Anda di halaman 1dari 7

Radio Komunikasi Penerbangan

Dalam Annex 10 Aeronautical Telecomunications Vol. II, Telecomunications : any transmission, emission,
or reception of signs, signals, writing, images and sounds or intelegence of any nature by wire, radio,
optical or other electromagnetic system. Yang diartikan sebagai berikut : Telekomunikasi adalah setiap
pengiriman, pemancaran, atau penerimaan tanda, isyarat, tulisan, gambar dan suara atau inteligensi dari
setiap sifat dasar melalui kawat, radio, sistem optik atau sistem elektromagnetik lainnya.
Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan, yaitu hubungan / komunikasi timbal
balik antara pesawat udara dengan unit – unit ATS di darat. Dalam komunikasi
tersebut pihak – pihak yang membutuhkan secara langsung peralatan radio
komunikasi yaitu ; pilot, petugas pemandu lalu lintas udara dan teknisi
penerbangan. Peralatan – peralatan yang digunakandalam
melakukan komunikasi adalah :
a. High Frequency Air/Ground Communication (HF A/G)
Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk
komunikasi antara pilot (pesawat udara) dengan unit – unit ATS (FSS, FIC)
dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi HF. Ditujukan untuk
melayani suatu daerah tertentu yang dibagi atas 2 ( dua ) wilayah, yaitu :
1) RDARA ( Regional and Domestic Air Route Area ), untuk pelayanan
penerbangan domestik
2) MWARA ( Major World Air Route Area ), untuk pelayanan penerbangan
International
b. VHF A/G (AFIS, ADC, APP)
Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk
komunikasi antara pilot (pesawat udara) dengan pemandu lalu lintas udara
(unit ATS) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi VHF.
c. VHF - ER (ACC)
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan ACC yang mempunyai wilayah
tanggung jawab yang sangat luas, maka dibeberapa tempat dipasang
peralatan VHF-Extended Range(VHF-ER). Pemancar penerima serta tiang
antena VHF yang sangat tinggi ditempatkan di daerah pegunungan atau di
daerah dataran tinggi. Selanjutnya dibangun stasiun radio untuk penempatan
peralatan dimaksud, sehingga dapat menjangkau daerah yang sangat luas
sesuai kebutuhan.
d. ATIS
Fasilitas di bandara – bandara yang broadcast (secara terus – menerus
menyiarkan) informasi – informasi penting seperti cuaca, R/W in
use dan terminal area. Rekaman informasi yang dibroadcast secara terus
menerus (30 menit sekali di upgrade) ini membantu untuk meningkatkan
efisiensi dan mengurangi beban kerja ATC dengan repetitive transmisi untuk
informasi penting secara rutin.
e. Recorder
Perangkat perekam yang dihubungkan dengan seluruh perangkat komunikasi
yang ada, sehingga proses pengendalian penerbangan yang dilaksanakan
oleh petugas LLU selalu ada bukti jika suatu saat diperlukan.
f. ATN System
Adalah jaringan global yang menyediakan komunikasi digital untuk memenuhi
kebutuhan telekomunikasi yang bertambah dari pelayanan komunikasi air
traffic, kontrol operasi penerbangan dan komunikasi adminitrasi
penerbangan.
Dalam berkomunikasi ATC dan pilot menggunakan frekuensi VHF A/G,
dimana dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor : KM 27 Tahun 2005
tentang Pemberlakuan Standard Nasional Indonesia (SNI) 03-7097-2005
mengenai peralatan komunikasi darat udara berfrekuensi amat tinggi (VHF-Air-
Ground) di bandar udara sebagai standard wajib. Peralatan komunikasi VHF-A/G
yaitu, peralatan komunikasi radio yang bekerja pada frekuensi 117,975 Mhz
sampai dengan 137 MHz dan digunakan sebagai sarana komunikasi petugas
pemandu lalu lintas penerbangan di suatu unit pelayanan lalu lintas penerbangan
(Air Traffic services) dengan pilot pesawat udara.
Peralatan VHF-A/G didasarkan pada keperluan pengaturan ruang udara
nasional yang disesuaikan dengan jarak dan ketinggian operasional yang
menjadi tanggung jawab unit-unit pelayanan lalu lintas udara. Keseragaman
peralatan komunikasi VHF-A/G berdasarkan pada penggunaan unit lalu lintas
udara secara nasional dan internasional. Hal itu dapat dilihat dari Tabel 1 berikut
:
Tabel 1
Keseragaman Peralatan Komunikasi VHF – A/G Berdasarkan Fungsi

Pelayanan
NO Komunikasi darat udara Simbol Jarak Ketinggian Keterangan
NM terbang
1. VHF-Aerodrome Control ADC 25 FL 40
2. VHF-Approach Control APP-L 25 FL 100
Low
3. VHF-Approach Control APP-I 40 FL 150
High
4. VHF-Approach Control APP-H 50 FL 250
High
5. VHF-Area Control Service ACC-L FIR FL-250 FIR Flight
(Lower Air Space) Information
Region
6. VHF-Flight Information AFIS FIR FL 250
Service (Lower Air Space)
7. VHF Area Control Service ACC-U UIR FL 450 UIR : Upper
(Upper Air Space) Flight
Information
Region
(sumber: ICAO Doc.9426-AN/924,ATS Planning Manual)
Konfigurasi peralatan komunikasi VHF – A/G terdiri dari :
a. Pemancar
Pemancar VHF – A/G terdiri atas pemancar utama (main) dan cadangan
(standby) dengan keluaran daya (power output) pemancar yang disesuaikan
dengan keperluan jarak dan ketinggian ruang udara yang menjadi tanggung
jawab unit pemandu lalu lintas udara. Dalam pengoperasiannya pemancar
utama dan pemancar cadangan dihubungkan dengan pemindah otomatis
(Automatic change over switch) yang dapat memindahkannya secara
otomatis sesuai dengan keperluan operasional.
b. Penerima
Penerima VHF–A/G terdiri atas penerima utama dan cadangan yang dapat
berkerja sama atau bergantian dengan menggunakan pemindah otomatis
agar kelangsungan operasionalnya terjamin.
c. ATS voice recorder (perekam suara)
Perekam suara (voice recorder) untuk seluruh percakapan (komunikasi
suara) yang terjadi antara pengatur lalu lintas penerbangan dengan pilot
pesawat udara melalui peralatan VHF – A/G atau percakapan dengan unit
ATS lain dalam rangka koordinasi pengendalian lalu lintas penerbangan.
d. Meja Kerja (console desk)
Meja kerja bagi petugas pengendali lalu lintas udara yang dilengkapi dengan
berbagai peralatan sehingga petugas dapat melakukan control, monitor, dan
koordinasi sesuai dengan kebutuhan operasional. Meja kerja juga dilengkapi
dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan agar pelayanan
pengendalian lalu lintas udara dapat terlaksana. Hal itu dapat dilihat pada
tabel 2 berikut :
Tabel 2
Peralatan Kelengkapan Meja Kerja
No. Unit Peralatan Digunakan Pada Keterangan
1 Head set ADC/APP
2 Microphone ADC/APP/ACC
AFIS dapat
menggunakan
3 Transceiver AFIS/ADC/APP/ACC peralatan portable
AFIS dapat
menggunakan
4 Speakers AFIS/ADC/APP/ACC peralatan portable
Radio communications
5 selector panel ADC/APP/ACC
Telephone selector
6 panels and handsets ADC/APP/ACC
7 Intercom ADC/APP/ACC
8 clocks ADC/APP/ACC
Recorders (Radio and
9 telephone) ADC/APP/ACC
Daylight radar displyas
and consoles including
10 radar controlers ACC
Secondary surveilance
11 radar controls ACC
12 Radar simulator ACC
13 Automatic equipment
including input/output
devices ADC/APP/ACC
14 Flight progres boards ADC/APP/ACC
Teletype for weather
and for aircraft
15 movement messa-gest ADC/APP/ACC
Weather display
16 including Appropriate ADC/APP
Clipboards and wall
17 projection devices Peralatan tambahan
Bulletin boards for
posting pertinent
18 information Peralatan tambahan
19 Desk ADC/APP/ACC
20 Chair ADC/APP/ACC
Lighting-including
21 emergency lighting ADC/APP/ACC
Fire alarm and
22 exitinguishers
23 Water fountain Peralatan tambahan
24 Lunch facility Peralatan tambahan
Heating - air
25 conditioning / cooling ADC/APP/ACC
26 Power ADC/APP/ACC
27 Back up power ADC/APP/ACC
(sumber : ICAO Doc 9426-AN/924,ATS Planning Manual)
Kinerja frekuensi peralatan VHF-A/G adalah sebagai berikut :
a. Bidang frekuensi yang digunakan untuk peralatan VHF-A/G adalah 117.978
MHz – sampai dengan 137 MHz, sedangkan batas frekuensi tertingginya
adalah 136.975 MHz.
b. Separasi minimal (minimum separation) frekuensi yang telah ditentukan
didalam pelayanan dinas bergerak penerbangan adalah 25 KHz dan/atau
8,33 KHz.
Pengguna frekuensi komunikasi VHF-A/G tercantum pada tabel 3
berikut :
Tabel 3
Pengguna Frekuensi Komunikasi VHF-A/G
Daerah frekuensi Penggunaan di dunia Keterangan
118 sampai dengan Pelayanan dinas a. Ketentuan aturan di
121,4 bergerak penerbangan dunia internasional
secara nasional dan di berdasarkan
dunia internasional persetujuan wilayah
regional
b. Ketentuan untuk
nasional
121,5 Frequency Penentuan pita
Emergency(frekuensi pengawal guard
darurat) bland untuk melindungi
frequency emergency
penerbangan terdekat
dengan frequency 121,5
MHz adalah 121,4 MHz
dan 121,6 MHz, kecuali
secara persetujuan
regional frequency
terdekat adalah 121,3
MHz dan 121,7 MHz
121,6 sampai dengan Untuk Untuk melayani
121,975 komunikasi aerodrome pergerakan layanan lalu
surface secara nasional lintas udara,
dan internasional pengecekan pesawat
terbang
122 sampai dengan Pelayanan Dinas Untuk melayani
123.05 Bergerak Penerbangan keperluan nasional
untuk nasional
123.15 sampai dengan Pelayanan Dinas Untuk melayani
123.675 Bergerak Penerbangan keperluan nasional
untuk Nasional
123.5 sampai dengan Untuk komunikasi Ketentuan aturan di
129.675 permukaan bandar dunia Internasional
udara (aerodrome berdasarkan
surface) secara nasional persetujuan wilayah
dan intranasional. regional
129.7 sampai dengan Pelayanan Dinas Untuk melayani
130.875 Bergerak Penerbangan keperluan nasional
untuk nasional tetapi dapat juga
digunakan secara
keseluruhan atau
bagian yang disepakati
secara regional untuk
memenuhi persyaratan.
130 sampai dengan Untuk komunikasi aero- Ketentuan aturan di
136.975 drome surface secara dunia internasional
nasional dan internasi- berdasarkan perse-
onal tujuan wilayah regional.
(Sumber : ICAO Annex 10,Volume I fourth Edition,1985)
Sesuai dengan ICAO Annex 10 Aeronautical Telecommunication Vol.II
sebagai berikut :
“The air-ground control radio station shall designate the frequency(ies) to be
used under normal condition by aircraft stations operating under its control.
Recommendation : “If a frequency designated by an aeronautical station proves
to be unsuitable, the aircraft station should suggest an alternative frequency”.
Yang dapat diartikan sebagai berikut : Frekuensi yang digunakan
dalam Aeronautical station harus dalam keadaan normal untuk digunakan oleh
pesawat yang terbang di wilayahnya, dan apabila frekuensi yang digunakan tidak
bisa digunakan sebaiknya pesawat terbang pindah ke frekuensi lainnya.
Radio komunikasi harus dapat mempertahankan kinerja operasional sesuai
standard dan persyaratan operasional yang ditetapkan. Sesuai dalam Peraturan
Direktur Jenderal perhubungan udara No : SKEP/83/VI/2005 tentang Prosedur
Pengujian di Darat (Ground Inspection) Peralatan Fasilitas Elektronika dan Listrik
Penerbangan, dijelaskan di dalam pasal 2 Setiap operator yang mengoperasikan
peralatan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan yang digunakan untuk
pelayanan lalu lintas udara harus mempertahankan kinerja operasional sesuai
standar dan persyaratan operasional yang ditetapkan. Kinerja operasional
peralatan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan, dapat diketahui dengan
cara Kalibrasi Penerbangan (Flight Inspection) atau Pengujian di darat (Ground
Inspection). Dalam Pasal 4 Pengujian di darat (Ground Inspection) peralatan
fasilitas elektronika dan listrik penerbangan secara berkala (periodic test),
dengan ketentuan untuk peralatan VHF A/G dilakukan 1 X 4 Minggu.
Untuk dapat mempertahankan kinerja radio komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap operasikan, maka perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan. Hal
ini terdapat dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor SKEP/157/IX/03 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Pelaporan
Peralatan Fasilitas Elektronika dan Listrik Penerbangan. Dalam Pasal 10
Pemeliharaan perbaikan bertujuan untuk mengembalikan peralatan yang
mengalami gangguan/ kerusakan ke kondisi normal, yang kegiatannya meliputi :
a. analisis kerusakan peralatan;
b. penyetelan peralatan;
c. penggantian komponen/modul/bagian/unit peralatan;
d. perbaikan modul/bagian/unit/perangkat lunak peralatan;
e. modifikasi peralatan;
f. rekondisi atau overhaul peralatan.
Selain melakukan perawatan dan pemeliharaan, penggunaan frekuensi liar
yang ada harus dihindari dari gangguan frekuensi liar karena hal ini dapat
menggangu dalam pemberian pelayanan pemanduan lalu lintas udara. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 1999
tentang Telekomunikasi yang tercantum dalam pasal 32 Spektrum frekuensi
radio dilarang digunakan yang berada di wilayah Indonesia diluar
peruntukannya yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik
terhadap penyelenggara telekomunikasi

Anda mungkin juga menyukai