saja, namun dianggap sebagai profesional yang

melaksanakan peran sebagai manajer yang menggunakan penelitian

dan dialog untuk membangun hubungan yang sehat dengan

10
publiknya (Kriyantono, 2014).

Pada Kriyantono (2014), menjelaskan bahwa teori

excellence memiliki 10 premis yang berguna untuk menghasilkan

public relations yang excellence, yakni :

1. Dalam fungsi strategis manajemen, suatu organisasi harus

melibatkan aktivitas public relations. Public relations harus turut ikut

dalam pengambilan keputusan agar mengasilkan kebijakan yang

mencerminkan kualitas hubungan dengan publik.

2. Public relations harus mendapatkan akses langsung kedalam

kelompok dominan dan dapat langsung berkomunikasi dengan

manajer senior.

3. Organisasi harus memiliki fungsi public relations yang

terintegrasi kedalam satu departemen sendiri

4. Public Relation yaitu fungsi manajemen yang terpisah dengan

manajemen yang lain

5. Manajer publik relations haruslah seorang yang bercirikan manajer

komunikasi, bukan teknisi komunikasi

6. Mengadopsi model two way asymmetric sebagai basis utama

menjalin relasi publik

7. Komunikasi internal bersifat two way symmetric, berupa

desentralisasi struktur yang menjamin otonomi antarbagian, dialog

dua arah, dan memberi peluang anggota organisasi terlibat dalam

mekanisme pengambilan keputusan.

11
8. Fungsi public relations model symmetric, peran manajerial,

pelatihan akademik public relation dan profesionalitas dilaksanakan

dengan berdasarkan ilmu pengetahuan yang memadai tentang

bagaimana menjalankan peran manajerial dalam system symmetric

9. Adanya diversitas peran dalam menjalankan fungsi public relation

10. Dalam menjalankan fungsinya, praktisi publik relation harus

mengutamakan kode etik dan integritas profesi.

Melalui 10 premis teori excellence terdapat dasar mengenai

situasi prasyarat yang diperlukan jika public relations berkontribusi

membuat aktivitas organisasi berjalan efektif. Menurut Grunig &

Repper dalam (Kriyantono, 2014), teori excellence menawarkan

suatu model manajemen program yang mampu membuat public

relations menjadi excellence, yaitu model manajemen strategis

public relations. Model ini didasarkan pada perpaduan misi

organisasi dan kondisi lingkungan. Model manajemen strategis

public relation menurut Grunig & Repper yang dikutip

dari (Kriyantono, 2014) :

1. Stakeholder stage.

Organisasi mempunyai relasi dengan stakeholder jika aktivitas

organisasi dan stakeholder saling memengaruhi. Public relation

mesti melakukan riset formatif di awal program untuk men-scan

12
lingkungan dan aktivitas organisasi untuk mengidentifikasi

pengaruh yang terjadi

2. Public Stage

Publik terbentuk jika stakeholder menyadari beberapa pengaruh

interaksinya dengan organisasi memunculkan masalah dan berusaha

melakukan aktivitas tertentu untuk meresponnya. PR harus meneliti

untuk mengidentifikasi dan membuat segmentasi publik.

3. Issue Stage

Public relations diharap mengantisipasi isu-isu terkait organisasi dan

mengidentifikasi respons publik terhadap isu-isu tersebut. Ini

dikenal sebagai manajemen isu.

13
7.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Strategi Public Relations dalam Proses


Rebranding Radio Mara FM Bandung

Excellence Theory of
Public Relations by
Grunig

1.Bagaimana 1.Hambatan apa saja


penerapan teori 1.Sejauh mana 1.Proses evaluasi
yang ditemui oleh
excellence oleh public aspek excellence rebranding Mara
Public Relations Mara
relations Mara FM communication FM berdasarkan
FM dalam proses
dalam rebranding dapat dijalankan teori excellence?
rebranding?
Mara FM? dalam rebranding?

Rebranding dan Citra


Radio Mara yang
terbentuk

Bagan 7.1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan bagan diatas, penelitian yang akan dilakukan adalah

bagaimana proses rebranding di radio mara disangkutkan dengan teori excellence

dari grunig. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana teori excellence ini dapat

diterapkan dalam proses rebranding. Dari pertanyaan-pertanyaan penelitian

tersebut keluar hasil akhir bagaimana rebranding dan citra yang terbentuk serta apa

saja kegiatan PR di Radio Mara guna mencapai hasil tersebut. Teori Excellence

14
dianggap teori yang cocok untuk penelitian ini dikarenakan teori Excellence ini

sudah mencakup fungsi dan tugas seorang PR secara keseluruhan.

8. Metodologi Penelitian

8.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian

Paradigma penelitian merupakan seperangkat konsep, keyakinan, asumsi,

nilai, metode, atau aturan yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah

penelitian. Paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari,

pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan, dan aturan-aturan apa yang harus

diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh (Ikbar, 2012: 51). Paradigma

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma penelitian

konstruktivisme sosial. Konstruktivisme sosial meneguhkan asumsi bahwa

individu-individu selalu berusaha memahami dunia di mana mereka hidup dan

bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna subjektif atas

pengalamanpengalaman mereka, makna-makna yang diarahkan pada objek–objek

atau bendabenda tertentu (Creswell, 2014: 11). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan paradigma konstruktivisme karena peneliti ingin mencari dan

memahami pandangan-pandangan informan mengenai strategi rebranding pada

Mara FM.

Menurut Mulyana (2001), Studi Kasus adalah metode riset yang

menggunakan sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti,

mengurai, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu,

15
kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Studi kasus

merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang menelaah sebuah "kasus"

tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer. Penelitian studi

kasus dapat memilih tipe penelitiannya berdasarkan tujuan, yakni studi kasus

instrumental tunggal yang berfokus pada satu isu atau persoalan tertentu, studi

kasus kolektif yang memanfaatkan beragam kasus untuk mengilustrasikan suatu

persoalan penting dari berbagai perspektif, studi kasus intrinsik yang fokusnya

adalah pada kasus itu sendiri, karena dianggap unik atau tidak biasa.

8.2 Sumber data, Subjek, Objek Penelitian

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

(dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh

peneliti dari sumber yang sudah ada. Data primer akan peneliti peroleh dari

hasil wawancara dengan subjek penelitian. Contoh data sekunder misalnya

catatan atau dokumentasi perusahaan berupa publikasi perusahaan, literatur,

data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

Subjek Penelitian atau responden yaitu pihak-pihak yg dijadikan

sebagai contoh dalam suatu penelitian. Subjek penelitian pun membahas

karakteristik subjek yg dipakai dalam penelitian, termasuk juga penjelasan

berkaitan komune, sample & teknik sampling (acak/non-acak) yang

diperlukan. Subjek penelitian menurut Amirin (1986) adalah seorang atau

16
sesuatu tentang yang mengenainya mau diperoleh keterangan. Menurut

Suharsimi Arikunto (1989) berikan batasan subjek penelitian yang

merupakan benda, elemen atau orang area data buat variabel penelitian

melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam satu buah penelitian, subjek

penelitian mempunyai peran yang amat strategis dikarenakan terhadap

subjek penelitian, itulah data berkenaan variabel yang peneliti bakal amati.

Ringkasan dari ke-2 pengertian di atas subjek penelitian yaitu individu,

benda, atau organisme yang dijadikan sumber berita yang dibutuhkan dalam

pengumpulan data penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, pemilihan subjek penelitian bakal

memakai criterion-based selection(Muhajir, 1993), yang didasarkan

terhadap asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian

yg diajukan. Tidak cuma itu dalam penentuan informan, bisa dimanfaatkan

model snow ball sampling. Metode ini dipakai buat menambah area subjek

penelitian. Faktor lain yg mesti didapati bahwa dalam penelitian kualitatif,

kuantitas subjek bukanlah perihal penting maka pemilihan informan lebih

didasari terhadap mutu info yg terkait bersama tema penelitian yang

diajukan. Informan nantinya adalah public relation Mara FM dan juga

General Manager dari Mara FM.

Objek Penelitian yang akan diteliti adalah proses Re-branding di

Radio Mara FM

17
8.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

dilakukan atau digunakan periset untuk mengumpulkan data. Metode

pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah :

1. Indepth Interview (Wawancara Mendalam)

Wawancara-Mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawncarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama (Sutopo 2006: 72)

2. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya

mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat

digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi,

kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada

responden yang tidak terlalu besar.

3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono [2011:329-330] Dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

18
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,

sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,

yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Hasil penelitian

dari observasi atau wawancara, akan lebih kridibel atau dapat dipercaya

kalau di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa kecil, sekolah, di

tempat kerja, di masyarakat, dan autobografi.

8.4 Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong, pengertian analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori,

dan satuan uraian dasar. Analisis data dalam penelitian kualitatif

berlangsung selama proses pengumpulan data sampai dengan selesai

pengumpulan data. Adapun proses dalam analisis data ini dilakukan dalam

tiga tahapan yaitu analisis sebelum di lapangan, analisis selama di lapangan

(Model Miles and Huberman) dan Analisis data selama di lapangan model

Spradley (Sugiyono, 2014: 90).

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan

fokus penelitian. Fokus penelitian ini bersifat sementara dan berkembang

setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Analisis data dalam

penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,

19
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode waktu tertentu. Pada

saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa

belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai

tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.

8. 5 Teknik Pengujian Keabsahan Data

Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2014: 91) mengemukakan

aktivitas dalam analisis data kualitatif ke dalam tiga tahapan yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data).

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,

semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data).

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data. Yang paling sering digunakan dalam untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

20
menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

3. Conclusing Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan buktibukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Bagan 8.1 Reduksi Data Miles and Huberman

Sumber : http://www.ssbelajar.net

21
9. Sistematika Penulisan Skripsi (Kualitatif)

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN
LEMBAR DEDIKASI
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Konteks Penelitian


1.2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian
1.2.1 Fokus Penelitian
1.2.2 Pertanyaan Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
1.5. Setting Penelitian
1.5.1 Pengertian Istilah
1.5.2 Pembatasan Masalah
1.5.2 Lokasi Penelitian
1.5.3 Waktu Penelitian
1.6. Kerangka Pemikiran
1.6.1 Kerangka Konseptual
1.6.2 Kerangka Teoretis
1.6.3 Bagan Kerangka Pemikiran

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis


2.2 Tinjauan Teoritis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian


3.1.1 Paradigma Penelitian
3.1.2 Pendekatan Penelitian
3.2 Subjek Penelitian, Objek Penelitian, Sumber Data
3.2.1 Subjek Penelitian
3.2.2 Objek Penelitian
3.2.4 Sumber Data
3.1 Teknik Pengumpulan Data
3.2 Teknik Analisis Data
3.3 Uji Keabsahan Data

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


4.2 Analisis Penelitian

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran - saran

DAFTAR PUSTAKA

23
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Austin, Pinkleton. 2006. Strategic Public Relations Management:Planning and

Managing Effective Communication Programs. New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates, Publishers.

Elvinaro. 2004. Public Relations, Suatu Pendekatan Praktis. Bandung: Pustaka

Bani Quraisy

Elvinaro. 2011. Handbook of Public Relations, Pengantar Komprehensif.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Muzellec, Laurent, Lambkin, Marry (2006). Corporate Rebranding: destroying,

transferring, or creating brand equity? European Journal of Marketing

Volume 40

Oliver, Sandra. 2007. Strategi Public Relations. Jakarta: Penerbit Esensi

(Erlangga Group)

Suhandang, Kutadi. 2004. Public Relations Perusahaan : Kajian Program

Implementasi. Bandung: Penerbit Nuansa

Wheeler, Alina. (2013). Designing Brand Identity Fourth Edition: An Essential

Guide For The Whole Branding Team. Canada: John Wiley & Son.

Inc

24
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumber Internet

www.ssbelajar.net (diakses pada tanggal 16 Februari 2019 pukul 20.30 WIB)

www.kpi.go.id (diakses pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 21.40 WIB)

www.romeltea.com (diakses pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 14.40 WIB)

www.kompas.com (diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 08.17 WIB)

www.nielsen.com (diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 08.30 WIB)

www.jurnal.unpad.ac.id (diakses pada tanggal 7 Maret 2019 pukul 13.00 WIB)

www.konsistensi.com (diakses pada tanggal 15 Maret 2019 pukul 10.15 WIB)

www.binus.ac.id (diakses pada tanggal 15 Maret 2019 pukul 13.05 WIB)

www.advertising-indonesia.net (diakses pada tanggal 15 Maret 2019 pukul 13.10

WIB)

www.pantau.or.id (diakses 19 Maret 2019 pukul 09.30 WIB)

25

Anda mungkin juga menyukai