Anda di halaman 1dari 23

TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH

KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Sumber Air Limbah


Menurut Sugiharto (2008), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari
masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan
hal yang bersifat kotoran umum.
Hasil dari proses dekomposisi sampah organik akan menghasilkan air
limbah yang sering disebut air lindi (leachate). Lindian mengandung bahan-bahan
kimia, baik organik maupun anorganik mempunyai potensi menimbulkan
pencemaran terhadap air tanah dan lingkungan, serta sejumlah bakteri phatogen,
yang dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit ( Joko dan Sri, 2008).
Limbah cair atau buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan
lagi serta dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan
lingkungan. Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat
diutamakan agar tidak mencemari lingkungan (Mardana, 2007).

Sumber air limbah dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu(Metcalf and Eddy,
2003):
1. Air limbah domestik atau rumah tangga
Limbah cair domestik adalah limbah cair yang berasal dari usaha dan atau
kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan
asrama. Air limbah domestik mengandung berbagai bahan, yaitu kotoran, urine,
dan air bekas cucian yang mengandung deterjen, bakteri, dan virus
2. Air limbah industri
Air yang dihasilkan oleh industri, baik akibat proses pembuatan atau
produksi yang dihasilkan industri tersebut maupun proses lainnya Limbah non
domestik adalah limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, perternakan,
perikanan,transportasi, dan sumber-sumber lain
3. Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya air tanah ke dalam saluran air buangan melalui
sambungan pipa,pipa bocor, atau dinding manhole, sedangkan inflow adalah
masuknya aliran air permukaan melalui tutup manhole, atap, area drainase, cross
connection saluran air hujan maupun air buangan
2.2 Jaringan Sistem Penyaluran Air Limbah
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya
menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi
menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya di salurkan ke

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-1


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

saluran utama atau saluran drainase. Jenis-jenis sistem penyaluran air limbah
adalah sebagai berikut (Fajarwati, 2000) :
1. Sistem Penyaluran Terpisah
Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system / full
sewerage adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan
riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran
drainase khusus untuk air yang tidak tercemar.
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai
dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi
dan pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas
untuk jaringan masing-masing sistem saluran.

Gambar 2.1 Sistem Saluran Terpisah


2. Sistem Penyaluran Tercampur
Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan
yang tercampur dengan air limpasan hujan. Kelebihan sistem ini adalah hanya
diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam
operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan
konsentrasi pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan.
Sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan
air buangan yang cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan
ukuran riol yang berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk
menempatkan instalasi pengolahan. buangan.

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-2


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Gambar 2.2 Sistem Penyaluran Tercampur


3. Sistem Kombinasi
Pada sistem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah
interceptor, dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama sampai
tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi sebelum
mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan dengan
bangunan regulator. Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk
disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke
badan air penerima. Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke
pipa induk dan tidak akan mencemari badan air penerima.

Gambar 2.3 Sistem Penyaluran Kombinasi


2.3 Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah
2.3.1 Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan merupakan daerah pelayanan yang diusahakan
mencakup keseluruhan kota dengan efektifitas serta efisiensi. Daerah rencana
merupakan daerah target dimana air limbah akan disalurkan, ditampung dan
diolah menjuju bangunan instalasi pengolahan air limbah domestik
(Hardjosuprapto, 2000).

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-3


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Faktor-faktor daerah pelayanan yang ditentukan dalam perencanaan ini


adalah wilayah dengan berdasarkan pertimbangan yang ada, antara lain
(Hardjosuprapto, 2000):
1. Daerah yang kekurangan suplai air bersih
2. Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi
3. Daerah yang telah menerima pelayanan air bersih tetapi belum
maksimal
4. Daerah yang berpotensi berkembang menjadi inti pusat kota kedua
5. Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses distribusi
6. Aspek ekonomi
2.3.2 Kuantitas dan Fluktuasi Air Limbah
Penentuan kuantitas air buangan secara tepat sangat sulit ditentukan, hal ini
disebabkan karena faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi air
buangan adalah (Moduto, 2000) :
a. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah air
limbah yang dihasilkan.
b. Keadaan masyarakat di daerah tersebut, yang dibedakan berdasarkan :
- Tingkat perkembangan suatu daerah. Jumlah air limbah di kota lebih banyak
dari pada di daerah pedesaaan.
- Daerah yang mengalami kekeringan akan berbeda cara membuang
limbahnya jika dibandingkan dengan daerah yang tidak mengalami
kekeringan.
- Pola hidup masyarakat, terutama cara membuang limbahnya.
Untuk air limbah dari WC besaran yang sering digunakan dalam
perencanaan tangki septik peresapan adalah 25 liter/orang/hari. Menurut Babbit
(1969), kuantitas air limbah domestik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Jumlah Penduduk, semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah air limbah
yang dihasilkan semakin tinggi karena 60%-80% dari air bersih akan menjadi
air limbah.
b. Jenis aktifitas, semakin tinggi penggunaan air bersih dalam suatu kegiatan
maka air limbah yang dihasilkan juga semakin banyak.
c. Iklim, pada daerah beriklim trofis dan kuantitas hujannya tinggi cenderung
menghasilkan air limbah yang lebih tinggi.
d. Ekonomi, pada tingkat ekonomi yang lebih tinggi kecenderungan pemakaian
air bersih akan lebih tinggi. Hal ini tentu saja akan menghasilkan air limbah
yang lebih tinggi pula.
e. Infiltrasi, adanya infiltrasi baik dari air hujan ataupun air permukaan lainnya
akan mempengaruhi jumlah air limbah yang ada pada suatu perkotaan.
f. Jenis saluran pengumpul, bila saluran pengumpul yang digunakan saluran
terbuka, maka jumlah air limbah yang dihasilkan akan banyak karena
kemungkinan terjadi infilterasi dari air hujan ataupun dari sumber lain lebih

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-4


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

besar. Bila jenis saluran pengumpul yang digunakan adalah berupa jaringan
perpipaan maka kemungkinan terjadi infiltrasi lebih kecil.

Jumlah kebutuhan air sangat berguna dalam menentukan karakteristik air


limbah. Kebutuhan air berasal dari perumahan, tempat komersial, industrim
pemadam kebakaran, publik umum dan kehilangan air (Qasim, 1985).
a) Perumahan
Pengguanaan air untuk perumahan diantaranya menyiram toilet, masak,
mandi, menyuci, minum, dll. Biasanya jumlah air yang digunakan sebesar 300 –
380 lcpd.
b) Komersial
Komersial termasuk seperti motel, hotel, gedung perkantoran, pusat
perbelanjaan, bandara, dsb. Jumlah pada kota dengan penduduk 25.000 jiwa
memiliki kebutuhan air sebesar 15 – 20% dari total kebutuhan air.
c) Industri
Industri membutuhkan air yang sangat banyak, sehingga industri besar
memenuhi kebutuhan air sendiri dengan pengolahan air sendiri. Industri kecil
yang menggunakan pasokan air bersih perkotaan sebesar 20-30%.
d) Kebutuhan umum
Kebutuhan untuk fasilitas umum berupa sekolah, penjara, dll. Membutuhkan
air bersih sebesar 8-15%.
Pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air perlu di perhatikan dalam
merencanakan instalasi pengolahan air limbah. Umumnya pemakaian maksimum
terjadi pagi dan sore hari dan saat minimum terjadi pada larut malam. Besarnya
fluktuasi aliran air limbah yang masuk ke pipa bergantung pada jumlah populasi
di suatu kawasan. Besarnya fluktuasi terhadapaliran rata-rata adalah sebagai
berikut :
 Untuk pelayanan < 10.000 jiwa Q max/ Q rata = 4 s/d 3,5 dan Q min/ Q
rata = 0,2 s/d 0.35
 Untuk pelayanan antara 10.000 jiwa s/d 100.000 Q max/ Q rata = 3,5 s/d 2
dan Q min/ Q rata = 0,35 s/d 0,55
 Untuk pelayanan > 100.000 jiwa Q max/ Q rata = 2,0 s/d 1,5 dan Q min/ Q
rata = 0,55 s/d 0,6
Rata-rata pemakaian air adalah sebesar 20 ltr/kapita/hari dan air limbah yang
masuk ke jaringan perpipaan perpipaan adalah 80 % dari konsumsi air tersebut
atau kira-kira 100 ltr/ capita.hari. Kecepatan aliran maksimum tergantung jenis
pipa yang digunakan dan pada umumnya berkisar antara 2-4 m/det. Kecepatan
aliran minimum diharapkan dapat menghindari terjadinya pengendapan dalam
pipa sehingga kecepatan aliran minimum harus lebih besar dari 0,6 m/det (Babbit,
1969).

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-5


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

2.3.3 Jenis Saluran


1. Saluran Tertutup
Saluran tertutup adalah saluran yang alirannya tidak dipengaruhi oleh
tekanan udara secara langsung kecuali oleh tekanan hydraulic. Penggunaan
pipa banyak digunakan oleh umum, baik perusahaan-perusahaan sebagai
pendistribusian air minum, minyak maupun gas bumi. Demikian juga dengan
kebutuhan air pada rumah tangga, penggunaan pipa ini paling banyak
digunakan baik untuk penyaluran air bersih maupun sanitasi. Karena pipa
merupakan sarana pendistribusian fluida yang murah, memiliki berbagai
ukuran dan bentuk penampang. Bentuk penampang pipa dapat berupa
lingkaran maupun kotak. Sedangkan material pipa bermacam-macam pula ,
yaitu baja, plastik, PVC, tembaga, kuningan, dan lain sebagainya
(Hardjosuprapto, 2000).

Gambar 2.4. Bentuk Saluran Air Limbah Tertutup.

Gambar 2.5. Saluran Air Limbah bulat lingkaranTertutup.

Gambar 2.6 Saluran Air Limbah persegi tertutup

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-6


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

 Keuntungan dan kerugian saluran yang berbentuk bulat telur: Kedalaman


(d) berenang lebih tinggi, Dapat mengatasi fluktuasi yang berlebihan,
Sambungannya susah dalam pemasangan, Biayanya lebih mahal, Sulit
diperoleh di pasaran.
 Keuntungan dan kerugian saluran yang berbentuk bulat lingkaran: Lebih
kuat, Gaya-gaya yang terjadi lebih merata, Mudah didapat, Diameter dan
panjangnya terbatas.
 Keuntungan dan kerugian saluran berbentuk persegi: Bisa dibangun di
tempat, Kurang dan tidak begitu kuat, Lebih tebal, Gaya-gaya yang terjadi
tidak terurai dengan merata.

2. Saluran Terbuka
Bentuk Saluran Air Limbah Terbuka Merupakan saluran yang mengalirkan air
dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang
menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan
dapat mengurangi kenyamanan. Bentuk saluran yang dipakai yaitu
(Hardjosuprapto, 2000):

 Saluran terbuka dengan fluktuasi aliran kecil

Gambar 2.7 Saluran terbuka dengan fluktuasi aliran kecil


 Saluran terbuka dengan fluktuasi besar

Gambar 2.8 Saluran terbuka dengan fluktuasi aliran besar

Gambar 2.9 Saluran terbuka

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-7


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

2.3.4 Jenis dan Klasifikasi Pipa


Pemilihan bahan pipa harus betul-betul dipertimbangkan mengingat air
limbah banyak mengandung bahan dapat yang mengganggu atau menurunkan
kekutan pipa. Demikian pula selama pengangkutan dan pemasangannya,
diperlukan kemudahan serta kekuatan fisik yang memadai. Sehingga berbagai
faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pipa secara menyeluruh adalah
(Halim Hasmar, 2002):
a. Umur ekonomis
b. Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
c. Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik)
d. Koefisiensi kekasaran (hidrolik)
e. Kemudahan transpor dan handling
f. Kekuatan struktur
g. Biaya suplai, transpor dan pemasangan
h. Ketersediaan di lapangan
i. Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
j. Kekedapan dinding
k. Kemudahan pemasangan sambungan

a. Jenis Pipa
Menurut Soeparman dan Suparmin (2002), bahwa jenis pipa yang umumnya
digunakan untuk penyaluran air limbah adalah :
1) Pipa asbes semen (Asbestos Cement Pipe) Pipa asbes semen tahan
terhadap korosi akibat asam, tahan terhadap kondisi limbah yang sangat
septik dan pada tanah yang alkalis.

Gambar 2.10 Pipa Asbes Semen


2) Pipa beton (Concrete Pipe) Pipa jenis ini sering digunakan untuk saluran
limbah cair ukuran kecil dan sedang (diameter 600 mm). Penanganannya
mudah tetapi umumnya tidak tahan terhadap asam.

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-8


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Gambar 2.11 Pipa Beton


3) Pipa besi cor (Cast Iron Pipe) Keuntungan pipa ini adalah umur
pengunaan yang cukup lama, kuat menahan beban, dan karakteristik aliran
yang baik. Hanya saja secara ekonomis tidak menguntungkan karena
mahal, sulit untuk pengunaan secara khusus. Misalnya untuk saluran yang
melewati rawa.

Gambar 2.12 Pipa Besi Cor


4) Pipa tanah liat (Vitrified Clay Pipe) Keuntungan pipa jenis ini adalah tahan
korosi akibat produksi H2S limbah cair. Sedangkan kelemahannya pipa ini
mudah pecah dan umumnya dicetak dalam ukuran pendek.

Gambar 2.13 Pipa Tanah Liat


5) PVC (Polyvinyl Chloride) Pipa ini banyak digunakan karena mempunyai
banyak keuntungan antara lain : mudah dalam penyambungan, ringan,
tahan korosi, tahan asam, fleksibel, dan karakteristik aliran sangat baik.

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-9


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Gambar 2.14 PVC (Polyvinyl Chloride)


b. Klasifikasi Pipa
Klasifikasi Pipa terbagi sebagai berikut (Arsyad, 2016):
1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam
rumah dan langsung menerima air buangan dari instalasi plambing
bangunan. Memiliki diameter 3 inci – 4 inci, kemiringan pipa 2%.
Teknis penyambungannya dengan pipa servis, membentuk sudut 45°
dan apabila perbandingan antara debit dari persil dengan debit dari
saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari
pipa persil yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke
pipa lateral. Diameter pipa servis sekitar 6–8 inci, kemiringan pipa
0,5–1 %. Lebar galian pemasangan pipa servis minimal 0,45 m
dengan kedalaman benam awal 0,6 m. Sebaiknya pipa ini
disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa
servis untuk dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan
sekitar daerah pelayanan. Diameter awal pipa lateral minimal 8 inci,
dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 – 1%.
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari
pipa-pipa lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang
mengalir pada masing-masing pipa. Kemiringan pipa sekitar 0,2–1%.
5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan
dari pipa-pipa cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi
pengolahan air buangan. Kemiringan pipanya sekitar 0,2 – 1%.

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-10


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Gambar 2.15 Jaringan Perpipaan Air Limbah


Keterangan:
R = rumah 3. Pipa lateral
1. Pipa persil 4. Pipa Cabang
2.Pipa servis 5. Pipa Induk

Bentuk Saluran yang biasa dipergunakan untuk penyaluran air buangan


adalah bulat dan oval,dengan berbagia variasi. Faktor yang mempengaruhi (Davis,
2010):
1. Dapat mengalirkan air dengan baik
2. Kekuatan dan daya terjamin dari gangguna dalam maunpun didalam
3. Mudah dalam pemasangan
4. Tahan terhadap penggurusan dan korosi
5. Kedap air
6. Kondisi Geologi dan Topografi
2.3.5 Dimensi Pipa
Sebelum mengetahui dimensi pipa yang dibutuhkan untuk mengalirkan air
limbah, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kuantitas air buangan,
yaiu (Moduto, 2000):
a. Sumber air buangan
b. Besarnya pemakaian air minimum
c. Besarnya curah hujan
Berdasarkan faktor tersebut air buangan dalam setiap sektor pelayanan
menentukan:
1. Debit Rata – rata
Debit rata-rata air buangan yang berasal dari rumah tangga, fasilitas umum,
fasilitas komersil dalam sebuah kota. Dari semua fasilitas tersebut, tidak semua
terbuang menjadi air buangan dan terkumpul di saluran. Hal ini disebabkan karena

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-11


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

beragamnya aktivitas yang dilakukan manusia. Menurut literatur, faktor timbulan


air buangan berkisar antara 50%-80%. Untuk menghitung debit rata-rata
digunakan persamaan berikut (Moduto,2000):
Qr = Fab x Qam ...............................................(2.1)

Keterangan:
Qr =Debit rata – rata air buangan (L/detik)
Fab =Faktor timbulan air buangan
Qam =Besarnya kebutuhan rata-rata air minum (L/det) 2
2. Debit Rata – rata Non Domestik
Debit rata-rata non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari
fasilitas umum, institusional, industri dan pemerintahan. Besarnya debit air
buangan non domestik tergantung dari pemakaian air dan jumlah penghuni
fasilitas-fasilitas tersebut (Moduto,2000):
Qnd = Fab x Qam(nd) ........................................................(2.2)

Keterangan:
Qnd =Debit rata-rata air buangan non domestik (L/detik).
Fab =Faktor timbulan air buangan.
Qam(nd) =Besarnya kebutuhan rata-rata air minum non domestik.
3. Debit Infiltrasi
Dalam suatu sistem penyaluran air buangan, terdapat kemungkinan terjadinya
pertambahan jumlah air yang masuk ke saluran yang berasal dari infiltrasi air
tanah dan resapan air hujan. Dalam kondisi ideal, air yang masuk maupun keluar
dari sistem penyaluran tidak dibenarkan, tetapi infiltrasi tidak dapat dihindarkan
sepenuhnya karena hal berikut (Moduto,2000):
 Jenis-jenis bahan saluran dan bahan sambungan yang digunakan.
 Pengerjaaan sambungan pipa yang kurang sempurna.
 Kondisi tanah dan air tanah.

Persamaan yang dipakai untuk menghitung debit infiltrasi yaitu:

Qinf = Cr.P.Qr + L.qinf ....................................... (2.3)

Keterangan:

Qinf =Debit infiltrasi (L/detik)


Qr =Debit rata-rata air buangan (L/detik)
qinf =Debit inflow (L/detik)
Cr =Koef.infiltrasi rata-rata daerah persil = 0.2-0.3

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-12


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

P =Populasi
L =Panjang lajur pipa lateral (km).

4. Debit Puncak
Debit puncak didapat dari hasil perkalian antara faktor puncak dengan debit
rata-rata. Untuk menghitung faktor puncak dari beberapa literatur diketahui
sebagai berikut:
 Persamaan Babbit Fp = 5/P0.2 ………………………………..(2.4)
 Persamaan Harmon Fp = 14/(4+p0.5) ……………..…………….(2.5)
 Persamaan Fair & Geyer Fp = (18+(P)0.5)/(4+P)0.5)…………………..(2.6)
 Persamaan Melbourne & Metropolitan Board Of Works (MMBW)
Fp = (2.25+(15x106)/P1.414)1/6 ………………………………..…….(2.7)

Keterangan:
Fp =Faktor puncak.
P =Jumlah Penduduk.

Untuk mencapai debit puncak, persamaan yang digunakan adalah:


Qpeak = (Qr x Fp) + (Cr x Qr) ................................. (2.8)
Keterangan:
Fp =Faktor puncak)
Qr =Debit rata-rata (L/detik)
Cr =Koefisien infiltrasi daerah persil = 0.2
Setelah diperoleh debit aliran puncak setiap sektor pelayanan dikali
dengan suatu faktor sehingga diperoleh debit saat penuh. Baru dilakukan dimensi
pipa. Dalam dimensi dilakukan perhitungan kemiringan tanah dengan persamaan:
St = (E1-E2)/L ............................................ (2.9)

Keterangan:
St = slope tanah
E1 = elevasi tanah hulu (m)
E2 = elevasi tanah hilir (m)
L = jarak (m)

Setelah kemiringan tanah diketahui, akan didapatkan kemiringan saluran.


Kemiringan saluran awal bisa diperkirakan dengan menganggap pipa induk
sebagai satu pipa yang panjang. Kedalaman penanaman pipa di awal dan di akhir
ditentukan. Setelah itu dihitung kemiringannya dengan persamaan diatas. Untuk
menentukan kecepatan aliran digunakan Nomogram Manning, dengan
menggunakan nilai kemiringan yang telah didapat. Jika kecepatan aliran tidak

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-13


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

memenuhi syarat maka perhitungan dimulai lagi dengan cara menetapkan


kecepatan yang memenuhi syarat pengaliran terlebih dahulu. Di dalam metode ini
digunakan istilah kecepatan penuh sebagai media perhitungan.
Perhitungan dimensi pipa secara detail dilakukan setelah didapat kecepatan
aliran yang memenuhi syarat. Persamaan yang di gunakan untuk mendapatkan
dimensi pipa adalah sebagai berikut :

V = 1/n x R2/3 x S1/2 ......................................... (2.10)

Keterangan:
V = Kecepatan aliran (m/det)
Q = Debit aliran (m3/det)
n = Koefisien kekasaran
A = Luas penampang basah aliran
R = Jari-jari hidrolis aliran (m2)
S = Kemiringan saluran
D = Diameter pipa (m)

5. Debit maksimum
Debit maksimum digunakan untuk (Babbit, 1982):
Qmd = Fmd . Qr
Dimana :
Qmd = Debit maksimum per hari (L/det)
Fmd = Faktor maksimum per hari (1,1-1,25)
Qr = Debit satuan air limbah (L/det/1000 k)
7. Debit minimum (Babbit, 1982)
1 𝑃 0,2
Qmin = (
5 1000
) x Qr
Dimana :
qr = Debit satuan air limbah (L/det/1000 k)
P = jumlah penduduk
Tabel 2.1 Nilai Kekasaran Pipa
Kondisi
Material Pipa
Good Fair Deteriorated
DIP 0,011 0,013 0,015
HDPE 0,010 0,011 0,013
PVC 0,010 0,011 0,013
RCP 0,013 0,015 0,018
VCP 0,013 0,015 0,017
Sumber: Davis, 2010

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-14


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Jika kecepatan aliran air limbah diinginkan untuk memenuhi persyaratan


kecepatan swa bersih, maka persamaan lain yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:

D = 1.23 (Qpb) 0.4 .......................................... (2.11)


Keterangan:
D = Diameter Pipa (m)
Qpb =Debit puncak musim basah (m3/detik)
Dimensi saluran air limbah dihitung tiap saluran dengan menggunakan
grafik ‘’Hydraulic element for circular sewer’’ yang dapat dilihat pada Gambar
2.16 berikut ini :

Gambar 2.16 Hydraulic Element For Circular Sewer

2.4 Bangunan Pelengkap Sistem Penyaluran


Beberapa bangunan pelengkap yang dipergunakan dalam sistem perpipaan
air limbah diantaranya di bawah ini (Davis, 2010):
1. Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air
buangan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan
membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang
tersangkut selama pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang
saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda.

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-15


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Gambar 2.17 Manhole


Sumber: Davis, 2010
a. Lokasi Manhole
1. Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter
saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang peralatan pembersih
yang akan dipakai.
2. Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan
perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal.
3. Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan (intersection)
dengan pipa atau bangunan lain.

Berikut adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran.


Tabel 2.2 Jarak Manhole Menurut Diameter
Diameter (mm) Jarak Antar Manhole (m)
< 200 50 – 100
200 – 500 100 – 125
500 – 1000 125 – 150
>1000 150 – 200

Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah
melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman
manhole. Berikut adalah tabel ukuran diameter manhole menurut kedalaman:

Tabel 2.3 Diameter manhole menurut kedalaman


Kedalaman (m) Diameter (m)
< 0.8 0.75
0.8 – 2.5 1.00 – 1.20
> 2.5 1.20 – 1.80

b. Klasifikasi Manhole
1. Manhole dangkal : kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap
2. Manhole normal : kedalaman 1,5 m, dengan cover berat

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-16


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

3. Manhole dalam : kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat


Khusus Manhole dalam dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan
kedalaman, ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan lain-
lain sesuai dengan kebutuhan.
2. Syphon
Syphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal /
miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya
rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih
rendah dari elevasi dasar saluran riol. Kriteria perencanaan (Davis, 2010):
 Diameter minimum 15 cm namun untuk memberikan kecepatan yang lebih
tinggi diameter bisa lebih kecil (minimal 10 cm) namun untuk menghindari
penyumbatan siphon harus dilengkapi pipa penguras (drain).
 Pipa harus terisi penuh.
 Kecepatan pengaliran harus konstan agar mampu menghanyutkan kotoran
atau buangan padat, kecepatan desain biasanya lebih besar (0.6-0.9) m/detik.
 Dibuat tidak terlalu tajam agar mudah dalam pemeliharaan.
 Perencanaan harus mempertimbangkan debit minimum, rata-rata, dan
maksimum.
 Pada awal dan akhir siphon harus dibuat sumur pemeriksaan untuk
memudahkan pembersihan.

Gambar 2.18 Syphon Jembatan

Gambar 2.19 Syphon Melintas di Bawah Sungai

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-17


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

4. Drop Manhole
Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih besar
dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu manhole
pertemuan. Sebelum sampai di riol pertemuan itu, riol pemasukkannya harus
dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke bawah di luar manhole dengan
sambungan Y atau T. Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya
spalshing air buangan yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu
operator. Selain itu drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S
yang terbentuk dalam saluran (Davis,2010).
Dua jenis drop manhole yang sering digunakan:
a. Tipe Z (pipa drop 900)
b. Tipe Y (pipa drop 450)

Gambar2.20 Drop Manhole


5. Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi (Davis, 2010):
 Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-gas
yang korosif.
 Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada saluran.
 Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik dalam
saluran.
 Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di bawah tekanan atmosfer
yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat palmbing.

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-18


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Gambar 2.21 Pipa Vent Ventilasi


2.5 Aspek Hidrolika
Aspek Hidrolika dalam sistem penyaluran air limbah (Hardjosuprapto,
2000) yaitu :
1. Jenis Aliran
Terdapat dua jenis pengaliran di dalam sistem penyaluran air limbah, yaitu
pengaliran bertekanan (under pressure flow) dan aliran tidak bertekanan. Aliran
bertekanan disebabkan oleh gaya luar, seperti tekanan hidraulik atau pemompaan,
sedangkan pengaliran tidak bertekanan dilakukan secara gravitasi, dengan tekanan
dalam sama dengan tekanan luar. Dalam aliran air limbah kondisi bertekanan
hanya dijumpai pada instalasi pemompaan dan siphon, sedangkan dalam
perpipaan disyaratkan yang tidak bertekanan.
Jenis aliran yang berlangsung dalam sistem penyaluran air buangan:
a. Aliran Terbuka
Terjadi pada seluruh perpipaan air buangan. Karakteristik dari aliran terbuka ini
adalah :
 Alirannya secara gravitasi
 Unsteady (debit berubah terhadap waktu) dan kadang – kadang non-
uniform (tidak seragam).
 Alirannya harus dapat menangkut material-material yang terkandung
dalam air buangan.
b. Aliran air buangan bertekanan hidrolis.
Terjadi pada pipa siphon dan pipa perpompaan. Karakteristik dari aliran ini
adalah:
 Alirannya berlangsung karena tekanan hidrolis.
 Steady dan uniform.
 Waktu berlangsungnya harus singkat (<10 menit) untuk mencegah septik.
Bila melebihi 10 menit harus diinjeksikan udara dengan debit
1liter/menit/mm diameter pipa.
Kondisi aliran pada sistem penyaluran air limbah dibedakan atas aliran tunak
(steady), yaitu bila debit tetap konstan dengan waktu; dan aliran tak tunak
(unsteady), bila debit berubah dengan waktu. Walaupun aliran dalam riol
umumnya tidak tunak,analisa hidrolisalirannya disederhanakan dengan asumsi

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-19


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

keadaan aliran tunak. Tetapi dalam desain stasiun pompa, aliran dalam pipanya
jelas aliran tidak tunak, khusus dalam hal ini tidak boleh diabaikan. Aliran saluran
terbuka, tunak, merupakan aliran dalam pipa riol. Aliran seragam bila kecepatan
dan kedalamannya tetap sama dari titik ke titik sepanjang pipa. Sebaliknya, aliran
tidak seragam bila kecepatan dan kedalamannya berubah. Aliran dalam pipa
riol,sering tidak seragam, namun diasumsikan seragam.Perhitungan rinci aliran
tidak seragam dalam pipa riol, biasanya hanya dilakukan untuk transisi mayor,
outfalls, dan mungkin pipa utama dalam stasiun pompa (Hardjosuprapto, 2000).

2. Kedalaman Air dalam Pipa


Kedalaman aliran air sangat berpengaruh terhadap kelancaran aliran, oleh
karena itu ditetapkan kedalaman mimimum yang harus dipenuhi dalam
penyaluran air limbah. Kedalaman air limbah ini disamakan dengan kedalaman
berenangnya tinja. Di Indonesia kedalaman berenang ditetapkan 5 cm pada pipa
halus dan 7,5 cm pada pipa kasar. Jika kedalaman minimum kurang dari
kedalaman berenang maka saluran tersebut harus digelontor.Kedalaman aliran air
limbah dalam saluran tidak boleh terlalu kecil, karena dapat mengakibatkan materi
air limbah yang berbentuk padat akan tertahan, sehingga akan menyumbat aliran.
Untuk menghindari hal ini, maka:
a. Pada pipa cabang dan pipa induk, kedalaman aliran di awal saluran
diperhitungkan sebesar 60% dari diameter pipa atau d/D = 0.6.
b. Pada saat debit puncak, di akhir saluran d/D maks = 0.8
c. Kedalaman 7.5-10 cm untuk pipa beton, > 5 cm untuk pipa yang lebih halus
(PVC, fiberglass, dll). Kedalaman berenang adalah kedalaman yang
dianggap masih membawa partikel berenang mengikuti aliran pada saat
kecepatan minimum.
d. Pada saat debit minimum, tidak tercapai kedalaman berenang, maka saluran
harus digelontor.
3. Kecepatan Pengaliran
a. Kecepatan yang Dianjurkan
Kriteria pengaliran dalam desain jalur pipa adalah dengan “Kecepatan Swa -
Bersih”(self cleaning velocity), yaitu pada waktu debit maksimum, Qpb
dankecepatannya vpb ditetapkan antara 0.60-0.75 m/det atau lebih (menurut WHO,
pada daerah beriklim panas, dianjurkan vpb ≥ 0.90 m/det). Penetapan kecepatan
vpbitu harus dicek sewaktu kedalaman air mencapai kedalaman berenang,
db(swimming depth), dimana kecepatan alirannya vb, harus masih dapat
menghanyutkan pasir dan kricak (grit), sehingga pasir dan kricak tidak
mengendap. Dianjurkan vb> 0.30 m/det. Jika setelah ditetapkan pada Qpb,
kecepatan vpb, misal 0.60 m/det, tetapi setelah dicek ternyata
kecepatan vbnya <0.30 m/det, maka penetapan vpb= 0.60 m/det itu harus
diperbesar, misal vpbdiubah menjadi = 0.75 m/det, dan seterusnya, sedemikian
rupa sehingga setelah dicek lagi pada kedalaman db, harga vb sedikit > 0.30

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-20


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

m/det, misal 0.35 m/det. Sebaliknya, jika setelah dicek pada kedalaman db→ vb
>> 0.30 m/det, penetapan vpbdi atas dapat diperkecil (Masduki, 2000).

b. Kecepatan pengaliran maksimum


Kecepatan pengaliran maksimum ditetapkan sebagai berikut (Masduki, 2000) :
1) Untuk aliran yang mengandung pasir, kecepatan maksimum 2.0 – 2.4 m/dtk.
2) Untuk aliran yang tidak mengandung pasir, kecepatan maksimum 3.0 m/dtk.
Batas kecepatan pengaliran di atas ditetapkan berdasarkan pertimbangan.
3) Saluran harus dapat mengantarkan air limbah secepatnya menuju
instalasi pengolahan air limbah.
4) Pada kecepatan tersebut penggerusan terhadap pipa belum terjadi,
sehinggaketahanan pipa dapat dijaga.

c. Kecepatan pengaliran minimum


Kecepatan pengaliran minimum yang diijinkan adalah sebesar 60 cm/dtk, dan
diharapkan pada kecepatan ini aliran mampu untuk “membersihkan diri sendiri”.
Pertimbangan lain adalah untuk mencegah aliran limbah terlalu lama dalam pipa,
sehingga dapat terjadi pengendapan dan penguraian air limbah yang akan
menaikkan konsentrasi sulfur. Konsentrasi sulfur yang tinggi merupakan media
yang baik untuk berkembang biaknya bakteri dan dapat mengubah sulfur menjadi
sulfida. Sulfida akan membentuk hidrogen sulfida, yang jika konsentrasinya tinggi
melampaui kejenuhan dalam larutan, akan keluar dari larutan dan membentuk gas
H2S yang sangat berbau dan berbahaya bagi kesehatan. Jika gas ini, dalam pipa
mengalami oksidasi, maka akan terbentuk asam sulfat yang sangat korosif
terhadap pipa (Masduki, 2000).

d. Kecepatan penuh
Kecepatan penuh adalah kecepatan dalam keadaan pipa penuh tetapi tanpa
tekanan.Dalam penyaluran tidak boleh terjadi aliran penuh, sehingga istilah
kecepatan penuhanya untuk media perhitungan. Perhitungan kecepatan penuh (Vf)
ini berguna untuk menentukan diameter pipa, kemiringan lajur pipa, dan
kedalaman air pipa. Persaman untuk kecepatan penuh adalah (Masduki, 2000):

vf = 1,364 . D0,5 ............................................... (2.12)

Keterangan :
vf = Kecepatan penuh (m/dt)
D = Diameter pipa (m)

4. Kemiringan saluran air limbah


Untuk mendapatkan kecepatan yang dapat membersihkan sendiri itu
kemiringan saluranharus dihitung berdasarkan kontrol sulfida dan kontrol
endapan.

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-21


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

a. Kontrol Sulfida
Kontrol sulfida dilakukan untuk mendapatkan kemiringan saluran yang
dapat mengikis lendir yang timbul akibat adanya bakteri sulfida yang menempel
di dinding saluran (Supeno, 1987).
b. Kontrol Endapan
Kontrol endapan dilakukan untuk mendapatkan kemiringan yang memberikan
kecepatan pembersihan sendiri, yang dapat membersihkan endapan dari dasar
saluran (Supeno, 1987). Kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan
diformulasikan sebagai berikut:

................................... (2.14)
Keterangan :
S = Kemiringan saluran (/m)
τ = Gaya geser kritis ( 0,33 <τ< 0,38 kg/m2)
Rm = Jari-jari hidrolis saluran pada kedalaman minimum (m)
Rf = Jari-jari hidrolis saluran pada aliran penuh (m)
Qp = Debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-22


TUGAS BESAR PERENCANAANSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla dan Anis, M. 1978. Water Supply Engineering Design. Dean. College of
Engineering University of Mosul: Iraq.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam). Jakarta :Universitas Indonesia Press .
Davis, M. .2010. Water and Wastewater Engineering Desain Principle and
Practice.New York: Mc Graw Hill.
Eddy. 2008. Karakteristik Limbah Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.2,
No.2.
Mardana. 2007. Pengolahan yang Tepat bagi Limbah Cair. Jakarta : Universitas
Indonesia:
Rahardjo. 2008. Mikroalga Sumber Energi Alternatif Masa Depan. Jakarta
:Universitas Indonesia Press
Sugiharto. 2008. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : Universitas
Indonesia
Taha. 1982 .OperationReearh. NewYok:McGraw-Hill.Inc

ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544) II-23

Anda mungkin juga menyukai