Anda di halaman 1dari 12

Teori Belajar Behavioristik : Penerapannya dalam

Pembelajaran Kelas
Posted by Unknown Sunday, October 20, 2013

Teori belajar behavioristik adalah teori proses belajar yang bertujuan untuk memicu behavior atau kebiasaan
siswa. Hasil belajar dari metode ini adalah berupa kebiasaan yang diharapkan muncul.

Proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan memberi rangsangan kepada siswa. Sehingga perilaku kognitif
sebagai hasil rangsangan bisa diukur.Aplikasi pembelajaran secara behavioristikmembutuh 2 faktor. Yaitu stimulus-
respon dan reinforcement. Masing-masing faktor tersebut akan berpengaruh terhadap behavior atau kebiasaan
sebagai hasil pembelajaran. Berikut penjelasannya.

Stimulus adalah rangsangan yang diberikan kepada siswa. Stimulus ini merupakan input. Ketika ada input yang
masuk otomatis akan muncul output. Bentuk output dari rangsangan adalah respon bagaimana siswa berperilaku
terhadap stimulus yang diberikan. Perilaku tersebut merupakan perilaku kognitif yang bisa diukur. Sehingga behavior
bisa dikontrol sesuai dengan yang diharapkan.

Faktor berikutnya adalah reinforcement atau penguatan. Ini berupa besar kecilnya penguatan stimulus yang
diberikan. Dengan kekuatan stimulus yang berbeda maka respon yang dihasilkan juga berbeda. Di sinilah pengajar
berperan untuk memberikan besar rangsangan atau stimulus secara tepat. Tujuan dari pembelajaran secara
behavioristik adalah untuk mengubah perilaku. Dengan pengaturan reinforcement, maka perubahan perilaku
kebiasaan bisa didapat.

Teori belajar behavioristik memiliki prinsip-prinsip dasar yang perlu dipegang. Fungsinya agar pembelajaran secara
behavioristik benar-benar bisa memperoleh hasil yang diharapkan. Menurut Berliner Gage, terdapat 6
prinsip pembelajaran behavioristik. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Reinforcement and punishment


Prinsip menambahkan atau mengurangi rangsangan. Sering juga dikenal sebagai positive and negative
reinforcement. Atau secara mudahnya adalah prinsip memberikan dan menghapus rangsangan.

2. Primary and secondary reinforcement


Primary reinforcement adalah rangsangan berupa kebutuhan pokok manusia berupa makanan dan minuman serta
kenyamanan. Sedangkan secondary reinforcement adalah rangsangan yang terpengaruh dari asosiasi seseorang.

3. Schedules of reinforcement
Prinsip mengenai pemberian rangsangan/stimulus secara terjadwal. Dengan pemberian rangsangan yang terjadwal
maka respon juga bisa diketahui pengaruhnya.

4. Contingency management
Contingency management merupakan prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental seseorang. Contingency
management digunakan untuk memberikan perawatan kejiwaan kepada seseorang.

5. Stimulus Control in Operant Learning


Stimulus Control in Operant Learning adalah prinsip mengendalikan rangsangan untuk menghasilkan perilaku yang
diharapkan. Stimulus yang tidak terkendali akan menghasilkan perilaku output yang tidak sesuai.

6. The Elimination of Responses


Merupakan prinsip penghapusan perilaku yang tidak diinginkan. Terkadang perilaku yang tidak diharapkan muncul.

Oleh karena itu perilaku-perilaku tertentu sebagai sebagai output perlu dihilangkan.

Implementasi Teori Behaviorisme Dalam


Pendidikan/Pembelajaran


BAB I

PENDAHULUAN

A. Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut oleh
para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah
laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori
Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian
stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam
pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Advertisement

Loading...

B. Ringksan Artikel

1. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

a. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000).

b. Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara
hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997)
c. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori belajar behavioristik


a. Pengertian teori belajar behavioritik

Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku
manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh
faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka

b. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik memilki ciri-ciri untuk mempermudah menggunakannya

c. Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.

d. Implikasi Teori Belajar Behaviorisme

Kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam


sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa.

3. Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Pada Anak Sekolah Dasar

A. pengertian teori belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

B. Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi anak Sekolah Dasar

Salah satu tujuan utama pengajaran bahasa adalah mempersiapkan siswa untuk
melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi dapat
bermakna bagi siswa, perlu didesain secara mendalam program pembelajaran bahasa
Indonesia. Desain yang bertumpu pada kontekstual, konstruktif, komunikatif, intergratif, dan
kuantum yang didasari oleh kompetensi dasar siswa.
Kemampuan berbahasa Indonesia berarti siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menghayati bahasa dan sastra Indonesia berarti siswa
memiliki pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia, dan memiliki sikap positif terhadap bahasa
dan sastra Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Komentar Dari Artikel

1. Artikel Pertama

Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Pada artikel ini membahas tentang analisis dan aplikasi yang mempengaruhi dalam
proses pembelajaran

1. Analisis tengtang teori behavioristi

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini
tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus
dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak
dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman
penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga
dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya
mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan
adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati
tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor
yang ber
pengaruh yang mempengaruhi proses belajar. Jadi
teori belajar tidak sesederhana yang dilukiskan teori behavioristik.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan
penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk berpikir dan
berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum)
bila hukuman berlangsung lama.

3. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum
melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

2. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang


yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai
hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat,
reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam
teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia.
Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini,
seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan
sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai
dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge)ke orang yang belajar atau
siswa.Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada
melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid
(Degeng, 2006).
Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal
yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku
wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara
individual.

2. Artikel Kedua

Teori Belajar Behavioristik

3. Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin”
(Homo Mechanicus).

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku
manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini
berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku
adalah hasil belajar.

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara
hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak
dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman
penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga
dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya
mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan
adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati
tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen,
tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses
pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu,
sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak
faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan
ataushaping.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1)
Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of
Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

Prinsip-prinsip teori behaviorisme

o Obyek psikologi adalah tingkah laku

o semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek


o mementingkan pembentukan kebiasaan

4. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat dipergunakan ciri-cirinya yakni:

1. mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)

2. mementingkan bagian-bagian (elentaristis)

3. mementingkan peranan reaksi (respon)

4. mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar

5. mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu

6. mementingkan pembentukan kebiasaan.

7. ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial and error.

5. Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah
ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan
dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh
murid.

6. Implikasi Teori Belajar Behaviorisme

Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode pembelajaran bagi anak yang belum
dewasa. Karena hasil eksperimentasi bihavioristik cenderung mengesampingkan aspek-aspek
potensial dan kemampuan manusia yang dilahirkan. Bahkan bihaviorisme cenderung
menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek maupun
objek pendidikan yang netral etik dan melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai fitrah
manusia. Oleh karena itu behaviorisme cenderung antropomorfis skularistik.

3. Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Pada Anak Sekolah Dasar
Kemampuan berbahasa Indonesia berarti siswa terampil menggunakan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menghayati bahasa dan sastra Indonesia
berarti siswa memiliki pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia, dan memiliki sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

1. Pengertian Metodologi Pembelajaran Bahasa

Strategi pembelajaran merupakan aspek penting dalam kemajuan pendidikan di sekolah.


Apalagi saat ini, Indonesia mulai berbenah diri dalam pelaksanaan pendidikan bagi warganya
mulai diversifikasi kurikulum yang dapat melayani kemampuan sumber daya manusia,
kemampuan siswa, sarana pembelajaran, dan budaya di daerah. Guru diharapkan menjadi
seorang yang kaya akan teknik pembelajaran dan mampu menerapkan kapan, di mana,
bagaimana, dan dengan siapa diterapkan metode tersebut. Dari uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga paling penting dalam keberhasilan pembelajaran
adalah penguasaan metode pembelajaran.

Guru bahasa Indonesia harus menyadari sungguh-sungguh bahwa keterampilan


menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi akan tercapai bila siswa diberi kesempatan:
memahami teori, mempraktikkan teori, serta berlatih menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis.
Metode adalah cara-cara mengajar yang telah disusun berdasarkan prinsip dan sistem
tertentu. Hakikat metode pengajaran bahasa berdasarkan pendapat Basennang sesungguhnya
tidak lain adalah persoalan pemilihan bahan yang akan diajarkan, penentuan cara-cara
penyajiannya, dan cara mengevaluasinya. Orientasi pada tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
Teknik merupakan satu rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur bahan-
bahan pengajaran bahasa, tidak ada bagian-bagian yang saling bertentangan dan semuanya
berdasarkan pada asumsi pendekatan (Parera,1993:93).
H.G. Tarigan (1989:18) menyatakan bahwa “Metodologi adalah ilmu mengenai metode,
dan istilah metode ini mencakup: silabus, pendekatan, strategi/teknik, materi, dan gaya guru.
Jadi dalam setiap pengajaran diperlukan suatu metode untuk mencapai tujuan pengajaran
tersebut”.

2. Aplikasi Teknik Pengajaran Bahasa Indonesia di SD


Bahasa Indonesia diajarkan pada setiap jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar,
menengah, sampai ke perguruan tinggi. Walaupun pengajaran bahasa Indonesia sudah
dilaksanakan secara ekstensif dalam lembaga pendidikan formal, hasilnya belum memuaskan.
Kemampuan berbahasa Indonesia para siswa lulusan SD, SMP, ataupun SMA belum memadai.
Bahkan para dosen pembimbing skripsi di perguruan tinggi pun sering mengeluh karena
kemampuan berbahasa mahasiswanya kurang memuaskan.
Ahli pengajaran bahasa yang terkenal.
Macky,1972 dalam Djago Tarigan (1995: 21) menyatakan sebagai berikut:
metode bersifat netral, tidak ada metode yang baik dan dan tidak ada metode yang jelek . Baik
atau buruknya sesuatu metode ditentukan oleh guru yang menggunakan metode tersebut. Bila
guru dapat menggunakan metode tersebut maka maka metode itu menjadi baik. Sebaliknya,
bila guru menggunakan metode itu secara tidak tepat maka metode itu pun menjadi tidak baik.

3. Teknik Pengajaran Menyimak


Guru bahasa Indonesia di SD harus berupaya agar pengajaran menyimak disenangi oleh siswa.
Hal ini dapat terlaksana apabila guru benar-benar menguasai materi dan cara atau metode
pengajaran menyimak. Khusus dalam metode pengajaran menyimak tersebut guru harus
mengenal, memahami, menghayati, serta dapat mempraktikkan berbagai cara pengajaran
menyimak. Teknik pengajaran menyimak yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar, antara lain:

1. Teknik Pengajaran Berbicara

2. Teknik Pengajaran Membaca

3. Teknik Pengajaran Menulis

4. Teknik Pengajaran Apresiasi Sastra

5. Teknik Pengajaran Kebahasaan

4. Penerapan Teori Behavioristik Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak
Sekolah Dasar
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar
atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami
oleh murid.

teori behavioristik ini lebih menekankan pada hasil yang dicapai dan proses yang
dilakukan. Maka proses untuk pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia bagi anak
sekolah dasar itu sendiri lebih cocok pada metode pembelajaran yang lebih mementingkan hasil
yang dicapai. Seperti post test dan evaluasi hasil belajar yang bisa juga disebut ulangan atau
ujian. Selain itu juga dengan wawancara juga mampu mengetahui hasil berbicara siswa. Namun
juga tidak dapat menghilangkan pendekatan, metode, serta teknik pengajaran guru terhadap
murid. Karena hal tersebut sangat diperlukan untuk memberi pengetahuan atau stimulus pada
murid unruk belajar dan mendapat ilmu pengathuan yang baru dan murid juga akan berusaha
belajar dengan sendirinya.
Selain itu yang harus diperhatikan adalah hasil dari ujian itu sendiri harus memenuhi aspek
kelulusan murid ata peserta didik, antara lain berbicara, menyimak, menulis, membaca, dan
kebahasaannya. Menurut penulis yang lebih cocok teknik pengajaran dalam bahasa Indonesia
anak sekolah dasar itu adalah dengan teknik pengajaran menulis. Karena kebanyakan pada era
masa kini dalam proses ujian adalah teknik menulis.
Adapun uraian teknik pengajaran menulis antara lain dijelaskan dibawah ini.
a. Teknik Menggambar Garis
b. Teknik Menyalin Huruf
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Teori behaviorisme memandang bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respons.

b. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, salah satu diantaranya adalah proses
pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik dipengaruhi oleh perencanaan yang baik
pula.

c. Suatu perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang harus dilakukan. Dalam
perencanaan pembelajaran, guru harus menentukan skenario atau strategi atau biasa disebut
langkah-langkah pembelajaran dengan baik sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan bagi para siswa.

d. Dalam pembelajaran, guru perlu memahami kondisi siswa dengan memberikan bimbingan dan
menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi siswa. Agar seorang guru dapat memberikan
perlakuan mendidik yang diharapkan, digunakan beberapa prinsip dalam pengajaran. Prinsip
pengajaran yang diberikan biasanya mengacu pada teori-teori belajar atau konsep psikologi
tertentu.

e. Dalam perencanaan program pengajaran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
pelaksanaan pengajaran dapat berjalan lebih lancar dan hasilnya dapat lebih baik, yaitu :
Kurikulum, kondisi sekolah, kemampuan dan perkembangan siswa serta keadaan guru. Apabila
hal-hal tersebut diperhatikan dan dilaksanakan maka diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai